Anda di halaman 1dari 10

Tugas Terstuktur Dosen Pengampu

(Studi Al-Quran dan Hadis) (Prof. Dr., Abdullah Karim., M.Ag)

KONSEP GENDER PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADIS


Oleh:
Khoirul Iman 230103020064 Karimatun Nufus 230103020012
Muhammad Ali 230103020074 Marsa Rihadatul 230103020071
Rijani Aisya
Muhammad Fadli 230103050202 Nur Aisyah 230103020085
Rahmani Sidratiya
M. Haratullisan Rima Amelia Putri 230103020093
Auliya Rahmawati 230103020056 Siti Fatimah 230103020097
Husna Maulida 230103020062

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
DAN ILMU HADIS
BANJARMASIN
2023

0
PENDAHULUAN
Selama dua dekade terakhir, wacana gender mulai diperdebatkan secara luas.
Berbagai peristiwa seputar dunia perempuan di empat penjuru dunia juga turut
memfasilitasi berkembangnya perdebatan panjang mengenai ideologi gerakan feminis
berdasarkan analisis “hubungan gender”. Namun ironisnya, di tengah hiruk-piruk
kaum feminis dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender, masih banyak
pandangan sinis, cemoohan, dan perlawanan yang muncul tidak hanya datang dari
pihak laki-laki namun juga dari pihak perempuan sendiri. Masalah ini mungkin
berasal dari ketakutan laki-laki yang merasa terancam oleh kebangkitan perempuan
atau mungkin juga karena ketidaktahuan mereka, terhadap laki-laki dan perempuan,
tentang hakikat gender dan sifat dari perjuangan antar jenis kelamin.
Gender merupakan konsep cultural yang menjadi perbedaan dalam hal peran
dan tanggung jawab, perilaku, mentalitas, dan karakterisrtik emosional antara
perempuan dan laki-laki yang terdapat dalam masyarakat. 1 Perempuan dan laki-laki
pastinya memiliki ciri khas masing-masing dan memang hakikat dari keduanya
adalah jelas berbeda. Gender dengan segala permasalahan merupakan isu yang terjadi
di masyarakat yang sangat eksis bahkan diminati sampai saat ini.
Perbincangan atau lebih tepat jika dikatakan sebagai pemikiran di seputar
masalah gender, akhir-akhir ini sangat ramai dibicarakan. Masalah gender yang
meliputi masalah gender dan ketidakadilan ataupun kesetaraan gender terus menerus
dibahas dalam beberapa agenda feminisme pada tingkat nasional maupun
internasional. Melalui pembahasaan masalah yang ada di masyarakat pemakalah
akan menjelaskan bagaimana konsep gender dalam perspektif Al-Quran dan Hadist.

1
Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Wanita Karir, (Malang: UB Press, 2017), hal. 1
PEMBAHASAN
A. Definisi Gender
Istilah gender dijelaskan oleh para ilmuan yaitu perbedaan antara
perempuan dan laki-laki yang tidak bersifat bawaan sebagaimana ciptaan
Allah Swt. Dan yang bersifat dalam bentuk budaya yang disosialisasikan
dan dipahami dalam keluarga sejak usia dini.
Secara terminologi perbedaan gender lebih didasarkan pada aspek
sosiologis dan kultural.2 Kemudian, kata gender secara etimologis dalam
bahasa indonesia berasal dari bahasa inggris, yaitu ‘gender’. Seringkali
gender disamakan pengertiannya dengan sex (jenis kelamin laki-laki dan
perempuan).3 Akan tetapi pengertian gender memiliki arti yang berbeda
dengan jenis kelamin.4 Gender merupakan perbedaan antara perempuan
dan laki-laki dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang
dibentuk oleh tata nilai sosial budaya dan adat istiadat, sedangkan jenis
kelamin adalah perbedaan fisik biologis yang mudah dilihat melalui ciri
fisik primer dan secara sekunder yang terdapat pada perempuan dan laki-
laki.5
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa “gender” sifat yang
dapat membedakan antara perempuan dan laki-laki yang dapat dilihat dari
bentuk sosial dan budaya serta peran antara perempuan dan laki-laki.6

2
Abdul Jalil dan St. Aminah, Gender Dalam Perspektif Budaya dan Bahasa, Jurnal al-
Maiyyah, Vol. 11 No. 2, Juli -Desember 2018, hal. 282
3
Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Wanita Karir, (Malang: UB Press, 2017), hal.2
4
Ikhlasiah Dalimoenthe, Sosiologi Gender, (Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara, 2020), hal.15
5
Rahman Amin, Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan di Indonesia, (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2021), hal.38
6
Marzuki, Analisis Gender dalam kajian-kajian keislaman, (Yogyakarta: UNY press, 2018),
hal.13

2
Jadi, perbedaan perilaku perempuan dan laki-laki bukanlah hanya
sekedar dalam aspek karakteristik secara biologis, namun melalui suatu
proses kultural dan sosial di masyarakat. Gender bukanlah kodrat ataupun
ketentuan tuhan, oleh karena itu gender berkaitan dengan proses
keyakinan bagaimana perempuan dan laki-laki seharusnya berperan dan
bertindak yang sesuai dengan ketentuan sosial dan budaya masyarakat
setempat. Dalam hal ini ialah suatu bentuk sosial sebenarnya yang
menempatkan kedudukan perempuan dan laki-laki.7
B. Konsep Gender Perspektif Al-Qur`an dan Hadis
Konsep gender biasanya dalam perspektif Alquran dihubungkan
dengan ayat-ayat yang mengandung bias gender. Dalam Alquran banyak
sekali ayat-ayat yang membicarakan tentang laki-laki dan perempuan
dalam bentuk lifdzi ataupun maudu`i.8 Berikut ayat-ayat yang erkaitan
dengan konsep gender sebagai berikut:
1. Kepemimpinan
Berbicara dalam hal kepemimpinan Alquran punya rujukan
naqliyah, yaitu adanya isyarat-isyarat yang memperkuat perlu dan
pentingnya sebuah kepemimpinan dalam sistem sosial. Sedangkan
dalam Alquran berbicara mengenai perempuan, mengharuskan kita
untuk memulai dari awal tentang bagaimana Alquran memposisikan
perempuan.9 Dalam perspektif Islam wacana kepemimpinan dalam
Alquran berakar hasil dari penafsiran QS. Al-Nisa:34 yang berbunyi:

‫ٱلِّر َج اُل َقَّو ُٰموَن َعَلى ٱلِّنَس ۤاِء َمِبا َفَّض َل ٱلَّلُه َب ۡعَض ُه ۡم َعَلٰى َب ۡع ࣲض َو َمِبۤا َأنَفُقو ۟ا ِم ۡن َأ ۡمَو ِٰهِل ۚۡم‬

7
Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Wanita Karir, (Malang: UB Press, 2017), hal.3-4
8
Ahdar Djamaluddin, Gender Dalam Perspektif Al-Qur`an, Jurnal Al-Maiyyah, Vol. 8 No. 1
2015, hal. 9
9
Ahdar Djamaluddin, Gender Dalam Perspektif Al-Qur`an, Jurnal Al-Maiyyah, Vol. 8 No. 1
2015, hal. 13
‫ۡیِب َمِبا َح ِف َظ ٱلَّل ُۚه َو ٱَّلٰـ ِتی َخَتاُفوَن ُنُش وَز ُه َّن َفِعُظ وُه َّن‬ ‫َفٱلَّص ٰـِلَح ٰـ ُت َقٰـِنَتٰـ ٌت َح ٰـِف َظٰـ ࣱت ِّل ۡلَغ‬
‫ۡضِر ُبوُه َّۖن َف ِإ ۡن َأَط ۡعَنُك ۡم َفاَل َت ۡبُغ و ۟ا َعَل ۡیِه َّن َس ِبی ًل ِإَّن‬ ‫َو ٱ ۡهُج ُر وُه َّن ِفی ٱ ۡلَم َض اِج ِع َو ٱ‬
‫ٱلَّلَه َك اَن َعِل ࣰّیا َك ِبیا‬

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan karena allah


telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka .Sebab itu maka perempuan yang saleh
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada oleh karena allah telah memelihara mereka” (Q.S An-
Nisa:34)10

Dalam tafsir muqaddimin misal tafsir ibnu katsir, lafadz qawwamun


pada ayat ini ditafsiri dengan pemimpin, penguasa, hakim dan pendidik
bagi perempuan, hal ini dikarenakan ada kelebihan yang dimiliki laki-
laki, karena alasan inilah menurut ibnu katsir kepemimpinan
dikhususkan untuk laki-laki.
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menerangkan ayat 32 dalam
surah an-nisa bahwa manusia masing-masing memiliki keistimewaan,
baik pribadi, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Dalam ayat ini
disinggung perbedaan dari keistimewaan yang dianugerahkan Allah
pada laki-laki maupun perempuan bahwa:
“Para lelaki atau suami adalah qawwamun, pemimpin dan penanggung
jawab atas para wanita, karena Allah melebihkannya sebagian mereka
atas sebagian yang lain dan karena laki-laki secara umum atau para
suami telah menafkahkan sebagian harta mereka untuk membayar
mahar maupun biaya hidup untuk istri dan anak-anaknya.”11

10
Ahdar Djamaluddin, Gender Dalam Perspektif Al-Qur`an, Jurnal Al-Maiyyah, Vol. 8 No. 1
2015, hal. 13
11
Ahdar Djamaluddin, Gender Dalam Perspektif Al-Qur`an, Jurnal Al-Maiyyah, Vol. 8 No. 1
2015, hal. 14

4
Kemudian dalam hadis juga disebutkan:
“Setiap kalian adalah pengembala (pemimpin) dan kalian akan
ditanya tentang gembalaannya” H.R. Ahmad, al-Bukhari, Muslim,
Abu Daud, dan Timidzi.12

C. Konsep Kesataraan Gender Perspektif Al-Quran dan Hadis


Menurut Asghar Ali Engineer, seorang feminis Muslim India, Alquran
seringkali menekankan konsep kesetaraan status antara laki-laki dan
perempuan. Konsep kesetaraan mengisyaratkan dua hal: Pertama, dalam
pengertian umum, kesetaraan adalah penikmatan martabat oleh kedua
jenis kelamin secara setara. Kedua, setiap orang harus mengetahui bahwa
laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk mengadakan
atau memutuskan kontrak perkawinan; keduanya mempunyai hak untuk
memiliki dan mengurus hak milik masing-masing tanpa campur tangan
pihak lain; keduanya bebas mempunyai profesi atau cara hidup; keduanya
setara dalam tanggung jawab dan kebebasan.13
Kemudian, hal yang juga menunjukkan konsep kesetaraan gender,
dalam menegakkan nilai agama Islam untuk menunjukkan peran dan
tanggung jawab mereka dalam menjalankan fungsi spritual dan hak-hak
kewajiban kepada Allah tersebutlah yang menunjukkan bahwa laki-laki
maupun perempuan itu setara karena kedudukan manusia sama di hadapan
Allah SWT.14 Salah satu tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
menyembah dan beribadah kepada Allah, hal tersebut juga menunjukkan
12
Syarh Uqûd Al-Lujain
13
Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, terjemah Farid Wajidi dan Cici
Farkha Assegaf (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1994), hal. 57,
14
Abdul Jalil dan St. Aminah, Gender Dalam Perspektif Budaya dan Bahasa, Jurnal al-
Maiyyah, Vol. 11 No. 2, Juli -Desember 2018, hal. 280
kesetaraan gender bahwa laki-laki maupun perempuan sama-sama sebagai
hamba Allah yang bertujuan menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Allah taala berfirman:

‫َو َم ا َخ َلۡق ُت ٱۡل ِج َّن َو ٱِإۡل نَس ِإاَّل ِلَیۡع ُبُد ون‬
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka mengabdi
kepadalu”

Sesama sebagai hamba Allah yang memiliki reproduksi kemanusiaan


yang sama, laki-laki maupun perempuan dalam Alquran memiliki tugas
yang sama yaitu sebagai khalifah di muka bumi, sebagai penguasa. Karena
itu laki-laki maupun perempuan memiliki superior yang sama
perbedaannya hanya pada segi kodrati.15 Hal ini sebagaimana yang
difirmankan Allah SWT dalam Alquran surah al-An`am:165

‫َو ُه َو ٱَّلِذی َجَعَلُك ۡم َخ َل ِٕىٰۤـ َف ٱ ۡلَأ ۡرِض َو َر َفَع َب ۡعَض ُك ۡم َف ۡوَق َب ۡع ࣲض َدَرَج ٰـ ࣲت ِّلَی ۡبُلَو ُك ۡم ِفی َم ۤا َءاَتٰى ُك ۗۡم‬

‫ِإَّن َر َّبَك َس ِر یُع ٱ ۡلِعَق اِب َو ِإَّنُهۥ َلَغُفو ࣱر َّر ِح ی ُۢم‬


“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan
Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Maka ayat di atas laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang


sama sebagai khalifah di muka bumi yang akan mempertanggung
jawabkan tugas-tugas kekhalifahannya sebagaimana halnya tugasnya
sebagai seorang hamba.16
Alquran dan hadis secara umum mengakui adanya perbedaan antara
laki-laki dan perempuan (distinction) bukanlah perbedaan yang dimaksud
15
Hulwati, Memahami Kesetaraan Gender Dalam Fiqh, Jurnal Ilmiah Kajian Gender, Vol. 1
No. 2015, hal. 30
16
Hidayatul Mutmainah, Samsul Arifin, Misbahul Munir, Nilai Kesetaraan Gender dalam
Perspektif Islam, Vol. 11, No. 2, September 2022 hal. 160

6
tersebut merupakan perbedaan (discrimation) yang menguntungkan satu
pihak dan merugikan pihak lain, begitu pun juga hadis. Perbedaan yang
dimaksudkan adalah untuk mendukung obsesi Alquran, yaitu terciptanya
keharmonisan dalam rumah tangga yang didasari dengan kasih sayang
seperti yang ada dalam firman Allah SWT (Q.S. al-Rum:21)17
Perspektif gender dalam al-Quran tidak hanya mengatur keharmonisan
hubungan antar jenis kelamin, hubungan laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat, akan tetapi lebih dari al-Quran juga mengatur keserasian pola
relasi antara mikro-kosmos (manusia), makro-kosmos (alam), dan Tuhan.
Konsep berpasang-pasangan (azwâj) dalam al-Quran tidak hanya
menyangkut manusia melainkan juga hewan dalam QS. al-Syura: 11, dan
tumbuhan dalam QS Thaha: 53. Bahkan kalangan sufi menganggap
makhluk-makhluk juga berpasangan.18
Segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan merupakan fenomena
yang alami sebagaimana firman Allah Swt.

‫۝‬٤٩ ‫َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخ َلْق َنا َز ْو َج ِنْي َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُر ْو َن‬
Artinya: “Dan segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat akan kebesaran Allah” (QS Adz-Dzariyat, 51:49),
Sehingga dalam istilah “berpasangan” merupakan karakteristik penting
dalam penciptaan segala sesuatu.
Berkenaan dengan fungsi dan peran perempuan dan laki-laki, beberapa
ormas Islam memiliki pandangan yang monolitik. Majelis Ulama
Indonesia (MUI), yang diwakili oleh pandangan Huzaimah Tahido
Yanggo, menyatakan bahwa derajat perempuan dan laki-laki ialah sama,
akan tetapi perbedaan keduanya ialah dari sudut pandang fungsi utamanya
17
Hidayatul Mutmainah, Samsul Arifin, Misbahul Munir, Nilai Kesetaraan Gender dalam
Perspektif Islam, Vol. 11, No. 2, September 2022 hal. 159-160
18
Muhyiddin Ibn ‘Arabi, Fushūsh al-Hikam, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1980), hal. 29 7-
298.
sesuai dengan kodratnya hal-hal yang membedakan antara perempuan dan
laki-laki yaitu, melahirkan, menyusui, dan lain-lain.19

19
Arief subhan, Fuad jabali, Hamid Nasuhi, Dtt. Citra perempuan dalam Islam, (Jakarta: PT
Gramedia pustaka utama, 2003), hal.71-72

8
DAFTAR PUSTAKA
Djamaluddin, Ahdar. Gender Dalam Perspektif Al-Qur`an. Jurnal Al-Maiyyah. Vol.
8 No. 1 2015.
Utaminingsih, Alifiulahtin. Gender dan Wanita Karir. Malang: UB Press, 2017.
Subhan, Arief. Fuad jabali. Hamid Nasuhi. Dtt. Citra perempuan dalam Islam.
Jakarta: PT Gramedia pustaka utama. 2003.
Engineer, Asghar Ali. Hak-hak Perempuan dalam Islam. terjemah Farid Wajidi dan
Cici Farkha Assegaf Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1994.
Mutmainah, Hidayatul Samsul Arifin, Misbahul Munir. Nilai Kesetaraan Gender
dalam Perspektif Islam. Vol. 11, No. 2. September 2022
Jalil, Abdul dan St. Aminah. Gender Dalam Perspektif Budaya dan Bahasa. Jurnal
al-Maiyyah. Vol. 11 No. 2. Juli-Desember 2018
Hulwati. Memahami Kesetaraan Gender Dalam Fiqh. Jurnal Ilmiah Kajian Gender.
Vol. 1 No. 2015.
Dalimoenthe, Ikhlasiah. Sosiologi Gender. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara. 2020.
Marzuki, Analisis Gender dalam kajian-kajian keislaman. Yogyakarta: UNY press,
2018.
Ibn ‘Arabi, Muhyiddin. Fushūsh al-Hikam. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi. 1980.
Amin, Rahman. Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan di Indonesia.
Yogyakarta: CV Budi Utama 2021.

Anda mungkin juga menyukai