Anda di halaman 1dari 5

KARYA TULIS ILMIAH

RUJUK DALAM HUKUM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Drs. Moh. Mukhlas, M.Pd

Disusun Oleh:

Fahmi Azka Al Fikri

(101220056

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2023
1.1 PENDAHULUAN

Perkawinaan adalah akad yang menghalalkan hubungan laki-laki dengan


perempuan dalam ikatan suami istri. Dalam perkawinan setiap orang ingin
membentuk keluarga bahagia dan utuh sampai akhir hayat tetapi, kadang ada suatu
permasalahan yang membuat pertengkaran bahkan menngambil jalan perceraian.
Allah paling membenci hal tersebut.
Talak ialah melepaskan ikatan nikah dari pihak suami dengan mengucapkan
lafazh yang tertentu, misalnya suami berkata kepada istrinya. Pada dasarnya talak
hukumnya boleh, tetapi sangat dibenci menurut pandangan syara’. Ucapan untuk
mentalak istri ada dua yaitu ucapan sharih, yaitu ucapan yang tegas maksudnya untuk
mentalak, dan ucapan yang kinayah yaitu ucapan yang tidak jelas maksudnya.
Salah satu jalan untuk kembali yang digunakan seorang suami kepada
mantan istrinya ialah dengan rujuk. Kesempatan itu diberikan kepada setiap manusia
oleh Allah untuk memperbaiki perkawinannya yang sebelumnya kurang baik. Hal
tersebut merupakan salah satu hikmah rujuk.
Rujuk sendiri mempunyai pengertian yang luas yaitu kembalinya seorang
suami kepada istri yang telah ditalak raj’i bukan talak ba’in selama masih dalam masa
iddah. Dari definisi tersebut, terlihat beberapa kata kunci yang menunjukan hakikat
perbuatan rujuk. Seseorang yang ingin melakukuan rujuk harus memperhatikan hal-
hal yang berkaitan mengenai rujuk agar terlaksana dengan baik. Diantara hal-hal yang
berkaitan ialah: Pendapat imam madzhab, hikmah rujuk serta rukun dan syarat dalam
rujuk. Untuk lebih jelas, dalam karya tulis ilmiah ini akan dibahas mengenai hal-hal
tersebut.

1.2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Rujuk dalam Hukum Islam

Rujuk berasal dari bahasa arab yaitu raja‟a - yarji‟u - ruju‟an yang berarti kembali
atau mengembalikan. Rujuk menurut istilah adalah mengembalikan status hukum perkawinan
secara

penuh setelah terjadi thalak raj‟i yang dilakukan oleh bekas suami terhadap bekas istrinya
dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu. (Djaman nur, 1993: 74).
Rujuk adalah kembali kepada ikatan perkawinan yang sempat rusak dengan
perceraian tanpa akad nikah dan selagi istri dalam masa iddah. (Ali, 2006: 45). Hal ini
merupakan satu kesempatan diberikan oleh Islam, yang diberikan pasangan suami istri yang
telah melakuakn talak raj’i untuk kembali meragut cinta kasih dalam mahligai rumah tangga.
Toleransi yang diberikan untuk kembali kepada ikatan suci suatu perkawiana dengan jalan
rujuk dapat dimaafkan dengan sebaik-baiknya untuk membawa kembali membawa keutuhan
dan kebahagian rumah tangga, Sehingga istri dan anak-anak meresa dilindungi hak-haknya,
tentram dan bahagia menjalankan kehidupan.

Pada dasarnya para ulama madzhab sepakat, walaupun dengan redaksi yang berbeda
bahwa rujuk adalah kembalinya suami kepada istri yang dijatuhi talak satu dan atau dua,
dalam masa iddah dengan tanpa akad nikah yang baru, tanpa melihat apakah istri mengetahui
rujuk suaminya atau tidak, apakah ia senang atau tidak, dengan alasan bahwa istri selama
masa iddah tetapi menjadi milik suami yang telah menjatuhkan talak tersebut kepadanya.

B. Rukun Dan Syarat Rujuk

(Syarifuddin, 2010: 145). Unsur yang menjadi rukun dan syarat-syarat untuk setiap
rukun itu adalahsebagai berikut:

1.Laki-laki yang meruju’ istrinya mestilah seorang yang mampu


melaksanakan pernikahan dengan sendirinya, yaitu telah dewasa dan sehat akalnya.

2.Perempuan yang dirujuki adalah perempuan yang telah dinikahinya dan


kemudian diceraikannya tidak dalam bentuk cerai tebus (khulu’) dan tidak
pula dalam talak tiga, sedangka dia telah digauli selama dalam perkawinan itu
dan masih berada dalam masa idah.

3.Ada ucapan ruju’ yang diucapakan oleh laki-laki. Karena ruju’ itu bukan
memulai nikah, tetapi hanya sekedar melanjutkan pernikahan. Ucapan
ruju’ itu menggunakan lafaz yang jelas untuk ruju’

Kemudian, yang menjadi rukun dalam melaksanakan rujuk antara lain adalah:

1.Istri. keadaan disyaratkan:


a.Sudah dicampuri, karena istri yang belum dicampuri apabila ditalak,terus putus
pertalian antara keduanya.
b Istri yang tertentu. Kalau suami yang menalak beberapa istrinya,kemudian ia ruju’
kepada salah seorang dari mereka dengan tidak ditentukan siapa yang dirujukkan,
rujuknya itu tidak sah.

2.Suami. Rujuk itu dilakukan oleh suami atas kehendaknya sendiri artinya bukan
dipaksa.

3.Saksi. Para ulama berselisih paham, apakah saksi itu wajib menjadi rukunatau
sunnat. Sebagian mengatakan wajib, sedangkan yang lainmengatakan tidak wajib,
melainkan sunat.

4. Sighat (lafadz). Sighat ada dua, yaitu


a.Terang-terangan, misalnya dikatakan, “Saya kembali kepada istrisaya,” atau “Saya
rujuk kepadamu”.

b.Melalui sindiran, misalnya “Saya pegang engkau, atau menikahengkau”, dan


sebagainya.

c..Dengan perbuatan: Ada ikhtilaf di kalangan ulama atas hukum rujukdengan


perbuatan. (Saebani, 2001: 102).

C. Hikmah Rujuk
Rujuk merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena ada kalanyaseseorang
menceraikan istrinya tapi kemudian menyesali tindakannya itu. Hal ini disinggung oleh Allah
SWT dalam firman-Nya, “ Kamu tidak tahu,baragkali Allah menjadikan sesudah itu sesuatu
yang baru. (QS. Ath-Thalaqayat 1).Di saat itulah dibutuhkan kesempatan untuk
mengembalikan hubungan seperti semula. Jika tidak ada rujuk, maka dia tidak dapat menjalin
kembali hubungan tersebut karena bisa saja sang istri tidak bersedia untuk menikah kembali
dengannya, sedangkan dia sendiri tidak dapat menahan kesabaran untuk bersua dengannya,
sehingga bisa saja terjerumus dalam perbuatan zina.Karena itulah syariat membenarkan
adanya rujuk untuk memperbaiki hubungan antara pasangan suami istri. Dan karena itu pula,
syariat tidak membenarkan wanita yang diceraikan untuk keluar dari rumah suaminya -tidak
seperti kenyataan yang terjadi saat ini karena masih ada harapan yang sangat besar untuk
kembalinya hubungan mereka seperti sediakala, setelah hilangnya faktor yang memicu
terjadinya talak tersebut. (Sayyid Salim, 2007: 774).

1.3 KESIMPULAN

Dari artikel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya rujuk secara bahasa berarti
kembali atau mengembalikan, sedangkan secara istilah adalah mengembalikan status hukum
perkawinan secara penuh setelah terjadi thalak raj‟i yang dilakukan oleh bekas suami
terhadap bekas istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu, upaya yang mengarah
untuk kembalinya status perkawinan atau halalnya hubungan kelamin secara penuh setelah
terjadi talak raj’i antara bekas suami dan bekas istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan
tertentu, adapun juga terdapat syarat-syarat rujuk antara lain: laki laki yang meruju’ istrinya
merupakan seorang yang mampu melaksanakan pernikahan dan sehat akalnya, perempuan
yang diruju’ adalah perempuan yang dinikahi lalu diceraikannya, tidak dalam bentuk cerai
tebus (khulu’), ada ucapan ruju’ yang diucapkan laki-laki, adapun rukun-rukun ruju’ terdapat
4 poin yaitu: istri yang ditentukan, suami, saksi, sighat(lafadz). Kemudian hikmah adanya
ruju’ dapat meminimalisir seorang laki laki agar tidak merasakan penyesalan dan memikirkan
matang-matang atas perbuatannya yang mungkin dilakukan dalam keadaan mendesak, juga
untuk memperbaiki hubungan suami istri serta keturunannya.

DAFTAR PUSAKA

Djaman Nur, Fiqih Munakahat, (Bengkulu: Dina Utama Semarang, 1993), h.174

Ali, Zainuddin, Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Media Grafika, 2006) h. 45

Amir Syarifuddin.Garis-garis Besar Fiqh. (Jakarta: Kencana, 2010)., hal. 145

Beni Ahmad Saebani.Fiqh Munakahat . (Bandung: Pustaka Setia, 2001)., hal. 102

Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim.Fiqih Sunah untuk Wanita. (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya
Umat, 2007)., hal. 774

Anda mungkin juga menyukai