Anda di halaman 1dari 25

PERNIKAHAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


KELOMPOK
03 Ahmad Naufal Hibatullah
6
13 .Gerrard Rangga Maulana

18 Kukuh Adi Wicahyo

20 Moch. Gustav Ali


KELOMPOK
21 Muhammad Eka Satria
6
28 .Shidqi Hanan Nugroho
Timeline Style

01 02 03 04 05
PERNIKAHAN KEWAJIBAN PERNIKAHAN HIKMAH KETENTUAN
DAN HAK DALAM UUPRI DALAM PERNIKAHAN
SUAMI ISTRI PERNIKAHAN

06
SIKAP DAN
PERILAKU
PERNIKAHAN
PERNIKAHAN
Dari pengertiannya menurut KBBI, nikah adalah
perjanjian perkawinan antara laki-laki dan perempuan
sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Secara istilah, pernikahan adalah akad yang
menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya. Dari akad itu juga,
muncul hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi masing-
masing pasangan.
Ketentuan mengenai pernikahan ini tergambar dalam
firman Allah SWT dalam Alquran surah Ar-Rum ayat 21:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu hidup tentram bersamanya. Dan Dia
[juga] telah menjadikan di antaramu [suami, istri] rasa
cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir,” (Ar-Rum [30]: 21).
TUJUAN
PERNIKAHAN

• Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang


asasi
• Untuk mendapatkan ketenangan hidup
• Untuk membentengi akhlak
• Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
• Untuk mendapatkan keturunan yang saleh
• Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami
• Untuk menyempurnakan ibadah
RUKUN
PERNIKAHAN
Menurut Mazhab Syafi’i rukun nikah dibagi menjadi 4. Untuk dua orang saksi
lima, yaitu : • Berjumlah dua orang, bukan budak, bukan wanita,
1. Untuk calon suami dan bukan orang fasik
• Bukan mahram si wanita • Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa
• Muayyan (Identitas jelas) 5. Saat ijab khobul
2. Untuk calon istri • Tidak terikat dengan waktu tertentu
• Bukan mahram si laki-laki • Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha” dan
• Terbebas dari larangan nikah boleh didahulukan dari ijab
3. Untuk wali nikah
Wali nikah adalah bapak kandung mempelai wanita,
penerima wasiat atau kerabat terdekat, dan seterusnya
sesuai dengan urutan ashabah wanita tersebut, atau
orang bijak dari keluarga wanita, atau pemimpin
setempat. Syarat untuk wali adalah : Orang yang
dikehendaki, laki-laki, Baligh, Berakal
KEWAJIBAN DAN
HAK SUAMI ISTRI
KEWAJIBAN
SUAMI ISTRI
1. Kewajiban suami terhadap istri :
a. Memberikan mahar dan nafkah
b. Menggauli istri secara baik
c. Menjaga istri
d. Membimbing istri
e. Memberikan rasa cinta dan kasih sayang.

2. Kewajiban istri terhadap suami :


a. Menaati suami
b. Menjaga kerhormatan suami
c. Tidak memancing murka suami
HAK
SUAMI ISTRI
1. Hak suami terhadap istri :
• Membimbing istri dan rumah tangga.
• Melindungi istri.
• Memberi pendidikan agama dan kesempatan
belajar kepada istri.
• Menanggung nafkah, kiswah, kediaman, biaya
rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya
pengobatan untuk istri dan anak.

2. Hak istri terhadap suami :


• Istri menjaga diri sendiri dan harta suami.
• Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat.
• Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang
dapat menyusahkan suami.
• Tidak bermuka masam di hadapan suami.
• Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenangi
suami.
PERNIKAHAN
DALAM UUPRI
PERNIKAHAN Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria

DALAM UUPRI
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Mahaesa. Demikian bunyi ketentuan Pasal 1 Undang-
Undang 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. UU 1 tahun
1974 tentang Perkawinan memiliki pertimbangan bahwa
sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita untuk
pembinaan hukum nasional, perlu adanya Undang-
undang tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua
warga negara.
Pasal 1 UU Perkawinan dalam penjelasan Pasal demi
Pasal dijelaskan bahwa Perkawinan sangat erat
hubungannya dengan kerohanian dan agama.
Penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun
1974 menyebutkan bahwa sebagai Negara yang
berdasarkan Pancasila, dimana Sila yang pertamanya
ialah ke Tuhanan Yang Mahaesa, maka perkawinan
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan
agama/kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja
mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur
bathin/rokhani juga mempunyai peranan yang penting.
Membentuk keluarga yang bahagia rapat hubungan
dengan keturunan, yang pula merupakan tujuan
perkawinan, pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak
dan kewajiban orang tua.
HIKMAH DALAM
PERNIKAHAN
HIKMAH DALAM
PERNIKAHAN
Menikah Bernilai Ibadah

Pernikahan dalam Islam bagian dari ibadah karena


diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT
berfirman: “Dan nikahkanlah orang-orang yang
sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-
Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS An Nur: 32). Nabi
SAW juga memerintahkan umatnya untuk menikah.
Beliau bersabda: “Wahai para pemuda, barangsiapa
yang sudah sanggup menikah, maka menikahlah.
Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu,
maka berpuasalah karena puasa itu obat pengekang
nafsunya.” (HR. Bukhari no. 5056, Muslim no. 1400).
HIKMAH DALAM
PERNIKAHAN
Benteng Menjaga Kesucian Diri

Pernikahan dalam Islam adalah cara yang paling mulia


untuk memenuhi kebutuhan biologis, naluri, dan fitrah
saling mencinta yang dititipkan Allah kepada manusia.
Jika kebutuhan, naluri dan fitrah itu tak terpenuhi akan
membawa pemiliknya kepada kegelisahan, kekacauan,
bahkan frustasi yang berujung pada berbagai tindakan
tak terpuji. Rasulullah SAW bersabda: “Wahai para
pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu
ba’at (menikah), maka menikahlah! Sebab, menikah itu
lebih mampu menundukkan (menjaga) pandangan dan
memelihara kemaluan. Namun, siapa saja yang tidak
mampu, maka sebaiknya dia berpuasa. Sebab, puasa
adalah penekan nafsu syahwat baginya.” (HR Muslim).
HIKMAH DALAM
PERNIKAHAN
Gerbang Meraih Ketenangan

Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan


dalam Islam adalah sarana untuk meraih rasa tentram,
saling menyayangi, serta kebahagiaan bersama.
Seperti tercantum dalam Alquran: "Di antara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia ciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang." (QS Ar Rum: 21).
KETENTUAN PERNIAHAN
DALAM ISLAM
KETENTUAN
PERNIKAHAN
1.Mempelai Laki-laki
• Adanya mempelai laki-laki artinya calon suami yang
sudah memenuhi syarat menikah, sudah matang
emosionalnya dan mampu memberi nafkah bagi
keluarganya.
• Pernikahan tanpa adanya mempelai laki-laki dianggap
tidak sah. Sebagai misal, pernikahan lesbian yang
hanya ada dua mempelai perempuan tidak diakui
dalam Islam.
2. Mempelai Perempuan
• Mempelai perempuan di sini artinya calon istri yang
akan dinikahi harus bukan mahram dan bukan dari
kategori perempuan yang haram dinikahi, seperti
adanya pertalian darah, hubungan kemertuaan,
ataupun saudara sepersusuan.
• Selain ini, tanpa adanya mempelai perempuan,
pernikahan dianggap batal. Sebagai misal, pernikahan
homoseksual yang hanya ada dua mempelai laki-laki
tidak diakui dalam Islam.
3. Wali
• Wali dalam rukun pernikahan adalah wali bagi
mempelai perempuan, yaitu ayah, kakek, paman, dan
lain sebagainya.
• Orang yang berhak menjadi wali harus ditentukan
secara berurutan, mulai dari ayah, kakek dari pihak
ayah, saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki
seayah, paman, dan lain sebagainya.
KETENTUAN
PERNIKAHAN
4. Dua Saksi
• Hadirnya dua saksi ini juga menentukan sah dan
tidaknya pernikahan tersebut. Selain itu, dua saksi ini
juga mesti saksi yang adil dan terpercaya.
• Setidaknya terdapat enam syarat untuk menjadi saksi
pernikahan, yaitu Islam, balig, berakal, merdeka,
berjenis kelamin laki-laki, dan adil.

5. Shigat
• Shigat artinya ijab kabul yang diucapkan antara wali
atau perwakilannya dengan mempelai laki-laki dalam
akad pernikahan.
SYARAT NIKAH
• Sepasang mempelai merupakan bukan mahram bagi
yang lainnya. Bagi calon suami atau istri, pasangan
yang akan dinikahi bukan termasuk yang haram
dikawini, baik itu dari saudara sepersusuan, nasab, dan
lain sebagainya.
• Calon suami atau istri harus beridentitas jelas atau
mu'ayyan. Bagi kedua mempelai, harus ada kepastian
identitas, mulai dari nama, sifat-sifatnya, dan lain
sebagainya.
• Bagi mempelai perempuan, ia harus terbebas dari
halangan menikah. Sebagai misal, ia tidak dalam masa
idah atau masih berstatu istri orang.
• Calon suami atau istri adalah orang yang dikehendaki
mempelai. Artinya, pernikahan bukan atas dasar
pemaksaan.
SIKAP DAN PERILAKU
SIKAP DAN
PERILAKU Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh suami isteri
adalah:

• Saling menasehati/mengingatkan dalam


mengamalkan syari’at agama untuk mencintai Allah
dan Rasul-Nya.
• Saling mencintai dan menyayangi.
• Saling musyawarah, terbuka, dan jujur.
• Saling memaafkan.
• Saling menghormati.
• Saling membutuhkan / kerja sama.
• Saling menyimpan rahasia rumah tangga dan aib
pribadi.
• Saling menjaga kehormatan.
• Saling mempercayai.
• Saling bersifat dewasa dalam mencari penyelesaian
masalah, dan tidak cepat mengadukan kepada pihat
ketiga.
• Saling memlihara, mendidik, membimbing,
mengawasi anak.
SIKAP DAN
PERILAKU Adapun sikap-sikap yang harus dihindari oleh
suami isteri adalah:
· Mencela di hadapan orang lain.
· Memerintah dengan semena-mena.
· Mudah menerima aduan orang lain.
· Meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan suami /
istri.
· Mudah / lekas marah dan cemburu buta.
· Mengutamakan kepentingan familinya sendiri.
· Menyebut nama atau memuji bekas kekasih.
· Melakukan perbuatan maksiat dan bergaul bebas
tanpa terkendali.
· Membanggakan kekayaan familinya atau orang lain.
· Mengadukan kondisi rumah tangga di saat kondisi
tidak kondusif.
· Mepermudah ucapan talaq, cerai, atau kata-kata
kinayah lainnya.
· Menutup diri / tidak mau bermusyawarah.
· Menyerahkan segala urusan rumah tangga kepada
pembantunya.
· Melakukan pertengkaran di hadapan anak-anak.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai