ADIVA BUDIANA
M.RIFQI
EQI AFRIYANDI
MUNAKAHAT
(MASAL AH PERNIKAHAN)
Nikah atau perkawinan ialah akad yang
menghalalkan pergaulan, membatasi hak
dan kewajiban antara seorang laki-laki dan
perempuan yang antara keduanya bukan
muhrim. Firman Allah SWT Artinya : “Dan jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
PENGERTIAN (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang demikian
ituadalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.” (QS An Nisa : 3
M UHRIM
Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi. Dalam hal ini
ada empat belas orang sebagai berikut.
A. Tujuh orang karena nasab (keturunan), yaitu:
1.) Ibu, nenek, ayah,kakek,dan seterusnya ke atas
2.) anak, cucu dan seterusnya ke bawah
3.) saudara seibu dan sebapak
4.) saudara dari bapak
M UHRIM
NIKAH
menjadi tanggungannya.
• 4. Wajib, yaitu badi ornag yang telah mempunyai
bekal hidup untuk memberi nafkah dan adanya
kekhawatiran terjerumus dlam perbuatan maksiat
atau zina bila tidak segera menikah.
• 5. Haram, yaitu bagi orang yang akan
melangsungkan pernikahan itu mempunyai niat
buruk,seperti niat buruk untuk menyakiti pasangan
yang akan dinikahinya.
TUJUAN MENIKAH
2.Berakal sehat
4.Laki-Laki
5.Adil
KEWAJIBAN SUAMI
1.Memberi nafkah, pakaian dan tempat tiggal kepada istri dan anak-
anaknya sesuai dengan kemampuannya.
2. Bergaul dengan istrinya secara ma’ruf, yaitu dengan baik, penuh kasih
sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.
1. Pernikahan 2. Pernikahan
dapat dapat
Menentramkan menghindarakan
Jiwa. perbuatan maksiat
3. Pernikahan
Dapat
Melestarikan
Keturunan
TALAK
(PERCERAIAN)
Talak menurut bahasa Arab artinya
melepaskan ikatan.
yang dimaksud talak disini ialah
melepaskan ikatan perkawinan Apabila
dalam pergaulan antara suami istri tidak
mencapai tujuan pernikahan, yakni
PENGERTIAN membentuk rumah tangga yang bahagia
(misalnya suami atau istri tidak
menjalankan kewajiban atau salah satu
diantara mereka menyeleweng sehingga
tidak ada kecocokan lagi dan tidak dapat
didamaikan) maka jalan keluar satu-
satunya ialah talak atau perceraian.
HUKUM TALAK
Akan tetapi, setelah empat bulan ia tidak kembali kepada istrinya, hakim berhak
menyuruhnya untuk memilih diantara dua pilihan, yakni membayar kafarat sumpah
dan kembali baik kepada istrinya atau mentalak istrinya. Apabila suami tidak mau
kedua-duanya maka hakim berhak menceraikan istrinyadengan paksa.
Rasulullah SAW, pernah bersumpah menjauhkan diri dari istri-istrinya dan beliau
pernah mengharamkan sesuatu lantas yang haram itu beliau jadikan halal dan
beliau membayara kafarat untuk sumpahnya.
Li’an
Li’an alah sumpah seorang suami yang menuduh
istrinya berbuat zina. Menurut surat An nur
6-9 bahwa apabila suami yang menuduh istrinya
berbuat zina dan tidak ada saksi, maka ia
diwajibkan bersumpah empat kali dengan ucapan,
“Demi Allah, saya benar dalam tuduhan saya”
kemudian disumpah yang kelima ia wajib
bersumpah “Demi Allah jika saya dusta dalam
tuduhan saya, niscaya saya ditimpa laknat dari
Allah”.Untuk menghindari dari hukuman, istri juga
wajib bersumpah empat kali dengan ucapan “Demi
Allah suami saya itu berdusta”
Zihar
Zihar adalah perkataan suami yang menyerupakan
istrinya dengan ibunya sehingga haram
atasnya, seperti kata suami kepada istrinya, “Engkau
bagiku seperti punggung ibuku”.
Suami yang mengucapkan demikian wajib menarik
kembali dan membayar kifarat sebelum istrinya
digauli. Kafarat (denda) zihar ada tiga tingkatan, yaitu.
1. memerdekakan hamba sahaya
2. apabila tidak dapat memerdekakan hamba sahaya,
puasa dua bulan berturut-turut.
3. Apabila tidak kuat puasa, memberi makan kepada 60
orang miskin.
Masalah zihar diterangkan dalam surat Al Mujadalah
ayat 2-4.
Khulu’
Khulu’ atau talak tebus adalah talak yang diucapkan oleh suami dengan
pembayaran dari pihak istri kepada suami (mengembalikan mas
kawinnya). Talak tebus ini boleh dilakukan kapan saja baik istri dalam
keadaan suci maupun haid sebab talak seperti ini biasanya adalah
permintaan dari pihak istri. Firman Allah SWT.Artinya : “Talak (yang
dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.
Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus
dirinya [144].
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang
zalim.” (QS Al Baqarah : 229)
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa khulu’ diperboleh
dengan sebab-sebab sebagai berikut.
a. Apabila suami istri dikhawatirkan tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, yakni menciptakan pergaulan rumah tangga
yang baik
b. Apabila istri sangat benci kepada suami dengan sebab tertentu
sehingga dikhawatirkan istri tidak akan mematuhi suaminya.
1. Sebab-sebab yang merusak
akad nikah ialah
D AN SU AMI - SU AMIN YA
BER H AK MER U J U KIN YA D AL AM MASA MEN AN TI ITU
J IKA MER EKA ( PAR A SU AM I ) M EN G H EN DAKI ISH L AH .
D AN PAR A WAN ITA M E M P U N YA I H AK YAN G SEIM BAN G
D EN G AN KEWAJ IBAN N YA M EN U R U T C AR A YAN G M A’ R U F.
AKAN T ETAPI PAR A SU AM I , M EM PU N YAI SAT U T IN G KATAN
KEL EBIH AN D AR IPAD A IST ER IN YA . D AN AL L AH M AH A
PER KASA L AGI MAH A BIJ AKSAN A .” ( QS AL BAQAR AH :2 2 8 (
HUKUM RUJUK
a. Wajib khusus bagi laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu jika
salah seorang ditalak sebelum gilirannya disempurnakannya.
c. Makruh kalau diteruskan bercerai akan lebih baik bagi suami istri
e. Sunah jika rujuk akan membuat lebih baik dan manfaat bagi suami
istri
RUKUN RUJUK
1. Pencatatan perkawinan
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (2) dinyatakan bahwa “Tiap-tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan yang berlaku”.Selanjutnya dalam komplikasi hukum Islam di
indonesuia dirinci sebagai berikut.a. agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat
Islam, setiap perkawinan harus dicatatb. pencatatan perkawian harus dilakukan oleh
pegawai pencatat nikah.
setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan pegawai
pencatat nikah.perkawinan yang dilakukan diluar pegawai pencatat nikah tidak mempunyai
kekuatan hukum
2. Sahnya Perkawinan
Dalam UU No. 1 Thaun 1974 Pasal 2 Ayat (1) ditegaskan bahwa perkawinan
adalah sah
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya
itu.Selanjutnya ditegaskan dalam kompilasi hukum di inonesia sebagai
berikut.
1. Perkawinan adalah saha apabila dilakukan menurut aturan hukum Islam
2. Perkawinan yang menurut Islam adalah pernikahan, yaitu akad yangb
sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah.
3. Tujuan Perkawinan
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah
ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.