Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KESETARAAN iPEREMPUAN iDAN iLAKI-LAKI


iDALAM iAL iQUR’AN iDAN iHADIST i
Dosen iPengampu i: iProf. Dr. Umi Sumbulah,iM.Ag i

I Oleh i:
iKelompok i2
-Miftahul iJannah idifinubun i(220201110090)
-Yuans iFarida iKhamim iMalik (220201110095)
-Safiatus iZahro i(220201110123)
-Alauddin idarmawan i(220201110112)
-M iEkyas iRasikh iZubaier i(220201110126)
-Ahmad iFaiq iIftikharuddin i(220201110128)

Program iStudi iHukum iKeluarga iIslam iFakultas


iSyariah iUniversitas Islam iNegeri iMaulana iMalik
iIbrahim iMalang i
2022
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

iKesetaraan idapat idiartikan isebagai ikeadilan. iKeadilan isecara iumum


ididefinisikan isebagai i“menempatkan isesuatu isecara isebanding” iKesetaraan
igender isendiri idapat idiartikan isebagai ikeadilan atau ipersamaan iantara ihak
ikaum iperempuan idengan ilaki-laki, ibaik idi ibidang ipendidikan, isosial idan
iagama. i

Kesetaraan igender ini itimbul ikarena iadanya iketidakpuasan ioleh ipihak


iperempuan. iPara iperempuan imerasa iditindas idan iterintimidasi ioleh ikaum ilaki-
laki. iMereka itidak idiberi itempat iatau ikesempatan idi ispace ipublik. iPerempuan
iingin imengapresiasi ihak-haknya idengan ijalan imenempuh ipendidikan iprinciple
itinggi. iiMemperbincangkan imasalah igender principle itelah imenjadi iisu iin
iistyle itersebut. iSecara iumum ikesetaraan i(gender) iberarti ikesamaan ikondisi
ibagi ilaki-laki idan iperempuan iuntuk imemperoleh kesempatan iserta ihak-haknya
isebagai imanusia, iagar imampu iberperan idan iberpartisipasi idalam ikegiatan
ipolitik, ihukum, iekonomi, isosial ibudaya, ipendidikan idan ipertahanan idan
ikeamanan inasional (hankamnas), iserta ikesamaan idalam imenikmati ihasil
ipembangunan itersebut. iKesetaraan igender ijuga imeliputi ipenghapusan
idiskriminasi idan iketidakadilan istruktural, ibaik iterhadap ilaki-laki imaupun
iperempuan. i

Salah i isatu i itema isentral isekaligus iprinsip i ipokok i iajaran iIslam


iadalah iprinsip iegalitarian iyakni ipersamaan iantar imanusia, ibaik ilaki ilaki idan
iperempuan imaupun iantar ibangsa, isuku, idan iketurunan. iHal iini idiisyaratkan
idalam iQS. ial-Hujurat: i13 i“Hai imanusia isesungguhnya ikami imenciptakan
ikamu idari iseorang ilaki-laki idan iseorang iperempuan idan imenjadikan ikamu
iberbangsa ibangsa idan ibersuku-suku isupaya ikamu isaling ikenal-mengena.
iSesungguhnya iorang iyang ipaling imulia idiantara ikamu idi isisi iAllah iadalah
iorang iyang ipaling ibertakwa idiantara ikamu.” iAyat itersebut imemberikan
igambaran ikepada ikita itentang ipersamaan iantara ilaki-laki idan iperempuan ibaik
ialam ihal iibadah i(dimensi ispiritual) imaupun idalam iktivitas isocial i(urusan
ikarier iprofesional). iAyat itersebut ijuga isekaligus imengikis ituntas ipandangan
iyang imenyatakan ibahwa iantara ikeduanya iterdapat iperbedaan iyang
imemarginalkan isalah isatu idiantara ikeduanya. ipersamaan itersebut imeliputi
iberbagai ihal imisalnya idalam ibidang iibadah. iSiapa iyang irajin iibadah, imaka
iakan imendapat ipahala ilebih ibanyak itanpa imelihat ijenis ikelaminnya.
iPerbedaan ikemudian iada idisebabkan ikualitas inilai ipengabdian idan
iketakwaannya ikepada iAllah iswt., iAyat iini ijuga imempertegas imisi ipokok ial-
Qur’an iditurunkan iadalah iuntuk imembebaskan imanusia idari iberbagai ibentuk
idiskriminasi idan ipenindasan, itermasuk idiskriminasi iseksual, iwarna ikulit, ietnis
idan iikatan-ikatan iprimordial ilainnya. iNamun idemikian isekalipun isecara
iteoritis ial-qur’an imengandung iprinsip ikesetaraan iantara ilaki-laki idan
iperempuan, inamun iternyata idalam itatanan ipengaplikasikasian iseringkali
iprinsip-prinsip itersebut iterabaikan
B. RUMUSAN MASALAH

Setelah membaca latar belakang diatas ada beberapa rumusan yang akan
menjadi pokok pembahassan dalam makalah ini diantaranya :

1. Apa Pengertian dari kesetaraan gender

2. Apa saja Dasar-dasar dalam al Qur’an tentang kesetaraan gender

3. Apa saja Dasar-dasar dalam hadist tentang kesetaraan gender

4. Apa saja Dasar dalam sejarah kesetaraan gender

5. Apa saja Isu-isu terhangat terkait dengan kesetaraan gender dalam perspektif al
Qur’an dan hadist.

C. TUJUAN

Adapun yang akan menjadi tujuan pembahasan dalam makalah ini


diantaranya :

1. Mengetahui pengertian kesetaraan gender

2. Mengetahui dasar dasar dalam al quran tentang kesetaraan gender

3. Mengetahui dasar dasar dalam hadist tentang kesetaraan gender

4. Mengetahui isu-isu terhangat terkait dengan kesetaraan gender dalam perspektif al


Qur’an dan hadist

5. Menganalisa kesetaraan gender


PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesetaraan Gender

Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris, gender yang berarti “jenis kelamin”.
Dalam Webster’s New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang
tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.1
Didalam Webster’s Studies Encylopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu
konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran,
perilaku, mentalitas dan karakterstik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat. 1

Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat
dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender
adalah kelompok atribut dan perilaku secara kultural yang ada pada laki-laki dan
perempuan. Sejalan dengan itu, Gender merupakan konsep hubungan sosial yang
membedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara perempuan
dan lak-laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak
ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan
dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai
kehidupan dan pembangunan.

Dalam memahami konsep gender, Mansour Fakih membedakannya antara gender


dan seks (jenis kelamin). Pengertian seks lebih condong pada pensifatan atau
pembagian dua jenis kelamin manusia berdasarkan ciri biologis yang melekat, tidak
berubah dan tidak dapat dipertukarkan. Dalam hal ini sering dikatakan sebagai
ketentuan Tuhan atau 'kodrat'. Sedangkan konsep gender adalah sifat yang melekat
pada laki-laki atau perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural dan
1
Seli Sofiastun Nisak, Ketidak Setaraan gender dan kemiskinan perempuan di indonesia,2016,
Surabaya: Universitas Airlangga
dapat dipertukarkan. Sehingga semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-
laki dan perempuan, yang bisa berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat
lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang disebut
dengan gender. Jadi gender diartikan sebagai jenis kelamin sosial, sedangkan sex
adalah jenis kelamin biologis. Maksudnya adalah dalam gender ada perbedaan peran,
fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi
social2.

Dalam islam juga menjelaskan mengenai kesetraan gender yang dapat dilihat dari al
quran dan al hadist dan juga Nasaruddin Umar mengemukakan bahwa ada beberapa
variabel yang dapat digunakan sebagai standar dalam menganalisa prinsip-prinsip
kesetaraan gender dalam al-Qur’an.3 Variabel-variabel tersebut antara lain sebagai
berikut :

a. Laki-laki dan perempuan Sama-sama sebagai Hamba Salah satu tujuan penciptaan
manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam
QS. Zariyat 56 artinya sebagai berikut :

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”.

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan siapa yang banyak amal ibadahnya, maka itulah mendapat pahala yang
besar tanpa harus melihat dan mempertimbangkan jenis kelaminnya terlebih dahulu.
Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal.
Hamba ideal dalam Al-Qur’an biasa diistilahkan dengan orangorang bertaqwa
(muttaqûn), dan untuk mencapai derajat muttaqûn ini tidak dikenal adanya perbedaan
jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.

2
Iswah Adriana, Kurikulum Berbasis Gender, Tadrîs. Volume 4. Nomor 1. 2009
3
Jurnal al ulum Volume. 13 Nomor 2, Desember 2013
B. DASAR DALAM AL QUR’AN

Istilah gender ini, selalu merujuk pada adanya kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan, dan hal tersebut antara lain ditemukan dalam QS. al-Nisa (4), QS. al-
Nahl (16): 97, QS. al-Hujurat (49): 13. Ayat-ayat ini pada dasarnya menegaskan
bahwa ajaran Islam tidak menganut paham the second sex, yang memberikan
keutamaan kepada jenis kelamin tertentu, atau first ethnic, yang mengistimewakan
suku tertentu.

Di samping ayat-ayat yang disebutkan di atas, ditemukan lagi ayat yang secara
tekstual membedakan antara laki-laki dan perempuan, yakni QS. Ali Imran (3): 36
yang antara lain redaksinya adalah “ (dan anak laki-laki tidaklah seperti anak
perempuan)”. Ayat ini, pada dasarnya berlawanan dengan makna gender. Namun bila
dianalisis lebih lanjut melalui pendekatan tafsir, tampak bahwa ayat yang dimaksud
tetap saja sejalan konsep gender dala perspektif Islam. Sebab dalam berbagai kitab
tafsir yang ditelusuri, ditemukan penjelasan bahwa ayat tersebut tidaklah
membedakan kedudukan lakilaki dan perempuan. Ayat tersebut juga, tidak
mengandung interpretasi bahwa kedudukan perempuan lebih rendah dari laki-laki,
dan demikian pula sebaliknya.

Term gender dalam beberapa ayat Al-Qur’an mengandung interpretasi tentang


persamaan kedudukan antara perempuan dan lakilaki dalam melakukan segala
aktivitas sesuai dengan kodratnya masing-masing. Ayat-ayat tersebut sebagaimana
yang telah disinggung dala uraian pendahuluan adalah sebagai beriku:

1. Persamaan asal penciptaan

Kaum perempuan memang diciptakan dari jiwa laki laki. Hal itu di tunjukan dalam,
quran
‫ث م ْنهُما رجااًل َكث ْيرًا َّونس ۤا ًء ۚ واتَّقُوا هّٰللا‬
َ َ َ ِ ِ َ ِ َ ِ َّ َ‫ق ِم ْنهَا َزوْ َجهَا َوب‬ ٍ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف‬
َ َ‫س وَّا ِح َد ٍة َّو َخل‬
‫الَّ ِذيْ تَ َس ۤا َءلُوْ نَ بِ ٖه َوااْل َرْ َحا َم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬

Artinya :
“ wahai manusia bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu (adam), dan Allah menciptakan pasanganya (haawa) dari diri nya dan
dari keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang dengan Namanya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan.sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu” (QS, an nisa : 1)

ْ ‫ت َح ْماًل خَ فِ ْيفًا فَ َمر‬


‫َّت بِ ٖه ۚفَلَ َّمٓا‬ ْ َ‫س وَّا ِح َد ٍة َّو َج َع َل ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا لِيَ ْس ُكنَ اِلَ ْيهَ ۚا فَلَ َّما تَ َغ ٰ ّشىهَا َح َمل‬
ٍ ‫هُ َو الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف‬
َ‫صالِحًا لَّنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ال ٰ ّش ِك ِر ْين‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ت َّد َع َوا َ َربَّهُ َما لَ ِٕى ْن ٰاتَ ْيتَنَا‬ ْ َ‫اَ ْثقَل‬

Artinya :

“ dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (adam ) dan daripadanya dia
menciptakan pasanganya ..” (QS, al a’raf :189)

‫اج ۗ يَ ْخلُقُ ُك ْم فِ ْي بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم خ َْلقًا ِّم ۢ ْن‬ ٍ ‫س وَّا ِح َد ٍة ثُ َّم َج َع َل ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َواَ ْن َز َل لَ ُك ْم ِّمنَ ااْل َ ْن َع ِام ثَمٰ نِيَةَ اَ ْز َو‬
ٍ ‫خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف‬
َ‫ك ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه ۚ َُو فَا َ ٰنّى تُصْ َرفُوْ ن‬ ُ ۗ ‫ث ٰذلِ ُك ُم هّٰللا ُ َربُّ ُك ْم لَهُ ْال ُم ْل‬
ٍ ۗ ‫ت ثَ ٰل‬
ٍ ٰ‫ق فِ ْي ظُلُم‬ ٍ ‫بَ ْع ِد خَ ْل‬

Artinya :

“ dia menciptakan kamu dari diri yang satu (adam) kemudian pasangannya” (QS az
zumaar : 6)

Dalil diatas menyatakan bahwa pada dasarnya kaum perempuan tidak diciptakan dari
sesuatu yang beda dengan kaum laki-laki. Bahkan, mereka tercipta darinya. Setiap
diri mereka (kaum laki-laki dan perempuan) sama-sama dilahirkan dari makhluk
yang Allah ciptakan, yaitu adam dan istrinya, hawa.

Hanya saja, perbedaan pendapat dalam hal ini terjadi pada orang-orang yang
bernaung didalam agama-agama lain, seperti yahudi, Nasrani, dan yang lainnya
mereka yang mengagung-angungkan peradaban. Salah satu pendapat yang
menunjukkan dengan jelas mengenai hal itu adalah salah seorang yang datang dari
kelompok roma. Mereka mengatakan, “sesungguhnya dia (perempuan) adalah
binatang najis. Tidak memiliki jiwa dan keabadian. Sekalipun begitu, mereka tetap
memiliki kewajiabn untuk berbakti dan melakukan ibadah.

2. persamaan tanggung jawab dan pahala


Islam telah mengikrarkan adanya persamaan tanggung jawab kaum laki-laki
dan perempuan dihadapan perintah agama dan pahala yang akan diterima diakhirat
nanti, tanpa perbedaaan diantara keduannya. Berikut ini beberapa teks al-qur’an yang
menunjukkan hal itu,
‫هّٰللا‬
َ‫ان ِّمن‬ ٌ ‫ت َع ْد ٍن َو ِرضْ َو‬ ِ ّ‫ت تَجْ ِريْ ِم ْن تَحْ تِهَا ااْل َ ْن ٰه ُر ٰخلِ ِد ْينَ فِ ْيهَا َو َم ٰس ِكنَ طَيِّبَةً فِ ْي َج ٰن‬
ٍ ّ‫ت َج ٰن‬
ِ ‫َو َع َد ُ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِم ٰن‬
َ ِ‫هّٰللا ِ اَ ْكبَ ُر ٰۗذل‬
‫ك هُ َو ْالفَوْ ُز ْال َع ِظ ْي ُم‬

Artinya :

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan


mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih
besar. Itulah kemenangan yang agung. (QS, at taubah : 72)

َ‫طيِّبَ ۚةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم اَجْ َرهُ ْم بِاَحْ َس ِن َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
َ ً‫صالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهٗ َح ٰيوة‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬

Artinya :

 Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam


keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan. (QS an nahl : 97)

ِ ‫صبِ ٰر‬
‫ت‬ ّ ٰ ‫صبِ ِر ْينَ َوال‬
ّ ٰ ‫ت َوال‬ ِ ‫ص ِد ٰق‬
ّ ٰ ‫ص ِدقِ ْينَ َوال‬
ّ ٰ ‫ت َوال‬ ِ ‫ت َو ْال ٰقنِتِ ْينَ َو ْال ٰقنِ ٰت‬
ِ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِم ٰن‬
ِ ٰ‫اِ َّن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِم‬
ّ ٰ ‫ت َو‬ ۤ
َ‫الذ ِك ِر ْين‬ ِ ‫ت َو ْال ٰحفِ ِظ ْينَ فُرُوْ َجهُ ْم َو ْال ٰحفِ ٰظ‬ ّ ٰ ‫ت َوالص َّۤا ِٕى ِم ْينَ َوال‬
ِ ٰ‫ص ِٕىم‬ ِ ‫صد ِّٰق‬ َ َ‫ص ِّدقِ ْينَ َو ْال ُمت‬ َ َ‫ت َو ْال ُمت‬
ِ ‫َو ْال ٰخ ِش ِع ْينَ َو ْال ٰخ ِش ٰع‬
‫هّٰللا‬ ّ ٰ ‫هّٰللا َ َكثِ ْيرًا و‬
ِ ‫ت اَ َع َّد ُ لَهُ ْم َّم ْغفِ َرةً َّواَجْ رًا ع‬
‫َظ ْي ًما‬ ِ ‫َّالذ ِك ٰر‬

Artinya :

Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-
laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang
benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar. (QS, al ahzab : 35)
Salah satu catatan sejarah yang menunjukan semua itu adalah tidak sedikit kaum
perempuan yang lebih unggul disbanding kaum laki-laki dalam mempertahankan
keimanan, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh rasululullah saw. Misalnya sosok
Khadijah ra dan samiyah (oaring yang lebih dikenal sebagai ummu amar istri Yasir)
bahkan, tinta sejarah telah menorehkan dengan jelas bahwa orang yang mati syahid
untuk pertama kalinya dalam ilsam adalah seorang perempuan. Tepatnya, ketika
dibunuhnya summayah dan suaminya amar ra.

3. persamaan untuk membelanjakan dan melakukan perjanjian

Islam telah mengikrarkan adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan


dalam berbagai hal yang berhubungan dengan kebebasan melakukan perjanjian dan
membelanjakan harta masing-masing. Didalam islam, bahkan ketika seorang
perempuan telah menjadi istri seseorang, ia masih dapat dengan leluasa
mempergunakan identitas keluarganya dan bukan nama suaminya, sehingga status
pernikahan tidak mengubah apa-apa didalam kehidupan pribadinya.

Contohnya bagaimana aisyah binti abu bakar as-shidiq masih menyandang nama
ayahnya padahal ia telah menikah dengan rasulullah saw. Pada saat itu, nama aisyah
tidak sedikitpun dinisbatkan kepada rasulullah saw. Nama belakang aisyah juga tidak
dinisbatkan kepada keluarga suaminya.

Perlu diketahui akad pernikahan didalam islam tidak mensyaratkan adanya hak bagi
suami untuk ikut campur dalam masalah pembelanjaan harta istrinya karena hakl
kepemimpinan yang dimiliki oleh sang suami hanya berlaku pada diri istri dan bukan
pada hartanya. Karena itu, sang suami tidak memiliki hak sedikitpun untuk ikut
campur dalam masalah pembelanjaan harta istri, kecuali ketika hak sang istri itu
bersinggungan dengan hak kepemimpinan suami.

Sejak kedatangan islam, hak dan identitas perempuan telah termaktub dengan jelas
didalam ql-qur’an. seluruh manusia diperintahkan oleh Allah,

‫اُ ْد ُعوْ هُ ْم اِل ٰ بَ ۤا ِٕى ِه ْم هُ َو اَ ْق َسطُ ِع ْن َد ال ٰ ّل‬

Artinya :
Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka;
itulah yang adil di sisi Allah. (Q.S al-ahzab:5)

Sebagaimana al-qur’an juga memerintahkan kepada para suami

‫ج َوآتَ ْيتُ ْم ِإحْ دَاه َُّن قِ ْنطَارًا فَاَل تَْأ ُخ ُذوا ِم ْنهُ َش ْيًئا ۚ َأتَْأ ُخ ُذونَهُ بُ ْهتَانًا َوِإ ْث ًما ُمبِينًا‬
ٍ ْ‫ج َم َكانَ َزو‬ َ ‫َوِإ ْن َأ َر ْدتُ ُم ا ْستِ ْبد‬
ٍ ْ‫َال زَ و‬
ْ ‫ْض َوَأ‬
‫خَذنَ ِم ْن ُك ْم ِميثَاقًا َغلِيظًا‬ ٍ ‫ض ُك ْم ِإلَ ٰى بَع‬ َ ‫َو َك ْيفَ تَْأ ُخ ُذونَهُ َوقَ ْد َأ ْف‬
ُ ‫ض ٰى بَ ْع‬

Artinya :

Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah
memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah
kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan
mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung)
dosa yang nyata? Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian
kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka
(isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan)
dari kamu (Q.S. An-nisa:20-21).
C. DASAR DALAM HADIST

Dalam ayat-ayat yang terkandung di dalam al-Qur’a>n maupun hadis-hadis


Nabi, Islam telah digambarkan sebagai agama yang memiliki banyak nilai untuk
kebaikan yang sifatnya universal seperti: kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan lain
sebagainya yang mana sangat menolak keras adanya kekerasan atau diskriminasi
terhadap kelompok lain.4

Namun seiring berjalannya waktu, pemahaman atas kebenaran tentang hadist telah
banyak berubah bahkan dari segi pengaplikasian cenderung terkesan dipilih untuk
sebagian pihak tertentu, guna mendapatkan kepuasan pribadi dari hadist tersebut.
Buktinya bisa dilihat dalam masalah diskriminasi yang dilakukan laki-laki kepada
perempuan, hal tersebut sangat sering dijumpai mulai dari hal yang dianggap sepele
hingga hal-hal yang sangat kasat mata. Seperti dalam sebuah hubungan rumah tangga
antara suami dan istri, dari keuda pasangan suami istri yang lebih memperoleh beban
adalah sang istri karena dalam konstruk sosial seorang istri harus sesantiasa patuh
terhadap suami. Padahal jika menilik balik dalam dalil Islam baik al-Qur’an maupun
hadist tidak pernah mengajarkan untuk umatnya melakukan sebuah ketimpangan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari baik laki-laki maupun perempuan.

Roded mencatat bahwa perlakuan setara yang diberikan Islam kepada para
perempuan mengakibatkan perempuan dapat memeroleh prestasi sama seperti
lakilaki. Ia menyebutkan bahwa diantara 1200 sahabat Nabi adalah perempuan.5
Fatimah Mernissi juga memaparkan bahwa pada masa Nabi Muhammad SAW,
perempuan juga banyak yang menguasai kekuasaan politik6.

Namun sejak masa kekhalifahan “al-khilafah ar rasydin” sejarah mencatat terjadinya


perubahan struktur pemerintahan yang fundamental, dari sistem yang sangat
demokratis menuju sistem monarki yang absolut. Padahal dahulu praktik keislaman
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dahulu sangatlah mulia, karena telah

4
Mursyidah Thahir (ed.), Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan
5
Ruth Roded, Kembang Peradaban, terj. Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1996).
6
Fatima Mernissi, Memandang Perempuan: Bagaimana al-Qur’an dan Penafsir Modern
Menghormati Kaum Hawa (Bandung: Marja, 2011)
membebaskan perempuan-perempuan dari tindakan patriarki yang dilakukan oleh
masyarakat jahiliyah pada masa itu. Bahkan Nabi Muhammad juga mengusung
sebuah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai hal. Mulai dari
harta waris, keamanan, bersosial, dan keilmuan. Hal kesetaraan juga telah
disampaikan oleh Aisyah r.a istri dari Rasulullah SAW dalam hadist riwayat Abu
dawud nomor 236, sebagai berikut :

Telah menyampaikan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menyampaikan kepada
kami Hammad bin Khalid al-Khayyad, telah menyampaikan kepada kami Abdullah
al-Umariyyu, dari Ubaidillah, dari al-Qasim, dari Aisyah berkata: “sesungguhnya
perempuan adalah saudara kandung laki-laki”

Adapun asbāb al-wurūd hadis tersebut adalah ketika Aisyah menceritakan:


―Rasulullah saw., ditanya orang yang mengenai seorang laki-laki yang melihat
pakaian (celananya) basah setelah tidur, tapi dia laki-laki yang melihat pakaian
(celananya) basah setelah tidur, akan tetapi, ia tidak ingat apakah ia mimpi
(berhubungan) seks atau tidak . Beliau menetapkan orang itu harus mandi wajib.
Kemudian beliau ditanya tentang laki-laki yang bermimpi seks tetapi tidak melihat
basah pada pakaiannya. Maka beliau menjelaskan dia tidak wajib mandi. Kemudian
ummu Sulaim bertanya tentang hal yang sama bila dialami oleh seorang perempuan.
Nabi menjawab bahwa perempuan itu wajib mandi (apabila melihat basahan) dan
tidak wajib mandi apabila tidak melihat basahan. Nabi menjelaskan karena ―wanita
itu belahan laki-laki‖.

Dalam Alquran sudah sangat jelas melalui nas Alquran bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki kedudukan yang mulia. Perbedaannya adalah ketakwaan.
Berbeda dengan hadis-hadis Nabi yang berbicara seputar hal tersebut. Perlu
dianalisis lebih dalam lagi tentang hadis-hadis yang berkenaan tentang dalil dali
kesetaraan gender. Berikut ini adalah hadis-hadis yang sering digunakan sebagai dalil
kesetaraan gender yaitu:

1. penciptaan manusia

a. Sahih al-Bukhari
yang Artinya: Abu Kuraib dan Mūsā bin Hizām menyampaikan kepada kami dari
Husain bin Ali, dari Zā‘idah, dari Maisarah al-Asyja‘i dari Abu Hāzim bahwa Abu
Hurairah berkata, ―Rasulullah saw., bersabda, ―wasiatkanlah (berilah nasihat)
kebaikan kepada perempuan! Sebab, dia diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok.
Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas bila kamu
terlalu keras meluruskannya maka tulang rusuk itu akan pecah. Bila kamu tidak
meluruskannya, maka ia akan selalu bengkok. Untuk itu, wasiatkanlah kebaikan
kepada perempuan‖. (HR. al-Bukhari)7

Perempuan dari tulang rusuk laki-laki seperti penjelasan hadis tersebut yaitu
Rasulullah saw., menjadikan dalil untuk memperkuat para fukaha atau sebagian dari
mereka, bahwa hawa di ciptakan dari tulang rusuk Adam. Sebagaimana firman Allah
dalam Q.S an-Nisa 4:1. Dalam hadis ini juga Rasulullah saw., menerangkan bahwa
perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Hadis ini juga menganjurkan
agar bersikap lembut dan berbuat baik kepada kaum perempuan, bersabar dalam
kebengkokan moralitas mereka, tabah dalam menahan kelemahan akal mereka,
makruh menceraikan mereka tanpa ada sebab, dan tidak terlalu mengharapkan
mereka bisa menjadi lurus

2. Hadis Tentang Kepemimpinan Wanita.

a. Sahih al-Bukhari

yang Artinya: Uṡman bin Haiṡam menyampaikan kepada kami dari Auf dari al-
Ḥasan bahwa Abu Bakrah berkata. ―Sungguh, Allah menjadikan kalimat yang
pernah aku dengar dari Rasulullah saw., bermanfaat bagiku pada saat perang Jamal,
saat itu aku hampir saja bergabung dengan pasukan penunggang unta dan berperang
bersama mereka‖. Abu Bakrah berkata, ―Tatkala sampai kabar kepada Rasulullah
saw, bahwa orang-orang Persia di Pimpin oleh seorang putri Kisra, beliau brsabda,
―Tidak akan beruntung suatu kaum yang di pimpin oleh seorang wanita‖ (HR. al-
Bukhāri)8

7
Al-Bukhari, Saḥīḥ al-Bukhāri, (al-Qahirah:Dar al-Taqwa,2012)h.416
8
Al-Bukhari, Kutub as-Sittah dan wasuruhiha sahih,....h. 337
Dari Abi Bakrah, ia berkata: ―ketika sampai berita kepada Rasulullahsaw., bahwa
penduduk Parsi telah mengangkat Putri Kisra sebagai raja. Maka dari hal itu
Rasulullah saw., bersabda tentang hadis yang disebutkan diatas. Adapun keterangan
hadis ini adalah menerangkan persaratan menjadi hakim atau penguasa yakni harus
seorang laki-laki, sebab untuk wanita bukan bidangnya disebabkan banyaknya
kekurangan dan kelemahannya. Sebab pemimin diperintahkan untuk melaksankan
urusan dan kepentingan rakyat dengan penuh ketegasan dan ketegaran. Dia harus
berbaur dengan semua jenis lapisan, sedangkan perempuan memiliki keterbatasan.
Oleh karena itu perempuan tidak dibenarkan menjadi kepala pemerintahan, dan tidak
boleh menjadi hakim.

Mengenai hak-hak perempuan, Muhammad Qutub menjelaskan bahwa


taatnya seorang wanita bukan berarti bahwa wanita tidak boleh bekerja karena Islam
tidak melarang wanita bekerja. Hanya saja Islam tidak senang (mendorong) hal
tersebut, Islam membenarkan mereka bekerja sebagai darurat dan tidak
menjadikannya sebagai dasar. Kemudian beliau lebih jauh menjelaskan bahwa
perempuan pada zaman Islam pun bekerja ketika kondisi menuntut mereka untuk
bekerja. Masalahnya bukan terletak pada ada atau tidaknya hak mereka untuk bekerja
akan tetapi Islam cenderung mendorong wanita keluar rumah kecuali pekerjaan
pekerjaan yang sangat perlu, yang dibutuhkan oleh masyarakat atau atas dasar
kebutuhan wanita tertentu. Misalnya kebutuhan untuk bekerja karena tidak ada yang
membiayai hidupnya, atau karena yang menanggung hidupnya tidak mampu
mencukupi kebutuhannya.9

laki-laki dan perempuan merupakan saudara kandung atau mitra. Satu dengan yang
lainnya memiliki hubungan kerjasama. Karena beban taklif sebagian muslim tidak
hanya dimiliki oleh laki-laki saja, akan tetapi juga perempuan. Oleh karena itu tidak
benar melarang wanita untuk berkontribusi di dalam masyarakat selama tidak
melanggar syari‘at Islam

9
3Quraish Shihab, Wawasan Alquran
D. DASAR DALAM SEJARAH

Sejarah kelam hak kesetaraan telah ada jauh sebelum Islam datang.
Kesetaraan gender adalah suatu hal yang tabu dan ada dikehidupan masyarakat
terdahulu. Khususnya perempuan yang menjadi objek utama ketertindasan, kehinaan,
dan kesengsaraan. Semua berakar dan mendarah daging. Sedangkan laki-laki selalu
diasumsikan sebagai pemegang kekusaan.

Kaum Yahudi meyakini bahwa penyebab dikeluarkannya nabi Adam dari surga
adalah Hawa. Keyakinan tersebut merupakan salah satu sebab diskriminasi kaum
perempuan sebagai pelampiasan dan seakanakan harus bertanggung jawab atas
terusirnya Adam dari surga, dengan bentuk diskriminasi sepanjang hidup kaum
Hawa.

Berbagai literatur menginformasikan bagaimana perempuan diperlakukan pada


masyarakat Jahiliyah. Mereka mengubur anaknya hidup-hidup karena takut
mendapat malu atau karena takut tidak dapat membeberkan nafkah bagi hidupnya.47
Selain itu orang Arab menganggap keberadaan perempuan sebagai sumber bencana
dan kejahatan, serta biang aib dan penderita. Karena anggapan itu, orang-orang Arab
pada masa Jahiliyah berharap agar tidak melahirkan anak perempuan. Apabila
mereka melahirkan anak perempuan, maka mereka akan tidak mau melihat
wajahnya, dan bahkan menguburnya hidup-hidup.

Selanjutnya, dalam konsep kehidupan Kristiani menyatakan bahwa, perempuan


merupakan pintu masuknya setan ke dalam tubuh manusia. Dialah yang
mempengaruhi Adam agar mendekati pohon terlarang, dan dia pula yang melawan
aturan Tuhan serta yang merusak citra sejati seorang lelaki10

Dalam agama Hindu, kedudukan perempuan tidak jauh lebih menyedihkan. . Pernah
di India perbudakan dipandang merupakan prinsip utama. Siang malam perempuan
berada dalam ketergantungan. Budaya di India sebagai penganut agama Hindu telah
memperlakukan wanita sebagaimana budak, yang tidak bisa melakukan apa-apa.
Bahkan, lebih hina daripada binatang. Hal ini terlihat dari perlakuan adat dan budaya
10
mereka dalam menentukan kehidupan kaum perempuannya. Selain itu, doktrin
agama yang menentukan standar terbaik perempuan adalah yang menyerahkan
seluruh jiwa raganya. Ini adalah bentuk kebobrokan keyakinan dan lemahnya akal
manusia pada saat itu, baik laki-laki maupun perempuan11

Di lain keadaan, dalam peradaban Romawi melalui penjelasan singkat yang


dikedepankan pada encyclopedia Britanica yang diparakan oleh Prof. Syahrin
Harapan dalam sebuah karya Islam dan Moderniatas, bahwa: ―Dalam hukum
Romawi seorang perempuan sama sekali berada dalam ketergantungan. Apabila ia
kawin, maka ia dan harta miliknya berpindah ke dalam kekuasaaan suaminya. Istri
adalah milik belian suaminya, sebagaimana halnya seorang budak, ia dibeli hanya
untuk kepentingan suaminya, seorang perempuan tidak bisa menduduki jabatan sipil
ataupun jabatan saksi, penanggung jawab dan guru, ia tidak bisa memungut anak
atau dipungut menjadi anak, tidak bisa membuat surat wasiat ataupun kontrak
perjanjian.

Selain itu, Yusuf Abdullah Daghfaq menuturkan kedudukan wanita Prancis pada
masa dua abad sebelum Islam sebagai berikut: ―Pada dua abad sebelum Islam, di
Prancis, sebagian masyarakat bahkan mempertanyakan apakah wanita itu manusia
atau setan? Apakah wanita itu binatang? Apakah benar wanita dibebani hukum. Pada
waktu itu mereka menganggap kaum wanita tidak punya hak bicara. Mereka diaggap
seperti unta dan anjing galak karena mereka adalah perangkap iblis. Bahkan
beberapa sekte membolehkan sang ayah menjual anak perempuannya‖.

Penjelasan mengenai perempuan di atas menggambarkan bahwa status perempuan di


muka bumi ini memang telah dihinakan dari zaman dahulu, dan masih berakar
sampai masa ini. Meski keaadan lebih menggembirakan akan tetapi masih terdapat
streotip terhadap kaum perempuan. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh jika masih
terdapat diskriminasi kaum perempuan di suatu daerah, sebab memiliki kemungkinan
pengaruhi adat dan keyakinan agama telah berhasil menancapkan akar paradigma
tentang status dan kedudukan perempuan. Pada masa ini, perempuan sudah
merasakan kebebasan sebagaimana pria, meski tidak secara utuh, tetapi lebih
memuaskan dari pada masa klasik sebagaimana yang telah disebutkan.
11
D. ANALISIS

Topik kesetaraan gender atau yang bisa disebut dengan kesetaraan perempuan
dan laki laki merupakan hal yang selalu menjadi perbincangan dalam kehidupan
sehari hari karena adanya perbedaan terhadap keduanya baik itu di dalam bidang
social, Pendidikan, pekerjaan, agama maupun adat istiadat yang selalu mengatur dan
memisahkan kedua hak dan kewajiban dari masing masing.
Dapat dilihat dari zaman dulu yang dimana perempuan dianggap sebagai
orang yang lemah sepeti misalnya yang terjadi pada sebelum masuknya islam yaitu
setiap kepala keluarga mereka banyak yang membunuh anaknya sendiri dan
mengubur hidup-hidup anak mereka karena mereka malu mempunyai anak
perempuan Namun setelah datangnya islam perempuan lebih dihormati dan
diitimewakan sehingga perubahan perubahan ini dilihat oleh kaum kafir yang
dimana islam sangat menjunjung tinggi martabat perempuan .
Sebagai perempuan dan laki laki memiliki peran tertentu dengan porsi yang berbeda
beda sesuai pada kapasitas masing masing tidak dilihat dari apakah dia perempuan
atau laki laki .
Deklarasi universal hak asasi manusia menyatakan bahwa semua manusia dilahirkan
bebas dan sama. Dengan merujuk pada deklarasi ini, konvensi tentang penghapusan
segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan mencantumkan istilah “hak yang
sama untuk laki laki dan perempuan dan kesetaraan hak laki laki dan perempuan,
E. ISU ISU TERHANGAT MENGENAI KESETARAAN
GENDER

Jika mengkaji permasalahan kesetaraan gender, maka yang menjadi objek


utamanya adalah perempuan. Padahal gender mencakup relasi sosial antara pria dan
wanita.54 Perlu diketahui bahwa hal tersebut berdasarkan perbedaan perbedaan yang
ditimbulkan dalam status gender. Diferensiasi gender biasanya dikombinasikan dengan
kesenjangan gender dimana laki-laki lebih memiliki kekuasan lebih besar dari perempuan,
yang dikenal dengan patriarki. Permasalahan hal ini sejalan dengan pemikiran Abbas
Mahmud al-Aqqād, seorang pemikir otodidak dari Mesir merumuskan bahwa persoalan
yang dihadapi kaum wanita sepanjang sejarah berkisar pada tiga masalah pokok. Pertama,
karakter perempuan yang meliputi kesanggupannya untuk menjalin hubungan dengan
teman sejenisnya. Kedua, hak-hak dan tugas seorang perempuan, baik dalam lingkungan,
keluarga maupun ditengah-tengah masyarakat luas. Ketiga, menyangkut moralitas dalam
etika arti yang seluas-luasnya

Isu kontemporer lain yang mejadi pusat perhatian dunia, pergerakan pergerakan kaum
Feminis dalam lintas negara. Pergerakan yang mengatasnamakan feminisme Islam, akan
tetapi sangat jauh dari pemahaman Islam itu sendiri. Diantaranya pelopor pergerakan
Feminis di Turki, Halide Edib Adivar (1883-1964) dan Fat‘a Aliye Hanim (I. 1862), yang
menerbitkan Nisvani Islam dan A Newspaper For ladies. Pada periode ini kaum perempuan
di berbagai negara Islam juga terlibat dalam pembentukan sekolah untuk anak-anak
perempuan. Lebih awal, beberapa perempuan di berbagai negara Islam juga terlibat dalam
pembentukan sekolah untuk anak-anak perempuan. Lebih awal, beberapa perempuan Iran
berpartisipasi dalam gerakan Bābiyah, sempalan dari Syi‘ah, yang pemimpinnya antara lain
Rustamah dan Qurrat al-Ain (1815-1851), yang berpenampilan tanpa jilbab dan berceramah
menentang tanpa jilbab

Di Indonesia tokoh pergerakan perempuan pertama kalinya adalah Raden Ajeng Kartini.
berjuang menegakkan keadilan bagi perempuan. Diantaranya memperjuangkan pendidikan
kaum perempuan serta perlawanan adat budaya yang mengekang perempuan. Langkah
awal yang dilakukan kartini dalam pergerakannya adalah menentang politik kristinisasi dan
westrenisasi. Kartini memandang Islam sebagai martabat peradaban bangsa Indonesia,
sebaliknya Kristen dinilai merendahkan derajat bangsa karena para gerejawanannya
memihak kepada politik imperialism dan kapitalisme . Sebagai seorang wanita di masa
penjajahan, ia tidak menunjukkan kelemahannya. Memiliki prinsip dan pendirian yang kuat.
Terliihat dari penolakannya terhdap ajakan penjajah untuk memeluk agama kristen. Tidak
hanya itu, penolakan sistem tanam paksa yang menyengsarakan rakyat, dan
pemberontakan sistem adat, yang dituliskannya dalam surat-suratnya yang dikenal dengan
―Door Duisternis tot Licht‖ yang bermakna ―Habis Gelap Terbitlah Terang‖. Semua itu
tidak memahaminya sendiri. Tetapi berjuang mempelopori mencerdaskan anak bangsa.
Seperti yang sudah dipaparkan oleh ibu kita kartini mengenai perjuangan beliau
terhadap hak hak perempuan. Walaupun dikatakan kesetaraan namun setiap masalah dan
korban selalu dan pasti tertuju pada perempuan. Dalam hal ini saya setuju dan sangat
mendukung dengan apa yang dilakukan oleh ra kartini tentang memperjuangkan hak hak
kemanusiaan terutama hak wanita.
F. KESIMPULAN

Kesetaraan gender merupakan suatu isu yang sering dibahas baik itu di level
domestic atau internasional. Adapun, Gerakan kesetararaan gender ini dilakukan dengan
tujuan agar perempuan mendapatkan kembali hak hak mereka yang telah di hambat oleh
laki laki .

Kesetaran gender juga sebuah kesamaan hak, tanggung jawab, dan kesempatan yang
diberikan kepada perempuan dan laki laki baik itu dewasa maupun anak anak.

Anda mungkin juga menyukai