Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KHULU’ DAN ILA’

OLEH :

SUHERMAN

AHRIANTO

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat ,


petunjuk, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang bertemakan " *KHULU DAN ILA*" Penulisan makalah ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak.

Penulis menyadari makalah ini ini jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya

Makassar, 2023

ttd

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..2

DAFTAR ISI……………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..4

LATAR BELAKANG…………………………………….………..4

RUMUSAN MASALAH………………………………………..…5

TUJUAN PENULISAN……………………………………..…..…6

BAB II PEMBAHASAN……………………………………….…..7

KHULU …………………………………………… ………...…….7

ILA’…..………………………………………....…………….……12

BAB III PENUTUP………………………………………..………18

KESIMPULAN…………………………………..…………………18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menikah merupakan sunnah dari para Nabi untuk memiliki keturunan


yang sholeh, menjaga kemaluan dan kehormatan dari perbuatan tercela, serta
menjaga keberagaman secara umum. Dalam kehidupan berumah tangga,
perceraian atau talak menjadi kisah sedih dalam jalinan rumah tangga. Setiap
rumah tangga pasti memiliki masalah. Namun sering disayangkan jika harus
terjadi perceraian. Allah SWT menyarankan agar suami tidak mudah
menjatuhkan kata talak pada istrinya walaupun ada perasaan tidak suka.

Cerai dalam Islam adalah adalah melepaskan status ikatan perkawinan


atau putusnya hubungan pernikahan antara suami dan istri. Dengan adanya
perceraian, maka gugurlah hak dan kewajiban keduanya sebagai suami dan
istri.Artinya, keduanya tidak lagi boleh berhubungan sebagai suami istri,
misalnya menyentuh atau berduaan, sama seperti ketika belum menikah dulu.
Alquran juga mengatur adab dan aturan dalam berumah tangga, termasuk
bagaimana jika ada masalah yang tak terselesaikan dalam rumah tangga.Islam
memang mengizinkan perceraian, tapi Allah membencinya. Itu artinya,
bercerai adalah pilihan terakhir bagi pasangan suami istri ketika memang tidak
ada lagi jalan keluar lainnya.
Ayat tentang hukum perceraian ini berlanjut pada surat Al-Baqarah ayat
228 hingga ayat 232. Di sana diterangkan aturan-aturan mengenai hukum
talak, masa iddah bagi istri, hingga aturan bagi perempuan yang sedang dalam
masa iddahnya.Di dalam surat Ath-Thalaq ayat 1-7 juga dibahas aturan-aturan
dalam berumah tangga. Di situ disebutkan tentang kewajiban suami terhadap
istri hingga bagaimana aturan ketika seorang istri berada dalam masa
iddah.Dari beberapa ayat tersebut, diketahui bahwa dalam Islam perceraian itu
tidak dilarang, namun harus mengikuti aturan-aturan tertentu. Tentu saja
aturanaturan ini sangat memperhatikan kemaslahatan suami dan istri dan
mencegah adanya kerugian di salah satu pihak.

Dengan semakin kompleksnya permasalahan yang ada dalam


perkawinan, maka perlu digaris bawahi bahwasanya permasalahan-
permasalahan ini perlu dicermati akar permasalahannya. Akan tetapi
pemakalah hanya membatasi pembahasan materi khulu dan ila sebagai tugas
makalah dari Dosen mata kuliah Fiqih Munakahat. Dengan harapan
mahasiswa mampu memahami dan selanjutnya dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bisa memberikan pencerahan kepada
masyarakat sehingga konsep-konsep terkait ajaran-ajaran islam mengenai
perkawinan bisa teraplikasikan secara benar sehingga bisa tercipta kehidupan
yang harmonis di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penjelasan tentang khulu' atau khol'u ?
b. Bagaimana penjelasan mengenai ila ?
c. Apa dasar hukum khulu dan ila.?
d. Apa perbedaan khulu, ila, dan talak.?
C. Tujuan
a. Untuk mendeskripsikan mengenai khulu' atau khol'u.
b. Untuk mendeskripsikan mengenai ila.
c. Untuk mendeskripsikan dasar hukum khulu dan ila.
d. Untuk mendeskripsikan perbedaan khulu, pla, dan talak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Khulu’
a. Pengertian khulu’

Khulu yang terdiri dari lafaz kha-la-a yang berasal dari bahasa arab yang
berarti menanggalkan atau membuka pakaian. Dihubungkannya kata khulu
dengan perkawinan karena dalam alquran disebutkan suami itu sebagai
pakaian istriunya dan istri itu merupakan pakaian bagi suaminya yang
dijelaskan pada potongan ayat dalam surah al baqarah ayat 187

‫اس لَّه ۗ َُّن‬


ٞ َ‫اس لَّ ُكمۡ َوَأنتُمۡ لِب‬
ٞ َ‫ه َُّن لِب‬

Artinya “ mereka merupakan pakaian bagimu dan kamu merupakan


pakaian bagi mereka”

Penggunaan kata khulu dalm putusnya perkawinan karena istri sebagai


pakaian bagi suaminya berusaha meninggalkan pakaian itu dari suaminya.

