Anda di halaman 1dari 8

PERAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA PERSPEKTIF AL-QUR’AN

DAN HADITS

Judul penelitian ini ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Peneletian

Dosen Pengampu : Dr. Roni Nugraha, M.Ag

Disusun Oleh:

Sri Nurwahyuni 21.01.1311

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

PERSATUAN ISLAM BANDUNG

2022 M / 1443 H
A. Latar Belakang Masalah

Al Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang di turunkan Allah SWT

kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara malaikat Jibril yang di dalamnya

berisi mengenai petunjuk atau pedoman hidup bagi kehidupan umat manusia.

Sedangkan hadits secara ontologis dimaknai dengan segala sesuatu yang

dinisbahkan kepada Nabi, meliputi perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat

khuluqiyah (akhlaq), dansifat khalqiyah (fisik). Adapun secara epistemologis,

hadits dipandang sebagai sumber ajaran kedua juga sebagai bayan terhadap ayat-

ayat Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menerangkan tentang

perempuan. Ini menunjukan bahwa Islam memberikan kehormatan tertinggi

kepada kaum perempuan. Dalam arti lain bahwa Al-Qur’an telah mengangkat

derajat kaum perempuan.

Dalam sebuah riwayat, Ali r.a mengatakan, “ Kami sedang bersama Rasulullah

saw. Beliau lalu berkata kepada kami, “Beri tahu apa yang paling baik untuk

wanita!”

Kami semua tidak ada yang mengetahuinya sampai pertemuan dengan

Rasulullah saw. selesai. Ali r.a lalu menemui Fatimah, ia memberitahukan kepada

Fatimah tentang apa yang ditanyakan Rasulullah saw. Ia juga menceritakan bahwa

tidak ada seorang pun yang bisa menjawab pertanyaannya.

Fatimah lalu berkata, “Aku mengetahuinya. Yang baik bagi wanita adalah

mereka tidak memandang laki-laki dan laki-laki tidak memandang mereka.”

2
Ali r.a kembali kepada Rasulullah saw. dan mengulangi jawaban yang ia

peroleh dari Fatimah.

Rasulullah saw. lalu bertanya:”Siapakah yang memberitahukanmu? Bukankah

engkau tadi tidak tahu tentang hal itu?”

Ali r.a menjawab bahwa Fatimahlah yang memberitahu jawabannya.

Islam adalah agama yang benar. Ajaran Islam mencakup juga perihal

keistimewaan wanita, hak-haknya, penghormatan dan pemuliaan terhadapnya,

serta kebebasannya. Islam senantiasa menjaga dan melindungi hak-hak wanita,

memberikan kebebasan dalam menuntut ilmu, menghormati miliknya, termasuk

pekerjaannya.

Penilaian terhadap seorang perempuan tentu saja akan berbeda sesuai dengan

latar belakang, agama, budaya, bangsa, dan negaranya masing-masing. Perempuan

di zaman Jahiliyyah dinilai rendah sekali harkat dan martabatnya.

Suatu hal yang sudah terkenal pada orang Jahiliyyah bahwa mereka suka

memadu istri-istri tanpa batas yang pasti, mereka juga suka mengawini dua saudari

(kakak beradik), serta mereka juga biasa memperistri istri-istri dari bapak-bapak

mereka, apabila bapak-bapak mereka menceraikannya atau meninggal dunia. Dan

thalaq berlaku untuk laki-laki tanpa batas yang ditentukan, maka mereka biarkan

istri-istri mereka dengan terkatung-katung, demikian pula status wanita yang

merdeka lebih baik keadaannya dari pada hamba sahaya.

3
Demikianlah nilai seorang perempuan di zaman Jahiliyyah. Begitu rendah dan

tidak ada harganya bahkan tidak berhak mendapatkan warisan, sementara anak

angkat laki-laki mendapatkan warisan.1

Kaum perempuan di masa Jahiliyyah adalah kaum yang termarjinalkan, mereka

menganggap bahwa kaum laki-laki lah yang berhak berkuasa. Namun setelah

datangnya Islam, pemikiran tersebut dibantah dengan turunnya Firman Allah SWT:

َ ً ‫ص ِل ًحا ِمن ذَ َك ٍر أ َ ْو أُنث َ َٰى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُحْ ِييَنَّ ۥهُ َح َي َٰوة‬


‫ط ِي َبةً ۖ َولَنَجْ ِز َينَّ ُه ْم أَجْ َر ُهم‬ َ َٰ ‫ع ِم َل‬
َ ‫مَ ْن‬
۟ ُ‫س ِن َما َكان‬
َ‫وا َي ْع َملُون‬ َ ْ‫ِبأَح‬

”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka

dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl

[16]: 97)

Dari ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa baik laki-laki maupun

perempuan sama dituntut untuk beramal shaleh. Baik laki-laki atau perempuan

yang beriman akan sama-sama mendapatkan balasan dari amal shalehnya, yaitu

kehidupan yang baik, pahala yang besar, di jamin masuk surga dan tidak akan

didzalimi sedikitpun.

