Anda di halaman 1dari 44

KELOMPOK 4

ADIVA BUDIANA

M.RIFQI

EQI AFRIYANDI
MUNAKAHAT
(MASAL AH PERNIKAHAN)
Nikah atau perkawinan ialah akad yang
menghalalkan pergaulan, membatasi hak
dan kewajiban antara seorang laki-laki dan
perempuan yang antara keduanya bukan
muhrim. Firman Allah SWT Artinya : “Dan jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
PENGERTIAN (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang demikian
ituadalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.” (QS An Nisa : 3
M UHRIM

Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi. Dalam hal ini
ada empat belas orang sebagai berikut.
A. Tujuh orang karena nasab (keturunan), yaitu:
1.) Ibu, nenek, ayah,kakek,dan seterusnya ke atas
2.) anak, cucu dan seterusnya ke bawah
3.) saudara seibu dan sebapak
4.) saudara dari bapak
M UHRIM

• 5.) saudara dari ibu


• 6.) anak dari saudara laki-laki dan seterusnya
• 7.) anak dari saudara perempuan dan seterusnya
B. Dua orang dari sebab menyusu, yaitu
1.) ibu yang menyusui
2.) saudara sepersusuan
M U HR IM

C. Empat orang dari sebab perkawinan, yaitu


1.) ibu dari istri atau bapak dari istri (mertua)
2.) anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri (digauli)
3.) istri/suami dari anak (menantu)
4.) orang tua tiri
5) mengumpulkan bersama-sama antara dua orang yang
bersaudara dalam satu waktu.
• 1. Jaiz, artinya diperbolehkan dan inilah yang
menjadi dasar hukum pernikahan
• 2. Sunah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai
keinginan untuk nikah dan mempunyai bekal hidup
untuk membiayai orang yang menjadi
tanggungannnya.
• 3. Makruh, yaitu bagi orang yang mempunyai
HUKUM keinginan untuk nikha tapi belum mempunyai bekal
hidup untuk membiayai (nafkah) bagi orang yang

NIKAH
menjadi tanggungannya.
• 4. Wajib, yaitu badi ornag yang telah mempunyai
bekal hidup untuk memberi nafkah dan adanya
kekhawatiran terjerumus dlam perbuatan maksiat
atau zina bila tidak segera menikah.
• 5. Haram, yaitu bagi orang yang akan
melangsungkan pernikahan itu mempunyai niat
buruk,seperti niat buruk untuk menyakiti pasangan
yang akan dinikahinya.
TUJUAN MENIKAH

Disebutkan dalam surat Ar Rum : 21


Yaitu untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia, keluarga yang merasakan kebahagian lahir dan
bathin, keluarga yang sakinah dan sejahtera. Keluarga
bahagia adalah keluarga yang diliputi suasana damai, aman,
tenteram, tertib, saling pengertian, tolong-menolong antar
anggota keluarga melaksanakan tugas dan fungsinya
masing-masing.
1. Calon Suami syaratnya antara lain beragama
Islam, bukan muhrim, calon istri tidak terpaksa
dan sudah baligh
2. Calon Istri syaratnya antara lain beragama Islam,
bukan muhrim, calon suami tidak terpaksa dan
sudah baligh
RUKUN 3. Sigad (akad), yaitu ijab qabul. Ijab diucapkan oleh
NIKAH wali mempelai perempuan, seperti
“Saya nikahkan engkau dengan anak saya nama
fulan binti fulan dengan mas kawin …”
kemudian qabul (jawab) mempelai laki-laki, seperti
“Saya terima nikahnya Fulan binti Fulan dengan
mas kawin …” ,tidak sah nikah kecuali dengan
lafal nikah.
4. Dua orang saksi
Sabda Rasulullah SAW
(‫ﻻ ﻨﻜﺎﺡ ﺇﻻ ﺑﻮﻟﻲﻭ ﺸﺎﻫﺪﻯ ﻋﺩﻝ (ﺮﻮﺍﻩ ﺃﺣﻤ ﺪ‬
Artinya : “Tidak sah nikah kecuali
dengan wali dan dua orang saksi yang adil.” (HR Ahmad)
5. Wali
Adapun susunan dan urutan menjadi wali adalah;
1. bapak kandung
2. kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan
3. saudara laki-laki sekandung
4. saudara laki-lai sebapak
1. Islam.

2.Berakal sehat

SYARAT WALI 3.Merdeka (bukan hamba sahaya)


DAN DUA SAKSI

4.Laki-Laki

5.Adil
KEWAJIBAN SUAMI

1.Memberi nafkah, pakaian dan tempat tiggal kepada istri dan anak-
anaknya sesuai dengan kemampuannya.

2. Bergaul dengan istrinya secara ma’ruf, yaitu dengan baik, penuh kasih
sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.

3. Mendidik keluarga terutama pendidikan agama agar istri dan anak-


anaknya menjadi orang-orang yang taat dan patuh menjalankan agama
Islam, seperti mendirikan shalat, puasa, zakat dan membaca Al Qur’an.
Dengan kata lain, menjalankan perintah agama dan meninggalkan
larangannya sehingga menjadi orang yang shaleh.

4. Memimpin keluarga, istri dan anak-anaknya


KEWAJIBAN ISTRI

1. Patuh kepada suami, selama perintahnya tidak bertentangan


dengan ajaran agama Islam
2. Memelihara dan menjaga kehormatannya serta menjaga harta
benda suaminya.
3. Hemat, cermat dan selalu bersukur kepada Allah SWT atas
pemberian suami sehingga tidak memberatkan suami.
4. Mengatur rumah tangga.
5. Memelihara dan mendidik anak.
6. Berusaha menasehati suami apabila berbuat tidak baik dan
sebaliknya.
HIKMAH NIKAH

1. Pernikahan 2. Pernikahan
dapat dapat
Menentramkan menghindarakan
Jiwa. perbuatan maksiat

3. Pernikahan
Dapat
Melestarikan
Keturunan
TALAK
(PERCERAIAN)
Talak menurut bahasa Arab artinya
melepaskan ikatan.
yang dimaksud talak disini ialah
melepaskan ikatan perkawinan Apabila
dalam pergaulan antara suami istri tidak
mencapai tujuan pernikahan, yakni
PENGERTIAN membentuk rumah tangga yang bahagia
(misalnya suami atau istri tidak
menjalankan kewajiban atau salah satu
diantara mereka menyeleweng sehingga
tidak ada kecocokan lagi dan tidak dapat
didamaikan) maka jalan keluar satu-
satunya ialah talak atau perceraian.
HUKUM TALAK

1.Wajib,apabila antara suami istri terjadi perselisihan dan hakim


memandang perlu keduanya untuk bercerai
2. Sunah, apabila suami tidak sanggup lagi membayar
kewajibannya atau istri tidak menjaga kehormatannya.
3. Haram, apabila suami menjatuhkan talak si istri dalam keadaan
haid, atau dalam keadaan suci tapi telah dicampurinya atau dengan
talak ini mengakibatkan suami jatuh dalam perbuatan haram.
4. Makruh, apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh
syara’ dan memang asal hukum dari talak itu adalah makruh
Kalimat yang digunakan untuk perceraian (talak)
ada dua macam.
1.Sarih (terang) adalah kalimat yang jelas untuk
memutuskan tali ikatan pernikahan, seperti kata
si suami “ Engkau tetalak atau saya ceraikan
engkau”, dengan niat atau tidak.
LAFAL 2. Kinayah (sindiran) adalah kalimat yang masih
TALAK ragu-ragu (kata-kata yang tidak tegas) sehingga
boleh diartikan untuk perceraian atau bukan,
seperti “Pulanglah engkau ke rumah orang
tuamu” atau “Pergilah engkau dari sini” kalimat
sindiran ini tergantung pada niatnya. Apabila
tidak ada niat untuk menceraikan maka tidaklah
jatuh talak, tapi kalua diniatkan untuk
menceraikan maka jatuhlah talak
BILANGAN
TALAK
Apabila suami ingin mentalak istrinya maka bilangan talaknya ialah dan talak satu
sampai talak tiga. Apabila suami mentalak istrinya satu atau dua, suami masih
boleh
rujuk (kembali) kepada istrinya, sebelum habis iddahnya, dan boleh nikah kembali
dengan akad baru apabila iddahnya sudah habis.
Firman Allah SWT.Artinya : “Talak
(yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau
menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu
dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya
(suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh
isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah
mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah : 229)
Kemudian apabila suami telah mentalak tiga maka suami tidak boleh rujuk
atau nikah lagi dengan bekas istrinya, kecuali apabila perempuan tersebut
telah nikah dengan orang lain, sudah dicampur dan sudah diceraikan oleh
suaminya yang kedua dan sudah habis masa iddahnya.
Firman Allah SWT.Artinya : “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah
talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia
kawin dengan suami yang lain.
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa
bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah
hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau)
mengetahui.” (QS Al Baqarah : 230)
Selain itu ada lagi talak yang disebut talak tebus,
Talak tebus ialah talak atas permintaan istri kepada suaminya
agar suaminya menjatuhkan talak kepadanya, kemudian ia
memberikan bayaran kepada suaminya, sesuai dengan
permintaan suaminya.
~Ila’
~Li’an
~Zihar
~Khulu’
~FasakhIla
Ila’adalah sumpah si suami bahwa dia tidak akan mencampuri istrinya dalam
masa yang lebih dari empat bulan atau dengan tidak menyebutkan masa. Suami
tersebut dinamakan Muli’, yaitu orang yang melakukan ila’. Apabila sebelum empat
bulan suami kembali kepada istrinya maka suami wajib membayar kafarat (denda)
dengan memerdekakan seorang hamba, lantaran ia menyalahi sumpahnya.

Akan tetapi, setelah empat bulan ia tidak kembali kepada istrinya, hakim berhak
menyuruhnya untuk memilih diantara dua pilihan, yakni membayar kafarat sumpah
dan kembali baik kepada istrinya atau mentalak istrinya. Apabila suami tidak mau
kedua-duanya maka hakim berhak menceraikan istrinyadengan paksa.

Rasulullah SAW, pernah bersumpah menjauhkan diri dari istri-istrinya dan beliau
pernah mengharamkan sesuatu lantas yang haram itu beliau jadikan halal dan
beliau membayara kafarat untuk sumpahnya.
Li’an
Li’an alah sumpah seorang suami yang menuduh
istrinya berbuat zina. Menurut surat An nur
6-9 bahwa apabila suami yang menuduh istrinya
berbuat zina dan tidak ada saksi, maka ia
diwajibkan bersumpah empat kali dengan ucapan,
“Demi Allah, saya benar dalam tuduhan saya”
kemudian disumpah yang kelima ia wajib
bersumpah “Demi Allah jika saya dusta dalam
tuduhan saya, niscaya saya ditimpa laknat dari
Allah”.Untuk menghindari dari hukuman, istri juga
wajib bersumpah empat kali dengan ucapan “Demi
Allah suami saya itu berdusta”
Zihar
Zihar adalah perkataan suami yang menyerupakan
istrinya dengan ibunya sehingga haram
atasnya, seperti kata suami kepada istrinya, “Engkau
bagiku seperti punggung ibuku”.
Suami yang mengucapkan demikian wajib menarik
kembali dan membayar kifarat sebelum istrinya
digauli. Kafarat (denda) zihar ada tiga tingkatan, yaitu.
1. memerdekakan hamba sahaya
2. apabila tidak dapat memerdekakan hamba sahaya,
puasa dua bulan berturut-turut.
3. Apabila tidak kuat puasa, memberi makan kepada 60
orang miskin.
Masalah zihar diterangkan dalam surat Al Mujadalah
ayat 2-4.
Khulu’
Khulu’ atau talak tebus adalah talak yang diucapkan oleh suami dengan
pembayaran dari pihak istri kepada suami (mengembalikan mas
kawinnya). Talak tebus ini boleh dilakukan kapan saja baik istri dalam
keadaan suci maupun haid sebab talak seperti ini biasanya adalah
permintaan dari pihak istri. Firman Allah SWT.Artinya : “Talak (yang
dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.
Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus
dirinya [144].
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang
zalim.” (QS Al Baqarah : 229)
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa khulu’ diperboleh
dengan sebab-sebab sebagai berikut.
a. Apabila suami istri dikhawatirkan tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, yakni menciptakan pergaulan rumah tangga
yang baik
b. Apabila istri sangat benci kepada suami dengan sebab tertentu
sehingga dikhawatirkan istri tidak akan mematuhi suaminya.
1. Sebab-sebab yang merusak
akad nikah ialah

Fasakh • Akad nikah dilaksanakan karena


rukun dan syarat pernikahan telah
Fasakh adalah rusaknya terpenuhi, tetapi di kemudian hari
ikatan pernikahan diketahui bahwa istrinya adalah
antara suami istri muhrim suaminya
karena sebab-sebab
• Salah satu dari suami atau istri
tertentu. keluar dari agama Islam

• Semula suami istri musyrik, tetapi


kemudian salah satunya masuk Islam
dan yang lainnya tetap musyrik
2. Sebab-sebab yang menghalaingi tujuan pernikahan

• 1) suami dinyatakan hilang


• 2) suami dipenjara lima tahun atau lebih
• 3) suami menipu, misalnya suami semula mengaku orang baik-baik
ternyata penjahat
• 4) sumai istri mengidap penyakit yang mengganggu hubungan rumah
tangga
Hadanah
Hadanah artinya ialah mengasuh, memelihara dan
mendidik anak yang masih kecil. Apabila terjadi
perceraian antara suami istri dan keduanya mempunyai
anak yang belum mumayiz (belum mengerti
kemashlahatan dirinya) maka istrilah yang lebih berhak
untuk mengasuh dan mendidik anak tersebut sehingga
ia mengerti akan kemashlahatan dirinya.

Anak tersebut tinggal Bersama ibunya, selama ibunya


belum menikah lagi dengan orang lain, tetapi belanja
tetap wajib ditanggung oleh ayahnya.
Disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW, yang artinya
“Dari Abdullah ibnu Umar, bahwasanya seoran perempuan berkata, “Ya
Rasulullah! Sesungguhnya anak saya ini
perut saya yang mengandungnya, saya yang menyusuinya, dan
pangkuan saya tempat perlindungannya, tetapi bapaknya telah
menceraikan saya dan hendak mengambil dia dari saya”

Rasulullah SAW bersabda, “Engkau lebih berhak kepadanya selama


kamu belum nikah” (HR ahmad dan Abu Dawud) Apabila anak tersebut
sudah mengerti maka anak disuruh memilih untuk tinggal bersama
bapaknya atau ibunya.
Apabila yang mengasuh anak tersebut
bukan ibunya atau bapaknya maka supaya diserahkan kepada keluarga
yang terdekat. Apabila keluarga yang terdekat tidak ada supaya
didahulukan kepada wanita daripada pria.

Syarat-syarat menjadi pengasuh atau pendidik ialah:


1) berakal sehat
2) merdeka
3)menjalankan agama Islam
dan berakhlak mulia
4) dapat dipercaya dan jujur
5) dapat menjaga kehormatan dan nama baik si anak
6) tetap tinggal di dalam negeri atau kampung anak yang diasuh
IDDAH

Iddah ialah masa menunggu bagi wanita


yang telah dicerai oleh suaminya baik cerai
biasa maupun ditinggal mati suaminya untuk
tidak menikah dengan orang lain.

Diadakan masa idah untuk mengetahui


apakah selama idah wanita tersebut hamil
atau tidak dan apabila ia hamil maka naka
tersebut sebagai anak dari suami yang
menceraikan.
1. wanita yang dicerai suaminya (ditinggal mati
suaminya) kalau ia sedang mengandung maka masa
iddahnya hingga lahir anak yang dikandungnya.

2. bagi wanita yang dicerai suaminya dan ia masih


haid maka iddahnya ialah tiga quru’ (tiga kali suci).
MACAM MACAM
IDDAH
3. wanita yang ditalak suami dan ia sudah tidak
haid lagi maka iddahnya ialah tiga bulan.

4. wanita yang dicerai suaminya tetapi belum


dicampuri maka wanita tersebut tidak ada
iddahnya.
RUJUK MENURUT BAHASA ARTINYA
KEMBALI (MENGEMBALIKAN).

ADAPUN YANG DIMAKSUD RUJUK DISINI


ADALAH MENGEMBALIKAN STATUS
HUKUM PERKAWINAN SECARA PENUH
SETELAH TERJADI TALAK RAJ’I YANG
RUJUK
DILAKUKAN OLEH MANTAN SUAMI
TERHADAP MANTAN ISTRINYA DALAM
MASA IDDAHNYA DENGAN UCAPAN
TERTENTU.
F IR MAN AL L AH SW T ART IN YA : “ WAN ITA -WANITA YAN G
D ITAL AK H AN D AKL AH M EN AH AN D IR I ( M EN U N GGU ) T IG A KAL I
Q U R U . T ID AK BOL EH MER EKA MEN YEMBU N YIKAN APA YAN G
D IC IPTAKAN AL L AH D AL AM R AH IMN YA , J IKA MER EKA
BER IMAN KEPAD A A L L A H D A N H AR I AKH IR AT.

D AN SU AMI - SU AMIN YA
BER H AK MER U J U KIN YA D AL AM MASA MEN AN TI ITU
J IKA MER EKA ( PAR A SU AM I ) M EN G H EN DAKI ISH L AH .
D AN PAR A WAN ITA M E M P U N YA I H AK YAN G SEIM BAN G
D EN G AN KEWAJ IBAN N YA M EN U R U T C AR A YAN G M A’ R U F.
AKAN T ETAPI PAR A SU AM I , M EM PU N YAI SAT U T IN G KATAN
KEL EBIH AN D AR IPAD A IST ER IN YA . D AN AL L AH M AH A
PER KASA L AGI MAH A BIJ AKSAN A .” ( QS AL BAQAR AH :2 2 8 (
HUKUM RUJUK

a. Wajib khusus bagi laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu jika
salah seorang ditalak sebelum gilirannya disempurnakannya.

b. Haram apabila rujuk itu, istri akan lebih menderita

c. Makruh kalau diteruskan bercerai akan lebih baik bagi suami istri

d. Jaiz, hukum asal Rujuk

e. Sunah jika rujuk akan membuat lebih baik dan manfaat bagi suami
istri
RUKUN RUJUK

1. Istri, syaratnya pernah dicampuri, talak raj’i, dan masih dalam


masa iddah
2. Suami, syaratnya atas kehendak sendiri tidak dipaksa
3. Saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil
4. Sighat (lafal) rujuk ada dua, yaitu
• terang-terangan , misalnya “Saya rujuk kepadamu”
• perkataan sindiran, misalnya “Saya pegang engkau”
Perkawinan Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974
Pada garis besarnya, undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan terdiri atas 14 bab dan terbagi dalam 67 pasal.

1. Pencatatan perkawinan
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (2) dinyatakan bahwa “Tiap-tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan yang berlaku”.Selanjutnya dalam komplikasi hukum Islam di
indonesuia dirinci sebagai berikut.a. agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat
Islam, setiap perkawinan harus dicatatb. pencatatan perkawian harus dilakukan oleh
pegawai pencatat nikah.
setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan pegawai
pencatat nikah.perkawinan yang dilakukan diluar pegawai pencatat nikah tidak mempunyai
kekuatan hukum
2. Sahnya Perkawinan
Dalam UU No. 1 Thaun 1974 Pasal 2 Ayat (1) ditegaskan bahwa perkawinan
adalah sah
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya
itu.Selanjutnya ditegaskan dalam kompilasi hukum di inonesia sebagai
berikut.
1. Perkawinan adalah saha apabila dilakukan menurut aturan hukum Islam
2. Perkawinan yang menurut Islam adalah pernikahan, yaitu akad yangb
sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah.
3. Tujuan Perkawinan
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah
ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ditegaskan dalam kompilasi hukum Islam bahwa perkawinan bertujuan


mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah (QS Ar Rum : 21)
4. Batasan-Batasan dalam berpoligami
Pada undang-undang nomor 1 Tahun 1974 pasal 3
ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa “Pada asanya pada suatu perkawinan,
seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Begitu pula seorang
wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
”Selanjutnya dalam pasal 4 dan 5 ditegaskan bahwa apabila suami akan
beristri lebih dari seorang, ia wajib mengajukan permohonan kepada
pengadilan didaerah tempat tinggalnya.
Pengadilan hanya memberi izin untuk berpoligami apabila terdapat hal-hal
berikut ini.
A. Istri tidak dapat mejalankan
kewajibannya sebagai istri
B. Istri mendapat cacat badan ataui penyakit yang tidak dapat disembuhkan
C. Istri tidak dapat melahirkan keturunanDalam mengajukan permohonan,

harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut.


• 1. adanya persetujuan dari istri
• 2. adanya kepastian bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan
anak-anak mereka.

Anda mungkin juga menyukai