29
XII IPS 1
#3.6. Melalui media Edulogy peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluas ketentuan
pernikahan dalam Islam dan menyajikan prinsip-prinsip pernikahan dalam Islam
Jawab:
*) Haram: yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu
melaksanakan kewajiban pernikahan,baik kewajiban yang berkaitan dengan
hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban lainnya. Pernikahan
seperti ini mengandung bahaya bagi wanita yang akan dijadikan istri.
*) Makruh: yaitu bagi orang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan
menyakiti wanita yang akan dinikahinya, ataupun menzalimi hak istri dan
buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak manusia, atau tdk minat
terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
*) Mubah: bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya
atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti orang yang impotensi atau lanjut
usia atau yang kurang mampu menafkahi, sedangkan wanitanya rela dengan
syarat wanita tersebut harus Rasyidah (berakal)
4. Jelaskan :
Walimatul ‘ursy : secara istilah Walimatul Ursy adalah jamuan yang khusus
untuk pernikahan dan tidak digunakan untuk perhelatan di luar pernikahan.
Karena itulah secara umum,Walimatul Ursy diartikan dengan pesta dalam rangka
mensyukuri nikmat Allah Swt atas terlaksananya akad pernikahan dengan
menghidangkan makanan.
Tujuan Walimatul ‘Urs: tujuan untuk diperlancarkan acara pernikahannya juga
di dijadikan keluarga yang sakinah, mawwadah wa rahmah bagi si pengantin.
Kewajiban atas masing masing pihak suami dan istri yaitu kewajiban timbal balik
antara suami dan istri seperti hubungan seksual diantara mereka, kewajiban
suami terhadap istri seperti mahar dan nafkah, kewajiban istri terhadap suami
seperti taat kepada suami.
Talak
Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan secara suka rela ucapan talak dari pihak suami
kepada istrinya. Asal hukum talak adalah makruh (sesuatu yang dibenci atau tidak disenagi). Hal
ini sesuai penegasan Rasulullah SAW dalam hadisnya, sebagaimana telah dikemukakan.
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami dan istri karena sebab –sebab tertentu.
Fasakh dilakukan oleh agama , karena adanya pengaduan dari pihak istri atau suami dengan
alasan yang dapat dibenarkan.
Khulu’
Menurut bahasa khulu’ berarti tanggal. Dalam ilmu fikih khulu’adalah talak yang dijatuhkan
suami kepada istrinya, dengan jalan tebusan dari pihak istri, baik dengan jalan mengembalikan
mas kawin atau dengan memberikan sejumlah uang ( harta) yang disetujui oleh mereka berdua.
Li’an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina(karena suami tidak dapat
mengajukan 4 orang saksi yang melihat istrinya berzina). Dengan mengangkat sumpah didepan
hakim , dan pada ucapan kelima kalinya dia mengatakan, ‘’laknat(kutukan) allah akan
ditimpakan atas diriku, apabila tuduhan itu dusta.
Ila’ berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya selama 4
bulan atau lebih atau dalam masa yang tidak ditentukan. Sumpah suami tersebut hendaknya
ditunggu sampai 4 bulan. Jika sebelum 4 bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik, naka dia
diwajibkan membayar denda ,sumpah (khafarat).
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya, seperti suami berkata
kepada istrinya, “punggungmu sama dengan punggung ibu ku.” Jika suami mengucapkan kata
tersebut, maka dan tidak melanjutkanya dan mentalak istrinya, wajib bagi nya membayar
kafarat dan haram meniduri istrinya sebelum kafarat di bayar.
Iddah
Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk
dibolehkan menikah lagi dengan laki-laki lain.
Jawab:
Hukum pernikahan ini juga tertera dalam hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidak ada nikah
syighar dalam Islam.” Larangan ini berimplikasi pada rusaknya perkara yang dilarang.
Pernikahan mut'ah adalah pernikahan yang dibatasi oleh waktu, baik sebentar atau lama. Padahal, akad
seharusnya dilakukan secara mutlak, tanpa ikatan waktu, dan ditujukan untuk selamanya atau hingga
terjadi perceraian yang tak dipersyaratkan sejak akad.
Maksud dari pernikahan ini adalah adanya dua orang wali yang menikahkan satu orang perempuan
dengan dua orang laki-laki. Dalam hal tersebut, tak diketahui secara pasti orang mana yang akadnya
didahulukan.
Sehingga, jika salah di antara laki-laki itu menggauli sang perempuan, maka wajib baginya mahar mitsli.
Mahar mitsli ialah mahar yang disesuaikan dengan mahar yang dibayarkan pada sebayanya perempuan
tersebut. Bisa dengan cara melihat mahar yang diterima oleh saudara-saudara perempuannya atau bibi-
bibinya.
Pernikahan orang yang sedang ihram, baik ihram haji, ihram umrah, ataupun keduanya, baik dengan
akad yang sah maupun dengan akad yang rusak, tidak boleh dinikahkan. Hal ini disebutkan dalam sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang berbunyi, “Orang yang ihram tidak boleh menikah dan tak
boleh dinikahkan.”
5. Pernikahan perempuan yang sedang dalam masa iddah atau sedang istibra
Pernikahan tidak sah selanjutnya adalah pernikahan perempuan yang sedang dalam masa iddah dan
sedang istibra dari mantan suaminya, walaupun dari hasil hubungan syubhat.
Dalam konteks ini, jika laki-laki yang menikahi perempuan beriddah itu menggaulinya, maka ia harus
dijatuhi hukuman (had), kecuali jika ia tidak mengetahui status haram menikahi perempuan beriddah
dan sedang istibra
. 6. Pernikahan dengan perempuan yang ragu akan kehamilannya sebelum habis masa iddah
pixabay/OlcayErtem
Para ulama Syafi'iyah juga mengatakan bahwa haram menikahi perempuan yang ragu akan
kehamilannya sebelum habis masa iddah. Keharaman ini lahir dari keraguan yang dimiliki oleh sang
perempuan.
7. Pernikahan seorang muslim dengan perempuan non-muslim selain Kitabiyyah (ahli kitab) asli
unsplash/wu jianxiong
Firman Allah SWT dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 221 menyebutkan, "Dan janganlah kamu menikahi
wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman." (QS Al-Baqarah [2]: 221)
Artinya, seorang muslim dilarang menikah dengan perempuan non-muslim selain Kitabiyyah asli, seperti
perempuan berhala, penyembah api (majusi), penyembah matahari, ataupun keturunan kitabi dan
majusi atau sebaliknya.Dengan kata lain, maksud perempuan Kitabiyyah di sini adalah perempuan
Yahudi dan Nasrani.
8. Pernikahan dengan seseorang yang pindah dari satu agama ke agama lain pexels/Emma Bauso
Pernikahan dengan orang yang pindah dari satu agama ke agama lain, juga dilarang. Singkatnya, kamu
tidak boleh menerima lamaran pernikahan dari orang dengan agama selain agama Islam.
Sama halnya dengan pernikahan seorang laki-laki muslim dengan perempuan non-muslim, pernikahan
seorang perempuan muslim dengan laki-laki non-muslim juga dianggap tidak sah atau batal.
Jawab: