Dosen Pengampuh :
Disusun Oleh :
PAELMBANG 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran tuhan yang maha esa karna berkat, rahmat dan
karunia-nya saya dapat menyelesaikan makalah tugas matah kuliah (hadits
dakwah dan tarbiyah), yang berjudul (etika pendidik dan perserta didik), makalah
ini bertujuan melengkapi tugas semester v.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan
sekalin dan menambah wawasan ilmu yang bermanfaat.
28 September 2022
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................
PENDAHULUAN ................................................................................................
BAB II ..................................................................................................................
PEMBAHSAAN .................................................................................................
A. Etika pendidik dan pe serta didik menurut KH. Hasyim Asy’ari dan
menurut undang undang ............................................................................
B. Relevansi Etika terhadap dirinya (persoalan) dengan UU RI Nomor 14
Tahun 2005 ...............
C. Syarat –syarat peserta didik .....................................................................
D. Kerakteristik peserta didik .......................................................................
PENUTUP ...........................................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................
PENDAHULUAN
Dalam masyarakat umum, bersikap sesuai adat merupakan suatu hal yang
sudah tidak dapat dibantah keabsahannya bahwa hendaknya seseorang berperilaku
sebagaimana adat kebiasaan dimana seseorang itu tinggal. Membaur dengan sikap
kekeluargaan dalam nuansa adat akan lebih efektif ketimbang seseorang
melakukan perilaku menyimpang atau berseberangan dengan adat kebiasaan yang
berlaku. Selain itu, perilaku ini juga akan mengidentitaskan serta menjadi ciri khas
diri kita sebagai suatu anggota dari suatu perkumpulan masyarakat.
Akan menjadi aneh pula apabila seseorang lebih memilih bersikap acuh
tak acuh terhadap budaya tetap dalam masyarakat itu sendiri. Karena ini akan
semakin menambah cap tidak baik masyarakat kepada orang yang berperilaku
yang tidak sesuai dengan kondisi sosial-adat masyarakat.
Dalam kurun masa dewasa ini, kita sering mendengar istilah “Keetikaan”
dalam dunia pendidikan. Karena dalam lingkungan edukasi, perilaku moral ini
juga amat lah penting. Baik bagi seorang Pendidik maupun bagi seorang Peserta
Didik. Kedua subjek utama pendidikan ini merupakan objek yang paling disoroti
dalam pembahasan bab etika dalam dunia pendidikan. Karena asumsi mengatakan
bahwa suatu sekolah akan dianggap nyaman, aman, dan berprofesional tinggi
apabila Pendidik dan yang dididik saling sinkron dalam lingkungan edukasinya.
A. Rumusan masalah
1
Undang-Undang RI tentang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005.
Karena Nabi Muhammad saw bersabda, “berbuatlah adil di antara anak-
anakmu dalam hal pemberian.”2
2
Peraturan Pemerintah RI tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan No. 17 Tahun
2010.
Hal ini juga penting, sebab dalam mendidik peserta didik, seorang
pendidik bertugas sebagai uswah ḥasanah (suri tauladan baik) bagi peserta
didik, mengingat keadaan psikologis peserta didik (Roqib menyatakannya
dengan kata anak-anak) yang ingin meniru apa yang dilihatnya dari orang
dewasa (pendidik) atas keinginannya supaya ia diterima di masyarakat.3
3
Imam Nawawi, Ādāb al-‘ālim wa al-muta‘llim (Jeninah Barat: Thonto, 1987),
B. Relevansi Etika pendidik terhadapa pelajaran dengan UU RI Nomor
14 Tahun 2005.
Hadis ini menjelaskan tentang intisari dari sebuah niat yang mana niat memiliki
kedudukan yang penting dalam mencapai hasil akan suatu perbuatan. Sebab setiap
perbuatan itu tergantung dari apa yang ia niatkan.
Dari Abu At Tayah dia berkata; aku mendengar Anas bin Malik berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Permudahlah oleh kalian dan
jangan mempersulit, buatlah hati mereka tenang dan jangan menakut-nakuti."
(HR. Muslim No.3264)
Adapun memudahkan yang dimaksud dalam penjelasan ini juga dapat diartikan
sebagai memudahkan peserta didik dalam memahami ilmu yang disampaikan oleh
pendidik, salah satu cara yang memungkinkan untuk dilakukan adalah menjadikan
suasana belajar menyenangkan. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki
kemampuan dalam menyampaikan, menggunakan media, menguasai kelas, dan
lain-lain
4
Hasyim, Pendidikan Akhlak, 89.
5
Niat yang baik akan membawa kepada hal yang baik pula. Begitupun
sebaliknya. Adapun niat yang baik adalah niat yang dilakukan tulus karena Allah.
Setiap perbuatan bisa bernilai ibadah jika dilakukan dalam rangka pengabdian,
ketaatan dan ketulusan diri kepada Allah SWT semata. Meskipun perbuatan
tersebut bukan merupakan ibadah maḥḍah.Selanjutnya berkaitan tentang
perbuatan yang dimaksud dalam hadis di atas adalah segala perbuatan yang baik.
Perbuatan yang tidak baik tidak tergolong dalam kategori hadis di atas. Sehingga
bagaimanapun apabila perbuatan itu perbuatan buruk yang diniatkan karena Allah
tetaplah tidak bernilai sebagai ibadah.
6
Maka tentulah seorang pendidik harus mampu menata niatnya karena
Allah SWT semata agar dalam mendidik agar tidak salah langkah karena
kesalahan dalam niat serta kegiatan pembelajaran (perbuatan) yang ia lakukan
bisa bernilai ibadah. Seperti halnya pendapat yang dikemukakan oleh Daradjat
yang dikutip oleh Djamarah bahwa terdapat syarat-syarat untuk menjadi seorang
pendidik (guru), yaitu takwa kepada allah swt, berilmu, sehat jasmani, dan
berkelakuan baik.
7
Pada poin satu tersebut disebutkan bahwa salah satu syarat menjadi
seorang pendidik adalah takwa kepada Allah SWT. Dalam hal ini, kaitannya
adalah bahwa sebuah niat yang didasarkan kepada Allah SWT semata merupakan
salah bentuk ketakwaan diri kepada Allah.Pemikiran Kiai Hasyim tersebut
memiliki relevansi dengan UUGD Bab III Pasal 7 Butir B yang berisi tentang
prinsip profesionalitas yang menyatakan bahwa profesi guru dilaksanakan
berdasarkan prinsip memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia,82 dan dalam Pasal 20 Butir D dijelaskan
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban
menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika;83 Adapun letak relevansinya adalah keduanya
55
Ibid., 99
6
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II Pasal 6, 5.
7
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 20 Butir C,11.
sama-sama menghendaki seorang pendidik untuk mengajar dengan berlandaskan
nilai nilai agama.
Dari hadis di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari
kutukan Allah adalah peserta didik, hal ini karena peserta didik merupakan sosok
yang sedang mencari kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu, sehingga ketika
pendidik telah memiliki ilmu derajatnya akan di angkat oleh Allah swt.
8
Ibid., 102.97U
orang lain kepada niat semata-mata untuk mengharap ridho Allah swt
dalam melakukan perbuatan.
9
Ikhlas merupakan syarat yang harus dimiliki oleh setiap peserta
didik, karena dengan ikhlas peserta didik akan lebih mudah menerima dan
memahami pelajaran yang di berikan oleh pendidik. Sebaliknya jika
peserta didik tidak memiliki keikhlasan maka ilmu yang akan merasa sulit
dipahami bahkan Rasulullah mengatakan tidak akan mencium bau sorga,
sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
ِّ ِ بِٙ َ ُْبَاٛب ْان ِع ْه َى ِن َ ٍْ " َي:َ قَال،سهه َى
َ ط َه صههٗ ه
َ َٔ ِّ ْٛ َّللاُ َع َه سٕ ِل ه
َ َِّللا َ ،َع ٍْ ُيعَا ِر بٍ َجبَ أم
ُ عٍ َْس
َ َش ْح َسائِ َحتَ ْان َج هُ ِتٚ نَ ْى، ْان ًَ َجا ِن ِسِٙ٘ ِب ِّ انسفَ َٓا َء ف ْ
ِ ًَ َُٚٔ ،"انعُهَ ًَا َء
َ اس
َٗسٔاِ انطبشا
Dari Mu'az ibn Jabal, Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang
menuntut ilmu karena ingin merasa bangga sebagai ulama, menipu
orang bodoh di majlis tidak akan mencium aroma sorga
ْٔ َ ٖ ِب ِّ ْانعُهَ ًَا َء أ ِ ُ َجٛب ْان ِع ْه َى ِن
َ اس َ َطه
َ ٍْ َقُٕ ُل « َيٚ -ملسو هيلع هللا ىلص- َِّللا
سٕ َل ه ُ س ًِ ْعتُ َس َ عٍ َيانِكأ قَا َل
ٍ سٔاِ انتشيزٖ ٔاب.اس َ َّللاُ انُه ِّ أَدْ َخهَُّ هْٛ َاس إِن
ِ ف ِب ِّ ُٔ ُجَِٕ انُه َ ص ِشْ َٚ ْٔ َ ٖ ِب ِّ انسفَ َٓا َء أ
َ اس
ِ ًَ ُِٛن
ّياج
Dari malik, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Siapa yang menuntut ilmu karena ingin bangga sebagai alim atau
menipu orang-orang bodoh atau menarik perhatian orang, Allah
akan memasukkannya ke dalam neraka.
10
Dari dua hadis di atas dapat pemakalah pahami bahwa, begitu
pentingnya keikhlasan yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Sehingga pada hadis pertama menyebutkan peserta didik yang
tidak ikhlas dalam menuntut ilmu tidak akan mencium aroma
sorga, dan pada hadis kedua dia akan di masukkan kedalam api
neraka.
2. Menghormati Guru
9
Hasyim, Pendidikan Akhlak, 19.99
10
Imam Nawawi, Ādāb al-‘ālim wa al-muta‘llim (Jeninah Barat: Thonto, 1987),
11
Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena
dialah yang mendidik kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi
orang yang berilmu. Maka sebagai peserta didik haruslah menghargai dan
menghormati pendidiknya. Keharusan menghormati pendidik tersebut
tergambar dalam hadis Rasulullah, yaitu:
َ ُِج هم َك ِبٚ َي ٍْ نَ ْىْٙس ِي ٍْ أ ُ هي ِت
شََاٛ َ َٛسهه َى قَا َل ن صههٗ ه
َ َٔ ِّ ْٛ ََّللاُ َعه سٕ َل ه
َ َِّللا ُ ت أ َ هٌ َس
ِ اي
ِ ص ُ ٍْ َع
ع َبادَة َ ب ٍِْ ان ه
سٔاِ أحًذ. ٌََٔاس ُ ْ ٍْ س ًِ ْعتُُّ أَََا ِي ف ِنعَا ِن ًَُِا َحقهُّ قَا َل َعبْذ ه
َ َٔ َِّللا ْ َ ْع ِشَٚٔ شََاٛ
َ ص ِغ
َ َ ْش َح ْىَٚٔ
Ubadah ibn Shamit meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Tidaklah termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang-orang
dewasa, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengenal hak-hak orang
alim (guru).
Dalam hadis di atas jelaslah bahwa peserta didik harus menghormati
pendidiknya, sehingga Rasulullah mengatakan bahwa peserta didik yang
tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah umatnya.
1. Memiliki potensi
Semua manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian
ulama mengatakan bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama.
Sebagaimana hadis Rasulullah Saw yang berbunyi:
ْ ُٕنَذُ َعهَٗ ْان ِفٚ سهه َى ُكم َي ْٕنُٕ أد
ِط َشة َ َٔ ِّ ْٛ َعه ه
َ َُّللا ٗصهه َ َِّٙللاُ َع ُُّْ َقا َل قَا َل انُهب هٙ َ ض ِ َْشة َ َسٚ ْ َُشَِٙع ٍْ أَب
ِ سٔا. َٓا َجذْ َعا َءْٛ ِ ْ َْم ت ََشٖ ف، َ ًَتْٛ ِٓ َت ُ ُْت َ ُج ْانب ًَ ِتْٛ ِٓ َساَِ ِّ َك ًَث َ ِم ْانب
َ ُ ًَ ِ ّجٚ ْٔ ََص َشاَِ ِّ أ
ّ ِ ُُٚ ْٔ َ ُ َٓ ّ ِٕدَاَِ ِّ أٚ ُِفَأَبَ َٕا
ِشٛانبخاسٖ ٔيسهى ٔأبٕدأد ٔانتشيزٖ ٔانُسائٗ ٔيانك ٔغ
Abi Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda “Setiap anak
dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua
orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau
11
Peraturan Pemerintah RI No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan Pasal 169 Butir H, 124.
12
Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat
kekurangan padanya?
Dari hadis di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama: setiap
mannusia yang lahir memiliki potensi, baik potensi beragama potensi
menjadi orang baik, potensi menjadi orang jahat dan potensi yang lainya.
Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang
tua karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam
menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani dan majusi.
Konsep hadis tersebut sesuai dengan teori konvergensi pada
perkembangan peserta didik, yang berpendapat bahwa setiap anak yang
lahir, dalam perkembangannya di pengaruhi oleh keturunan dan
lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan di pengaruhi oleh
keturunannya, contoh anak yang terlahir dari keluarga yang baik-baik
tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta di pengaruhi oleh
ingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadis di atas secara umum
manusia lahir memiliki potensi yang sama.
12
Djamarah, Guru dan Anak Didik, 357.
baik bagi perkembangan anaknnya serta memilihkan teman sebaya yang
tidak akan menjerumuskan anaknya kepada jalan yang tidak baik.
13
Hasyim, Pendidikan Akhlak, 25.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan pada peserta didik perlu dipahami oleh seorang pendidik agar
jangan terlalu gegabah dalam merespon aksi peserta didiknya. Pendidik
tidak boleh mengatasi gejolak emosi peserta didik dengan luapan emosi
pula. Ia harus dapat memperlihatkan kesabaran, ketulusan dan kasih
sayangnya tampa menyimpan rasa dendam. Hal ini agar peserta didik bisa
menghargai dan menghormati pendidiknya.
DAFTAR PUSTAKA