Anda di halaman 1dari 15

PARADIGMA THOMAS KUHN

Maulana Iban Salda

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ibansalda44@gmail.com

A. PENDAHULUAN

Pada era kotemporer sekarang kalangan masyarakat dan tokoh tidak lagi
menggunakan kata istilah pandangan atau cara berpikir, tetapi lebih tepatnya
dengan menggunakan istilah paradigma. Kata paradigma sudah tidak asing bagi
para filusuf, salah satunya tokoh filsafat yang termasyhur dari barat yang lahir di
Ohio pada tanggal 18 juli 1922, yaitu Thomas Kuhn. Beliau memiliki konsep
berpikir atau paradigma yang sangat menonjol di kalangan filosofis dan masyarakat
pada umumnya.

Pengertian dan pemahaman paradigma Kuhn sangat mempengaruhi logika


manusia, sehingga masyarakat sangat berterima kasih dengan kehadiran Kuhn ke
dalam dunia filsafat. Dengan kehadirannya, banyak teori-teorinya masih
dikembangkan sampai sekarang yaitu berparadigma dalam wahana politik dan
berparadigma dalam wacana pendidikan.

Paradigma itu sendiri tidak akan berlaku tanpa bekolaborasi dengan anomali
dan revolusi sains, karena paradigama membutuhkan sandaran dan tahapan
pengemabangan pada konsep anomali dan revolusi sains.

Thomas Kuhn menggunakan anomali, jika konsep tahapan paradigmanya


sudah memenuhi target. Karena anomaly sendiri penemuan baru dari hasil kegiatan
ilmiah yang hasil dari berparadigma, lalu menggunakan konsep pengembangan
yaitu konsep revolusi sains.

1
Pada kesempatan ini penulis akan mengakaji dan meneliti lebih lanjut makna
paradigma itu sendiri dan pandangan Kuhn dalam mengembangkan konsep
paradigma kemudian dikembangkan melalui konsep anomaly dan revolusi sains.

B. PEMBAHASAN
I. Biografi Thomas Kuhn

Thomas S. Kuhn dilahirkan di Cicinnati, Ohio pada tanggal 18 juli 1922.


Kuhn lahir dari pasangan Samuel L, Kuhn seorang Insinyur industri dan
Minette Stroock Kuhn. Dia mendapat gelar B.S di dalam ilmu fisika dari
Harvard University pada tahun 1943 dan M.S. Pada tahun 1946. Khun belajar
sebagai fisikawan namun baru menjadi pengajar setelah mendapatkan Ph.D dari
Harvard pada tahun 1949. Tiga tahunnya dalam kebebasan akademik sebagai
Harvard Junior Fellow sangat penting dalam perubahan perhatiannya dari ilmu
fisika kepada sejarah dan filsafat ilmu. Dia kemudian diterima di Harvard
sebagai asisten profesor pada pengajaran umum dan sejarah ilmu atas usulan
presiden Universitas James Conant.

Setelah meninggalkan Harvard dia belajar di Universtitas Berkeley di


California sebagai pengajar di departemen filosofi dan sains. Dia menjadi
profesor sejarah ilmu pada 1961. Di berkeley ini dia menuliskan dan
menerbitkan bukunya yang terkenal The Structure Of Scientific Revolution pada
tahun 1962. Pada tahun 1964 dia menjadi profesor filsafat dan sejarah seni di
Princeton pada tahun 1964-1979. Kemudian di MIT sebagai professor filsafat.
Tetap di sini hingga 1991(Muslih, 2004).

Pada tahun 1994 dia mewawancarai Niels Bohr sang fisikawan sebelum
fisikawan itu meninggal dunia. Pada tahun 1994, Kuhn didiagnostik dengan
kanker dari Bronchial tubes. Dia meninggal pada tahun 1996 di rumahnya di
Cambridge Massachusetts. Dia menikah dua kali dan memiliki tiga anak. Kuhn
mendapat banyak penghargaan di bidang akademik. Sebagai contohnya dia
memegang posisi sebagai Lowel lecturer pada tahun 1951, Guggeheim fellow

2
dari 1954 hingga 1955, Dan masih banyak penghargaan lain. Karya Kuhn
cukup banyak, namun yang paling terkenal dan mendapat banyak sambutan dari
filsuf ilmu dan ilmuan adalah The Structure of Scientific Revolution,sebuah
buku yang terbit pada tahun 1962, dan direkomendasikan sebagai bahan bacaan
dalam kursus dan pengajaran berhubungan dengan pendidikan, sejarah,
psikologi, riset dan sejarah serta filsafat sains.

