Anda di halaman 1dari 17

Kala Islam Memandang Perempuan; Pandangan Alternatife Ditengah

Dogma Dan Penafsiran Naskah Suci1


Oleh : Faiz Zawahir M2

Praktek anti emansipasi masih sering didengungkan atas dasar doktrin agama.
Perempuan masih sering dianggap tidak “sejajar” dengan laki-laki. Kalaupun ada perempuan
yang bereperan aktif dan menempati posisi yang cukup strategis ditengah masyarakat baik
dalam struktur politik ataupun social masih sering terbersit rasa bersalah,rasa menyimpang
dan bukan muslimah yang baik. Feminism masih sering diidentikan dengan rasa rendah diri,
dan kelembutan yang lebih beraksentuasi sebagai objek yang menjadi sasaran dari sesuatu
yang lebih superior. Feminisme yang demikian melahirkan sikap inferiority complex atau
ketergantungan pada laki-laki. Tingginya prestasi seorang perempuan seakan dinilai dari
tingkat keridoan daripada laki-laki.
Pandangan teologis yang demikian itu terlahir dari doktrin agama yang menganggap
bahwa perempuan tercipta dari “tulang rusuk bengkok laki-laki” serta penyebab langsung
tergelincirnya adam dari surga. Doktrin ini melahirkan sikap androsentrisme yang
menempatkan laki-laki sebagai titik sentral dalam kehidupan di masyarakat. Bahkan yang
lebih parah lagi doktrin ini terkadang melahirkan sikap missogini atau rasa benci dan
pelecehan pada perempuan.

A. Perempuan ditinjau dari ferspektif al-quran;sebuah pandangan alternatif


Secara doktrin yang sangat mendasar, islam menempatkan laki-laki dan perempuan
dalam setatus yang sama yaitu “abid” , “makhluq” dan sebagai “khalifah”.3 Dalam doktrin
ini tidak terdapat superioritas antara laki-laki dan perempuan baik dari segi asal-usul ataupun
setatusnya. Oleh sebab itu konsepsi feminism dari sisi al-qur’an tidak mengandung arti
bahwa perempuan dibawah dari laki-laki.
Selama kaum wanita hidup dalam kondisi dogmatis yang menempatkan laki-laki lebih
superioritas dari perempuan maka perempuan tidak akan pernah menjadi manusia yang

1 Disampaikan pada Latihan khusus KOHATI HMI Cabang Ciamis 28 oktober 2016

2 Kader HMI yang tumbuh dan berkembang di lingkungan HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten
Bandung

3 Lihat QS.Albaqorah : 30
seutuhnya dan memiliki kepribadian yang sempurna, dalam artian dia memiliki dirinya
sendiri “self assertive”.4
Alqur’an tidak merinci secara jelas mengenai penciptaan Hawa “wanita” . hawa yang
selama ini sering dipersefsikan sebagai istrinya adam sama sekali belum pernah disinggung
dalam alquran, istilah “adam wa hawa” hanya ditemukan dalam hadis . sedangkan alquran
hanya menggunakan istilah “Adam Wa Jauz” . padahal dalam kajian ilmu nahwu atau tata
bahasa arab kata yang tepat adalah “zauzah” jika adam diartikan sebagai “mudzakar” laki-
laki atau suami dari hawa.5
Kata zauz dalam alquran tidak selamanya berarti “suami” atau “istri” tapi bisa juga
berarti pasangan berbagai makhluk seperti hewan,tumbuh-tumbuhan ataupun buah-buahan. 6
oleh sebab itu kata jauz sebagai kata sesudah adam boleh jadi artinya bukan istri, sebagimana
pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa adam adalah manusia pertama yang
diciptakan Allah dan Hawa adalah istrinya dan hawa diasumsikan sebagai perempuan,
padahal dalam alquran tidak ada penegasan bahwa adam adalah manusia pertama dan hawa
adalah istrinya. Kisah itu tergambar dalam jelas pada hikayat-hikayat bani israil.
Ayat-ayat yang mengungkapkan eksistensi adam adalah sebagai berikut :
QS. Albaqarah 35

QS. THAHA 117

Kata “Adam” dalam alquran terulang sebANYAk 25X dan tidak ada satupun yang
mengisyaratkan bahwa ia manusia pertama dan berjenis kelamin laki-laki. Dari teks-teks
bible_lah orang memahami bahwa adam adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan
kemudian menyusul Hawan “eve” yang diciptakan semata-mata sebagai pembantu dari
adama. Dari segi inilah , Sheila Collins berpendapat bahwa cikal bakal dari sikap tunduk
perempuan adalah warisan budaya yahudi dan Kristen.7

4 Nasarudin umar dalam buku “Kajian tematik alquran tentang kemasyarakatan” hlmn 232

5 Ibid , 232

6 Lihat QS.Alhaj, 22:5, QS. Lukman 31:10, Qaaf 50:7

7 Lihat Rifat hasan; Theologi perempuan dalam Tradisi Islam.Dalam jurnal ulumul Quran vol.
1.I.1990M/1410H, Hlmn 51.
Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang paling mulia bahkan dalam
beberapa asfek perempuan adalah puncak ciptaan Tuhan sebagaiamana yang dinyatakan oleh
Paulo Coelho. Ada tiga hak preogatif Tuhan yang dalam diri makhluk hanya terdapat dalam
diri perempuan. Yaitu : penciptaan,pemeliharaan dan mematikan. Ketiga hal ini secara rutin
dan berkala ada dalam priode satu bulan di mana fase penciptaan terjadi dan terdapat dalam
Rahim seorang perempuan. Fase pemeliharaan adalah masa di mana seorang perempuan
dalam keadaan suci dan diharuskan menjaga rahimnya untuk senantiasa bersih dan terjaga
dari gangguan atau apapun yang bukan haknya dan yang ketiga adalah fase mematikan, yaitu
fase ketiga perempuan mengalami menstruasi.
Perempuan adalah wujud inkarnasi Tuhan disemesta raya,ia berdaya cipta bahkan kita
bisa mengatakan ia bukan sekedar ciptaan. Fitrah perempuan sebagai pemelihara dan
penyanga peradaban hal ini Nampak pada peran ia di dalam rumah tangga peradaban yang
disyariatkan oleh rasululoh SAW. Sebagaimana rasululoh SAW bersabda “al-mar’atu imadul
bilad” yang artinya perempuan adalah pondasi negeri.
Manusia adalah citra Tuhan dan alam semesta. Manusia adalah teofani terbesar bagi
keindahan Tuhan,terlebih perempuan. Perempuan adalah citra yang mencakup secara
keseluruhan citra alam semesta,Manusia dan Tuhan. Hal ini terlihat pada citra bentuk fisik
dari perempuan sebagai produk inovatif dan eksotis dari Tuhan. 8 Sifat kemaha indahan Tuhan
termanifestasikan dalam lekuk tubuhnya yang gemulai. Sementara sifat kemaha lembutan
Tuhan termanifestasikan dalam hatinya yang penuh kasih sayang

B. Dimensi Perempuan
1. Perempuan Dalam Ranah Domestik
Pernikahan atau perkawinan merupakan peristiwa yang penting dalam sejarah
kehidupan manusia. Kehendak untuk menyatukan dua tubuh secara sosial diakui sebagai
sebuah naluri dan pikiran yang sehat. Secara definitif perkawinan adalah akad antara laki-laki
dan perempuan sehingga menjadikan hubungan seksual menjadi sesuatu yang dihalalkan
bahkan bernilai ibadah. Menurut UU perkawinan no 1 tahun 1974 perkawinan adalah ikatan
lahir bathin antara laki-laki dengan perempuan dengan tujuan membentuk keluarga yang
kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
Ada tiga alasan mengapa pernikahan dianggap sesuatu yang penting menurut imam
ghazali. Pertama, perkawinan adalah cara manusia untuk berkembang biak dan berregenarasi.
Kedua untuk menyalurkan dan menjaga hasrat seksual dan yang ketiga perkawinan

8 Lihatsulaiman al Atthar, al-khayalwasyi”irfitawuf Cairo. Hlmn 66


merupakan wahan rekreasi dan tempat seseorang menupahkan keresahan hati dan
membebaskan diri dari kesulitan hidup kepada pasangannya. Sedangkan dalam alqur’an
menyebutkan bahwa tujuan dari pernikahan adalah membentuk keluarga yang sakinah
mawadah dan warahmah.
Dalam realitas sosial tidak jarang terjadi Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
dimana mayoritas perempuan dan anak-anak yang menjadi korbannya. Bahkan tak jarang
kekerasan ini dilakukan oleh seseorang yang menempati strata sosial yang terhormat
ditengah-tengah masyarakat.dalam hal ini nampaknya norma-norma sosial memerlukan
rumusan-rumusan yang lebih kongkret dan dapat lebih menjamin ketenangan dan keadaila
bagi suami istri.
1) Istri sebagai hak milik?
Dalam pandangan mainstream sebagaimana dipaparkan oleh Wahbah Zuhaili dalam
fiqh islam mendefinisikan perkawinan sebagai akad,tranksaksi atau ikatan yang diatur oleh
agama dengan memberi laki-laki hak milik penikmatan seksual atas istrinya dan halalnya istri
menikmati tubuh suaminya. Pernyataan ini menunjukan bahwa perkawinan hanya diperlukan
bagi kepentngan laki-laki di satu sisi dan adanya hubungan yang tidak seimbang antara suami
dan istri.
Jika kita merujuk pada QS.Al Rumm ayat 21 seharusnya menyadarkan kita
bahwasanya perkawinan bukan sebagai akad yang hanya memberikan hak sepihak,
melainkan sebagai akad yang memberikan keseimbangan kewajiban suami dan istri serta
menjadikannya wahana kreatif membangun peradaban manusia.
2) Ayat poligami bermakna monogami
Poligami adalah wacana klasik yang selalu menarik untuk diperbincangkan,
perdebatan pada tingkat wacana selalu berakhir tanpa melahirkan sebuah kesepakatan.
Kesimpulan dari perdebatan ini melahirkan tiga pandangan. Pertama pandangan yang
memperbolehkan poligami secara longgar dengan beranggapan poligami sebagai sunnah nabi
Muhammad SAW. Kedua pandangan yang memperbolehkan poligami tetapi dengan syarat-
syarat yang begitu ketat. Pandangan ini memandang keadilan sebagai syarat dengan
menitikberatkan pada keadilan formal ditributif seperti keadilan dalam ekonomi,waktu dan
kebutuhan hidup yang bersifat materi lainnya. Ketiga pandangan yang melarang poligami
secara mutlak.
Mayoritas negara islam hari ini memperbolehkan poligami dengan sejumlah syarat
yang harus dipenuhi. Hal yang menarik Keberagaman pendapat kaum muslimin tentang
poligami berpegangan pada ayat yang sama yaitu QS.Annisa ayat 2,3 dan 129. Perbedaan
pendapat tersebut menunjukan bahwa teks keagamaan menyediakan kemungkinan bagi para
mufasir untuk melahirkan interpretasi yang beragama. Perbedaan penafsiran bisa disebabkan
oleh perbedaan ruang dan waktu,karena sejatinya pendapat seseorang akan dipengaruhi oleh
lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya.
Poligami bukanlah praktik perkawinan yang dilahirkan islam karena islam tidak
pernah menginisiasi poligami. Hal ini dikarenakan poligami sudah menjadi tradisi dalam
peradaban saudi arabia partriarkhis. Dimana laki-laki memegang peran penting dalam
membangun peradaban dan hidup perempuan sepenuhnya ditentukan oleh laki-laki. Poligami
sudah sejak lama bukan hanya menjadi tradisi ditanah arab saja akan tetapi poligami
senantiasa ada dalam semua peradaban seperti peradaban mesopetamia dan mediterania serta
dibelahan bumi lainnya.
Sebelum islam lahir ditanah arab perempuan menempati drajat yang begitu hina dan
dipandang sebagi entitas makhluk yang tidak berarti. Dengan pembacaan holistik terhadap al-
quran perhatian kitab suci terhadap eksistensi perempuan secara umum dan isu poligami
secara khusus,alquran turun tidak serta merta untuk mengafirmasi perlunya praktik poligami
pernyataan islam dalam poligami dilakukan untuk mengeleminasi praktik poligami selangkah
demi selangkah. Cara al-quran dalam merespon poligami dengan mengurangi jumlah (al
taqlil) dengan memberikan catatan-catatan penting secara kritis,transformatif dan sekaligus
melahirkan penegakan terhadap keadilan.
Jika kita membaca ayat poligami qs annisa ayat 2-3 dimana ayat ini turun merespon
fenomena ketidakadilan terhadad seorang yatim, dalam ayat ini Allah SWT agar para
pengasuh anak yatim memberikan perlindungan,pemeliharaan secara serius dengan
memperlakukan mereka secara baik dan adil. Menurut ibnu jarir At Tabari sebagaimana
diungkapakan oleh Aisyah Ra bahwa turunnya ayat ini dikarenakan kasus seorang laki-laki
yang ingin menikahi seorang perempuan yatim dikarenakan harta yang ia miliki dengan
perlakuan yang tidak wajar dan perempuan yatim itu tidak ingin menikhai laki-laki tersebut.
dengan mengetahui latar belakang turuunya ayat ini adalah penekanan dan peringatan untuk
mengurusi anak yatim dengan adil bukan untuk memperbolehkan atau memperintahkan
poligami.
Frase Nissa dalam ayat tersebut bermakna,pertama “jika kamu (para pengasuh anak
yatim) takut tidak bisa berbuat adil maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang halal
bagi kamu”
Kedua. “jika kamu para pengasuh anak yatim takut tidak bisa berbuat adil ketika
kamu ingin mengawini mereka,maka nikahilah perempuan perempuan yang menjadi ibu
mereka yang halal bagimu. penafsiran ini sebagaimana diuangkapkan oleh M syahrur.
Penafsiran kontemporer lain hidup sebelum syahrus sebagaimana halnya
Fazlurrahman, Maulana Umar Ahmad Usmani mereka sependapat dengan syahrur dimana
seseorang diperbolehkan poligami dengan menikahi janda dan perempuan-perempuan yatim.
Pendapata para ahli tafsir moderen ini tentunya lebih masuk akal dan sejalan dengan apa yang
dilakukan oleh rasululoh SAW.
Menurut faqihudin dalam menafsirkan surat annisa ayat 2 dan 3 ini persyaratan
mutlak dari poligami adalah adanya kerelaan dari perempuan serta menegaskan bahwa
poligami tidak bisa dilakukan dengan hanya kehendak laki-laki melainkan harus
mempertimbangkan kerelaan dan kesdiaan dari perempuan. Selain dari itu syarat mutlak dari
poligami adalah keadilan. Keadilan adalah syarat dalam poligami sebagaimana keadilan
menjadi syarat dalam keputusan hukum yang lainnya.
3) Perempuan kepala keluarga
Dalam pandangan mayoritas masyarakat kepala keluarga haruslah seorang laki-laki.
Hal ini bersandar pada surat annisa ayat 34 yang diartikan bahwa “laki-laki adalah pemimpin
bagi kaum wanita”. Alasan mengapa laki-laki diberikan otoritas tanggung jawab atas diri
seorang perempuan dan keluarga. Pertama. Kemampuan nalar dan kekuatan fisik. Kedua
fungsi tanggung jawab finasial. Akan tetapi kedua hal ini bukanlah faktor isntrinsik yang
diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing. Sehingga dua argumentasi yang menjadi dasar
laki-laki menjadi kepala keluarga didasarkan pada faktor yang sesungguhnya bukanlah kodrat
atau sesuatu yang melekat secara permanen melainkan sesuatu yang relatif dan kontektual.
Sehingga seorang perempuan yang cerdas dan memeiliki kemampuan yang lebih
dibandingkan suaminya bisa menjadi kepala rumah tangga.
Hal yang paling fundamental dalam kepemimpinan baik di rumah tangga,politik atau
apapun kepemimpinan tidak boleh digunakan umtuk tujuan eksploitatif,mendminasi dan
melakukan kekerasan dalam bentuk apapun,
Isu perempuan sebagi kepala rumah tangga ini penting didiskusikan meskipun sangat
rumit dan memiliki kompleksitas sendiri apalagi perempuan dan laki-laki yang masih
dipengaruhi oleh budaya partriarki. Bahkan menurut Taufiq Hakim kesetaraan perempuan
dan laki laki baru bisa tercapai secara sempurna pada tahun 2400.
4) Hak kesehatan reproduksi perempuan
Al-quran mengisyaratkan bahwa kita harus berbuat baik kepada orang tua terutama
kepada ibu, karena ibu yang mengalami pahit manis dalam mengandung dan
melahirkan.sebagaimana qs lukman ayat 14.

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua
tahun.

Ayat ini terkait dengan kesehatam reproduksi perempuan yang merupaka bagian dari
hak perempuan sebagaimana hak perempuan merupakan bagian dari hak azasi manusia.
Kesehatan reproduksi perempuan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dan
dipriritaskan karena dengan kesehatan reproduksi yang dimiliki oleh perempuan maka akan
terlahir generasi yang sehat pula. Islam sangat memperhatikan kesehatan sebagaimana hal itu
tercermin dalam ayat alquran hadis dan pendapat ulama yang menempatakan kesehatan
sebagai sesuatu yang harus diperhatikan.
5) Hak menikmati hubungan seksual
Manusia disamping makhluk berakal ia juga makhluk seksual,diama seks adalah
naluri dan ada dalam diri setiap manusia. Nikah atau kawin pada dasarnya adalah hubungan
seksual. Dalam pandangan yang salah kesenangan dan hak atas kenimatan seksual
sepenuhnya adalah milik laki-laki. Islam hadir untuk menyelamatkan perempuan dari
kehidupan yang menyiksa. Alquran memberikan hak kepada perempuan setara dengan laki-
laki. Berdasarkan asas keadilan dan kesetaraan perempuan berhak atas laki-laki sebagaimana
laki-laki berhak ats perempuan. Suami dan istri perlu saling memberi dan menerima dalam
suasana hati yang menggairahkan.
6) Hak menolak kehamilan
Hamil pada satu sisi adalah hal yang menggembirakan meskipun disisi lain hamil bisa
jadi adalah sesuatu yang tidak dikehendaki. Melahirkan bagi perempuan adalah saat-saat
yang kritis dimana ia mempertaruhkan nyawanya demi kelhiran sibuah hati.bahkan islam
memandang perempuan yang meninggal dalam proses sedang melahirkan adalah mati syahid.
Mengingat hal ini sanga masuk akal jika kehamilan haruslah menerima pendapat dari
semua pihak dimana perempuan memiliki hak untuk memilih hamil atau tidak demikian pula
perempuan berhak memilih jumlah anak yang diinginkan
7) Hak aborsi
Pada hakikatnya islam mengharamkan pengrusakan,pelukaan dan pembunuhan
terhadap manusia.akan tetapi terkadang kehidupan seringkali dihadapkan pada pilihan yang
sulit seperti dalam hal pengguguran kandungan. Misalnya jika janin terus dibiarkan hidup
maka memnbahayakan ibu yang mengandungnya dan jika mengugurkan janin yang ada
dalam kandungan berarti membunuh kehidupan yang ada didalamnya.Dalam hal ini fiqih
menawarkan berbagi alternatif boleh melakukan aborsi jika janin belum berusia 120 hari
karena ketika sudah 120 hari dia sudah berwujud manusia sempurna dan memiliki kehidupan.
Karena kematian janin memiliki resiko yang lebih ringan daripada kematian seorang ibu.
8) Khitan perempuan
Khitan dalam definisi literal berarti memotong.sedangkan menurut sayid sabiq khitan
adalah memotong kulit hasafah agar mudah dibersihkan dan tidak menyimpan kotoran.
Khitan bagi laki-laki menurut madzhab hanafi dan maliki adalah sunnas muakad dan bagi
perempuan adalah kemuliaan asal tidak memotong bagian bibir vagina supaya perempuan
dapat merasakan kenimatan ketika berhubungan seksual. Sementara madzhab syafi’i khitan
bagi laki-laki dan perempuan adalah wajib. Madzhab hambali khitan bagi laki-laki wajib dan
bagi perempuan adalah kemuliaan teruatam diddaerah yang beriklim panas.
Dalam permasalahan khitan perempuan para ulama berbeda pendapat. Menurut syaikh
yusuf qardawi “ apabila pemotongan bagian tubuh perempuan menyakitkan secara fisik atau
psikologis dan perempuan akan terhalang hak fitrahnya berupa kenikmatan seksual maka
khitan perempuan adalah haram karena hal ini berarti melukai perempuan sebagaimana
kaidah fikih tidak boleh melukai diri sendiri dan orang lain.”
9) Pekerja rumah tangga
Mayoritas dari pekerja rumah tangga (PRT) adalah perempuan. Dalam realita
dimasyarakat PRT tak jarang mendapatkan perlakuan yang tidak etid dari kekerasan
fisik,psikologis sampai pelecehan seksual. Dalam pandangan islam manusia apapun jenis
kelaminnya dan apapun pekerjaannya adalah ciptaan yang terhormat dibandingkan ciptaan
Tuhan yang lainnya. Islam memandang bekerja adalah hak azasi manusia. Bekerja adalah
proses mengabdi kepada Allah oleh karena itu bekerja bernilai ibadah,apapun pekerjaan
tersebut asalkan membuat eksis dan dilakukan dengan cara yang baik maka ia bernilai ibadah.
Perempuan sebagaimana laki-laki dituntut untuk bekerja untuk mendapat kehidupan
yang layak dan memenuhi kebutuhannya. Profesi PRT terkadang dianggap rendah namun
dalam banyak hal memiliki peran dan jasa yang begitu besar. Islam memandang PRT dan
majikan pada posisi yang sama jika PRT salah maka dia wajib meminta maaf begitupula jika
majikan melakukan kesalahan.
Nabi muhammad mengajarkan upah harus dibayarkan sebelum keringat yang bekerja
kering. PRT adalah manusia dengan kafasitas fisiknya memelikin hak yang sama dengan
manusia yang lain. Dia berhak untuk makan,minum dan istirahat yang cukup.

2. Perempuan Dalam Ranah Publik


1) Hak Azasi Perempuan
Hak azasi manusia merupakan anugrah Tuhan Yang maha esa yang dimiliki oleh
manusia sejak ia terlahir kebumi.secara tegas islam menyatakan bahwa semua manusia
adalah makhluk tuhan yang memiliki kedudukan yang sama dihadapan-Nya. Baik laki-laki
atau perempuan memilik tugas dan kwajiban yang setara. Doktrin egaliterianisme dipertegas
oleh ayat alquran dan hadis nabi yang menyatakan “ manusia ibarat gigi sisir tidak ada
keunggulan orang arab atas orang non arab,orang kulit putih dengan kulit hitam kecuali atas
dasar ketakwaan kepada Tuhan” dan dalam hadis lain “perempuan adalah saudar kandung
dari laki-laki”.prinsif kesedarajatan manusia dihadapan Tuhan adalah konsekuensi logis dari
kemaha esaan Tuhan.
Konsekuensi lebih lanjut dari prinsif diatas bahwa manusia dimanapun dan kapanpun
dituntut untu bekerja sama dan saling menghargai eksistensi masing-masing, setiap manusia
baik laki-laki atau perempuan memiliki hak yang sama untuk menjalani kehidupan tanpa ada
gangguan dari siapapun.
Dengan potensi akal fikiran manusia menjadi makhluk yang bebas untuk menentukan
nasibjhya sendiri dalam menjalani kehidupan di dunia. Dengan akal dan intelektual manusia
menciptakan peradaban dan kebudayaan.
Perempuan dalam paradigma hak azasi manusia memiliki seluruh potensi
sebagaimana dimiliki oleh laki-laki. Sebagaimana laki-laki perempuan memiliki juga
kekuatan fisik,akal fikiran,kecerdasan intelektual,kepekaan spiritual,hasrat seksual dan
sebagainya.
Saat ini sejarah dunia semakin mengukuhkan kaum perempuan sebagai identitas dan
pribadi-pribadi mandiri dan bisa bersaing dan mengambil hak yang yang sejak lama tercabut
dan dicabut. Dari rahim perempuanlah manusia dilahirkan merekalah yang memepertaruhkan
hidupnya demi eksistensi kemanusiaan. Dari merekalah manusia belajar mulai dari buaian
sampai liang lahat. Manusia tidak hanya harus memuliakan seorang ibu karena manusia
memiliki hutang budi kepada tokoh-tokoh perempuan yang memiliki jasa besar pada
peradaban.
Negara negara islam yang tergabung dalam OKI menyatakan dalam deklarasi kairo
yang antar lain memuat :
Semua manusia merupakan satu keluarga besar di mana setiap anggotanya
dipersatukan dengan ketundukan kepada Tuhan dan dengan satu keturunan dari Nabi
Adam. Semua manusia setara dan sederajat dalam hal harkat, martabat, kewajiban
dan tanggung jawab, tanpa perbedaan sedikitpun atas dasar ras, warna kulit,
bahasa, jenis kelamin, agama/aliran kepercayaan, afiliasi politik, status sosial
ataupun hal lainnya. Keimanan yang sejati merupakan jaminan bagi peningkatan
martabat tersebut dalam rangka menuju kemanusiaan yang paripurna.(pasal 1 ayat
1)
Semua manusia adalah makhluk Tuhan; dan makhluk yang paling disayangi-
Nya ialah yang paling berguna bagi hamba-Nya yang lain; dan tidak seorang pun
memiliki keistimewaan atas yang lainnya kecuali atas dasar ketakwaan dan amal
baik (yang dicapainya).(pasal 1 ayat 2)
Perempuan memiliki martabat dan harkat yang sama dengan laki-laki; dan ia
memiliki hak-hak yang bisa dinikmatinya di samping kewajiban-kewajiban yang
harus dilaksanakannya; ia memiliki hak keperdataan serta kebebasan finansial, dan
juga memiliki hak mempertahankan nama baik diri pribadi dan anak keturunannya.
(pasal 6 ayat 1)

Deklarasi tersebut sikap dan langkah progresif masyarakat muslim dunia sekaligus
memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik tidak hanya bagi perempuan tetapi
juga masyarakat dan umat isalm secara keseluruhan.

2) Ulama perempuan

Istilah ulama dalam konteks kebudayaan indonesia memiliki makna khusus,istilah ini
diberikan kepada orang yang dipandang mengerti dan memahami ilmu agama. Dalam bacaan
antropologis meski tidak selamanya tepat orang yang diberikan gelar ulama identik dengan
pakaian koko,memakai peci dan sarung. Terminologi ini sesungguhnya telah mereduksi
makna genuin dari ulama. Dalam bahasa arab ulama adalah kata jama’ atau plural dari kata
‘alim yang berarti sseseorang yang mengerti,tahu atau pandai.dalam kehidupan dimasyarakat
ulama memiliki peran dan kedudukan yang istimewa. Dalam alquran ulama didefinisikan
sebagai seseorang yang paling takut dan dekat dengan Tuhan. Dalam memori umat islam
secara kolektif ulama berperan sebagai pewaris para nabi al-ulama warasyatul anbiya.

Sebutan ulama dalam beberapa komunitas muslim hanya untuk laki-laki bukan untuk
perempuan. Pemakaian kata ulama bagi perempuan harus dibarengi kata “perempuan”
misalnya “ulama perempuan” atau “perempuan ulama”,kenyataan ini dengan jelan
menunjukan bahwa perempuan belum pantas diberikan gelar ulama. Keadaan ini
sesungguhnya diciptakan oleh orang-orang yang tidak percaya diri.banyak sekali ulama dan
ahli hadis perempuan yang ada dalam sejarah umat islam namun semuanya ada semacam
pengingkaran terhadap peran dan kapasitas ulama perempuan dalam sejarah umat islam.
Namun khazanah islam klasik telah menempatkan perempuan sebatas pada kafasitas sebagai
ulama dan cendekiawan. Bahkan beberapa nama perempuan disinyalir sebagai nabi. Seperti
siti Hawa,siti maryam dan siti asiah istri dari fir’aun. Meski mayoritas ulama laki-laki tidak
mengakui mereka sebagai nabi. Sejak awal abad 20 sampai sekarang banyak ulama
perempuan yang kembali tampil kedalam panggung sejarah diantaranya Huda Sya’rawi,
Batsinah,Nabawiyah Musa,Aminah Wadud,Zahirah Zainudin.

3) UKHUWAH NISA’IYAH
Ada tiga kategori ukhuwah dalam kamus kebudayaan indonesia Ukhuwah
Islamiyyah,Ukhuwah Wathaniyah Dan Ukhuwah Basyariyyah. Ukhuwah islamiyyah adalah
kesatuan yang didasarkan pada kesamaan agama, ukhuwah wathaniyah adalah persatuan
yang didasarkan pada kesamaan bangsa dan negara, serta ukhuwah basyariyyah adalah
ukhuwah atas dasar kemanusiaan.bagi penulis ketiga ukhuwah diatas hanya untuk
menunjukan realitas kebudayaan yang muncul ditengah masyrakat indonesia.
Islam adalah agama kebangsaan dan agama kemanusiaan. Oleh sebab itu kehidupan
berbangsa dan bernegara haruslah mencerminkan juga nilai-nilai kemanusiaan dimana
nasionalisme tidak lagi bertentangan dengan universalisme. Dimana nilai-nilai universal
menjadikan ukhuwah insaniyah sebagai pijakannya. Dengan dasar ini kehidupan manusia
dimanapun haruslah dibangun dengan dasar kesetaraan tanpa diskriminasi sebagaimana
dicontohkan Muhammad SAW ketika memimpin madinah.
Ukhuwah nisa’iyah memang terdengar masih asing dalam khazanah kebudayaan
indonesia. Secara literal ukhuwah nisaiyah berarti persaudaran atas dasar kesamaan jenis
kelamin perempuan. Namun lebih dari itu ukhuwah nisaiyah adalah persaudaraan yang
didasari adanya solidaritas terhadap nasib dan perjuangan perempuan untuk menemukan
kembali hak hak yang dicabut oleh sistem sosial yang diciptakan oleh manusia.
Ukhuwah Nisa’iyah sejatinya telah mendapatkan dasar legitimasi agama dalam
bentuknya yang paling mendasar dan paling genuine sebagaimana alquran beberapa kali
menyatakan tentang kesetaraan derajat antara laki-laki dan perempuan. Dengan begitu
gerakan ukhuwah nisaiyah menjadi sangat signifikan untuk mkenjadi bagian dari gerakan
ukhuwah wathaniyah,ukhuwah basyariyah dan ukhuwah islamiyah.

4) Advokasi Keadilan Bagi Perempuan


Struktur sosial pra islam pada prinsifnya adalah kesukuan dan partriarki yang dalam
literatur islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Pada zaman zahiliyah manusia yang paling
ditindas dan dianggap lemah adalah perempuan dimana pada zaman itu tidak ada aturan dan
norma hukum yang melindungi hak dan kehormatan perempuan.disaat itulah nabi mengamati
ralitas ini dengan seluruh nurani dan fikiran yang mendalam. Perendahan martabat manusia
yang didasarkan pada status sosial,jenis kelamin dam asal usul tidak boleh terus menerus
terjadi.
Gagasan awal bahwa hanya Allah sebagai satu-satunya dzat yang harus diagungkan
dengab konsepsi semua manusia sama derajatnya dihadapan Tuhan adalah gagasan utama
yang menjadi awal proses advokasi hak-hak mereka yang direndahkan. Strategi yang
diajarkan oleh alquran adalah mereduksi hak-hak otoritatif laki-laki dan memunculkan
kembali hak-hak perempuan di sisi yang lain. Advokasi nabi terhadap hak-hak perempuan
sebagaimana diajarkan alquran nampak mengambil pola gradualistik dan negosiatif.
Advokasi untuk menciptaka kehidupan yang setara dan berkeadilan sangat perlu
mendengar resfon mereka yang dilemahkan,terpinggirkan dan toidak dihargai. Suara adalah
ekspresi baik diaktualisasikan dalam bahasa verbal ataupun dalam aksi-aksi kongkret
mengkritisi mempertanyakan sesuatu ataupun menggugat. Dalam kebudayaan yang bersifat
partriarkis suara perempuan tidak didengar dan dibungkam dimana aktualisasinya dbatasi dan
dimarjinalkan.Advokasi masyarakay yang tertindas harus terus dilaksanakan secara konsisten
dan kontinyu. Visi dan misi organisasi yang mengusung ide kemanusiaan haruslah dipegang
teguh dan tetap diperjuangkan sampai terwujud sebarapa jauh yang bisa dilakukan.
Dalam konteks advokasi terhadap hak-hak perempuan nabi muhammad SAW tidak
pernah kendor dan tetap konsisten mendengarkan dan memperjuangkan hak-hak mereka
kaum yang tertindas. Sebagaimana dalam pidato perpisahan dipadang arafah nabi
menyampaikan deklarasi kemanusiaan universal. Sampai menjelang detik-detik wafatnya
nabi berwasiat agar senantiasa bertakwa dan memperlakukan dan melindungi hak-hak
perempuan.

5) Hukum Keluarga Muslim


Hukum mungkin satu-satunya bidang yang masih eksis ditengah masyarakat muslim
dunia saat ini.tradisinya bukan hanya karena ia masih diamalkan dalam kehidupan
sosial,tradisi dan budaya mereka melainkan sudah diintegrasikan dalam hukum nasional di
negara masing-masing.dimana ia telah menjadi bagian dari hukum positiv. Bidang hukum
islam yang lain baik perdata (muamalah) ataupun pidana (jinayah) dibeberapa negara islam
yang sudah berusaha untuk melaksanakannya tidak cukup berhasil. Seperti halnya yang
terjadi di pakistan.
Hukum keluarga dinegara islam mengambil nama yang berbeda-beda diantaranya
ahkam al-usrah,nizham alusrah,almuawwanah dan akhwal sakhsiyah yang secara literal
berarti tingkah laku personal. Sedangkan kitab fiqh menyebutnya ahkam annikah dan
sebagainya. Alquran memberikan perhatian khusu terhadap hukum keluarga ini dibanding
wilayah publik lainnya seperti politik,ekonomi dan bidang publik lainnya. Penumbuhan
hukum keluarga menjadi hukum nasional muncul setidaknya dari awal abad ke 20 meski pada
awalnya tidaklah berjalan mulus dikarenakan tidak semua umat islam gembira dan langsung
setuju terhadap gagasan ini. Mereka merasa lebih nyaman terhadapa pengamalan hukum
keluarga yang ada dalam kitab-kitab fiqh klasik. Akan tetapi sebagian merasa bangga dan
bahagia karena hukum islam bisa dilaksanakan oleh semua orang di negara-negara masing-
masing.
Terlepas dari perdebatan dan perbedaan pendapat pada akhirnya keputusan diambil
dengan menggunakan demokrasi prosedural suara terbanyaklah yang menjadi keputusan.
Adapun isu-isu yang kontroversial dalam hukum keluarga diantaranya mengenai usia
perkawinan,pencatatan perkawinan,poligami dan waris. Isu-isu tersebut masih hangat
diperbincangkan bahkan sampai sekarang.
Diberbagai negara islam muslim mengalami kemajuan yang cukup signifikan,
dibandingkan hukum-hukum islam yang bersifat konvensional. Fikiran-fikiran
perumusannya sudah memperytimbangkan keadilan gender. Dewasa ini hal itu perlu
diperkuat dan dikembangkan sehingga ,materi-materi yang masih belum mempertimbangkan
keadilan gender bisa memenuhi rasa keadilan gender dalam pengambilan keputusannya.

6) PEREMPUAN BEKERJA
Seandainya ajaran islam diperas maka islam adalah imaan dan kerja sosial atau amal
saleh. Asfek-asfek kerja dalam islam mengandung bentuk yang sangat luas bisa bersifat
fisik,inteletual ataupun spiritual. Kewajiban dalam islam adalah bekerja untuk mencapai
puncakkebaikan dengan cara yang baik. Sementara itu kerja dalam tradisi indonesia tidak
memiliki makna yang seluas itu. Amal dalam taradisi indonesia hanya dioartikan sebagai
tindakan atau kerja kebaikan seperti sodaqoh dan infak. Bentuk kerja sendiri difahami
bermacam-macam adan pedagang,karyawan,guru dll. Sedangkan pekerjaan istri dengan
mengurus anak di rumah,menyusui bayi tidak dianggap bekerja. Bekerja dalam islam
bernilai ibadah jika diniatkan untuk menjaga martabat diri dalam menjalani kehidupannya
Alquran dalam beberapa ayat mewajibkan dan menegaskan bahwa semua manusia
wajib bekerja baik laki-laki ataupun perempuan. Perempuan adalah manusia dengan
kehormatan dirinya berhak untuk memenuhi segala kebutuhan dirinya,menghidupi anaknya
atau bersedekah bagi ia yang membutuhkan. Mereka adalah pribadi yang mandiri dan
dituntut untuk mandiri meski mereka memiliki suami. Sebagaimana zainab binti zahsy
adalah seoarang perempuan yang sukses dalam bekerja dan menjalankan usahanya sendiri
dan sebagian keuntungannya diperuntukan untuk perjuangan islam.
Masyarakat indonesia hampir sama dengan yang lain yakni meyakini bahwa ruang
gerak dan kerja perempuan harus dibatasi hanya pada ruang domestik (rumah tangga)
sedanhgkan laki-laki di ruang publik. Kerja perempuan diluar rumah sering dianggap sebagi
penyimpangan dari karakter mereka. Sewasa ini dunia mulai terbuka dimana perempuan dan
laki-laki memiliki kesempatan yang sama di ruang publik. Meski pekerjaan perempuan
selama ini hanya pada hal-hal yang bersifat feminim.
Dalam kasus di indonesia akibat ketidakmampuan laki-laki dalam bekerja dan
ekonomi tak jarang banyak perempuan yang menjadi tenaga kerja wanita (TKW) menjadi
buruh di negeri orang. Realitas buruh perempuan menunjukan ketidak adilan sekaligus
penindasan manusia atas manusia. Hal itu ditandai dengan kekerasan yang dialami
perempuan yang menjadi pekerja. Tentu semua itu melanggar prinsif islam dan
kemanusiaan,dimana islam menentang prilaku eksploitasi yang kuat terhadap golongan
manusia yang lemah.
7) Perempuan,dakwah dan kebudayaan
Manusia adalah eksistensi yang dibentuk oleh kebudayaan. Kebudayaan biasanya
didefinisikan sebagai kompleksitas akal budi,rasa,kreatifitas manusia dalam kehidupan.
Dengan begitu kebudayaan adalah aktualisasi seluruh potensi yang dimiliki oleh
manusia,tanpa memandang jenis kelamin dan pengalaman dalam menjalani kehidupan.
Ekspresi kerinduan dan kretifitas tersebut pada akhirnya melahirkan norma,nilai,gagasan,adat
istiadat,tradisi,kesenian dan sebagainya. Secara naluriyah manusia menginginkan pengalaman
kebudayaan diterima dan diikuti orang lain.
Agama terlahir dan hadir untuk manusia bukan untuk Tuhan. Manusia telah hadir
dan terlahir diruang waktu kebudayaan. Dengan kata lain sebelum agama diturunkan manusia
telah berkebudayaan. Kehadiran agama guna mengarahkan dan memberikan petunjuk tentang
apa yang baik,apa yang dilakukan,difikirkan, diekspresikan oleh manusia baik secara
kepentingan kolektif atau personal.
Norma universal adalah nilai yang berlaku mondial serta melampaui ruang dan waktu.
Nilai universal merupakan kehendak nurani asal semua orang dimanapun dan kapanpun.
Sementara itu norma kontekstual adalah pandangan,tradisi dan aturaqn tertentu yang dibuat
untuk memenuhi kehendak sosial dan kebudayaan dalam ruang dan waktu tertentu.
Dalam banyak kebudayaan perempuan seringkali dicitrakan rendah bahkan
disejajarkan dengan syetan. Perempuan dinarasikan sebagai pembawa sial seperti pada
peristiwa diusirnya nabi adam dari syurga. Pada saat yang sama perempuan ditempatkan
sebagai objek pemuas hasrat seksual kaum laki-laki. Hal tersebut tentu saja jauh dan tidak
sesuai dengan ajaran islam,alquran mengisyarakan dan mentransformasikan citra dan
perlakuan perempuan dari perempuan yang dipandang rendah pada peradaban jahiliyah arab
pada waktu itu kepada posisi perempuan yang jauh lebih mulya.

C. Perempuan dimata para sufi


Oleh sebab itu tidak berlebihan jika para sufi menempatkan perempuan sejajar dengan
laki-laki, yaitu sebagai lokus emosionalitas “al-infi’al” kemanusiaan yang tinggi. Sebab
keberlangsungan hidup sangat tergantung pada peran dari perempuan sebagi subjek yang
terlibat aktif dalam pergumulan simbiosis mutualis dengan laki-laki yang merupakan lokus
aktivitas “al-fi’l” yang mendukung dan mendorong eksistensi kehidupan.9
Dalam hal ini perempuan merepresentasikan sifat át-tafsili (perincian fartikular
kehidupan manusia) sebagai induk yang melahirkan manusia sedangkan laki-laki
9 Lihat Mukti Ali, 2015 :Islam Madhab Cinta. Bandung .Mizan hlmn 376
merefresentasikan sifat al-kulli (akumulatif),karena keberadaan sperma yang dibutuhkan oleh
perempuan supaya terjadinya proses reproduksi.10
Selain dari itu perempuan ditinjau dari rahimnya adalah at-thabiah (alam fisik) yang
terbentuk dari al-amr ilahi (perintah ilahi “kun!!”) karena ia adalah lokus bagi entitas anak-
anak yang ia lahirkan. Alam fisik adalah lokus yang menampung segenap manifestasi ragawi
yang sudah terformat sedemikian rupa. Sesuatu tidak aka nada tanpa ala fisik dan alam fisik
tidak aka nada tanpa al-amr ilahi oleh sebab itu manusia normaltak aka nada tanpa sosok
perempuan dan perempuan adalah sesuatu yang taka da dan secara langsung keberadaanya
bersinggungan dengan al-amr ilahi.
Dalam uraian diatas dikalangan para sufi tidak ada perbedaan hak antara laki-laki dan
perempuan untuk mencapai level spiritualitas tertinggi,karena perbedaan status gender atau
jenis kelamin. Perempuan adalah rekan seperjuangan,sahabatnsaudara bahkan bisa menjadi
guru bagi laki-laki,tidak hanya guru dalam ilmu duniawi dan pengajaran disekolah namun
guru spiritual yang akan menghantarkan pada kema’rifatan “mursyidah”. Sosok robiah al-
adawiyah sebagai sosok sufi perempuan termasyhur yang telah mencapai pncak kematangan
spiritual dan mengalahkan semua sufi laki-laki pada zamannya. Ia telah mengalahkan sosok
Hasan Al-Basri yang mampu mencapai level maqamat khauf “takut siksa neraka” dan Raja’
(mengharapkan surge. Sementara rabi’ah mampu mencapai stasiun “al-hubb” atau cinta
murbi kepada tuhan tanpa pamrih semua ibadah tak lagi berharap surge atau takut neraka
namun semata-mata perwujudan cintanya pada Tuhan.
Oleh sebab itu jika ingin memajukan peradaban sebuah bangsa maka cerdaskanlah
perempuannya. Demikian pula jika ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa aka
hancurkan dulu perempuannya. Sebagaimana sang nabi bersabda “almar’atu imadul bilad”
Dengan demikian Sangatlah bodoh jika perempuan menuntut ingin setara dengan laki-
laki. Hal itu bukannya menjadikannya semakin bermartabat melainkan merendahkan
martabat yang dimilikinya. Ia sudah demikian dimulyakan oleh Tuhan dan islam,dan
sekarang perlahan sudah kembali direndahkan dengan dibohongi oleh isu gender dan
feminism buta yang tak sesuai dengan fitrahnya.

Kemulyaan perempuan akan Nampak dengan begitu nyata kala perempuan bisa sesuai
dengan fitrahnya. Fitrah perempuan sebagai pencipta dan ciptaan,fitrah peremppuan sebagai
sosok pemelihara dan perempuan luar biasa penyangga peradaban dan firah perempuan
sebagai sosok yang menjaga kesinambungan alam semesta supaya sesuai dengan fitrahnya.
10 Ibid,…..376
Wallahu a’lam bilmurodihi
Yakin usaha sampai

Anda mungkin juga menyukai