Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER

Disusun Guna memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Ilmu Munakahat
Dosen Pengampu Imamul Huda, M.Pd.I.

Disusun Oleh :

1. Vara Nabila Ilham (23010170299)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

TAHUN 2019
1. Thalaq raj'i Dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk dengan istrinya, maka
talak dibagi menjadi dua, yaitu talak raj'i dan talak ba'in.
A. Talak Raj'i: Talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya (talak 1 dan
2) yang belum habis masa iddahnya. Dalam hal ini suami boleh rujuk
pada istrinya kapan saja selama masa iddah istri belum habis.
B. Talak Ba'in: Talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah
habis masa iddahnya. Dalam hal ini, talak ba'in terbagi lagi pada 2
yaitu: talak ba'in sughra dan talak ba'in kubra.
Talak ba'in sughra adalah talak yang dijatuhkan suami pada istrinya
(talak 1 dan 2) yang telah habis masa iddahnya. suami boleh rujuk lagi dengan
istrinya, tetapi dengan aqad dan mahar yang baru. sedangkan talak ba'in kubra
adalah talak yang dijatuhkan suami pada istrinya bukan lagi talak 1 dan 2
tetapi telah talak 3. dalam hal ini, suami juga masih boleh kembali dengan
istrinya, tetapi dengan catatan, setelah istrinya menikah dengan orang lain dan
bercerai secara wajar.
Oleh karena itu nikah seseorang dengan mantan istri orang lain dengan
maksud agar mereka bisa menikah kembali (muhallil) maka ia dilaknat oleh
Rasulullah SAW. dalam salah satu haditsnya. * Talak dua: pernyataan talak
yang dijatuhkan sebanyak dua kali dan memungkinkan suami rujuk dengan
istri sebelum selesai masa iddah * Talak tiga: pernyataan talak yang bersifat
final. Suami dan istri tidak boleh rujuk lagi, kecuali sang istri pernah dikawini
oleh orang lain lalu diceraikan olehnya.
2. A. Fasakh

adalah pengajuan cerai oleh istri tanpa adanya kompensasi yang


diberikan istri kepada suami, dalam kondisi di mana Suami tidak memberikan
nafkah lahir dan batin selama enam bulan berturut-turut; Suami meninggalkan
istrinya selama empat tahun berturut-turut tanpa ada kabar berita (meskipun
terdapat kontroversi tentang batas waktunya);Suami tidak melunasi mahar
(mas kawin) yang telah disebutkan dalam akad nikah, baik sebagian ataupun
seluruhnya (sebelum terjadinya hubungan suamii istri); atau Adanya
perlakuan buruk oleh suami seperti penganiayaan, penghinaan, dan tindakan-
tindakan lain yang membahayakan keselamatan dan keamanan istri. Jika
gugatan tersebut dikabulkan oleh Hakim berdasarkan bukti-bukti dari pihak
istri, maka Hakim berhak memutuskan (tafriq) hubungan perkawinan antara
keduanya.
B. Khuluk

adalah kesepakatan penceraian antara suami istri atas permintaan istri


dengan imbalan sejumlah uang (harta) yang diserahkan kepada suami. Khulu’
disebut dalam QS Al-Baqarah 2:229. Adapun dalil haditsnya adalah sebuah
hadits shahih yang mengisahkan tentang istri Tsabit bin Qais bin Syammas
bernama Jamilah binti Ubay bin Salil yang datang pada Rasulullah dan
meminta cerai karena tidak mencintai suaminya. Rasulullah lalu menceraikan
dia dengan suaminya setelah sang istri mengembalikan mahar.
3. A. Li'an

berlaku apabila terjadinya qazaf iaitu suami menuduh isterinya berlaku


zina atau menafikan anak yang dikandungkan oleh isterinya sebagai anak. Li‘an
ialah sumpah seorang suami apabila dia menuduh isterinya berzina tanpa
mempunyai empat orang saksi kecuali dirinya sahaja, maka hendaklah dia
bersumpah empat kali “bahawa dia adalah orang yang benar” dan pada kali
kelimanya “bahawa dia akan dilaknati Allah jika dia berdusta”. Sekiranya isteri
menolak tuduhan tersebut, maka hendaklah dia bersumpah sebanyak empat kali
“bahawa suaminya itu berdusta” dan pada kali kelimanya “bahawa dia akan
dilaknati Allah jika suaminya benar”.
Li’an : Ianya berlaku apabila seseorang suami bersumpah menuduh isterinya
melakukan zina dan isterinya juga bersumpah menafikan tuduhan suaminya itu.
B. Dzihar
yaitu apabila seseorang suami itu menyamakan belakang isterinya dengan
belakang ibunya (atau orang yang diharamkan berkahwin dengannya). Maksudnya
menyamakan isteri dengan emaknya sendiri tentang haram disetubuhi (macam
sudah cerai). Maka jika selepas dia berkata demikian tiba-tiba dia diam tidak
diringi dengan talaq atau cerai dalam masa kira-kira sempat berbuat demikian,
nescaya dinamakan Zihar.
4. A. Nikah Sirri

adalah prosesi pernikahan antara seorang pria dengan wanita yang


memenuhi syarat nikah siri atau Syariat Islam, yaitu : Ada wali, ada saksi dan ada
mahar (mas kawin) dan terjadi Ijab Qobul tanpa ada batasan waktu, tidak bisa
gugur (batal) dengan sendirinya jika melampaui batas waktu tertentu kecuali salah
satunya mati atau suami mengucapkan talaq. Yang menjadi permasalahan
mengapa nikah siri menimbulkan polemik atau pertentangan adalah prosesi nikah
siri tidak didaftarkan pada petugas pencatat pernikahan Kantor Urusan Agama
(KUA). Mengenai pendapat syah atau tidaknya pernikahan siri adalah menjadi
keyakinan dari pendapat masing-masing. Yang pasti hukum syariah tidak
menyatakan bahwa pernikahan dianggap syah jika tidak dicatat oleh negara
karena pernikahan adalah sebuah ibadah yang tidak ada sangkut pautnya dengan
negara. Jadi jika ditanyakan Syah atau Tidak Syah jawabannya adalah : Nikah Siri
mungkin tidak syah menurut negara akan tetapi syah menurut agama karena
terpenuhi unsur Syar'i nya. Tetapi akan lebih baik jika pernikahan dilaporkan dan
dicatat oleh negara untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan apabila terjadi
sesuatu hal sepanjang perjalanan pernikahan meskipun dari sekian banyak kasus
perceraian kita bisa menilai sendiri seberapa banyak peran negara dalam
membantu permasalahan yang terjadi.
B. Nikah Mut'ah
adalah ikatan perkawinan untuk masa waktu yang ditetapkan dan batal dengan
sendirinya (cerai otomatis) apabila jangka waktu terlampaui. Pernikahan ini pernah
dihalalkan oleh Rosululloh SAW ketika masa peperangan dengan kaum kafir dan
kemudian dibatalkan (diharamkan) setelah Islam menguasai Mekah. Mengapa
sebagian kaum Syiah menganggap hukum pernikahan ini masih berlaku ? para ahli
fiqh berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena sebagian dari golongan Syiah
hingga kini masih berperang, baik karena konflik dengan penguasa maupun dengan
bangsa lain yang menduduki negeri mereka sehingga mereka masih menganggap
bahwa nikah mut'ah atau kawin kontrak masih berlaku. Selain masalah adanya
batasan waktu pernikahan, nikah mut'ah memiliki syarat dan rukun yang sama dengan
pernikahan Syariah Islam yang diyakini oleh mayoritas penganut imam 4 mazhab
yaitu : Ada wali, ada saksi, ada mahar (mas kawin) dan terjadi Ijab Qobul. Dengan
adanya jangka waktu pernikahan, Ijab Qobul nikah mut'ah memiliki tambahan kata
"... selama ... (sesuai jangka waktunya atau kondisi waktu)". Contoh jika ingin
menikah satu bulan ucapan Ijab Qobulnya misalnya "Saya nikahkan dan kawinkan
engkau dengan anak saya .... dengan mas kawin .... selama satu bulan". Atau untuk
jangka waktu relatif selama kondisi tertentu bisa jadi Ijab Qobul nya berbunyi "Saya
nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya .... dengan mas kawin .... selama
kamu bertugas di kota ini". Adanya batasan waktu inilah yang diharamkan karena
pernikahan adalah ibadah yang tidak dibatasi oleh tempat dan waktu.
5. A. Iddah

menurut syara’ adalah masa menunggu yang ditetapkan oleh syara’ bagi
wanita yang dicerai oleh suminya baik karena cerai mati atau cerai hidup dan masa
iddah ini hanya berlaku bagi isteri yang sudah di gauli oleh suminya (QS.Al-
Ahzab/33: 49)
B. Khadhonah
secara terminologi berarti mengasuh, memelihara, dan mendidik anak kecil
yang belum mumayyiz. Pensyariatan ini sesuai dengan sabda nabi yang berbunyi :
Artinya “Dari Abdullah bin Umar r.a. bahwa seorang perenpuan pernah berkata : “Ya
Rasulullah sesungguhnya anakku ini adalah perutku yang mengandungnya, susuku
yang memberi makan dan minumnya, serta pangkuanku yang melindunginya,
sedangkan ayahnya telah menceraikan aku, dan maumengambilnya
dariku,”Rasulullah SAW Berkata kepadanya “Engkau lebih berhak dengan anak itu
selama engkau belum kawin.”(H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
6. A. Muhrim
artinya orang yang berihram dalam ibadah haji sebelum bertahallul.
B. Mahram
adalah semua orang yang haram untuk dinikahi selamanya karena sebab
keturunan, persusuan dan pernikahan dalam syariat Islam.
7. A. Wali Nasab
terdiri dari empat kelompok dalam urutan kedudukan, kelompok yang satu
didahulukan dari kelompok yang lain sesuai erat tidaknya susunan kekerabatan
dengan calon mempelai wanita (Anda). Kelompok tersebut yakni:
a. Kelompok kerabat laki-laki garis lurus keatas yakni ayah, kakek dari pihak
ayah dan seterusnya.
b. Kelompok kerabat saudara laki-laki kandung, atau saudara laki-laki seayah,
dan keturunan laki-laki mereka.
c. Kelompok kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah, saudara
seayah dan keturunan laki-laki mereka.
d. Kelompok saudara laki-laki kandung kakek, saudara laki-laki seayah kakek
dan keturunan laki-laki mereka.
B. Wali Hakim
ialah wali nikah yang ditunjuk oleh Mentri Agama atau pejabat yang ditunjuk
olehnya, yang diberi hak dan kewenangan untuk bertindak sebagai wali nikah. Wali
hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak
mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib atau
adlal atau enggan. Dalam hal wali adlal atau enggan maka wali hakim baru dapat
bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan Pengadilan Agama tentang wali
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai