Anda di halaman 1dari 4

Pernikahan adalah ikatan suci di antara laki-laki dan perempuan dalam Islam.

Agama mengajak
setiap suami dan istri untuk berkomitmen menjaga langgengnya pernikahan. Beratnya badai
permasalahan hidup tidak boleh sampai menghancurkan bahtera rumah tangga. Kehidupan
memang selalu menyimpan kebahagiaan dan kesedihan yang terus berganti tetapi bukan alasan
untuk memutus tali pernikahan. Ajakan agama Islam untuk melanggengkan pernikahan tercermin
dalam sabda Rasulullah:

‫ قال رسول هللا أبغض الحالل إلى هللا تعالى الطالق‬Artinya, “Rasulullah bersabda, ‘Perkara halal yang paling
dimurkai oleh Allah adalah (jatuhnya) talak,’” (HR Abu Dawud).

Pernikahan seringkali dibayangkan sebagai kehidupan indah, bahagia dan menyenangkan. Apalagi
jika menikah dengan orang yang kita cintai. Harapan kebahagiaan sempurna seakan sudah
terpampang di depan mata. Namun kenyataannya tidak selalu demikian. Ada banyak masalah
ataupun ketidakseimbangan dalam pernikahan yang bisa jadi menyebabkan suami istri terpaksa
cerai. Lalu bagaimana etika bercerai dalam pandangan Islam? Dalam kitab Adâbul Islâm fî
Nidzâmil Usrah, Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki (wafat Jumat 15 Ramadhan 1425
H) mengatakan, bila perceraian dapat memutuskan tali ikatan keluarga, melemahkan kesatuan
umat dan memanaskan hati. Perceraian juga menampakkan aib yang seharusnya tertutup. Selain
itu perceraian juga berdampak pada kebingungan anak-anak dalam memilih pengasuhan. Tidak
jarang perceraian menjadikannya kekurangan kasih sayang karena perselisihan orangtua.
Oleh karenanya akan kita bahas tuntas tentang sebab dan akibat putusnya pernikahan, cekidotttttttt

1. Akibat dari ditinggal mati oleh suami atau istri


 Pernikahan putus sejak terjadi kematian
 Jk tdk halangan syara’ suami atau istri berhak atas harta peninggalan
 Harta peninggalan digunakan untuk perawatan jenazah, melunasi hutang, wasiat ( tdk boleh
lebih dr 1/3), hibah dan sisanya sebagai harta warisan
 Istri yg ditinggal oleh suami hrs menjalani masa ‘iddah 4 bl 10 hr. Dlm masa
tunggu/bergabung harus berpenampilan sederhana
 Istri tdk boleh di khitbah, dinikah selama dlm masa ‘iddah

2. Adapun talak , talak sendiri dalam alquran Ayat 231 al- Baqarah: menggunakan istilah
Saraah. Tahanlahistri2mu itu dengan baik, atau lepaskannya mereka ( sarihuuhunna )
dengan baik pula
Kemudian membahas tentang talak sharih dan kinayah. Sharih : ungkapan jelas. Kinayah:
ungkapan sindiran. Menurut Imam syafii kata talak jika disampaiakan termasuk sharih
tdk memerlukan niat, sedangkan dg kinayah memerlukan niat. Di Indonesia: Kata talak
termasuk sharih, sedangkan kata cerai, pisah dsb dipandang sebagai kinayah

Niat dari pada talak sendiri Niat hrs atas dasar kehendak bebas
Jumhur ulama menyatakan talak yg sharih tdk disertai niat unt mentalak dipandang jatuh
talaknya.

Adapun bilangan dari talak sendiri, dalam alquran surah Al- Baqarah 229-230 : ada tiga, dan
dijatuhkan secara bertahab, jika dilakukan tiga kali sekaligus dianggap baru sekali. Kemudian
ada sedikit cerita Pada masa nabi seorang sahabat bernama Rukanah bin Yazid, telah mentalak
tiga dlm satu majlis, talak tersebut oleh Rasulullah baru dipandang satu, dan diperintahkan
rujuk jika menginginkannya. Kemudian tentang macam macam talak sendiri. diantaranta
 Talak raj’i: talak yg masih memungkinakan suami untuk merujuk kepada bekas istri tanpa
akad nikah baru. Talak pertama atau kedua yg dijatuhkan suami terhadap istri yg sudah
pernah dicampuri dan bukan atas permintaan istri yg disertai uang iwad (tebus), selama
masih dlm masa ‘iddah. JIka suami akan rujuk tidk perlu ikrar akad nikah lagi
 Talak bain: talak yg tidak memungkinkan suami rujuk kepada bekas istrinya kecuali
dengan melakukan akad nikah baru
 Takak bain sughra/kecil:a. talak satu atau dua yg dijatuhkan kepada istri yang belum
pernah dikumpuli;b. talak satu atau dua yg dijatuhkan atas permintaan istridg membayar
iwad; c. talak satu atau dua yg dijatuhkan kepada istri yg pernah dikumpuli bukan atas
permintaanya dan tanpa membayar iwad setelah habis masa iddahnya.
 Talak bain kubro/besar: talak yg dijatuhkan 3 kali, tdk boleh rujuk kembali, kecuali setelah
istrinya itu melakukan perkawibnan dg laki-laki lain dan telah melakukan persetubuhan
kemudian terjadi perceraian. Dengan catatan tidak ada rekayasa sebelumnya.
 Talak dengan illa : illa’ adalah sumpah unt tdk mengumpuli istrinya selama 4 bulan atau
lebih dg Asma Allah, atau dg salah satu sifat dari siafat Allah, atau dg suatu ta’lik yg amat
sukar terlaksana apabila suami mengumpuli Istri
Dasar hukumnya di Quran surah 2: 226-227

3. Kemudian yang ke 3 ada fasakh Fasakh adalah merusak atau membatalkan hubungan
perkawinan yg telah berlangsung . Fasakh terjadi karena; a. terdapat hal2 yg membatalkan
akad nikah. b. karena suatu hal yg dialami sesudah akad nikah dilaksanakan Contoh : a.
hubungan susuhan, Istri masih mempunyai hub perkawinan dg yg lain, masih dlm masa
iddah. b. Murtad, Semula sama2 non muslim kemudian suami masuk Islam, Suami zina dg
ibu atau anak istri, istri melakukan zina dg ayah atau anak suami.
Adapun fasakh dari suami ke pengadilan dan dari istri ke pengadilan

1. Istri ke pengadilan

a. Suami sakit gila


b. Suami menderita penyakit menular dan tidak dapat diharapkan sembuh
c. Suami tdk mampu atau kehilangan kemampuan unt melakukan hub kelamin
krn impoten dll.
d. Suami jth miskin hingga tdk bisa memenuhi kewajiban
e. Istri merasa tertipu, baik mengenai nasab, kekayaan atau kedudukan suami
f. Suami mafqud (hilang) yg cukup lama

2. Suami ke pengadilan

a. Suami tertipu dg kegadisannya


b. Tertipu dg rambut indah kenyataannya rambut palsu
c. Istri mengaku anak kandung, ternyata anak pungut/angkat
d. Suami menjumpai pd istrinya terdapat hal2 yg tdk mungkin mendatangkan
ketentraman
Akibat dari hukum fasakh sendiri adalah Istri tdk dpt dirujuk kembali, apabila mau
kembali hrs akad nikah baru. Fasakh tdk akan mengurangi bilangan talak menjadi hak
suami

4. Yang terakhir adalah sumpah lian Sumpah la’nat, yaitu sumpah yg didalamnya terdapat
pernyataan bersedia menerima laknat Allah. Dalam alquran S An-Nur : 6-9
Terjadi karena suami/istri menuduh salah satunya berbuat zina padahal tdk mempunyai
saksi kecuali dirinya sendiri, seharusnya penuduh dikenakan hukuman menuduh zina tanpa
saksi yg cukup ( 80 kali dera). Bisa juga Sumpah li’an: sumpah untuk mengindari hukuman
menuduh zina. Caranya, suami bersumpah 4 X menyatakan demi Allah bhw istri berbuat
zina dan saya pada pihak yg benar, dan anak yg dilahirkan adalah hasil zina bukan anak sy.
1X saya bersedia menerima laknat Allah apabila ternyata saya dipihak yg berdusta

Akibatnya adalah Suami terhindar dari hukuman zina (qadzaf), Dilakukan hukuman zina
terhadap istri, Hub perkawinan putus, Anak yg lahir hanya bernasab pada ibunya, Istri
menjadi haram selamanya terhadap suami, tdk dapat dinikahi lagi

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perkawinan merupakan ketetapan Allah swt.
yang umum dan berlaku pada semua makhluknya, baik pada manusia, hewan, dan tumbuh-
tumbuhan dan merupakan salah satu cara yang dipilih oleh Allah swt. sebagai jalan bagi
makhluknya untuk berkembangbiak dan melestarikan hidupnya. Secara umum landasan hukum
perkawinan yang berlaku di Indonesia dikembalikan sesuai dengan hukum atau agama yang dianut
oleh masing-masing pemeluknya, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mencantumkan makna dari perkawinan itu sendiri yakni,
“Ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa.” Terjadinya perceraian akan berdampak pada anak, sehingga eksistensi seorang anak pun
dilupakan bahwa anak adalah titipan Allah swt. kepada orang tua, masyarakat, bangsa, negara,
sebagai pewaris dari ajaran Islam. Dengan demikian pengertian ini memberikan hak atau
melahirkan hak yang harus diakui, diyakini, dirawat, dan dijaga

. Meskipun dalam suatu perkawinan kelak akan terjadi banyak masalah, tetapi alangkah lebih
baiknya kalau permasalahan itu masih bisa diselesaikan dengan cara baik-baik, jangan pernah
berfikiran Pemutusan perkawinan adalah jalan satu-satunya. Kecuali memang perkawinan itu
putus disebabkan oleh kematian. Kita tidak bisa menolaknya. Karena kematian adalah hak
prerogatif Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai