Anda di halaman 1dari 17

HOMOSEKSUAL DAN LESBIAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Masaillul Fiqhiyah 1
Dosen Pengampu: Ibu Dr. Safruroh, S.Th.I., M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 5:

Nadilla Noor Fitriyani (2103003896)


Nura Syafawani (2103003867)

SEMESTER 5-A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS-JAWA BARAT
TAHUN 2023
Jln. Kyai Haji Ahmad Fadlil 1, Cijeungjing, Dewasari, Kec. Ciamis, Kab. Ciamis, Jawa Barat
46271
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah selain puji syukur kepada Allah Swt. atas
segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Homoseksual dan Lesbian”
dengan tepat waktu. Selawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad saw. Rasul Allah yang telah menyebarkan agama Islam sebagai
rahmat bagi sekalian alam.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Safruroh, S.Th.I., M.Pd.I.
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Masailul Fiqhiyah 1 yang telah memberikan
tugas ini, sehingga penyusun dapat mengenal perilaku menyimpang yang berupa
Homoseksual dan Lesbian. Selain itu, ucapan terimakasih juga penyusun
sampaikan kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi demi terselesaikannya
makalah ini
Terlepas dari itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan
makalah di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Ciamis, 13 Oktober 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penyusunan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3
A. Definisi dari Homoseksual dan Lesbian .................................................. 3
B. Homoseksual dan Lesbian Ditinjau Secara Fisiologis ............................. 5
C. Homoseksual dan Lesbian Ditinjau Secara Psikologis ............................ 7
D. Hukum Homoseksual dan Lesbian .......................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12
A. Kesimpulan ............................................................................................ 12
B. Saran ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan kesucian dan kehalalan. Dalam Islam,
semua yang mengacu pada kehidupan manusia terdapat hukum-hukum
(aturan) sebagai pedoman sekaligus batasan bagi siapa saja yang
melaksanakannya. Salah satu persoalan yang tidak dapat terhindarkan
dalam kehidupan manusia dan perlu mendapat perhatian serius yaitu
mengenai seks. Agama Islam telah mengatur hal demikian melalui jalan
pernikahan. Akan tetapi, dalam realitasnya banyak ditemukan jenis perilaku
seksual menyimpang seperti homoseksual dan lesbian.
Istilah homoseksual dan lesbian ditujukan bagi seseorang yang memiliki
ketertarikan kepada sesama jenis, yang pada normalnya terjadi dengan
lawan jenis (antara laki-laki dan perempuan). Kemunculan perilaku
menyimpang tersebut tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Banyak para ahli yang melakukan penelitian terkait
homoseksual dan lesbian, diantaranya melalui tinjauan dari sisi fisiologis
dan psikologis. Dalam sisi fisiologis, hubungan seksual sejenis ini berkaitan
dengan ditemukannya perbedaan struktur fisiologis antara heteroseksual
dengan homoseksual. Sedangkan segi psikologis mengacu pada kondisi
kejiwaannya.
Dalam perspektif Islam, menganai homoseksual dan lesbian para ulama
menetapkan hukum yang jelas dan tegas dengan bersandar pada sumber
hukum Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Dengan adanya penetapan hukum
tersebut, diharapkan semua manusia utamanya umat Islam menyadari serta
mengambil langkah bijak mengenai perilaku menyimpang tersebut, karena
penyimpangan itulah yang menjadi faktor pemicu rusaknya moral generasi
Islam.
Melalui penjelasan di atas, penyusun tertarik untuk membahas
“homoseksual dan lesbian”, karena kedua perilaku menyimpang ini harus
dihindari. Dalam makalah ini, akan diuraikan mengenai definisi

1
homoseksual dan lesbian, tinjauan fisiologis dan psikologis mengenai
homoseksual dan lesbian, serta bagaimana ketetapan (hukum) Islam
mengenai hukum homoseksual dan lesbian. Berkaitan dengan pembahasan
tersebut, penyusun akan memaparkan lebih lanjut pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari homoseksual dan lesbian?
2. Bagaimana homoseksual dan lesbian ditinjau secara fisiologis?
3. Bagaimana homoseksual dan lesbian ditinjau secara psikologis?
4. Bagaimana hukum homoseksual dan lesbian?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari homoseksual dan
lesbian.
2. Untuk mengetahui dan memahami homoseksual dan lesbian ditinjau
secara fisiologis.
3. Untuk mengetahui dan memahami homoseksual dan lesbian ditinjau
secara psikologis.
4. Untuk mengetahui dan memahami hukum homoseksual dan lesbian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dari Homoseksual dan Lesbian


1. Pengertian Homoseksual
Homoseksual adalah hubungan seksual antara orang yang sejenis
kelaminnya, baik sesama pria maupun wanita. Namun istilah homoseksual
ini digunakan untuk pria. Homoseksual merupakan penyimpangan dari
fitrah manusia, karena secara fitrah manusia cenderung untuk melakukan
hubungan biologis secara heteroseksual, yaitu hubungan seks antara wanita
dengan pria. Homoseksual merupakan salah satu bentuk kelainan seksual
(Sofwan, 2023: 74).
Dalam Islam, istilah homoseksual disebut dengan “al-liwath” (‫)اﻟﻠﻮاط‬
yang berarti orang yang melakukan perbuatan seperti perbuatan kaum Nabi
Luth, yang pelakunya disebut “al-luthiyyu” (‫)اﻟﻠﻮطﻲ‬, yang berarti laki-laki
yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki (Yanggo, 2018: 2).
Melalui penjelasan di atas dapat diketahui bahwa perbuatan
homoseksual bukan hanya terdapat pada zaman modern ini saja, tetapi
perbuatan ini telah dilakukan pada masa lalu, yaitu pernah terjadi di masa
Nabi Luth. Akibat dari perbuatannya itu, maka Allah menghancurkan kaum
Nabi Luth dengan kepedihan dan kehinaan. Namun demikian, fenomena
homoseksual tetap ada di tengah kehidupan manusia. George Harvard
dalam bukunya yang berjudul Revolusi Seks mengungkapkan “Kita tidak
begitu khawatir dengan bahaya nuklir yang mengancam kehidupan kita di
abad modern ini, akan tetapi yang kita khawatirkan adalah serangan bom
seks yang setiap saat siap meledak menghancurkan moral manusia”.
Pernyataan ini berdasarkan fakta empiris bahwa hubungan seks dewasa ini
tidak saja hanya sebatas antara suami istri atau dua insan berlainan jenis,
tetapi melebar jauh kepada hubungan seks sesama jenis baik homoseksual
maupun lesbian (Hasan, 2003: 68 dalam Sofwan, 2023: 74).

3
2. Pengertian Lesbian
Istilah lesbian diperuntukkan bagi wanita-wanita yang melakukan
hubungan seksual dengan sesamanya. Lesbian merupakan salah satu bentuk
penyimpangan seksual lainnya (Sofwan, 2023: 76). Istilah lesbian di dalam
agama Islam disebut dengan “al-sihaq” yang berarti perempuan yang
melakukan hubungan seksual dengan sesama perempuan (Yanggo, 2018: 2).
Dalam konteks homoseksual dan lesbian, Charles Damping
mengemukakan, banyak pendapat yang simpang siur terutama dalam persoalan
kapan seseorang disebut homoseksual. Hal pertama yang harus diketahui adalah
perbedaan antara orientasi seksual dengan aktivitas seksual. Orientasi seksual
mengarah pada objek dari rangsangan seksual seseorang, sedangkan aktivitas
seksual adalah praktik seksual itu sendiri. Seseorang dikatakan homoseksual
apabila orientasi seksualnya pada sesama jenis. Sebagai contoh, narapidana
yang melakukan hubungan sesama jenis karena tidak adanya lawan jenis ketika
di penjara. Jadi, hubungan sesama jenis itu dilakukan karena dorongan biologis
(pelampiasan) bukan disebabkan atas ketertarikan atau rangsangan seksual
secara murni. Namun apabila orientasi seksualnya dari lawan jenis dan juga
sesama jenis, maka orang tersebut dikatakan biseksual. Antara homoseksual,
lesbian, dan biseksual merupakan bentuk penyimpangan seksual yang sudah
seharusnya kita hindari karena dapat merusak kehidupan manusia (Fatmawati,
2015: 140-141).
Berdasarkan analilis penyusun terkait homoseksual dan lesbian dapat
diambil kesimpulan. Secara fitrahnya, hubungan seksual pada manusia itu
bersifat heteroseksual yakni, hubungan yag dilakukan dengan lawan jenis.
Namun dalam realitas kehidupan, ditemukan fenomena homoseksual yang
mengacu pada hubungan sesama jenis baik laki-laki dengan laki-laki atau
perempuan dengan perempuan. Akan tetapi dalam konteks penyebutannya,
istilah homoseksual biasanya ditujukan bagi laki-laki yang tertarik dengan laki-
laki atau sebutan lainnya adalah gay. Sedangkan bagi perempuan yang
menyukai perempuan disebut lesbian. Adapun seseorang yang memiliki
ketertarikan pada keduanya (laki-laki dan perempuan) dinamakan biseksual.

4
B. Homoseksual dan Lesbian Ditinjau Secara Fisiologis
Homoseksual dan lesbian apabila ditinjau dari segi biologis atau fisiologis
berkaitan dengan kondisi fisiologis dan anatomi seseorang, seperti susunan
kromosom, struktur otak, kondisi hormon, dan susunan saraf yang berbeda
dengan seorang heteroseksual. Berikut adalah uraian perbedaan tersebut:
1. Susunan Kromosom
Susunan kromosom antara homoseksual dan heteroseksual memiliki
perbedaan. Perempuan memiliki susunan kromosom XX, sedangkan laki-
laki memiliki susunan kromosom XY. Seseorang yang berjenis kelamin
perempuan sudah pasti akan mendapatkan satu kromosom X dari ibu dan
ayahnya, sehingga terbentuk kromosom XX. Sedangkan laki-laki, akan
mendapatkan satu kromosom X dari ibunya dan satu kromosom Y dari
ayahnya, sehingga susunannya menjadi XY. Terdapat kondisi susunan
kromosom yang berbeda, seperti pada penderita Sindrom Klinefelter yang
memiliki 3 kromosom seks atau susunan kromosomnya XXY. Dalam kasus
tersebut, meskipun terdapat lebih dari satu kromosom X tapi memiliki
kromosom Y, maka dia tetap berjenis kelamin laki-laki. Namun besar
kemungkinan orang tersebut memiliki kelainan pada alat kelaminnya. Akan
tetapi jika dikatakan susunan kromosom menjadi faktor penyebab
penyimpangan seksual (homoseksual dan lesbian) kemungkinannya sangat
kecil. Hal tersebut merupakan pendapat Prof George Rice dari Universitas
Western Ontario Kanada yang meruntuhkan teori “gay gene” (Sandra, 2018:
15-16).
2. Struktur Bentuk Otak
Menurut peneliti psikologi saraf (Neuropsychology), menjelaskan
bahwa struktur otak antara homoseksual dan heteroseksual memang
berbeda. Perbedaanya yaitu dalam respon amygdala atau bagian otak yang
mengatur emosi (termasuk di dalamnya aktivitas seksual). Menurutnya,
struktur dan fungsi otak bisa berubah tergantung perilaku dan pengalaman
apa yang dilakukan. Apabila seseorang seringkali melihat pornografi
sesama jenis, maka otakpun akan berubah hingga akhirnya mengenali itu
sebagai hal yang disukai.[1]

5
Selanjutnya terkait dengan struktur otak tersebut dapat dilihat
perbedaannya. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas
terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Sedangkan pada
straight females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan
tebal. Dalam homoseksual, struktur otak gay males sama dengan straight
female, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males.
Gay females inilah yang biasa disebut lesbian (Sandra, 2018: 16).
3. Kondisi Hormon
Laki-laki memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai sedikit
hormon estrogen dan progesteron yang dimiliki perempuan. Namun,
seorang laki-laki yang mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron
cukup tinggi akan berdampak pada perkembangan seksualnya yang
mendekati karakteristik perempuan (Sandra, 2018: 16).
4. Susunan Saraf
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kelainan susunan saraf
otak dapat mempengaruhi perilaku seks pada heteroseksual maupun
homoseksual yang dapat disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar
tengkorak (Sandra, 2018: 16).
Berdasarkan uraian di atas, penyusun simpulkan bahwa benar apabila
dikatakan homoseksual dan heteroseksual memiliki perbedaan dalam segi
biologis atau fisiologis. Namun bukan berarti hal tersebut menjadi faktor
penentu seseorang menjadi homoseksual karena belum dapat diketahui secara
pasti dan tentunya banyak faktor yang melatarbelakangi, termasuk lingkungan
sosialnya.
Satu hal yang dapat diketahui bahwa perilaku tersebut menimbulkan banyak
dampak negatif dalam segi fisiologis atau kesehatan. Pada sebagian besar
kasus, orang-orang tersebut terkena penyakit berbahaya baik yang sifatnya
menular atau tidak, diantaranya:
a. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Homoseksual rentan terhadap salah satu penyakit ini. Hal tersebut
berdasarkan hasil survei oleh Lembaga di Amerika Serikat pada tahun 2000

6
dinyatakan bahwa mayoritas penderita AIDS adalah mereka yang memiliki
orientasi seksual dengan sejenis.
b. Sifilis
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri
spiroseta dan treponema pallidum. Penularan penyakit ini, umumnya
terjadi melalui kontak seksual, termasuk di dalamnya orang memiliki
orientasi seksual menyimpang (Kasim, 2014: 43).
c. Gonore (Kencing Nanah)
Gonore (Bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea) merupakan penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae dan
dan penyebarannya melalui cairan (sperma dan aliran darah). Homoseksual
biasanya menderita gonore pada rektumnya. Penderita akan merasakan
tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan (luka
bernanah bercampur darah) (Andareto, 2015: 17-18).
C. Homoseksual dan Lesbian Ditinjau Secara Psikologis
Homoseksual, lesbian, dan perilaku seksual menyimpang lainnya
merupakan suatu perbuatan yang dilarang dalam Islam. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut diantaranya faktor biologis,
psikologis dan juga lingkungan (Nafisah, 2021: 218).
Berdasarkan pandangan psikologi mengenai homoseksual dan lesbian, para
tokoh banyak mengemukakan pendapatnya. Di sini, penyusun mengambil
pendapat Cameron (1993) dalam Khairani (2018: 120) yang menjelaskan bahwa
homoseksual itu abnormal. Dalam teorinya dipaparkan bahwa gejala hubungan
antar jenis seksual yang sama adalah suatu bentuk kelainan seksual (sexual
deviation). Hal ini disebabkan karena pola hubungan seksual tersebut tidak
diakhiri dengan hubungan yang heteroseksual, meskipun secara objektif
dimungkinkan untuk mengadakan hubungan seksual. Kelainan seksual ini
kemudian digolongkan sebagai kelainan kepribadian. Sejalan dengan itu,
Hurlock (2001) dalam bukunya “Adolescent DevelopmentMc Graw Hill”
menyatakan bahwa tingkah laku seksual yang wajar itu adalah hubungan yang
bersifat heteroseksual dan bukan homoseksual (Hurlock, 2001 dalam Khairani,
2018: 120).

7
Berdasarkan sumber penelitian, dinyatakan bahwa homoseksaul atau pun
lesbian menurut pandangan psikolog termasuk kategori normal apabila
pelakunya masih menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Namun,
perilaku menyimpang tersebut dapat dikatakan gangguan kejiwaan apabila
seseorang merasa terganggu dengan orientasi seksualnya dan terus menyangkal
serta disebut juga bahwa orang yang menganggap heteroseksual merupakan
satu-satunya orientasi seksual yang normal, maka orang tersebut dikatakan
mengidap gangguan kejiwaan Ego Dystonic Sexual Orientation atau Gay in
Denial (Nafisah, 2021: 218-219).
Akan tetapi, dalam pandangan psikologi Islami perbuatan tersebut tetap
tidak dapat dibenarkan karena merusak fitrahnya sebagai makhluk yang
diciptakan Allah. Pelakunya sudah merusak tatanan Allah, dan Allah juga sudah
menyebut mereka sebagai perbuatan yang melampaui batas (Nafisah, 2021:
219).
D. Hukum Homoseksual dan Lesbian
Homoseksual dan lesbian termasuk pada tindak pidana berat (dosa besar),
karena termasuk perbuatan keji yang merusak kepribadian, moral dan agama.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-A’raf ayat 80 dan 81:

ً ‫ﺷ ْﮭ َو ۭة‬ ّ ِ َ‫( إِﻧﱠ ُﻛ ْم ﻟَﺗ َﺄْﺗُون‬۸۰) َ‫ﺳﺑَﻘَ ُﻛم ﺑِ َﮭﺎ ِﻣ ْن أَ َﺣ ۢ ٍد ِ ّﻣنَ ْٱﻟﻌَ ٰـﻠَ ِﻣﯾن‬
َ ‫ٱﻟر َﺟﺎ َل‬ َ ‫طﺎ إِ ْذ ﻗَﺎ َل ِﻟﻘَ ْو ِﻣ ِﮫۦٓ أَﺗ َﺄْﺗُونَ ْٱﻟﻔَ ٰـ ِﺣ‬
َ ‫ﺷﺔَ َﻣﺎ‬ ً ‫َوﻟُو‬

(۸۱) َ‫ﺳﺎ ٓ ِء ۚ َﺑ ْل أَﻧﺗ ُ ْم ﻗَ ْو ۭ ٌم ﱡﻣﺳ ِْرﻓُون‬


َ ّ‫ُون ٱﻟ ِﻧ‬
ِ ‫ِ ّﻣن د‬
Artinya: “Dan (kami juga telah mengutus) Luth ketika dia berkata kepada
mereka: “mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)”. Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,
malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas” (QS. Al-A’raf [7]: 80-81).
Senada dengan ayat-ayat tersebut, disebutkan juga dalam QS. As-Syu’ara
ayat 165 dan 166 sebagai berikut:

(۱٦٥) َ‫اَﺗ َۡﺎﺗ ُ ۡونَ اﻟ ﱡذ ۡﻛ َرانَ ِﻣنَ ۡاﻟ ٰﻌﻠَ ِﻣ ۡﯾ ۙن‬


Artinya: “Luth berkata kepada kaumnya: Mengapa kamu mendatangi
(menggauli jenis laki-laki) di antara manusia” (QS. As-Syu’ara [26]: 165)