Khulu’ atau talak tebus ialah bentuk perceraian atas persetujuan suami
isteri dengan jatuhnya talak satu dari suami kepada isteri dengan tebusan
harta atau uang dari pihak isteri yang menginginkan cerai dengan khulu itu.
Adanya kemungkinan bercerai dengan jalan khulu ini ialah untuk
mengimbangi hak talak yang ada pada suami. Dengan khulu ini si isteri
dapat mengambil inisiatif untuk memutuskan hubungan perkawinan
dengan cara penembusan. Penembusan atau pengganti yang diberikan isteri
pada suaminya disebut juga dengan kata “iwad”.

b. Dasar hukum khulu’


Khulu itu perceraian dengan kehendak istri. Hukumnya menurut
ulama adalah boleh atau mubah, dasar dari kebolehannya terdapat
dalam al-quran dan terdapat pula dalam hadis, telah berlaku secara
umum baik sebelum datangnya nabi atapun sesudahnya. Adapun
ayat al-quran yang membolehkan khulu terdapat dalam surah al-
baqarah potongan ayat 229 yang artinya :
Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak
menjalankan hukum-hukum allah, maka tidak ada dosa atas
keduanya tentang bayaran yang diberikan istri untuk menebus
dirinya.
c. Tujuan dan hikmah khulu’
Tujuan dari kebolehan khulu’ adalah untuk menghindarkan si
istri dari kesulitan dan kemudaratan yang dirasakannya bila
perkawinan dilanjutkan tanpa merugikan pihak sio suami karena
sudah mendapat iwadh dari istrinya atas permintaan cerai dari
istrinya.
Adapu hikmah dari hukum khulu ialah tampaknya keadilan allah
sehubungan dengan hubungan dengan suami istri . bila suami berhak
melepaskan diri dari hubungan dengtan istrinya menggunakan cara
thalak, istri juga mempunyai hak dan kesempatan bercerai dengan
suaminya dengan menggunakan khulu. 1

Khulu sebagai salah satu bentuk putusnya perkawinan tidak


diatur sama sekali dalam undang-undang perkawinan namun KHI
ada mengaturnya dalam dua tempat, yaitu pasal 1 ayat 1 (khulu
adalah perceraian yang terjadi atas permintaan istri dengan
memberikan tebus atau iwadh kepada dan atas persetujuan
suaminya.) Dan pasal 124 (khulu harus berdasarkan atas alasan
perceraian sesuai ketebtuan pasal 116.)
d. Syarat sahnya khulu’
Adapu syarat-syarat khulu adalah sebagai berikut :
a.) Perceraian dengan khulu itu harus dilaksanakan dengan kerelaan dan
persetujuan suami isteri Hendaknya isteri merupakan objek sah
untuk menjatuhkan talak kepadanya.
b.) Khulu dijatuhkan oleh suami sah yang berhak menjatuhkan talak dan
dia adalah suami yang memenuhi syarat kelayakan
c.) Lafal yang diucapkan itu menggunakan kata khulu atau sesuatu yang
memiliki pengertian sama, seperti lafal, ‘pembebasan’ dan ‘tebusan’.
d.) Khulu terjadi dengan tebusan yang diberikan oleh pihak isteri.
Sebab, dialah yang ingin lepas dari ikatan suami isteri yang sudah
tidak dapat menciptakan kebahagiaan seperti disyariatkan.

B. ILA’
1
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan undang-
undang perkawinan, hal 231-234
a. Pengertian ila’

Ila’ secara bahasa artinya tidak mau melakukan sesuatu dengan


cara bersumpah, atau sumpah. Secara istilah, ila’ berarti bersumpah
untuk tidak lagi mencampuri istri. Sumpah suami tersebut hendak
ditunggu sampai empat bulan (menurut perhitungan qamariyah). Jika
belum sampai empat bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik, dia
diwajibkan membayar denda sumpah (kafarat). Akan tetapi, jika sampai
empat bulan dia tidak kembali pada istrinya, hakim berhak
menyuruhnya untuk memilih dua hal, yaitu kembali kepada istrinya
dengan membayar kafarat sumpah atau menalak istrinya. Apabila suami
tidak bersedia menentukan pilihannya hakim memutuskan bahwa suami
telah menalak istrinya dengan talak ba’in sugra sehingga ia tidak dapat
rujuk kembali.

b. Dasar hukum ila’


Dalam pandangan islam ila’adalah perbuatan terlarang karena
menyalahi hakikat dari perkawinan untuk mendapatkan ketengan
hidup, kasih sayang dan rahmat. Tentang tingkat dosa bagi yang
melanggar larangan tersebut menurut ulama ulama lain diantaranya
al-khathin berpendapat bosa yang paling meng-ila istri itu adalah
dosa yang kecil.

Memang tidak ditemukan dalil dalam bentuk al-quran yang


secara tegas melarang melakukan ila’ begitu pula dengan hadis
namun dari beberapa isyarat dari ayat al-quran dan hadis dapat
disimpulkan adanya larangan itu.
Bahwa ila’ itu semacam sumpah dengan menggunakan nama
allah. Seandainya dia melakukan apa yang disumpahkannya itu dia
menanggung resiko berat dalam bentuk tuntutan allah membayar
kaffarah hal ini dinyatakan allh dalam surah al-maidah ayat 89 yang
artinya :
Allah tidak menghukum kamu disebabkan oleh sumpah kamu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah) tetapi dia menghukum kamu
disebabkan oleh sumpah-sumpah yang disengaja. Maka
kaffarah(melanggar) sumpah itu adalah memberi makan
sepuluhorang miskin dengan makanan yang biasa kamu berikan
kepada keluargamu atau memberi palaian kepada mereka atau
memerdeakakan hamba sahaya. Nila kamu tidak sanggup
melakukan yang demikian maka kaffarahnya adalah puasa tiga hari.
Demikianlah kaffarah sumpahmu bila kamu bersumpah, peliharalah
sumpahmu demikianlah allahmenjelaskan kepadamuayat-ayatnya
muda-mudahan kamu bersyukur.2

Dasar hukum ila’, Q.S Al-Baqarah ayat 226-227:

2
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan undang-
undang perkawinan, hal 275-278
)٢٢٦( ‫يم‬ٞ ‫َّح‬ ٞ ُ‫م تَ َربُّصُ َأ ۡربَ َع ِة َأ ۡشه ۖ ُٖر فَِإن فَٓا ُءو فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغف‬vۡ‫لِّلَّ ِذينَ ي ُۡؤلُونَ ِمن نِّ َسٓاِئ ِه‬
ِ ‫ور ر‬

َ َ‫وا ٱلطَّ ٰل‬


)٢٢٧( ‫يم‬ٞ ِ‫ق فَِإ َّن ٱهَّلل َ َس ِمي ٌع َعل‬ vْ ‫َوِإ ۡن َع َز ُم‬

artinya

“Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ istrinya diberi tangguh empat bulan


(lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka
sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang. (QS. Al-
Baqarah: 226)

Dan jika mereka ber’azam (bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya
Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 227)

C. Perbedaan khulu, Ila, dan Talak

Adapun pebedaan khulu, ila, dan talak ialah sebagai berikut :

a. Khulu sebenarnya tidak jauh beda dengan talak (memutus ikatan


pekawinan) akan tetapi khulu tidak mempunyai tingkatan-tingakatan
seperti talak satu sampai empat.
b. ila’ ada waktu tunggu sekitar 4 bulan lamanya untuk menetapkan
pilihan antara bersatu kembali tanpa ada pernikahan salah satu diantara
mereka dengan orang lain atau mereka berpisah selamanya (bercerai).
c. Sedangkan talak adalah satu bentuk putusnya ikatan perkawinan yang
mempunyai masa iddah, kemudian untuk istri harus terlebih dahulu
menikah dengan orang lain sebelum mereka bersatu kembali (rujuk).

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Khulu’ atau talak tebus ialah bentuk perceraian atas


persetujuan suami isteri dengan jatuhnya talak satu dari suami
kepada isteri dengan tebusan harta atau uang dari pihak isteri yang
menginginkan cerai dengan khulu itu. Adanya kemungkinan bercerai
dengan jalan khulu ini ialah untuk mengimbangi hak talak yang ada
pada suami. Dengan khulu ini si isteri dapat mengambil inisiatif
untuk memutuskan hubungan perkawinan dengan cara penembusan.
Penembusan atau pengganti yang diberikan isteri pada suaminya
disebut juga dengan kata “iwad”.

Khulu itu perceraian dengan kehendak istri. Hukumnya menurut


ulama adalah boleh atau mubah, dasar dari kebolehannya terdapat
dalam al-quran dan terdapat pula dalam hadis, telah berlaku secara
umum baik sebelum datangnya nabi atapun sesudahnya. Adapun
ayat al-quran yang membolehkan khulu terdapat dalam surah al-
baqarah potongan ayat 229 yang artinya :
Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak
menjalankan hukum-hukum allah, maka tidak ada dosa atas
keduanya tentang bayaran yang diberikan istri untuk menebus
dirinya.
Ila’ secara bahasa artinya tidak mau melakukan sesuatu
dengan cara bersumpah, atau sumpah. Secara istilah, ila’ berarti
bersumpah untuk tidak lagi mencampuri istri. Sumpah suami
tersebut hendak ditunggu sampai empat bulan (menurut perhitungan
qamariyah). Jika belum sampai empat bulan dia kembali kepada
istrinya dengan baik, dia diwajibkan membayar denda sumpah
(kafarat). Akan tetapi, jika sampai empat bulan dia tidak kembali
pada istrinya, hakim berhak menyuruhnya untuk memilih dua hal,
yaitu kembali kepada istrinya dengan membayar kafarat sumpah
atau menalak istrinya. Apabila suami tidak bersedia menentukan
pilihannya hakim memutuskan bahwa suami telah menalak istrinya
dengan talak ba’in sugra sehingga ia tidak dapat rujuk kembali.

Anda mungkin juga menyukai