Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
(101220056
FAKULTAS SYARIAH
2023
1.1 PENDAHULUAN
1.2 PEMBAHASAN
Rujuk berasal dari bahasa arab yaitu raja‟a - yarji‟u - ruju‟an yang berarti kembali
atau mengembalikan. Rujuk menurut istilah adalah mengembalikan status hukum perkawinan
secara
penuh setelah terjadi thalak raj‟i yang dilakukan oleh bekas suami terhadap bekas istrinya
dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu. (Djaman nur, 1993: 74).
Rujuk adalah kembali kepada ikatan perkawinan yang sempat rusak dengan
perceraian tanpa akad nikah dan selagi istri dalam masa iddah. (Ali, 2006: 45). Hal ini
merupakan satu kesempatan diberikan oleh Islam, yang diberikan pasangan suami istri yang
telah melakuakn talak raj’i untuk kembali meragut cinta kasih dalam mahligai rumah tangga.
Toleransi yang diberikan untuk kembali kepada ikatan suci suatu perkawiana dengan jalan
rujuk dapat dimaafkan dengan sebaik-baiknya untuk membawa kembali membawa keutuhan
dan kebahagian rumah tangga, Sehingga istri dan anak-anak meresa dilindungi hak-haknya,
tentram dan bahagia menjalankan kehidupan.
Pada dasarnya para ulama madzhab sepakat, walaupun dengan redaksi yang berbeda
bahwa rujuk adalah kembalinya suami kepada istri yang dijatuhi talak satu dan atau dua,
dalam masa iddah dengan tanpa akad nikah yang baru, tanpa melihat apakah istri mengetahui
rujuk suaminya atau tidak, apakah ia senang atau tidak, dengan alasan bahwa istri selama
masa iddah tetapi menjadi milik suami yang telah menjatuhkan talak tersebut kepadanya.
(Syarifuddin, 2010: 145). Unsur yang menjadi rukun dan syarat-syarat untuk setiap
rukun itu adalahsebagai berikut:
3.Ada ucapan ruju’ yang diucapakan oleh laki-laki. Karena ruju’ itu bukan
memulai nikah, tetapi hanya sekedar melanjutkan pernikahan. Ucapan
ruju’ itu menggunakan lafaz yang jelas untuk ruju’
Kemudian, yang menjadi rukun dalam melaksanakan rujuk antara lain adalah:
2.Suami. Rujuk itu dilakukan oleh suami atas kehendaknya sendiri artinya bukan
dipaksa.
3.Saksi. Para ulama berselisih paham, apakah saksi itu wajib menjadi rukunatau
sunnat. Sebagian mengatakan wajib, sedangkan yang lainmengatakan tidak wajib,
melainkan sunat.
C. Hikmah Rujuk
Rujuk merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena ada kalanyaseseorang
menceraikan istrinya tapi kemudian menyesali tindakannya itu. Hal ini disinggung oleh Allah
SWT dalam firman-Nya, “ Kamu tidak tahu,baragkali Allah menjadikan sesudah itu sesuatu
yang baru. (QS. Ath-Thalaqayat 1).Di saat itulah dibutuhkan kesempatan untuk
mengembalikan hubungan seperti semula. Jika tidak ada rujuk, maka dia tidak dapat menjalin
kembali hubungan tersebut karena bisa saja sang istri tidak bersedia untuk menikah kembali
dengannya, sedangkan dia sendiri tidak dapat menahan kesabaran untuk bersua dengannya,
sehingga bisa saja terjerumus dalam perbuatan zina.Karena itulah syariat membenarkan
adanya rujuk untuk memperbaiki hubungan antara pasangan suami istri. Dan karena itu pula,
syariat tidak membenarkan wanita yang diceraikan untuk keluar dari rumah suaminya -tidak
seperti kenyataan yang terjadi saat ini karena masih ada harapan yang sangat besar untuk
kembalinya hubungan mereka seperti sediakala, setelah hilangnya faktor yang memicu
terjadinya talak tersebut. (Sayyid Salim, 2007: 774).
1.3 KESIMPULAN
Dari artikel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya rujuk secara bahasa berarti
kembali atau mengembalikan, sedangkan secara istilah adalah mengembalikan status hukum
perkawinan secara penuh setelah terjadi thalak raj‟i yang dilakukan oleh bekas suami
terhadap bekas istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu, upaya yang mengarah
untuk kembalinya status perkawinan atau halalnya hubungan kelamin secara penuh setelah
terjadi talak raj’i antara bekas suami dan bekas istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan
tertentu, adapun juga terdapat syarat-syarat rujuk antara lain: laki laki yang meruju’ istrinya
merupakan seorang yang mampu melaksanakan pernikahan dan sehat akalnya, perempuan
yang diruju’ adalah perempuan yang dinikahi lalu diceraikannya, tidak dalam bentuk cerai
tebus (khulu’), ada ucapan ruju’ yang diucapkan laki-laki, adapun rukun-rukun ruju’ terdapat
4 poin yaitu: istri yang ditentukan, suami, saksi, sighat(lafadz). Kemudian hikmah adanya
ruju’ dapat meminimalisir seorang laki laki agar tidak merasakan penyesalan dan memikirkan
matang-matang atas perbuatannya yang mungkin dilakukan dalam keadaan mendesak, juga
untuk memperbaiki hubungan suami istri serta keturunannya.
DAFTAR PUSAKA
Djaman Nur, Fiqih Munakahat, (Bengkulu: Dina Utama Semarang, 1993), h.174
Ali, Zainuddin, Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Media Grafika, 2006) h. 45
Beni Ahmad Saebani.Fiqh Munakahat . (Bandung: Pustaka Setia, 2001)., hal. 102
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim.Fiqih Sunah untuk Wanita. (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya
Umat, 2007)., hal. 774