8
ِ ‫َوﺗ َ َذ ُر ۡونَ َﻣﺎ َﺧﻠَﻖَ ﻟَـ ُﻛ ۡم َرﺑﱡ ُﻛ ۡم ِ ّﻣ ۡن ا َ ۡز َو‬
(۱٦٦) َ‫اﺟ ُﻛ ۡؕم ﺑَ ۡل ا َ ۡﻧـﺗ ُ ۡم ﻗَ ۡو ٌم ﻋٰ د ُۡون‬
“Dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu,
bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas” (QS. As-Syu’ara
[26]: 166).
Ayat-ayat di atas menerangkan tentang perbuatan kaum Nabi Luth yang
menyimpang sehingga pada akhirnya Allah memberikan hukuman kepada
mereka dan memutarbalikan negeri mereka. Dengan demikian semua kaum
Nabi Luth terkena azab, kecuali Nabi Luth serta para pengikutnya yang shaleh
dan senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan seksual yang menyimpang
(Yanggo, 2018: 3).
Ulama fikih sepakat mengharamkan homoseksual selain bersandar pada Al-
Qur’an dan Hadis, juga bersandar pada kaidah fiqhiyah yang mengatakan:
“Hubungan seks pada dasarnya adalah haram, sehingga ada dalil (sebab-
sebab yang jelas dan yakin tanpa keraguan) yang menghalalkannya, yakni
adanya akad nikah”.
Begitu juga perbuatan lesbian, ulama fikih sepakat mengharamkannya
dengan didasarkan pada Hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Muslim dari
Abi Said yang artinya: “Janganlah pria melihat aurat pria lain dan janganlah
wanita melihat aurat wanita lain dan janganlah bersentuhan pria dengan pria
lain di bawah sehelai selimut/kain, dan janganlah pula wanita bersentuhan
dengan wanita lain di bawah sehelai selimut/kain”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa homoseksual dan
lesbian haram hukumnya dalam Islam, baik dalam bentuk pasangan menikah
atau tidak. Terlepas dari sumber hukum yang mengharamkan kedua perilaku
tersebut, dapat dipahami bahwa larangan terkait homoseksual dan lesbian dapat
dilihat dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan seperti terganggunya
kesehatan karena penyakit mematikan, melemahnya sistem kekebalan tubuh,
serta rusaknya kehidupan manusia (Yanggo, 2018: 4).
Sama halnya dengan pernikahan waria yang telah menjalani operasi
penggantian kelamin menjadi perempuan, praktik tersebut dikategorikan pula
sebagai homoseksual, karena tabiat kelaki-lakiannya tetap tidak bisa berubah
oleh dokter, meskipun sudah berganti kelamin (Yanggo, 2018: 4).

9
Allah sangat murka terhadap tingkah laku laki-laki yang mempunyai sifat
keperempuanan dan sebaliknya, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Allah
tidak melihat seorang laki-laki yang mendatangi laki-laki (melakukan
hubungan sex dengan sesamanya) dan mendatangi (menggauli) isteri melalui
dubur)” (HR. Tirmidzi).
Dalam Hadis lain juga Rasulullah saw bersabda: “Allah mengutuk
perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki menyerupai perempuan.
(HR. Ahmad, Abu Daud, al-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).
Hadis-hadis di atas menunjukkan bahwa laki-laki tidak boleh menyerupai
perempuan dan juga sebaliknya, karena perbuatan tersebut sudah jelas
larangannya. Berkenaan dengan laki-laki yang mempunyai sifat
keperempuanan atau sebaliknya dianggap kalangan liberal sebagai “given” atau
pemberian Tuhan. Memang benar bahwa segala sesuatu merupakan pemberian
Allah, namun perbuatan Allah itu ada yang sifatnya karena ikhtiar dari manusia
itu sendiri. Banyak faktor yang menjadi sebab munculnya sifat yang menyalahi
tersebut, salah satunya dari pengaruh lingkungan. Apabila lingkungan keluarga
membiarkan anak laki-laki bergaul dengan anak perempuan terus-menerus,
bahkan mengikuti pakaian, atau aktivitasnya, maka anak laki-laki itu akan
terbiasa mengikuti sifat-sifat anak perempuan. Begitu pula sebaliknya,
walaupun ada anak laki-laki yang bertingkah laku seperti perempuan atau
memiliki sifat perempuan, tetapi orang tuanya dapat mengarahkannya maka
anak tersebut akan terhindar perbuatan menyimpang, baik itu homoseksual atau
pun lesbian (Yanggo, 2018: 5).
Setelah diketahui hukum homoseksual dan lesbian, maka dibahas pula
terkait sanksi atau hukuman bagi pelaku homoseksual dan lesbian. Menurut
Sayyid Sabiq, beliau menjelaskan bahwa lesbian di hukumi taʼzir yaitu suatu
hukuman yang berat atau ringannya, diserahkan kepada pengadilan. Apabila
dikatakan, hukuman terhadap lesbian lebih ringan dibandingkan dengan
hukuman homoseksual. Namun demikian, perbuatan ini tetap diharamkan
karena bertentangan dengan fitrah manusia, moral dan agama (Hasan, 2003: 79
dalam Sofwan, 2023: 77).

10
Praktik homoseksual dan lesbian termasuk pada perbuatan zina. Oleh
karenanya, terdapat beberapa pendapat ulama hukum Islam yang menyatakan
sanksi/hukuman yang harus dikenakan pada para pelakunya. Dalam hal ini ada
tiga pendapat, diantaranya:
1. Memberikan hukuman bagi pelaku homoseksual dan lesbian dengan
hukuman rajam bagi mereka yang sudah menikah atau pernah menikah,
serta hukuman dera seratus kali bagi mereka yang belum menikah, atau
memberikan hukuman pengasingan selama satu tahun bagi pelaku
homoseksual atau lesbian. Ini merupakan pendapat sebagian golongan al-
Syafi'i.
2. Memberikan hukuman bagi pelaku homoseksual dan lesbian dengan
hukuman rajam, walaupun mereka belum pernah menikah. Penjelasan ini
merupakan pendapat dari sebagian golongan Imam Malik dan Imam
Hanbali. Kedua pendapat ini (1 dan 2) bersandar pada QS. An-Nur ayat 2
dan beberapa hadis terkait.
3. Memberikan hukuman bagi pelaku homoseksual dan lesbian dengan
hukuman mati, tanpa mempertimbangkan sudah atau belum menikah. Hal
ini merupakan pendapat dari segolongan al-Syafi'i, yang berlandaskan pada
hadis yang berbunyi: "Barang siapa yang mendapatkan orang-orang yang
melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (praktik homoseksual dan lesbian),
maka ia harus dihukum mati, baik orang yang melakukannya atau orang
yang dikumpulinya." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Baihaqi)
Allah Swt. melarang perbuatan homoseksual dan lesbian dalam rangka
mengangkat harkat dan martabat manusia, yang dijelaskan Al-Qur’an sebagai
"makhluk yang mulia". Dengan demikian, sudah sepantasnya manusia
menjauhi perbuatan menyimpang tersebut, sebagai bentuk tanggung jawab
kepada rabbnya untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya (Sofwan, 2023:
77).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Homoseksual merupakan kondisi ketertarikan seksual pada sesama jenis,
baik laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Namun,
dalam konteks penyebutannya, istilah homoseksual ditujukan bagi laki-laki
yang tertarik dengan laki-laki atau sebutan lainnya adalah gay. Sedangkan
lesbian merupakan sebutan bagi perempuan yang menyukai perempuan. Dalam
tolak ukur penyebutan homoseksual/lesbian di sini bukan mengarah pada
aktivitas seksual melainkan lebih kepada orientasi seksualnya (ketertarikan).
Homoseksual dan lesbian apabila ditinjau darai sisi biologis/fisiologis
berkaitan dengan aspek-aspek fisik serta anatomi tubuhnya, di mana ditemukan
perbedaan struktur antara heteroseksual dengan homoseksual (sesama jenis)
dalam susunan kromosom, struktur bentuk otak, kondisi hormon dan susunan
saraf. Namun yang menjadi penekanan di sini adalah setiap aspek tersebut
bukan merupakan penentu bagi seseorang yang mengalami penyimpangan
seksual.
Sedangkan ditinjau dari sisi psikologis, homoseksual dan lesbian dikatakan
normal atau mengalami gangguan kejiwaan “Ego Dystonic Sexual Orientation
atau Gay in Denial”, tergantung pada kondisi pelaku. Namun dalam pandangan
psikologi Islami, perbuatan tersebut tetap tidak dapat dibenarkan karena
merusak fitrahnya sebagai makhluk yang diciptakan Allah.
Homoseksual dan lesbian dihukumi haram dan termasuk dosa besar. Hal ini
didasarkan pada sumber hukum Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadis yang
menjelaskan larangan terkait perilaku menyimpang tersebut. Selanjutnya,
terdapat perbedaan terkait sanksi/hukuman bagi pelaku homoseksual dan
lesbian. Ada yang menghukumi ta’zir atau diserahkan kepada pengadilan,
adapun yang menghukumi seperti pelaku zina berdasarkan pendapat dari
sebagian golongan al-Syafi’I, Imam Malik, Imam Hambali.

12
B. Saran
Demikianlah pembahasan mengenai Homoseksual dan Lesbian yang
diuraikan penyusun. Bagi pendidik dan calon pendidik sangat penting dalam
memahami materi terkait, karena sebagai bentuk preventive atau pencegahan
dari kedua perbuatan menyimpang tersebut. Seperti yang kita ketahui juga,
bahwa homoseksual dan lesbian pada millennial ini dianggap normal padahal
dilihat dari sisi agama kedua perbuatan ini melawan fitrah manusia sehingga
dihukumi haram. Oleh karena itu, upaya kita dalam menolak perbuatan tersebut
tidak lain dengan cara meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya.
Selain itu, berkenaan dengan keterbatasan penyusun dalam pembahasan
materi ini, diharapkan para pembaca memperbanyak referensi dalam rangka
memperluas wawasan sehingga didapatkannya pemahaman yang mendalam.

13
DAFTAR PUSTAKA
Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu
Semesta. ISBN: 978-602-1005-41-5.
Fatmawati. 2015. “Homoseks dan Lesbian Perspektif Hukum Islam”, dalam Jurnal
Hukum Diktum. (13), (2).
[1]
Fazeri, Ahmad. 2016. “Peneliti: Struktur dan Fungsi Otak Kaum LGBT Berbeda
dengan Otak Orang Normal”, tersedia di https://hidayatullah.com/
berita/nasional/2016/03/05/90589/peneliti-struktur-dan-fungsi-otak-kaum-
lgbt-beda-dengan-otak-orang-normal.html, diakses pada 13 Oktober 2023
pukul 17.40 WIB.
Kasim, Fajri. (2014). “Dampak Perilaku Seks Beresiko terhadap Kesehatan
Reproduksi dan Upaya Penanganannya (Studi tentang Perilaku Seks
Berisiko pada Usia Muda di Aceh)”, dalam Jurnal Studi Pemuda. (3), (1).
Khairani, Ani dan Didin Saefudin. (2018). “Homoseksual Berdasarkan Pandangan
Psikologi Islam”, dalam Jurnal Pendidikan Islam: Ta’dibuana. (7), (2).
Nafisah, Latifatun. (2021). “Isu LGBT Perspektif Al-Qur’an dan Psikolog dan Cara
Pengentasannya”, dalam Jurnal An-Nida’. (45), (1).
Sandra, Novika Lusia. (2018). “Konstruksi Sosial tentang Lesbian (Studi Deskriptif
Lesbiandi Kota Surabaya)”, dalam Jurnal S1 Sosiologi Universitas
Airlangga.
Sofwan. 2023. “Fikih Kontemporer”. Jakarta: Kencana. ISBN 978-623-384-372-0
Yanggo, Huzaemah Taido. (2018). “Penyimpangan Seksual (LGBT) dalam
Pandangan Hukum Islam,” dalam Jurnal Misykat. (3), (2).

14

Anda mungkin juga menyukai