II. Pengertian Paradigma

Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam arti tergantung pada


sudut pandang yang menggunakannya. Secara etimologis, istilah paradigma
pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya
di sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan, ideal,
model, atau pun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma
diartikan sebagai sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan
untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun
perspektif umum berupa cara-cara untuk menjabarkan berbagai macam
permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, paradigma dapat diartikan


sebagai model dalam teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir. Paradigma
merupakan istilah yang tidak asing dalam dunia sains dan filosofi yang
digunakan para ahli, pengamat dan pelajar untuk mencirikan suatu pandangan
akan suatu fenomena. Lahir pada zaman sebelum renaisense atau zaman
pencerahan tepat nya di tahun 1448, paham yang berasal dari peleburan bahasa
latin ini muncul pertama kali di Inggris yang memiliki makna pola atau model.1

Peleburan dari bahasa Yunani dengan sebutan awal paradeigma memiliki


arti ‘bersebelahan’, membandingkan atau memperlihatkan. Secara singkat
paradigm dapat diartikan sebagai konsep, praktik, nilai atau asumsi dalam

1
Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Rakesarasin, 2001), hlm. 177.

3
melihat suatu realitas di sebuah kejadian dalam suatu komunitas kehidupan atau
realitas. Kata paradigma ini menjadi asing didengar karena memang jarang
digunakan dalam percakapan sehari-hari namun lebih pada penggunaannya
dalam menjelaskan suatu fenomena sebagai tahapan dalam mencapai suatu
teori yang diterapkan dalam kehidupan.

Berikut akan dijelaskan berbagai definisi paradigma menurut para ahli.


Paradigm istilah erat kaitannya dengan “sains yang normal”. Dengan memiliki
istilah ini saya bermaksud mengemukakan bahwa beberapa praktek contoh
ilmiah nyata yang diterima – contoh-contoh yang bersama-sama mencakup
dalil, teori, penerapan, dan instrukmentasi – menyajikan model-model yang
daripadanya lahir tradisi-tradisi padu tertentu dari riset ilmiah. Transformasi-
transformasi paradigm optika fisika adalah revolusi sains, dan transisi yang
berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lain melalui revolusi
adalah pola perkembangan yang biasa bagi sains yang telah matang.2

Dalam pengertian lain paradigma adalah model atau pola yang diterima dan
aspek maknanya itu telah memungkinkan saya karena tidak memiliki kata yang
lebih baik, untuk mengambil “paradigma” bagi keperluan sendiri disini.
Paradigma juga dikatakan sebagai konsensus dari para ilmuwan yang dapat
melahirkan suatu komunitas atau subkomunitas yang berbeda dengan yang lain.
Paradigma yang berbeda tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam teori
yang digunakan, metode dan instrument yang ada untuk mencapai suatu
kebenaran.3

Dalam tata Bahasa, misalnya amo, amos, dan amat dalam paradigma karena
memperlihatkan pola yang digunakan dalam menasrifkan sejumlah verba Latin,
misalnya dalam menghasilkan laudo, laudas dan laudat. Dalam penerapan yang

2
Vasco Ronchi, Histoire, de la Lumiere, terjemahan Jean Taton, (Paris, 1956), hlm. 82.
3
Erlina Diamastuti, Paradigma Ilmu Pengetahuan Sebuah Telaah Kritis, dalam Jurnal
Akutansi Universitas Jember, Vol 1 No 1. hlm. 63.

4
baku ini, paradigma berfungsi dengan memperbolehkan replikasi contoh-
contoh yang masing-masing prinsipnya dapat menggantikannya. Di pihak lain,
dalam sebuah sains paradigma jarang merupakan objek bagi replikasi. Akan
tetapi, seperti keputusan yudikatif yang diterima dalam hukum tak tertulis, ia
adalah objek bagi pengutaraan dan rincian lebih lanjut dalam keadaan yang baru
atau yang lebih keras.

Untuk mengetahui bagaimana hal itu bisa terjadi,kita harus ingat betapa
sangat terbatasnya suatu paradigma, baik dalam cakupannya maupun dalam
ketetapannya, pada saat pertama kali muncul. Paradigma memperoleh status
nya karena lebih berhasil daripada sehingganya dalam memecahkan beberapa
masalah yang mulai diakui oleh kelompok pemraktek bahwa masalah-masalah
itu rawan. Namun,untuk berhasil bukanlah harus berhasil dengan sempurna
dalam menangani suatu masalah atau sangat berhasil dalam menangani
sejumlah besar masalah. Keberhasilan sebuah paradigma apakah analisis
Aristoteles4 tentang gerak, perhitungan Ptolemaeus5 tentang kedudukan planet,
penerapan Lavoisier6 akan kesetimbangan, atau matematis asi Maxwell7 dalam
Medan elektromaknetik - pada mulanya sebagian besar adalah janji akan
keberhasilan yang dapat ditemukan dalam contoh-contoh pilihan dan yang
belum lengkap.

III. Paradigma Menurut Kuhn

4
Arisoteles adalah seorang filusuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung, ia
lahir di Stagira tahun 384 SM. Arisoteles menaruh perhatian pada semua bidang ilmu.
5
Claudius Ptolemeus adalah seorang ahli geografi, astronom, dan astrolog pada zaman
Helenistik di provinsi Romawi. Ia lahir di Mesir tahun 100 M. Beliau dikenal sebagai Tetrabiblos (Empat
Buku) dimana dia berusaha menagadaptasi astrologi horoskop ke filosofi dan Aristotelian.
6
Antoine-Laurent de Lavoiser ialah orang yang memeberikan nama kepada oksigen pada tahun
1774. Perkataan oksigen terdiri dari dua kata Yunani, oxus dan gennan. Ia lahir 1743 di Paris.
7
Teori Maxwell dikemukakan pada 1864, oleh fisikawan Inggris, James Clerk Maxwell, yaitu
teori yang menyebutkan bahwa cahaya adalah rambatan gelombang yang dihasilkan oleh kombinasi
medan listrik dan medan magnetik. Gelombang yang dihasilkan oleh medan listrik dan medan magnetic
ini disebut gelombang elektromagnetik.

5
Thomas Kuhn di dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolution”
mendefinisikan paradigma dengan suatu asumsi dasar dan asumsi teoretis yang
umum (merupakan sumber nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum,
metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Kuhn menjelaskan
paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruan
konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota
masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur
pemecahan teka-teki yang konkret yang jika digunakan sebagai model, pola,
atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang secara eksplisit menjadi
dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang belum
tuntas. Secara singkat paradigma dapat diartikan sebagai ”keseluruhan
konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah
dalam memandang sesuatu (fenomena)” Ada empat cara berfikir berdasarkan
dikotomi pengaruh antara individu dan masyarakat:8

1. Dikotomi muncul akibat asumsi umum bahwa individu dapat membentuk


atau mengubah masyarakat.
2. Dikotomi muncdul akibat asumsi umum bahwa” individu merupakan
produk dari masyarakat (individual is created society)
3. Dikotomi dari kedua pendapat itu disintensiskan dalam model yang
dimiliki perspektif yang tersangkut paut dalm hubungan antara anggota
masyarakat.
4. Model terakhir ini akan menghasilkan gambaran yang menyambung.

Cara berpikir empat yang di atas tersebut ialah untuk memecahkan teka-
teki yang belum diketahui oleh kalangan masyarakat. Teka-teki dipecahkan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, karna untuk memecahkan teka-teki

8
Thomas S. Kuhn, Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, (Bandung: PT: Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 11.

6
dalam kalangan masyarakat tidak semudah yang dibayangkan. Dalam
memecahkan teka-teki harus selerasi dengan konsep dan logika.

