Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HOMOSEKSUAL
Dianjurkan untuk memenuhi tugas
Mata kuliah HADIST JINAYAH AHKAM
Dosen pengampu H. DONNY MEILANO, M. SY

Disusun oleh :
Muhammad Alfin Syafii (203010
Nur Kholis (2030103181)
Nova Andriansyah (2030103178)

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN FATAH
TAHUN AJARAN 2021-2022

Kata Pengantar
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat,
mulai dari Kesehatan dan kesempatan sehingga bisa tersusunnya makalah dengan
judul “Homoseksual” hingga selesai dengan batas waktu yang diberikan.
Sholawat serta salam semoga dan akan selalu kita gaungkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita kepada peradaban yang luar
biasa seperti yang kita rasakan ini, kebebasan dalam menuntut ilmu tidak
memandang gender itulah salah satu perjuangan beliau yang patut kita syukuri dan
tentunya syafaatnya selalu kita nantikan di hari perhitungan nanti.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui berbagai aspek yang di
bahas dalam materi homoseksual lebih terperinci, sebagaimana kita tahu bahwa
peyimpangan ini sudah ada pada zaman dahulu dan sekarang.
Akhir kata semoga makalah ini membantu teman-teman mengetahui lebih detail
mengenai Homoseksual.

Palembang, 23 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................

BAB II PEMBAHASAAN

A. PENGERTIAN HOMOSEKSUAL..................................................................
B. PANDANGAN ISLAM TENTANG HOMOSEKSUAL................................
C. HUKUMAN BAGI PELAKU HOMOSEKSUAL...........................................

BAB III

PENUTUP........................................................................................................

KESIMPULAN.................................................................................................

SARAN.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar belakang
Homoseksualitas adalah istilah yang digunakan untuk orientasi seksual
kepada jenis kelamin yang sama. Homoseksual yang dilakukan sesama pria
dinamakan gay, sedangkan homoseksual yang dilakukan oleh sesama wanita
disebut dengan lesbian. Kedua perilaku seksual tersebut, baik dalam ranah agama
maupun ranah sosial disebut sebagai bentuk seks menyimpang. Pelaku dan
perilaku homoseksual bisa dikenakan sanksi, seperti sanksi dosa dan dilecehkan
(Himawan, 2007 : 68).
Supratiknya (1997) dalam bukunya yang berjudul “Mengenal Perilaku
Abnormal” menjelaskan bahwa ada beberapa faktor penyebab seseorang
mengalami kelainan seksual dalam hal ini yaitu homoseksual, misalnya saja
seperti kekurangan hormon laki-laki selama masa pertumbuhan, mendapatkan
pengalaman homoseksualitas yang menyenangkan pada masa remaja atau
sesudahnya, memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu yang menakutkan
atau tidak menyenangkan, besar ditengah keluarga dimana ibu dominan
sedangkan ayah lemah atau bahkan tidak ada.
1.2 Rumusan masalah
Penulis telah Menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai Batasan dalam pembahasan bab ini. Beberapa masalah
tersebut antara lain:
a. Apa yang dimaksud dengan Homoseksual?
b. Bagaimana pandangan Islam tentang Homoseksual?
c. Bagaimana Hukuman bagi pelaku Homoseksual?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Dapat Memahami materi tentang pengertian Homoseksual
b. Dapat memahami dalil-dalil tentang Homoseksual
c. Dapat Memahami Hukuman apa saja yang dijatuhkan kepada pelaku
Homoseksual
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN HOMOSEKSUAL, PANDANGAN ISLAM TENTANG


HOMOSEKSUAL DAN HUKUMAN BAGI PELAKU HOMOSEKSUAL

Pengertian Homoseksual
Sebagai negara dengan ber-ideologikan pancasila sudah tentunya semua
jenis penyimpangan yang berhubungan dengan norma agama akan ditolak
segaimana sila pertama pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa” artinya berbagai
agama disitu terhimpun dan salah satunya adalah agama islam, agama islam
sangat mengecam penyimpangan yang salah satunya adalah homoseksual.
Di dalam kajian ini pengertian homoseksual merupakan suatu orientasi
seksual seseorang dengan pilihan partner seksual dari jenis kelamin yang sama
atau sejenis. Secara etimologi kata “liwath” berarti cinta dan melekat, sedangkan
secara terminology berarti, melakukan tradisi kaum Luth (homoseks), ini
merupakan salah satu kelainan seksual.1
Adapun secara istilah Fiqih ,liwath adalah penetrasi dengan menggunakan
penis pada anus, baik anus laki-laki maupun anus perempuan. (Nihayatul Muhtaj
7/403).Kalau kita telusuri secara linguistik, sebenarnya tidak ada perbedaan fungsi
kata antara homoseksual dan lesbian. Dalam bahasa arab kedua-duanya di
namakan al liwath. Pelakunya di namakan al Luthiy (homoseks). Dalam bahasa
Indonesia juga tidak ada perbedaan antara liwath dan sihaq, sebab pengertian
homoseks menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional adalah “orang
yang memiliki rasa birahi terhadap orang dari jenis kelamin yang sama. 2.
Sehingga homoseks meliputi liwath dan sihaq. Adapun pelakunya, maka ada
perbedaan penyebutan, homoseks dari jenis laki-laki disebut gay, sedangkan dari
jenis perempuan disebut lesbian.
Namun Imam Al-Mawardi Asy-Syafi’I membedakannya. Beliau menyebut
homoseksual dengan liwath dan lesbian dengan “sihaq” atau “musaahaqah” Dan
inilah pendapat yang benar, sebab, homoseks dan lesbian memiliki hukumaan
yang berbeda.3
Menurut PPDGJ II (Depkes RI, 1983), homoseksual adalah makna rasa
ketertarikan perasaan (kasih sayang, hubungan perasaan dan atau secara erotik),
baik secara eksklusif terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan
atau tanpa hubungan fisik. Dalam pengertian yang disusun oleh para ahli
kedokteran dan psikologi tersebut memaknai homoseksual bukan sebagai perilaku
seksual semata, akan tetapi juga melibatkan adanya unsur emosi dan perasaan.4
Istilah homoseksual pertama kali ditemukan pada tahun 1869 dalam
sebuah pamflet di Jerman, hasil dari tulisan seorang novelis Karl-Maria Kertbeny,
berisi perdebatan melawan hukum anti-sodomi Prusia. Pada tahun 1879, Gustav
1
. Mu’jamul Washith 2/846
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia hal 528
3
Al Hawi Al Kabir Karya Al Mawardi : Juz :13 Hal : 474-475
4
www.kajianpustaka.com/2018/04/pengertian-jenis-penyebab-dan-tahapan-homoseksual.html
Jager menggunakan istilah Kertbeny dalam bukunya Discovery of The Soul untuk
menyebut homoseksual. Sedangkan pada tahun 1886, istilah homoseksual dan
heteroseksual disebut dalam buku Psychopathia Sexualis karangan Richard Von
Krafft-Ebing.5

Pandangan Islam Tentang Homoseksual

Allah berfirman:

‫ ِإَّنُك ْم َلَت ْأُتوَن الِّر َج اَل َش ْهَو ًة ِم ْن ُدوِن‬. ‫َو ُلوًطا ِإْذ َقاَل ِلَقْو ِمِه َأَتْأُتوَن اْلَفاِح َشَة َم ا َسَبَقُك ْم ِبَها ِم ْن َأَح ٍد ِم َن اْلَع اَلِم يَن‬
‫الِّنَس اِء َبْل َأْنُتْم َقْو ٌم ُم ْس ِرُفوَن‬
“Dan Kami mengutus Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata
kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui
batas. ” [Al A'raaf 81-82] Ibnu Katsir berkata : perbuatan kaum Luth pada ayat
diatas adalah perbuatan yang tidak pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan, dan
tidak pernah terbayangkan ada perbuatan seperti itu, sampai akhirnya kaum Luth
yang melakukannya. Al-Walid Bin Abdul Malik Bin Marwan berkata : kalau
seandainya Allah tidak memberikan informasi kepada kita tentang sejarah kaum
Luth, maka bias dipastikan kita tidak pernah tahu bahwa ternyata ada laki-laki
yang berhubungan seksual dengan sesama laki-laki. Oleh sebab itulah Luth
berkata : “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya
kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada wanita”. Maksudnya : mengapakah kalian meninggalkan kaum wanita
yang telah diciptakan oleh Allah untuk laki-laki? Ini adalah perbuatan yang
melampaui batas dan merupakan kebentuk ketololan, sebab kalian telah
meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. akhirnya Luth berkata kepada
mereka, "Inilah putri-putri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu
hendak berbuat (secara yang halal)". (Al-Hijr : 71), Nabi Luth memberikan saran
kepada mereka agar menikah dengan kaum wanita yang hidup di negeri mereka,
namun mereka justru menolak dan merasa tidak tertarik kepada lawan jenis,
mereka mengatakan, "Sesungguhnya kamu telah tahu sendiri bahwa kami tidak
mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu, dan sesungguhnya kamu tentu
mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki." (Hud : 79), maksunya adalah
engkau sudah tahu sendiri bahwa kami tidak memiliki nafsu dan birahi terhadap
lawan jenis, dan engaku juga tahu apa yang kami ingin lakukan dengan para tamu
yang dating kerumahmu (para malaikat-yang menyamar menjadi manusia-yang
memiliki paras yang tampan dan bersih), para ulama tafsir mengatakan bahwa
pada zaman Luth kaum lelaki tidak melakukan hubungan seksual kecuali dengan
kaum laki-laki, begitu juga kaum wanita, mereka juga melakukan homoseks.
(Tafsir Al-Quran Al-Azhim 3/320)

5
www.kajianpustaka.com/2018/04/pengertian-jenis-penyebab-dan-tahapan-homoseksual.html
Hadits riwayat Ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
‫َم ْن َو َج ْدُتُم وُه َيْع َم ُل َع َم َل َقْو ِم ُلوٍط َفاْقُتُلوا اْلَفاِع َل َو اْلَم ْفُعوَل ِبِه‬
“Siapa saja yang engkau dapati mengerjakan perbuatan kaum Luth
(homoseksual)maka bunuhlah kedua pelakunya.6
Al-Baihaqi meriwayatkan secara mursal bahwa abu bakar pernah mengumpulkan
masyarakat untuk menghukum seorang laki-laki yang menjadi obyek
homoseksual, lalu beliau bertanya kepada para sahabat tentang hukuman atas
pelaku tindakan nista ini, sahabat yang paling keras dalam memberikan jawaban
pada waktu itu adalah Ali Bin Abi Thalib, dia berkata: perbuatan ini adalah
perbuatan dosa yang tidak pernah dilakukan oleh umat manusia kecuali umat Nabi
Luth yang diadzab saja, menurut saya sebaiknya pelakunya dibakar,lalu para
sahabatpun berkumpul dan membakarnya.(Bustanul Akhbar Syarh Muntaqa Al-
Akhbar 2/131)

Hadits Jabir radhiyallahu anhu:


‫إن أخوف ما أخاف على أمتي عمل قوم لوط‬
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan akan (menimpa) umatku adalah
perbuatan kaum Luth [HR Ibnu Majah : 2563, 1457. Tirmidzi berkata : Hadits ini
hasan Gharib, Hakim berkata, Hadits shahih isnad]
Al-Manawi berkata : Rasulullah memberitahukan kepada umatnya bahwa kaum
Luth adalah manusia yang pertamakali melakukan praktik homoseksual dan
perbuatan tersebut adalah perbuatan yang paling bejat dibandingkan perbuatan
maksiat lainnya.(At-Taysir Bi Syarhi Al-Jami’ As-Shaghir 1/625), beliau sangat
kahwatir jika umatnya sampai melakukan perbuatan nista kaum Luth.(Tuhfatul
Ahwadzi 5/19, Mirqatul Mafatih Syarh Al-Misykat 11/199).
Hadits Ibnu Abbas :
‫لعن هللا من عمل عمل قوم لوط لعن هللا من عمل عمل قوم لوط لعن هللا من عمل عمل قوم لوط‬
“Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth, (beliau
mengulanginya sebanyak tiga kali) [HR Nasa’i]7
Ibnu Abdil Barr berkata: kami tidak pernah menjumpai satu haditspun yang berisi
laknat bagi pelaku zina, justru yang kami jumpai adalah perintah untuk menutupi
aib pelaku perzinaan, namun dalam kasus homoseksual Rasulullah justru
melaknat pelakunya.(Al-Istidzkar 7/496), As-Sa’ati Al-Hanafi memasukan
perbuatan nista ini dalam bab “larangan-larangan syariat terhadap pebuatan
manusia yang merupakan perbuatan binatang buas”. (Fath Ar-Rabbani 1/91)
Berangkat dari dalil-dalil diatas maka jelas sekali bahwa homoseksual adalah
perbuatan haram, bahkan termasuk kelainan seksual yang menjijikkan. Ibnu
Qudamah Al Maqdisi menyebutkan bahwa penetapan hukum haramnya praktik
homoseksual adalah Ijma ulama, berdasarkan nash-nash Al-Quran dan Al-Hadits.
(al mughni juz :10 hal : 155]. Selain Ibnu Qudamah banyak sekali yang
berpendapat demikian, diantaranya adalah Al-Imam Al-Mawardi, beliau berkata:

6
ditakhrij oleh Abu Dawud 4/158 , Ibn Majah 2/856 , At Turmuzi 4/57 dan Darru Quthni 3/124)
7
As-Sunan Al-Kubra IV/322 No. 7337
“Penetapan hukum haramnya praktik homoseksual menjadi Ijma’ dan itu
diperkuat oleh Nash-nash Al-Quran dan Al-Hadits8.

Hukuman Bagi Pelaku Homoseksual

Mengenai keharaman perbuatan nista ini, tidak ada satu ulamapun yang
berbeda pendapat , semua sepakat bahwa homoseksual adalah perbuatan haram
dan termasuk dosa besar, bahkan Adz-Dzahabi memposisikannya sebagai dosa
terbesar ke sebelas dalam jajaran dosa besar 9. Namun yang menjadi lahan
perbedaan adalah mengenai hukuman bagi pelaku homoseksual, apakah dia
dibunuh secara muthlaq, ataukah dihukum sebagaimana pelaku perzinaan?
Berikut ini kami kutipkan pendapat para ulama fiqih terkait hukuman bagi pelaku
homoseksual.

Madzhab Hanafi
Imam Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi) berpendapat : praktik homoseksual
tidak dikategorikan zina dengan alasan: Pertama: karena tidak adanya unsur
(kriteria) kesamaan antara keduanya. unsur menyia-nyiakan anak dan
ketidakjelasan nasab tidak didapatkan dalam praktik homoseksual. Kedua:
berbedanya jenis hukuman yang diberlakukan para sahabat (sebagaimana di atas).
Berdasarkan kedua alasan ini, Abu Hanifah berpendapat bahwa hukuman terhadap
pelaku homoseksual adalah ta’zir (diserahkan kepada penguasa atau
pemerintah).namun jika hal tersebut dilakukan berulang-ulang maka pelakunya
dihukum mati.10
Menurut Muhammad Ibn Al Hasan As Syaibani dan Abu Yusuf (murid
Abu Hanifah) : praktik homoseksual dikategorikan zina, dengan alasan adanya
beberapa unsur kesamaan antara keduanya, seperti: Pertama, tersalurkannya
syahwat pelaku. Kedua, tercapainya kenikmatan (karena penis dimasukkan ke
lubang dubur). Ketiga, tidak diperbolehkan dalam Islam. Keempat, menumpahkan
(menya-nyiakan) air mani. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, Muhammad Ibn Al
Hasan dan Abu Yusuf berpendapat bahwa hukuman terhadap pelaku homoseksual
sama seperti hukuman yang dikenakan kepada pezina, yaitu: kalau pelakunya
muhshan (sudah menikah), maka dihukum rajam, kalau gair muhshan, maka
dihukuman cambuk dan diasingkan selama satu tahun.11

8
Kitab Al hawi al kabir, juz :13 hal : 475
9
Shahih Fiqih Sunnah 4/46
10
al hidayah syarhul bidayah 7/194-196, fathul qadir juz : 11 hal : 445-449 , Hasyiah Ibnu Abidin
3/155 dan al mabsuth juz :11 hal : 78-81
11
al hidayah syarhul bidayah 7/194-196, fathul qadir juz : 11 hal : 445-449 dan al mabsuth juz :11
hal : 78-81
Madzhab Maliki
Menurut Imam Malik praktek homoseksual dikategorikan zina dan hukuman yang
setimpal untuk pelakunya adalah dirajam, baik pelakunya muhshan atau gair
muhshan. Ia sependapat dengan Ishaq bin Rahawaih dan As Sya’bi. (minahul jalil,
juz : 19 hal : 422-423), menurut madzhab maliki perbuatan homoseks jauh lebih
besar dosanya bila dibandingkan dengan zina .(Ahkamul Quran li Ibni Al-Arabi
2/786)
Syaikh Shalih Abdu As-Sami’ Al-Abi Al-Azhari berkata : laki-laki baligh yang
mengerjakan homoseks secara suka sama suka, maka keduanya dihukum rajam
baik muhshan maupun tidak, sama saja antara orang merdeka, budak maupun
orang kafir, yang dimaksud dengan homoseks adalah menyetubuhi laki-laki pada
anusnya. Baik obyeknya budak milik sendiri maupun tidak, adapun jika obyeknya
adalah wanita maka pelakunya tidak dirajam. (Ats-Tsamr Ad-Dani Syarh Risalah
Ibni Abi Zaid Al-Qairuwani 2/96 juga dalam Al-Fawakih Ad-Dawani ala Risalah
Ibni Abi Zaid Al-Qairuwani 7/191)

Madzhab Syafi’i
Menurut Imam Syafi’i, praktik homoseksual tidak dikategorikan zina, tetapi
terdapat kesamaan, di mana keduanya sama-sama merupakan hubungan seksual
terlarang dalam Islam. Hukuman untuk pelakunya: kalau pelakunya muhshan,
maka dihukum rajam. Kalau gair muhshan, maka dihukum cambuk 100 kali dan
diasingkan selama satu tahun. Hal tersebut sama dengan pendapat Said bin
Musayyib, Atha’ bin Abi Rabah, An Nakha’i, Al Hasan dan Qatadah.12
Musthafa Al-Bugha berkata : yang dimaksud dengan liwath adalah melakukan
penetrasi pada anus, baik anus laki-laki maupun perempuan, adapun hukumannya,
maka seperti perzinaan.13Al-Hishni berkata : hukuman bagi orang yang bersetubuh
dengan binatang atau sesame laki-laki adalah seperti hukuman zina.(Kifayatul
Akhyar 476) dan sama saja apakah yang menjadi obyek adalah budaknya ataupun
yang lainyya, sebab anus adalah haram untuk disetubuhi pada semua kondisi.

Madzhab Hambali
Menurut Madzhab Hambali, praktik homoseksual dikategorikan zina. Mengenai
jenis hukuman yang dikenakan kepada pelakunya beliau mempunyai dua riwayat:
12
al majmu' juz : 20 hal : 22-24 dan al hawi al kabir, juz : 13 hal : 474-477
13
Al-Fiqh Al-Manhaji Ala madzhab Imam Asy-Syafii 8/51)
Pertama, dihukum sama seperti pezina, kalau pelakunya muhshan maka dihukum
rajam. kalau pelakunya gair muhshan, maka dihukum cambuk 100 kali dan
diasingkan selama satu tahun. (pendapat inilah yang paling kuat). Kedua, dibunuh
dengan dirajam, baik dia itu muhshan atau gair muhshan.14

Madzhab Zhahiri
Menurut ibnu hazm, pelaku perbuatan nista ini tidak dikenai hukuman had dan
juga tidak dibunuh, namun hanya di ta’zir.15

Pendapat yang Dipilih


Pendapat yang dipilih dalam masalah ini adalah pendapat Madzhab Maliki, yaitu
pelakunya dibunuh secara muthlaq, selain Malikiyah, banya juga ulama lainnya
yang sependapat dengan mereka, seperti; ishaq, Ahmad –menurut riwayat yang
paling shahih-, Syafii, kedua sahabat Abu Hanifah, Abu Bakr As-Sidiq, Ali Bin
Abi Thalib, Khalid Bin Walid, Abdullah Bin Zubair, Ibnu Abbas dan Ulama-
ulama salaf lainnya, dalil yang mereka jadikan pegangan adalah sebagai berikut:
1. Hadits ibnu Abbas,

‫َم ْن َو َج ْدُتُم وُه َيْع َم ُل َع َم َل َقْو ِم ُلوٍط َفاْقُتُلوا اْلَفاِع َل َو اْلَم ْفُعوَل ِبِه‬
“Siapa saja yang engkau dapati mengerjakan perbuatan kaum luth
(homoseksual)maka bunuhlah kedua pelakunya . (ditakhrij oleh Abu Dawud
4/158 , Ibn Majah 2/856 , At Turmuzi 4/57 , Darru Quthni 3/124,dan Ahmad
1/300, hadits ini dinyatakan shahih oeh Al-Albani dalam Al-Irwa’ hadits no
2350 ), pada hadits ini tidak ada perbedaan antara muhshan dan ghairu muhshan,
sehingga hukuman bunuh berlaku secara muthlak.
2. Ijma’ para sahabat, mereka semua sepakat bahwa pelaku liwath harus dibunuh,
namun yang mereka perselisihkan adalah tentang mekanisme pembunuhannya.
3. Pendapat ini sesuai dengan kaidah dalam syariat islam “semakin berat nilai
suatu perbuatan haram, maka hukumannya juga semakin keras”, sebab, analsex
jauh lebih haram dibandingkan hubungan seksual secara normal, meskipun
dengan orang yang belum halal bagi pelakunya.
Menurut Imam ash Shan’ani didalam kitabnya “Subul As-Salam” bahwa terdapat
beberapa pendapat tentang mekanisme eksekusi para pelaku liwath tersebut :
1. Mereka dihukum dengan had (hukum) zina (rajam).

14
al furu', juz :11 hal : 145-147, al mughni juz : 10 hal : 155-157 dan al inshaf juz : 10 hal : 178
15
Al-Muhalla 11/382
2. Dibunuh.
3. Dibakar dengan api.
4. Dilempar dari bangunan tertinggi di negeri itu dengan poisisi terbalik lalu
diiringi dengan lemparan batu-batu. (Subulus Salam 6/20)
Tetapi pendapat yang paling rajih menurut jumhur adalah pendapat pertama.
(Shahih Fiqih Sunnah 4/49)

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
pengertian homoseksual merupakan suatu orientasi seksual seseorang
dengan pilihan partner seksual dari jenis kelamin yang sama atau sejenis.
Secara etimologi kata “liwath” berarti cinta dan melekat, sedangkan secara
terminology berarti, melakukan tradisi kaum Luth (homoseks), ini merupakan
salah satu kelainan seksual Adapun secara istilah Fiqih ,liwath adalah
penetrasi dengan menggunakan penis pada anus, baik anus laki-laki maupun
anus perempuan. (Nihayatul Muhtaj 7/403).Kalau kita telusuri secara
linguistik, sebenarnya tidak ada perbedaan fungsi kata antara homoseksual dan
lesbian. Dalam bahasa arab kedua-duanya di namakan al liwath. Pelakunya di
namakan al Luthiy (homoseks)
Mengenai keharaman perbuatan nista ini, tidak ada satu ulamapun yang
berbeda pendapat , semua sepakat bahwa homoseksual adalah perbuatan
haram dan termasuk dosa besar, bahkan Adz-Dzahabi memposisikannya
sebagai dosa terbesar ke sebelas dalam jajaran dosa besar
Menurut Imam ash Shan’ani didalam kitabnya “Subul As-Salam” bahwa
terdapat beberapa pendapat tentang mekanisme eksekusi para pelaku liwath
tersebut :
1. Mereka dihukum dengan had (hukum) zina (rajam).
2. Dibunuh.
3. Dibakar dengan api.
4. Dilempar dari bangunan tertinggi di negeri itu dengan poisisi
terbalik lalu diiringi dengan lemparan batu-batu.
DAFTAR PUSTAKA
Majma Lughoh Arabiyyah, Mukhtabah Asy-Syuruq Ad-dauliyah, Jakarta, 2020.
Al Hawi Al Kabir Karya Al Mawardi : Juz :13 Hal : 474-475

Anda mungkin juga menyukai