Anggota
1. Hafifah Mufaizah 2011001035
2. Hoirur rosikin 2011001037
3. Yayah asriyah suparman 2011001038
4. Muhammad banu harawanto 2011001039
5. Shania rahmanngtyas 2011001040
6. Eva oktavia ramuli 2011001042
Makna Islam Berkemajuan dan Perempuan berkemajuan
Muhammadiyah pertama kali mengusung “Islam berkemajuan” pada Muktamar yang
ke 46 di Yogyakarta pada tahun 2010.
Islam berkemajuan artinya Islam adalah agama yang membawa misi kemajuan dan
membangun peradaban manusia. Selain itu agama islam sendiri selalu bisa mengikuti zaman
dalam segala bentuk perubahan. Konsep Islam berkemajuan adalah untuk memurnikn ajaran
islam dari segala campuran budaya dan adat yang tidak tertera dalam Al Quran dan hadist,
Islam berkemajuan mengandung nilai kebaikan, kebenaran dan keadilan serta kedamaian.
Muhammadiyah memiliki 5 pondasi Islam berkemajuan
1. Menegakkan tauhid murni dan menjauh dari hal hal yang menjurus kemusyrikan.
Tauhid sendiri memiliki arti mengEsakan yaitu tidak mendukan Allah dalam hal
apapun
2. Pemahaman Alquran dan sunah secara mendalam, dan menjadikanya sebagai
pedoman hidup
3. Amal soleh yang fungsional dan solutif. Rosul pernah bersabda sebaik baik manusia
adalaah yang bermanfaat bagi sesamanya. Oleh sebab itu kita sebagai umat sudah
sehsarusnya melakukan amalan yang tak berupa ibadah mahdah saja tetapi juga
melaksanakan amalan yang bermanfaat bagi umat
4. Berorientasi pada kekinian dan masa depan, artinya kita dituntut untuk melakukan
sesuatu dengan memikirkan kedepanya agar selalu bias mengikuti arus perkembangan
zaman.
5. Toleran, moderat, menjunjung tibggi kerja sama, umat islam boleh bekerja sama
denga siapa saja asal tidak melanggar syariat agama, Hal itu dilakukan agar terjadi
kehidupan masyarakat yang Makmur.
Kedudukan Perempuan Dalam Islam
Kedudukan wanita dalam masyarakat atau kesetaraan gender menjadi salah satu isu
prioritas. Kerap kali perempuan dianggap lemah sehingga menjadi salah satu faktor hambatan
dalam aspek pekerjaan dan kehidupan bermasyarakat lainnya. Seiring dengan meningkatnya
kesadaran kaum perempuan akan haknya, perlu sikap yang arif dari para ulama atau tokoh
agama dalam memberikan pencerahan. Lantas bagaimanakah Islam menyikapi isu ini?
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan & Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, S.H.,
M.Ag dalam sambutannya berpesan, “Agar perempuan mampu memperjuangkan kepentingan
dirinya tanpa tergantung pada orang lain, maka dari ini diperlukan upaya pemberdayaan
perempuan”.
Menurut Rohidin perempuan berkewajiban membungkam mitos-mitos filsafati bias laki-laki,
seperti pandangan bahwa hidup perempuan hanya sekedar di dapur, sumur, mengurus
keluarga dan anak. Yang dianggap membuat kaum perempuan tertindas bahkan menjadikan
perempuan manusia terbatas.
Sedangkan, KH. Nasaruddin Umar dalam ceramahnya mengatakan, “Asmaul Husna yang 99
itu sesungguhnya memberikan tempat yang istimewa kepada kaum perempuan, karena 80%
asmaul husna itu sebagai nama-nama wanita dan hanya 20% nama laki-laki” ujarnya.
Ia pun mengutip pandangan Syaikh Ibnu Arabi yang pernah menjelaskan kepada muridnya
jika ingin mendapatkan ketinggian martabat cepat di sisi Allah SWT maka kalian terlebih
dahulu harus “menjadi perempuan”.
“Maksud di sini bukan berarti kaum laki-laki harus berubah menjadi perempuan namun
menciptakan jati diri yang lebih menonjol seperti yang dicirikan asmaul husna dan karakter
yang dicontohkan Nabi besar kita Muhammad SAW”, terangnya.
Al-Quran juga lebih menonjolkan sebagai feminis book daripada maskulin book. Terlihat dari
banyaknya kata Ar-Rahman juga Ar-Rahim terulang sebanyak 114 kali dalam Al-Quran dan
berasal dari satu akar kata yang sama yaitu Rahim yang artinya cinta dan kasih sayang yang
menggambarkan sosok perempuan sekali. Ada juga kata-kata maskulin seperti Al-Mutakabbir
(Sombong) dan Al-Mutaqim (Pendendam) tapi itu hanya terulang satu kali saja.
“Femiliti is a super power, surga berada dibawah telapak kaki ibu yang berarti perempuan.
Kepada siapa kami mengabdi Allah menyebutkan ibumu sebanyak tiga kali baru setelah itu
ayahmu” jelasnya.
Padahal Al-quran maupun Hadist tidak pernah menyebutkan sama sekali bahwa perempuan
tercipta dari tulang rusuk. Pendapat ini justru muncul dari kitab Talmud yaitu tafsirnya kitab
Taurat di dalam perjanjian lamanya.
Perempuan juga boleh menjadi pemimpin, Allah SWT menyebutkan Ratu Balqis dan
ceritanya dalam tiga surat yang panjang. Yang maksudnya Allah memberikan contoh bahwa
ada perempuan hebat yang menjadi pemimpin.
KH. Nasaruddin menekankan bahwa yang bias gender itu bukan Islam bukan juga Al-Quran
namun tafsirannya yang keliru. “Justeru dengan hadirnya Al-Quran itu membawa keadilan
seperti sebelum Islam datang wanita tidak mendapat waris tapi setelah Islam datang wanita
berhak menerima waris”, pungkasnya. (CSN/ESP)
Islam menciptakan wanita sebagai pasangan dari laki-laki. Sebagaimana terdapat dalam
Alquran surat Al Hujarat :
“ Hai manusia, sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang
perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sungguh yang mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling
bertaqwa. Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS : Al Hujarat, ayat 13)
Dalam ayat di atas menjelaskan posisi dari wanita muslimah menurut islam dan laki-laki
muslim sebagai berikut: bahwa Posisi wanita dalam Islam adalah pendamping laki-
laki. Kodrat wanita dalam islam bukan bawahan atau pun atasan yang bisa diperlakukan
sekehendak hati atau dituruti layaknya boss. Namun wanita adalah teman hidup yang sejajar.
Pada akir ayat Allah menegaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah, tergantung
dari tingkatan iman dalam islam atau ketaqwaannya pada Allah
Ini merupakan bentuk dari Islam mengistimewakan wanita. dalam suatu riwayat dijelaskan
tentang seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang harus dicintainya
lebih dulu, maka Rasulullah SAW menjawab ibumu, pertanyaan tersebut diulang sampai tiga
kali dengan jawaban yang sama, dan setelah ditanya keempat kalinya baru kemudian Rasul
menjawab ayahmu. Begitu tinggi penghargaan Islam kepada pengorbanan seorang wanita.
Sehingga ketika menjadi seorang ibu maka wanita mendapat derajad tiga kali lebih tinggi
dibanding ayah. Baca juga, kedudukan wanita dalam islam
Agama Islam melarang membunuh wanita dan anak-anak dalam perang. Dalam hadist
Rasulullah SAW berkata :
“Rasulullah telah melarang orang-orang yang telah membunuh Ibnu Abu Al Huqaiq untuk
membunuh wanita dan anak-anak. Abdurahman berkata, salah seorang dari mereka berkata
“ istri dari Ibnu Abu Al Huqaiq telah menyusahkan kita dengan teriakannya, aku lalu
mengangkat pedangku untuk membunuhnya, namun aku teringat dengan larangan
Rasulullah. Maka akupun mengurungkan niatku, seandainya tidak ada larangan itu, niscaya
aku akan membunuhnya ( HR. Malik)
Pada masa Jahiliyah wanita dianggap sama seperti barang yang bisa diwariskan. Namun
Islam memperlakukan wanita layaknya manusia. Islam memberi wanita hak atas warisan
terhadap harta dalam islam dengan pembagian yang telah ditentukan, sebagaimana dalam
Alquran surat An Nisa.
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan kerabatnya. Dan
bagi perempuan juga ada hak bagian pula dari harta peninggalan ibu bapak dan
kerabatnya. Baik sedikit atau banyak dari harta yang telah ditetapkan.” ( QS. An Nisa, ayat
7)
Wanita sholehah adalah wanita yang bertaqwa pada Allah, yang mengerjakan amal baik dan
meninggalkan larangan-Nya. Untuk itu Allah membalasnya dengan jaminan masuk surga dari
pintu manapun yang diinginkanya. Sebagai mana terdapat dalam hadist berikut :
“Dari Abi Hurairah RA, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda” apabila seorang wanita
telah melaksanakan sholat lima waktunya, menjalankan puasa, menjaga kemaluannya, dan
taat pada suaminya, maka dia akan masuk surga dari pintu manapun yang disukainya.”
Dalam Islam, Allah mengatur wanita untuk menutup aurat agar terhindar dari pandangan
syahwat laki-laki,Sebagaimana terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 59:
“ Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, serta pawa wanita
orang-orang mukmin. Agar mereka mengulurkan atas diri mereka jilbab mereka. Hal itu
menjadikan mereka mudah dikenal ( sebagai wanita muslimah yang terhormat dan
merdeka ), sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah senantiasa maha pengampun lagi
maha penyayang. “ (QS. Al Ahzab ayat 59)
Allah juga mengatur wanita yang baik dinikahi menurut islam sebanyak 4 orang maksimal,
dengan syarat harus adil. Hal ini bertujuan agar perilaku Jahiliyah tidak terulang lagi, yaitu
menikahi wanita sesuka hati sebanyak yang dikehendaki.
Dan suran An Nisa Allah SWT berfirman :
“ Nikahilah perempuan yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu kawatir
tidak bisa berlaku adil maka nikahilah seorang saja. Atau hamba sahaya yang kamu miliki,
yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim” (QS. An Nisa ayat 3)