Tugas Agama Moh Johari
Tugas Agama Moh Johari
Di Susun Oleh :
MOH JOHARI KUMARA 14201.14.22048
DATA DIRI
َال ُتَس اِفِر الَم ْر َأُة َثَالًثا ِإاَّل َم َع ِذ ي َم ْح َر ٍم:عن ابن عمر رضي هللا عنهما أن رسول هللا صلى هللا عليه وآله وسلم قال
Artinya, “Dari Ibnu Umar bahwa Nabi SAW bersabda, ‘Janganlah seorang wanita bepergian
selama tiga hari kecuali bersama mahramnya,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam redaksi hadits yang lainnya disebutkan, قال رسول هللا صلى هللا:عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال
ال َيحل المرأة تؤمن باهلل واليوم اآلخر أن تسافر مسيرة يوم وليلة إال ومعها ذو َم حرم:عليه وسلم
Artinya, “Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ’Janganlah seorang wanita
bepergian sejauh perjalanan sehari semalam kecuali bersama dengan mahramnya,’” (HR
Tirmidzi).
Tapi selain hadits-hadits tentang larangan bepergian untuk perempuan seperti di atas,
ternyata ada juga hadits-hadits yang menyatakan kebolehan bepergian untuk perempuan.
Dalam satu riwayat dalam Shahih Muslim, disebutkan sahabat Umar bin Khatthab RA
memperkenankan istri Nabi Muhammad SAW untuk melakukan perjalanan haji dan umrah,
yang ternyata tanpa didampingi mahram mereka, melainkan didampingi sahabat Utsman bin
Affan dan Abdurrahman bin Auf. Tentu saja perjalanan haji dan umrah istri-istri Nabi ini
dari Madinah ke Makkah, yang jaraknya tak kurang dari 400 km.
فبعث معهَّن عثمان وعبدالرحمن بن،أن عمر رضي هللا عنه أِذ ن ألزواج النبي صلى هللا عليه وسلم في آخر حجة حَّجها
عوف
Artinya, “Umar mengizinkan para istri nabi SAW pergi haji pada haji yang terakhir dan
mengutus Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf,” (HR Muslim). Oleh sebagian
ulama mazhab, keamanan dan tiada fitnah inilah yang dijadikan larangan bepergian, bukan
karena tiadanya mahram. Ada juga pendapat bahwa mahram dapat digantikan dengan
seorang wanita yang dapat dipercaya. Hanya saja, hal itu hanya dibolehkan dalam bepergian
yang dinilai wajib, seperti haji.
Beragam pandangan dari hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa perempuan bepergian
tanpa mahram itu memungkinkan dan boleh dengan mengacu pendapat bahwa mereka mesti
aman dalam perjalanan, atau jika dalam konteks menetap di luar daerah, aman di tempat
tujuan. Bagaimana untuk keperluan belajar atau kerja? Mengingat kian banyak mahasiswi
menempuh pendidikan di luar daerah bahkan luar negeri, serta banyaknya pekerja migran.
Realitasnya, gelombang wanita perantauan ini telah terjadi dari masa ke masa. Hal ini
dibolehkan, merujuk fatwa kontemporer dari Darul Ifta’ Al-Mishriyyah menyatakan:
هو جواز سفرها مع الرفقة المأمونة:والمختار للفتوى في شأن سفر المرأة لحضور منحة علمية من دون زوج أو محرم
بشرط األمان وموافقة الزوج أو الولي...
Artinya, “Pendapat yang lebih dipilih dalam adalah bepegian demi untuk menuntut ilmu
tanpa ditemani mahram atau suami adalah boleh, asalkan ditemani dengan rekan yang
terpercaya, aman, serta diiringi dengan izin dari pihak suami atau walinya.” Lebih jauh,
larangan bepergian untuk perempuan kiranya tidak hanya soal halal haram, tapi juga perlu
ditinjau dari pertimbangan adat atau sosial yang masih berkembang di masyarakat. Di zaman
sekarang, kenyataannya perempuan telah bergerak melampaui fatwa-fatwa di atas: para
pekerja migran, pelajar di negeri-negeri jauh, maupun bepergian ke beragam tempat di
penjuru negeri. Hal ini menunjukkan bahwa prasyarat keamanan dan perlindungan inilah
yang menjadi lebih utama dalam upaya memberi ruang lebih untuk perempuan di ranah
publik.
ARGUMEN:
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam di Indonesia memiliki pandangan yang
beragam. Meskipun NU memiliki tradisi Islam yang kuat, terdapat keberagaman interpretasi
dalam hal hukum wanita bepergian tanpa mahram. Beberapa argumen yang dapat diajukan
menurut pandangan NU mungkin mencakup:
Penting untuk dicatat bahwa ini hanyalah potensi argumen, dan pandangan individu dalam NU
bisa bervariasi. Interpretasi dan pandangan tentang hukum ini dapat bergantung pada
pemahaman tokoh agama dan konteks lokal.
PENDAPAT:
Sebagai individu, saya berpendapat karena berbedanya waktu yang ditentukan oleh
rasulullah dalam beberapa hadits , bahwa berdasarkan kesepakatan ulama bahwa yang menjadi
lillah (alasan) diharuskannya wanita yang bepergian / shafar harus dengan mahram adalah untuk
menghindari fitnah, jika aman dari fitnah maka bepergian tanpa harus dengan mahram. Adapun
pengertian fitnah disini menurut kitab-kitab fiqih dari ulama salaf adalah aman dari gangguan
jima’ dan mukoddumah’nya (dipegang-pegang, disenggol-senggol atau gangguan seksual,
pelecehan seksual).