Istilah “teka-teki” dan pemecah teka-teki menerangkan beberapa dari tema-


tema yang menjadi semakin menonjol. Dalam keseluruhan makna baku yang
digunakan di sini,teka-teki adalah kategori khusus dari masalah-masalah yang
dapat digunakan untuk menguji kelihaian atau keterampilan dalam
pemecahan.keterangan-keterangan kamus adalah teka-teki potongan gambar
dan teka-teki silang dan karakteristik-karakteristik nya yang dimiliki bersama
oleh teka-teki dan oleh masalah-masalah Sains normal adalah yang kita
sekarang perlu memisahkannya yang lain.

Di satu sisi langsung proses socialization yang terjadi ketika individu


mendapat pengaruh kuat dari lingkungan sosial, individu akan menyesuaikan
diri dengan pola-pola yang berlaku di masyarakat. Pandangan antara
paradigma ilmu pengetahuan tampaknya berubah antar waktu. Perubahan
paradigma dalam ilmu pengetahuan mengcakup seluruh aspek paradigma. Dari
beberapa kasus perubahan paradigma ilmu pengetahuan yang telah di
paparkan, arah yang mencapai memang di utarakan berupa perkembangan.
Kemapanan dan munculnya spesialisasi ilmu menjadi harapan dari perubahan
tersebut. Perubahan tersebut berhubungan timbal balik dengan perubahan
kehidupan manusia yang menjadi pendukungnya, termasuk terutama
perkembangan di kalangan ilmuan. Ilmu sebagai Paradigma Kuhn melihat
adanya kesalahan-kesalahan fundamental tentang image atau konsep ilmu yang
telah dielaborasi oleh kaum filsafat ortodoks, sebuah konsep ilmu yang dengan
membabi-buta mempertahankan dogma-dogma yang diwarisi dari empirisme
dan rasionalisme klasik.9

9
Greg Soetoemo, Sains dan Problem Ketuhanan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 22.

7
Sampai pembahasan ini seluruhnya teoritis paradigma-paradigma bisa
menentukan sains yang normal tanpa campur tangan kaidah-kaidah yang dapat
ditemukan. Kuhn mencoba meningkatkan baik kejelasannya maupun
urgensinya dengan menunjukkan beberapa diantara alasan-alasan untuk
percaya bahwa paradigma balik memang sebenarnya beroperasi dengan cara
ini. Yang pertama, yaitu iyalah kesulitan yang berat dalam menemukan kaidah-
kaidah yang telah menjadi pedoman bagi tradisi-tradisi sains yang
normal.kesulitan itu hampir sama dengan yang dihadapi oleh filosof ketika ia
mencoba mengatakan apa kesamaan yang terdapat pada semua permainan.
Yang kedua, yakni yang sebenarnya merupakan penyebab yang wajar bagi
yang pertama, berakar dalam sifat pendidikan sains.sepatunya sudah jelas
bahwa para ilmuwan tidak pernah belajar tentang konsep, hukum, dan teori
dalam bentuk ringkasan sendiri.akan tetapi alat intelektual itu sejak permulaan
ditemukan dalam satuan historis dan pedagogis sebelumnya yang
memperagakan alat-alat itu dan melalui penerapannya.

Kuhn memberikan contoh satu-satunya yaitu masyarakat yang sangat besar


yang terdiri atas seluruh ilmuwan fisika, mereka diajarkan hukum-hukum
mekanika kuantum dan kebanyakan dari mereka menggunakan hukum-hukum
ini pada suatu subjek dalam riset atau pengajaran mereka.akan tetapi mereka
tidak semua belajar tentang penerapan yang sama dari hukum-hukum ini dan
karena itu mereka tidak semuanya terpengaruh dengan cara yang sama oleh
perubahan-perubahan dalam praktek mekanika kuantum.dalam perjalanan
menuju spesialisasi profesi hanya sedikit ilmuwan fisika yang bertemu dengan
hanya prinsip-prinsip dasar dari mekanika. Yang lain secara rinci mempelajari
penerapan penerapan paradigma dari prinsip-prinsip ini kepada kimia yang lain
lagi kepada fisika benda padat dan seterusnya. Makna mekanika kuantum bagi
mereka tergantung kuliah yang mereka ikuti, teks apa yang mereka baca dan
berkala kala mana yang mereka mempelajari.

8
Dalam teori Kuhn, faktor sosiologis historis serta fsikologis mendapat
perhatian dan ikut berperan. Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu
lebih cocok dengan situasi sejarah. Dengan demikian diharapkan filsafat ilmu
lebih mendekati kenyataan ilmu dan aktifitas ilmiah sesungguhnya, yang
dalam perkembangan ilmu tersebut adalah secara revolusioner bukan secara
kumulatif sebagaimana anggapan kaum rasionalis dan empiris klasik. Kuhn
dengan mendasarkan pada sejarah ilmu, berpendapat bahwa terjadinya
perubahan-perubahan yang berarti tidak pernah terjadi berdasarkan upaya
empiris untuk membuktikan salah (falsifikasi) suatu teori atau itern, melainkan
berlangsung melalui revolusi-revolusi ilmiah. Dengan kata lain, Kuhn berdiri
dalam posisi melawan keyakinan yang mengatakan bahwa kemajuan ilmu
berlangsung secara kumulatif. Ia mengambil posisi alternatif bahwa kemajuan
ilmiah pertama-pertama bersifat revolusioner. Secara sederhana yang
dimaksud dengan revolusi ilmiah oleh Kuhn adalah segala perkembangan
nonkumulatif yakni paradigma yang terlebih dahulu ada (lama) diganti
keseluruhan ataupun sebagian dengan yang baru. Dengan penggunaan istilah
paradigma itu, Kuhn hendak menunjuk pada sejumlah contoh praktik ilmiah
aktual yang diterima atau diakui dalam lingkungan komunitas ilmiah,
menyajikan model-model penelitian ilmiah yang terpadu (koheren). Contoh
praktek ilmiah itu mencakup dalil, teori, penerapan dan instrumentasi. Dengan
demikian, para ilmuan yang penelitiannya didasarkan pada paradigma yang
sama, pada dasarnya terikat pada aturan dan standar yang sama dalam
mengemban ilmunya. Keterikatan pada aturan dan standar ini adalah prasyarat
bagi adanya ilmu normal. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa paradigma
itu adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang berdasarkan fakta atau
gejala diinterpretasi dan dipahami.10

10
Thomas S. Kuhn, Peran Paradigma dalam Revolusi Sains,.. hlm. 11-17

9
IV. ANOMALI DAN MUNCULNYA PENEMUAN BARU

Data anomali berperan besar dalam memunculkan sebuah penemuan baru


yang diawali dengan kegiatan ilmiah. Dalam berkaitan ini, Kuhn menguraikan
2 macam kegiatan ilmiah, puzzle solving (memecahkan masalah) dan penemuan
baru.

Dalam puzzle solving, para ilmuwan membuat percobaan dan mengadakan


observasi yang tujuannya untuk memecahkan teka-teki, bukan mencari
kebenaran. bila paradigma nya tidak dapat digunakan untuk memecahkan
persoalan penting atau malah mengakibatkan konflik, suatu paradigma baru
harus diciptakan. Dengan demikian, kegiatan ilmiah selanjutnya diarahkan
kepada penemuan paradigma baru dan jika penemuan baru ini berhasil akan
terjadi perubahan besar dalam ilmu pengetahuan.

Penemuan baru bukankah peristiwa-peristiwa terasing, melainkan episode-


episode yang diperluas dengan struktur yang yang berulang secara teratur.
Penemuan diawali dengan kesadaran akan anomali, yakni dengan pengakuan
bahwa alam, dengan suatu cara, telah melanggar pengharapan yang didorong
oleh paradigma yang menguasai sains yang normal.kemudian ia berlanjut
dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas pada wilayah anomali.dan ia
hanya berakhir jika teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang
menanggapi itu menjadi yang diharapkan. Jadi yang jelas, dalam penemuan
baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru.

Selanjutnya, perlu dijelaskan disini, bahwa Kuhn membedakan antara


dicovery dan invention. Yang dimaksud discovery adalah kebaruan faktual
(penemuan), sedang invention adalah kebaruan teori (penciptaan) yang mana
keduanya saling terjalin erat dalam penemuan ilmiah.11

11
Zubaedi, Filsafat Barat, (Yogyakarta: ar-Ruz Media, 2007), hlm. 203-2004.

10
V. REVOLUSI SAINS

Revolusi sains muncul karena adanya anomali dalam riset ilmiah yang
dirasakan semakin parah dan munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan
oleh paradigma yang dijadikan referensi riset.

Revolusi sains di sini dianggap sebagai episode perkembangan non


komulatif atau kekuatan yang didalamnya paradigma yang lama diganti
seluruhnya atau sebagian nya oleh paradigma yang baru yang bertentangan.

Adanya revolusi sains bukan merupakan hal yang berjalan dengan mulus
tanpa hambatan.sebagian ilmuwan atau masyarakat sains tertentu ada kalanya
tidak mau menerima paradigma baru tersebut, dan ini menimbulkan masalah
tersendiri yang memerlukan pemilihan dan legitimasi paradigma yang lebih
definitif.

Dalam pemilihan paradigma,tidak ada standar yang lebih tinggi daripada


persetujuan masyarakat yang bersangkutan. Untuk menyikapi bagaimana
revolusi sains itu dipengaruhi, kita tidak hanya harus meneliti dampak sifat dan
dampak logika,tetapi juga teknik-teknik argumentasi persuasif yang efektif di
dalam kelompok-kelompok yang sangat khusus yang membentuk masyarakat
sains itu.

Oleh karena itu,permasalahan paradigma atau munculnya paradigma yang


baru sebagai akibat dari revolusi sains tiada lain hanyalah sebuah konsensus
atau kesepakatan yang sangat ditentukan oleh retorika di kalangan akademisi
dan atau masyarakat itu sendiri.sejauh mana paradigma baru itu diterima oleh
mayoritas masyarakat sains maka revolusi sains dapat terwujud.12

Penulis mengambil dua pemikiran Thomas Kuhn yang menggabungkan


anatara paradigm dan revolusi, yaitu:

12
Zubaedi, Filsafat Barat,.. hlm. 204-206

11
1. Paradigma dan revolusi dalam wahana politik.

Ada kesejajaran antara revolusi politik dan revolusi sains. Revolusi politik
dibuka oleh kesadaran yang semakin tumbuh,yang sering terbatas pada suatu
segmen dari masyarakat politik bahwa lembaga-lembaga yang tidak lagi
memadai untuk menghadapi masalah-masalah yang dikemukakan oleh
lingkungan yang sebagai diciptakan oleh lembaga itu.revolusi politik bertujuan
mengubah lembaga-lembaga politik dengan cara-cara yang dilarang oleh
lembaga-lembaga itu sendiri.mulanya hanya krisis yang mengurangi peran dan
dibawa lembaga lembaga politik. Dan dalam jumlah yang meningkat,
masyarakat menjadi terasing dari kehidupan politik dan berperilaku semakin
bertambah eksentrik di dalamnya. Kemudian dengan mendalamnya
krisis,mereka melibatkan diri dalam usul yang konkret bagi rekonstruksi
masyarakat dalam kerangka kelembagaan yang baru. Pada saat itu,masyarakat
terbagi kedalam dua kelompok atau partai yang bersaing, yang satu berusaha
mempertahankan konstelasi kelembagaan yang lama dan yang lain berupaya
menjadikan yang baru.

Jika polarisasi itu terjadi penyelesaian secara politik pun menjadi


gagal.karena mereka berselisih tentang matriks kelembagaan tempat mencapai
dan menilai perubahan politik dan karena tidak ada suprainsitutional yang
diakui oleh mereka untuk mengadili perselisihan revolusioner, maka akhirnya
partai-partai dalam konflik revolusioner ini menggunakan bantuan teknik-
teknik persuasi masa, yang seringkali melibatkan kekuatan.

Timbulnya suatu krisis dalam politik juga sekali hubungannya dengan


tokoh-tokoh politik yang selama krisis itu menciptakan teori-teori politik baru
untuk membongkar fakta-fakta yang telah menyimpang.

Sepanjang sejarah politik misalnya, kita dapat melihat bahwa munculnya


teori-teori politik barat kebanyakan dihasilkan selama waktu waktu krisis dan
jarang selama periode periode normal. Fenomena ini menunjukkan bahwa

12
teori-teori pokok dalam politik itu menyerupai “extraordinary science”, yang
berhadapan dengan anomali dan krisis yang mendalam.

Dalam menanggapi munculnya teori baru atau perlawanan terhadap


paradigma yang besar dan saat ini, masyarakat politik pada dasarnya tidak akan
mempedulikan perlawanan-perlawanan semacam ini, jika mereka tidak merasa
ditekan oleh paradigma yang berlaku.masyarakat lebih suka berkonsentrasi
untuk menikmati manfaat-manfaat atau mencari berbagai kemungkinan dari
sistem yang sedang berjalan.ketidakacuhan ini bukan merupakan ekspresi dari
pilihan antara memiliki atau meninggalkan teori. Tetapi,suatu masyarakat yang
berjalan secara normal memiliki teorinya menurut teori yang dominan, karena
ia telah mencerminkan konsensus masyarakat.13

2. Paradigma dan revolusi dalam wacana pendidikan.

Apa yang penulis maksud dengan wacana pendidikan disini bukan masalah
pendidikan secara makro atau sistem kelembagaan pendidikan secara
luas,tetapi lebih terfokus pada teori belajar yang diinspirasikan oleh paradigma
dan revolusi sains.

Istilah paradigma identik dengan skema dalam teori belajar.skema adalah


suatu struktur mental atau kognisi yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema ini akan
beradaptasi dan berubah seiring perkembangan mental anak.

Perubahan skema ini bisa mengambil bentuk asimilasi atau akomodasi.


Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupengalaman baru ke dalam skema atau
pola yang sudah ada di dalam pikirannya.

13
Zubaedi, Filsafat Barat,... hlm. 206-208

13
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru yang tidak sesuai
dengan skema yang ada (data anomali). Ada kalanya seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang ia
miliki.pengalaman baru ini bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan paradigma
yang ada. Dalam keadaan seperti ini,orang tersebut akan mengadakan
akomodasi yaitu membentuk skema baru yang sesuai dengan rangsangan yang
baru atau modifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan data anomali itu.
Inilah yang disebut dengan revolusi skema.

Oleh karena itu,dalam proses belajar mengajar perlu di desain bagaimana


guru itu dapat merangsang atau menyediakan data anomali yang dapat
mengubah skema pengetahuan murid kearah suatu skema yang lebih baik.dan
selama murid tidak mau mengubah skema atau merevolusi pengetahuan yang
telah ia miliki ke arah skema lebih unggul maka pengetahuannya akan tetap
seperti semula tidak ada perkembangan.14

C. KESIMPULAN

Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani
yaitu dari kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan kata
“diegma” yang artinya teladan, ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan secara
terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai sebuah pandangan atau pun cara
pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang
merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara-cara untuk
menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks.

Thomas Kuhn di dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolution”


mendefinisikan paradigma dengan suatu asumsi dasar dan asumsi teoretis yang
umum (merupakan sumber nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum, metode,

14
Zubaedi, Filsafat Barat,.. hlm. 208-209.

14
serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri,
serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Thomas Kuhn berparadigma dalam konsep wacana pendidikan, ia memiliki


kerangka berpikir bahwa teori dan kurikulum pendidikan pada masanya tidak
memenuhi keinganan zaman, oleh karena itu kemudian ia ingin mengubah
kurikulum pendidikan dengan menemukan penemuan yang dari hasil kegiatan
ilmiah (anomali), dan kemudian Kuhn mengembangkan penemuannya dengan
meminta persetujuan dari masyarakat setempat (revolusi sains)

DAFTAR PUSTAKA

Diamastuti, Erlina. Paradigma Ilmu Pengetahuan Sebuah Telaah Kritis. dalam Jurnal
Akutansi Universitas Jember. Vol 1 No 1.

Kuhn, Thomas S. 2008. Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung: PT:
Remaja Rosdakarya.

Muhajir, Noeng. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Rakesarasin.

Ronchi, Vasco. 1956. Histoire, de la Lumiere, terjemahan Jean Taton. Paris.

Soetoemo,Greg. 1995. Sains dan Problem Ketuhanan. Yogyakarta: Kanisius.

Zubaedi. 2007. Filsafat Barat. Yogyakarta: ar-Ruz Media.

15

Anda mungkin juga menyukai