HAKIKAT PERNIKAHAN
Pernikahan adalah “Mitsaqan ghalidza” atau perjanjian yang
sangat kuat antara pria dan wanita untuk berumah tangga.
● Dilarang berkhalwat
● Harus menahan pandangan
● Jangan bersuara mendayu-dayu
● Jangan bersentuhan
● Jangan bicara sambil merunduk
RUKUN PERNIKAHAN
1. Pengantin : Pengantin pria boleh diwakili. Pengantin wanita
boleh tidak hadir di tempat akad
2. Wali : Ayah, kakak, kakek atau pamannya. Bisa juga wali
hakim (dari negara) atau wali muhakam dari masyarakat jika
wali hakim tidak ada.
3. Saksi : Minimal dua orang pria
4. Mahar : Besaran mahar merupakan hasil kesepakatan antara
calon mempelai pria dan calon mempelai wanita.
5. Ijab Qabul : Fungsinya agar kedua belah pihak sepakat
menerima akad pernikahan ini dengan segala akibatnya. Redaksi
ijab qabul sangat fleksibel, bisa panjang bisa pula singkat, yang
penting essensinya.
SYARAT PERNIKAHAN
Ada dua syarat dalam pernikahan yakni : (1). Seagama : haram
menikah dengan orang nonmuslim, kecuali dengan wanita ahli
kitab. (2). ‘Antaradhin yakni sama-sama rido. Kedua mempelai
mau menerima pernikahan ini. Jika ada satu di antara keduanya
yang tidak rida maka pernikahannya haram.
Selain dua syarat di atas terdapat syarat lainnya yakni baligh dan
kufu. Balig ialah telah cukup dewasa dan mengerti essensi
pernikahan. Sedangkan kufu yakni setara dalam pendidikan,
kedudukan, usia,dll. Tetapi kedua syarat ini bukan syarat sah
melainkan syarat kesempurnaan (lebih baik).
MACAM-MACAM
PERNIKAHAN
Nikah biasa : Setelah akad nikah dilanjutkan dengan walimah kemudian keduanya
berumah tangga.
Nikah Gantung : Ialah manakala setelah selesai akad nikah tidak diikuti langsung
dengan berumah tangga. Rumah tangganya ditangguhkan karena ada reasoning tertentu.
Nikah shigar : Pernikahan dengan cara tukar adik tanpa mahar. Misalnya Ahmad
menikah dengan adik perempuan Ali, sedangkan Ali menikah dengan adik perempuan
Ahmad tanpa maskawin. Hukumnya haram, kecuali memakai mahar.
Nikah mut’ah (nikah kontrak), ialah menikah dengan batas waktu tertentu misalnya
untuk selama 3 bulan, 3 tahun dll. Hukumnya haram.
Nikah Sirri : Syarat dan rukunya dipenuhi tetapi pelaksanaan akad nikahnya di bawah
tangan, tidak dibukukan oleh KUA atau catatan sipil serta tidak dipublikasikan secara
lua
MENGAPA ORANG NIKAH
SIRRI
Antara lain salah seorang mempelai terkena aturan
tidak boleh menikah selama ikatan dinas.
Calon mempelai masih duduk di bangku SMA yang
terkena aturan tidak boleh menikah.
PNS yang berpoligami tetapi khawatir diketahui
atasannya sehingga dapat dipecat.
Berpoligami tetapi takut diketahui isteri pertama.
DAMPAK NIKAH SIRRI
SECARA HUKUM
Bisa menimbulkan firtnah
Tidak memiliki surat nikah sehingga bagi anaknya akan
sulit membuat akte lahir.
Jika dicerai tidak akan memiliki surat cerai dan surat
janda dari pengadilan.
Sulit menuntut hak waris.
Sulit menuntut kepemilikan anak manakala terjadi
kericuhan gara-gara cerai,
ANTISIPASI NEGARA
Secara syar’i, nikah sirri adalah nikah yang memenuhi syarat dan
rukun nikah, jadi nikahnya sah.
Nikah sirri sebenarnya dipublikasikan tetapi terbatas.
Nikah sirri yang haram manakala pernikahan tersebut tanpa wali.
Pemerintah sedang menyiapkan UU nikah sirri. Pelaku nikah sirri
diancam hukuman kurungan selama 6 bulan.
Nikah sirri model lain adalah dilakukan hanya oleh mempelai
isteri dan mempelai pria, tanpa ada wali dan saksi. Ini dilakukan
karena dalam keadaan darurat. Hukumnya halal.
WALIMAH DAN PUBLIKASI
Nabi bersabda : “Aulim bisyattin” walimahkan walaupun
hanya menyembelih seekor kambing
Nabi bersabda : “A’linu mikahakum”, umumkanlah
pernikahanmu.
Fungsi walimah adalah publikasi dan permohonan doa.
Doa untuk kedua pengantin : “Barakallahu laka, wabaraka
‘alaika, wajama’a bainakuma fi khairin”. Mudah-mudahan
keberkahan Allah bagimu di kala suka, dan keberkahan
atasmu di kala duka, serta menyatukan anda berdua dalam
kebaikan.
ETIKA HUBUNGAN SEKSUAL
Doa sebelum bersenggama : “Allahumma jannibnasy syaithan, wa jannibisy syaithan
‘amma razaqtana”. Artinya : Ya Allah, jauhkan kami dari syetan dan jauhkan pula
syetan dari apa yang yang Engkau rizkikan kepada kami (yaitu anak-anak kami).