1
A. Zakaria. Terjemah Tarbiyah An-Nisa (Panduan Lengkap Bagi Wanita Shalihah), (Cet. III), Ibn
Azka Press, Garut, 2004, h. 11-15

4
Di dalam Al-Qur’an, ada beberapa istilah untuk perempuan, yaitu: al-nisa, al-

mar’ah/imra’ah, al-untsa, al-zawjah, al-umm/al-walidat, al-bint/banat, mu’minat,

dan muslimat yang semuanya mengandung makna yang khusus.

Didalam Islam tidak ada konsep peran yang khusus untuk laki-laki dan

perempuan kecuali dalam batas-batas yang menyangkut kewajiban masing masing.

Contohnya dalam kehidupan keluarga, setelah keluarga terbentuk, maka masing-

masing orang yang ada di dalamnya memiliki fungsi masing-masing.

Seorang perempuan dapat menduduki beberapa peranan dalam keluarga,

misalnya di keluarga inti perempuan bisa menduduki peran sebagai ibu, istri dan

juga anak.

Namun ada juga sebagian dari perempuan yang mereka belum mengetahui dan

memahami dengan benar peran masing-masing mereka di keluarga sehingga

menyebabkan keadaan rumah yang seharusnya menjadi tempat untuk merasakan

kedamaian dan kebahagiaan di dalamnya tidak tercipta dikarenakan mereka

melakukan sesuatu itu berdasarkan dengan keinginannya sendiri tanpa mau

mendengarkan saran dari yang lain. Padahal, apapun peranannya dalam keluarga,

dia mempunyai hak dan kewajiban.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk memahami dan membahas tentang peran

perempuan dalam keluarga karena terkadang masih ada yang belum memahami

dengan benar peran seorang perempuan, baik itu sebagai anak, istri, ataupun ibu di

keluarganya sendiri dengan mengangkat masalah ini dalam judul “Peran

Perempuan dalam Keluarga Perspektif Al-Qur’an dan Hadits”.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran perempuan sebagai anak dalam keluarga menurut Al-Qur’an

dan Hadits?

2. Bagaimana peran perempuan sebagai istri dalam keluarga menurut Al-Qur’an

dan Hadits?

3. Bagaimana peran perempuan sebagai ibu dalam keluarga menurut Al-Qur’an

dan Hadits?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami peran perempuan sebagai anak dalam

keluarga menurut Al-Qur’an dan Hadits.

2. Untuk mengetahui dan memahami peran perempuan sebagai istri dalam

keluarga menurut Al-Qur’an dan Hadits.

3. Untuk mengetahui dan memahami peran perempuan sebagai ibu dalam

keluarga menurut Al-Qur’an dan Hadits.

D. Kajian Pustaka

Sebelum penulis memaparkan model penelitian, terlebih dahulu disajikan hasil

penelitian dahulu yang relevan, diantaranya adalah:

6
1. Taharob, Rahmi. “Peran Perempuan dalam Keluarga Menurut Wahbah Az-

Zuhaili dalam Tafsir Terjemah Al-Munir: Aqidah, Syari’ah, Manhaj”. Skripsi,

Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Ambon 2020.

2. Ayuni, Monica. “Peran Perempuan dalam Keluarga Menurut Al-Qur’an dan

Sosial Budaya”. Skripsi, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Pekanbaru 2017.

3. Jihani, Nurfadila. “Peran Perempuan di Ruang Publik dan Domestik dalam

Tafsir Tematik Kementerian Agama Republik Indonesia”. Skripsi, Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

2021.

4. Kholifah, Nur. “Kedudukan Perempuan dalam Pandangan Islam (Analisis

Wacana Kritis terhadap Buku Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan)”.

Skripsi, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017.

5. Supriyono, Bayu. “Peran Perempuan dalam Keluarga Menurut Hukum

Keluarga Islam (Studi Perempuan Pedagang di PasarTejo Agung Kecamatan

Metro Timur Kota Metro)”. Tesis, Hukum Keluarga, Institut Agama Islam

Metro 2019.

E. Kerangka Teori

Peran adalah fungsi atau tingkah laku yang diharapkan ada pada setiap individu.

Setiap peran merupakan aspek dinamis dari sebuah status. Apabila seseorang telah

7
menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia

dianggap telah mengemban suatu peran.

Ada dua teori peran yang bisadigunakan untuk melihat peran perempuan

maupun laki-laki. Dua teori ini adalah teori nature dan teori nurture. Teori nature

mengatakan bahwa karakteristik yang melekat secara genetic dalam diri seseorang.

Nature juga dapat diartikan sebagai kondisi alami yang menjadi sifat dasar

manusia. Adapun teori nurture mengatakan bahwa adanya perbedaan perempuan

dan laki-laki pada dasarnya merupakan hasil kontruksi sosial budaya sehingga

menghasilkan peran dan tugas yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai