Nim : 06030122076
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampuh : Prof. Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M.Ag
MATERI V
1
Nisa Nurrohmah, “ETIKA PENDIDIK DALAM PRESPEKRIF AL-QUR’AN (Kajian Qur’an
Surah Ar-Rahman Ayat 1-4)”, Al-Muaddib :Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman, Vol. 7, No. 1
(2022),19.
2
Ibid.,20.
3
Hermawansyah, “ETIKA GURU SEBAGAI PENDIDIKAN YANG MENDASAR BAGI
SISWA”,Vol. 10, No. 2 (2019),20.
memberikan panduan untuk bertindak dengan integritas dan bertanggung
jawab, serta menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi manusia dan
masyarakat secara keseluruhan.
Dalam konteks analisis ini, penulis berpendapat bahwa penting
untuk memahami bahwa etika adalah konsep fundamental yang menjadi
landasan penting dalam kajian manusia dan masyarakat. Secara umum,
etika dapat diartikan sebagai sebuah disiplin filosofis yang sangat penting
dalam interaksi antarmanusia, dimana manusia memilih dan memutuskan
perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral yang berlaku.
Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku
yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Hal ini
dapat menciptakan pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan
harmonis, seperti saling menghormati, menghargai, dan berperilaku
dengan sopan serta santun. Etika juga memainkan peran penting dalam
membantu manusia memahami nilai-nilai moral yang ada,
mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka, dan membuat
keputusan yang baik dan benar. Etika dapat membantu dalam
mengembangkan kesadaran moral, memberikan panduan untuk bertindak
dengan integritas dan bertanggung jawab, serta menciptakan lingkungan
yang lebih baik bagi manusia dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh
karena itu, pemahaman konsep etika dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari sangatlah penting untuk menciptakan hubungan yang harmonis
dan masyarakat yang lebih baik secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Hermawansyah dalam jurnalnya, Pendidik atau
Guru ialah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual, maupun klasikal baik di
sekolah maupun luar sekolah. Saat ini sosok guru sudah ikut
“tereformasi”. Guru dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang selalu
berkembang dan mengikuti kemajuan zaman.4 Jamil Suprihatiningrum
juga berpendapat bahwa, Guru adalah seseorang yang memberikan ilmu
4
Ibid,.20.
demikian juga pendapat klasiknya guru adalah orang yang pekerjaannya
mengajar (hanya menekankan satu sisi dan tidak melihat sisi lain sebagai
pendidik dan pelatih)(Hermawansyah,2019).5 Menurut Muhammad Rijal
dalam (Syahrul, 2018) juga mendefinisikan pendidik sebagai subjek yang
melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting
untuk berlangsungnya pendidikan baik atau tidaknya pendidik
berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.6
Dalam konteks ini, penulis menyimpulkan bahwasannya etika
pendidik atau guru dapat diartikan sebagai perilaku yang menjadi landasan
dalam mendidik atau membina peserta didik dengan baik dan benar, serta
menjadi contoh yang baik bagi peserta didik untuk diikuti. Seorang
pendidik atau guru harus memiliki kesadaran untuk tidak memberikan
beban moral kepada peserta didik dalam memilih perilaku guru yang baik
atau buruk. Oleh karena itu, sebagai guru, penting untuk melakukan
kebaikan sebanyak mungkin dan menghindari perilaku yang buruk
sehingga peserta didik dapat meneladani perilaku yang baik secara
keseluruhan. Seorang guru juga harus mampu memberikan contoh dan
menunjukkan perilaku yang etis dan moral yang dapat diikuti oleh peserta
didik.
2. Etika Pendidik/Guru menurut Al-Qur’an
Abdul mujib dalam (Syahrul,2018) mengungkapkan bahawa Kode
etik pada suatu pekerjaan adalah sifat-sifat atau ciri-ciri vokasional, ilmiah
dan keyakinan yang harus dimiliki oleh seorang untuk sukses dalam
kerjanya. Lebih khusus lagi ciri-ciri ini pada bidang keguruan. Dari segi
pandangan Islam, agar seorang muslim itu berhasil menjalankan tugas
yang dipikulkan kepadanmya oleh Allah SWT maka, seorang pendidik
5
Ibid,.21.
6
Syahrul Ode Aliani, “ETIKA PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN” dalam
https://www.academia.edu/35657844/ETIKA_PENDIDIK_DALAM_PERSPEKTIF_AL_QURA
N. Diakses pada 13 Maret 2023
harus memiliki sifat-sifat yang baik dan lurus sehingga mampu menjadi
seorang pendidik yang profesional.7
Meskipun Al-Quran secara spesifik tidak membahas masalah etika
pendidik secara langsung, namun banyak ayat Al-Quran yang secara
implisit membicarakan tentang pendidikan dan masalah etika pendidik.
Para pemikir Islam kemudian mengembangkan konsep etika pendidik
yang profesional berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Berikut adalah
beberapa konsep etika pendidik dalam Islam yang dirumuskan oleh para
pemikir Islam:
a. Etika Pendidik Menurut Imam Al-Ghazali
Menurut Imam Al-Ghazali dalam (Syahrul,2018)
Mengungkapkan bahawa ada 11 macam etika pendidik,
diantaranya yaitu;8
1) Menerima segala problema peserta didik dengan hati
dan sikap yang terbuka dan tabah.
Firman Allah dalam Q.S. Al A’raf/7:199
قُ ْل اَ ُؤنَبِئ ُ ُك ْم بِ َخي ٍْر ِم ْن ٰذ ِل ُك ْم ۗ ِللَّ ِذ ْينَ اتَّقَ ْوا ِع ْن َد َربِ ِه ْم َجنّٰتٌ تَجْ ِر ْي ِم ْن
ُّٰللا ِ ّٰ َض َوانٌ ِمن
ّٰ ّٰللا ۗ َو َ ج ُّم
ْ ط َّه َرةٌ َّو ِر ٌ تَحْ تِ َها ْاْلَ ْن ٰه ُر ٰخ ِل ِد ْينَ فِ ْي َها َواَ ْز َوا
بَ ِصي ٌۢ ٌْر ِبا ْل ِعبَا ِد
Terjemahannya :
7
Ibid,.9.
8
Aliani,. “ETIKA PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN”,11.
9
Depertemen Agama RI, op. cit., h. 177.
15. Katakanlah, “Maukah aku beri tahukan kepadamu
sesuatu yang lebih baik daripada yang demikian itu?”
Untuk orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan mereka
ada surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya dan (untuk mereka) pasangan
yang disucikan serta rida Allah. Allah Maha Melihat
hamba-hamba-Nya.10
3) Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam
bertindak
4) Menghindari dan Menghilangkan sikap angkuh
terhadap sesama
Allah berfirman dalam Q.S/ Al Najm/53:32
10
Ibid,. 52
11
Ibid,. 527
علَي ِْه ْم َ َع ْينَ ْيكَ ا ِٰلى َما َمت َّ ْعنَا ِب ْٓه اَ ْز َوا ًجا ِم ْن ُه ْم َو َْل ت
َ حْز ْن َ ََّْل تَ ُمدَّن
َض َجنَا َحكَ ِل ْل ُمؤْ ِم ِن ْينْ اخ ِف ْ َو
Terjemahannya :
88. Jangan sekali-kali engkau (Nabi Muhammad)
menujukan pandanganmu (tergiur) pada kenikmatan hidup
yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di
antara mereka (orang kafir). Jangan engkau bersedih hati
atas (kesesatan) mereka dan berendahhatilah engkau
terhadap orang-orang mukmin.\12
6) Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-
sia.
7) Bersikap lemah lembut dalam menghadapi peserta
didik yang tingkat kecerdasannya rendah serta
membinanya sampai taraf maksimal.
8) Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problema
peserta didik.
9) Menjadikan kebenaran sebagai acuan walau itu
datangnya dari peserta didik.
10) Mencegah dan mengontrol peserta didik yang
mempelajari ilmu yang membahayakan
Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah/2:195.
ِ ّْٰللا َو َْل ت ُ ْلقُ ْوا بِا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى الت َّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَح
َّسنُ ْوا ۛ اِن َ َواَ ْن ِفقُ ْوا فِ ْي
ِ ّٰ سبِ ْي ِل
ِ ْب ا ْل ُمح
َسنِ ْين ُّ ّٰللاَ يُ ِح
ّٰ
Terjemahannya :
195. Berinfaklah di jalan Allah, janganlah jerumuskan
dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuatbaiklah.
12
Ibid,. 266.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.13
13
Ibid,.30.
14
Ibid,.599.
15
Heru Juabdin Sada, “PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF AL-Qur’an”, Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, (Vol 6, Mei 2015),99.
ّلِل ا ِْن ْ ت َما َر َز ْق ٰن ُك ْم َوا
ِ ّٰ ِ شك ُُر ْوا َ ٰ ْٓياَيُّ َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ُكلُ ْوا ِم ْن
ِ ط ِي ٰب
َُك ْنت ُ ْم اِيَّاهُ تَ ْعبُد ُْون
Terjemahaanya :
172. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-
apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya
menyembah kepada-Nya.
b. Kode etik yang berhubungan dengan pelajaran.
1) Sebelum mengajar harus suci dari hadas dan kotoran.
2) Sebelum keluar rumah berdoa terlebih dahulu.
3) Mengambil tempat yang dapat terlihat murid.
4) Sebelum mengajar terlebih dahulu membaca ayat al-
qur’an
5) Pendidik hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai
dengan hiarki nilai kemulyaan dan kepentingan.
6) Menjaga ketertiban majelis.
7) Menegur murid yang tidak sopan santun.
8) Bersikap bijak dalam melakukan pembahasan,
penyampaian pelajaran dan menjawab pertanyaan.
9) Mengatur volume agar tidak teralalu pelan.
10) Terhadap murid baru pendidik hendaknya bersikap
wajar dan menciptakan suasana yang membuatnya
merasa sudah menjadi bagian dari kelas.
11) Menutup pelajaran dengan menunjukkan keikhlasan.
12) Tidak memberi pelajaran yang tidak dikuasainya.16
c. Kode etik ditengah para murid.
1) Mengajar dengan niat terhadap ridha Allah.
16
Ibid,.100.
2) Tidak menolak murid yang tidak mempunyai niat lulus
dalam belajar.
3) Mencintai murid seperti ia mencintai dirinya sendiri.
4) Memotivasi murid untuk menuntut ilmu.
5) Menggunakan bahasa yang dimengerti murid.
6) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar.
7) Bersikap adil terhadap muridnya seperti firman allah.17
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl/16:90
ان َواِ ْيتَ ٰۤا ِئ ذِى ا ْلقُ ْر ٰبى َويَ ْن ٰهى ع َِن ِ س َ ْاْلح ِ ْ ّٰللاَ يَأ ْ ُم ُر بِا ْلعَ ْد ِل َو
ّٰ َّاِن
ُ ا ْلفَحْ ش َٰۤا ِء َوا ْل ُم ْنك َِر َوا ْلبَ ْغي ِ يَ ِع
َظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّر ْون
Terjemahannya :
90. Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat
kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat.
Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar
kamu selalu ingat.
8) Berusaha membantu memenuhi kemaslahatan murid,
baik kedudukan maupun hartanya.
9) Terus membantu perkembangan murid baik
intelektualnya maupun akhlaknya.18
Dari beberapa konsep etika pendidik dalam perspektif Al-Qur’an
yang diungkapkan oleh para pemikir islam diatas, dapat kita analisis,
bahwasannya seorang pendidik diwajibkan untuk memiliki etika yang
baik. Karena seorang pendidik/guru mempunyai peran sebagai contoh
untuk para siswanya. Dari beberapa konsep tersebut, pada umumnya
memiliki tujuan yang sama yakni bagaimana seorang pendidik/guru bisa
memposisikan dirinya dalam memberikan contoh kepada peserta
didiknya dengan perilaku yang baik sebagaimana yang telah difirmankan
Allah dalam Al-Qur’an.
17
Ibid,.
18
Ibid,. 101.
3. Etika Pendidik/Guru Menurut Hadist
Menjadi seorang pendidik mempunyai kewajiban untuk menciptakan
suasana dalam proses pembelajaran yang dapat menggerakkan peserta
didik untuk berprilaku serta beradab sesuai dengan moral-moral, tata susila
dan sopan santun yang berlaku dalam masyarakat. Dalam menjalankan
tugasnya pendidik harus memiliki etika yang baik kepada peserta
didiknya. Oleh karena itu, dalam kajian ini akan menguraikan beberapa
etika seorang pendidik yang harus dimiliki dalam melaksanakan tugasnya
berdasarkan hadist-hadist Rasalullah SAW yakni: Ikhlas, Taqwa, Berilmu,
Memiliki ketabahan, Menyadari tanggung jawab, Adil, Memudahkan tidak
mempersulit, Lemah lembut.
1. Ikhlas
Artinya:
19
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
perbuatan lahiriyah dan perbuatan batiniyah. Perbuatan lahiriyah
yaitu perbuatan yang dikerjakan oleh anggota jasmani, misalnya
mengerjakan shalat, zakat. Sedangkan perbuatan batiniyah adalah
perbuatan yang dikerjakan oleh hati, misalnya mempercayai adanya
Allah, bersabar dan lain-lain.20
النسائ
ً فٌما رواه ابو داود و-وقال سلوت هلَل و سالمه علٌه
" وابت ًغ وجه,"ان هلَل عزوجل الٌقبل من العمل اال ماكن له خلصا:
Artinya:
2. Taqwa
20
Tatta Herawaty, “ETIKA GURU DALAM PERSPEKTIF HADIS”, Jurnal Forum
Paedagogik,Vol.05 No.01 (Januari),201.
21
Hadis Riwayat Abu Daud dan Annasai
ُالرحْ َم ِن ُمعَا ِذ ب ِْن َجبَ ٍل َر ِض َي هللا َ بن ُجنَا َدةَ َوأَ ِبي
َّ ع ْب ِد ِ ب ِ ع َْن أَ ِب ْي ذَ ٍر ُج ْن ُد
ِ َّ (ات:َس َّل َم َقال
، َق هللاَ َح ْيث ُ َما ُك ْنت َ ع َل ْي ِه َو
َ ُص َّلى هللا
َ ِسو ِل هللاُ ع ْن ُه َما ع َْن َر َ
س ٍن) َر َواهُ التِ ْر ِمذِي ٍ ُاس ِب ُخل
َ ق َح ِ َو َخا ِل،سنَةَ تَ ْم ُح َها
َ َّق الن َ س ِيئَةَ ال َح
َّ َوأَتْ ِب ِع ال
Artinya:
“Diriwayatkan dari Abu Dzar Jundub bin Junadah Al-Ghifari dan
Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal Al-Anshari bahwasannya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Bertakwalah
kepada Allah dimanapun engkau berada dan ikutilah keburukan
dengan kebaikan niscaya kebaikan akan menghapuskan keburukan
sebelumnya dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang
baik.” (HR. Tirmidzi)22
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa kita diperintahkan
untuk bertaqwa dimanapun berada dalam kondisi apapun, baik
ditempat tersembunyi maupun dihadapan orang banyak,baik
urusan rahasia maupun secara terang-terangan. Karena hal ini
merupakan tuntutan daripada ikhlas. Berlaku untuk setiap orang
yang memiliki kewajiban mendidik, maka hendaklah ia bertaqwa
kepada Allah, baik ia sedang bersama muridnya, maupun sedang
tidak bersama mereka.
Dalam hadis lain juga dijelaskan:
ً فان اول فتنة بن, فاتقوا الدنٌا و تقوا النساء,فٌنظر كٌف تعملون
ف النساء(رواه مسلم
ً اسرائل كانت
Artinya:
“Dari Abi Said Al-Hudri meridoi Allah daripadanya, dari Nabi Saw
beliau bersabda, sesungguhnya dunia ini manis dan hijau,
sesungguhnya Allah menjadikan kamu halifah padanya, lalu ia
akan melihat bagaimana kamu berbuat, takwalah kamu urusan
22
Hadis Riwayat Tirmidzi
dunia dan takwalah kamu urusan perempuan. Sesungguhnya
pertama ujian yang menimpa bani Israil adalah perempuan.”
Hadis tersebut, menjelaskan untuk tetap bertaqwa dalam
menghadapi pengaruh dunia. Karena menghadapi pengaruh
kehidupan dunia karena kehidupan dunia ini banyak daya tarik dan
pengaruh yang menipu dan menjerumuskannya maka kewajiban
seorang guru dan pendidik harus berhati-hati dalam mejanlankan
amanah dalam mendidik dan membimbing anak didiknya.
3. Berilmu
َ ُس َّه َل هللاُ لَه
"ط ِريقًا إِلَى ا ْل َجنَّ ِة َ س فِي ِه ِع ْل ًما َ َسلَك
ُ ط ِريقًا يَ ْلتَ ِم َ " َم ْن
Artinya:
"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan memudahkan jalan baginya menuju surga." (HR. Muslim)23
Hadis ini menunjukkan bahwa pendidik yang mencari ilmu
pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan
pembelajaran akan memperoleh kemudahan dalam mencapai
surga. Dalam konteks pendidikan, seorang pendidik yang memiliki
pengetahuan yang luas akan dapat memberikan pengajaran yang
lebih berkualitas dan efektif. Oleh karena itu, sebagai pendidik,
kita harus terus belajar dan mengembangkan diri agar dapat
memberikan pengajaran yang terbaik bagi siswa-siswa kita.
4. Memiliki ketabahan
"ُب ِم ْنه
ْ " َم ْن يُ ِر ِد هللاُ ِب ِه َخي ًْرا يُ ِص
Artinya:
"Barangsiapa yang dikehendaki Allah untuk diberikan kebaikan,
maka Dia akan menguji kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim)24
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap orang yang dikehendaki
Allah untuk diberikan kebaikan, maka Allah akan memberikan
23
Hadis Riwayat Muslim
24
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
ujian kepadanya. Seorang pendidik yang ingin memberikan
pengajaran yang terbaik bagi siswa-siswanya harus memiliki
ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian dan
tantangan.
Dalam konteks pendidikan, seorang pendidik akan diuji
dengan berbagai tantangan, mulai dari siswa-siswa yang sulit
diatur hingga kurikulum yang terus berkembang. Oleh karena itu,
sebagai pendidik, kita harus memiliki ketabahan dan kesabaran
dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut agar dapat
memberikan pengajaran yang terbaik bagi siswa-siswa kita.
5. Menyadari tanggung jawab
""يَس ُِروا َوْلَ تُعَس ُِروا َوبَش ُِروا َوْلَ تُنَ ِف ُروا
Artinya:
26
Hadis Riwayat Muslim
"Permudahlah dan jangan mempersulit. Memberikan kabar
gembira dan jangan menakut-nakuti." (HR. Bukhari)
27
Hadis Riwayat Muslim
Hadis ini menekankan pentingnya seorang pendidik untuk
bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang dalam memberikan
pengajaran kepada siswa-siswa. Seorang pendidik harus memiliki
sikap yang ramah, sabar, dan penuh empati terhadap siswa-siswa,
sehingga siswa-siswa merasa nyaman dan terbuka untuk belajar.
Dalam konteks pendidikan, seorang pendidik harus dapat
merespon dan menghargai perasaan serta kebutuhan siswa-siswa,
sehingga dapat membantu siswa-siswa dalam belajar. Seorang
pendidik harus bersikap lemah lembut dalam memberikan kritik,
sehingga siswa-siswa tidak merasa terlalu tertekan dan dapat
menerima kritik tersebut dengan baik. Dengan bersikap lemah
lembut, seorang pendidik dapat membantu siswa-siswa untuk
tumbuh dan berkembang secara positif, baik dalam hal akademis
maupun sosial-emotional.
28
Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang Guru dan Dosen, hal. 4.
Sa’adah Fitriani, “PROFESIONALISME GURU DALAM ALQURAN KAJIAN SURAH
29
30
Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, tt), h. 314.
31
M.Ma’ruf, “KONSEP KOMPETENSI GURU PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Kajian Tafsir Surat
Al-Qalam Ayat 1-4)” Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3 No. 01 (2017),15.
32
Fitriani, “PROFESIONALISME GURU DALAM ALQURAN KAJIAN SURAH ABASA”.,37
33
Zakki Fuad, Materi Ilmu Pendidikan Islam (Surabaya:FTK UINSA ,2020),254.
34
https://www.silabus.web.id/kualifikasi-pendidikan-guru/. diakses pada 18 Maret 2023
pendidikan, serta sertifikasi atau lisensi yang diperlukan untuk mengajar di
suatu wilayah atau negara.
Oleh karena itu,penulis setuju dengan adanya kompetensi dan
kualifikasi pendidik ini, Dengan adanya kompetensi dan kualifikasi
pendidik yang memadai, diharapkan pendidik dapat memberikan
pembelajaran yang berkualitas dan mampu mengembangkan potensi
peserta didik. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan kualitas
pendidikan secara keseluruhan, sehingga menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia kerja.
2. Kompetensi dan Kualifikasi Menurut Al-Qur’an
Kompetensi dan kualifikasi juga dijelaskan dalam Al-Qur’an. Berikut
beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kompetensi serta
kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Diantaranya yaitu:
Dalam Q.S. Al-Baqarah/2:269
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يُّؤْ تِى ا ْل ِح ْك َمةَ َم ْن يَّش َٰۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّؤْ تَ ا ْل ِح ْك َمةَ فَقَ ْد ا ُ ْوتِ َي َخي ًْرا َكثِي ًْرا ۗ َو َما يَذَّك َُّر ا َّ ِْْٓل اُولُوا
ِ ْاْلَ ْلبَا
ب
Terjemahannya:
“Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.
Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan
yang banyak. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali
ululalbab.”35
Ayat ini dapat dihubungkan dengan kompetensi dan kualifikasi
pendidik karena dalam konteks pendidikan, hikmah merujuk pada
pengetahuan, pengalaman, dan kebijaksanaan. Seorang pendidik yang
berkualitas harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai,
serta mampu mengambil keputusan yang bijak dalam memberikan
pengajaran kepada murid-muridnya. Allah swt. berfirman bahwa hikmah
35
al-Qur’an,2:269
diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, yang artinya bahwa hikmah
adalah karunia dari Allah swt. dan diberikan kepada siapa yang dipilih-
Nya. Oleh karena itu, seorang pendidik yang baik harus mempunyai
kualifikasi dan kemampuan yang memadai dalam bidang pendidikan agar
dapat mengajarkan pengetahuan dengan baik kepada murid-muridnya.
Ayat ini juga menekankan bahwa hanya orang yang mempunyai akal
yang dapat mengambil pelajaran. Seorang pendidik yang berkualitas harus
memiliki akal yang sehat dan mampu menerapkan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki dengan bijak dalam memberikan pengajaran
kepada murid-muridnya.
Maka dalam konteks ini, Surat Al-Baqarah ayat 269 dapat
dihubungkan dengan kompetensi dan kualifikasi pendidik yang
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang memadai serta
kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijak dan tepat dalam
memberikan pengajaran kepada murid-muridnya.
Adapun dalam Q.S Al-Qalam/68:04 juga menjelaskan bahwa
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وْل يخونها حتى يردها، فليقمها إلى من ائتمنه، وأمانة من رسوله،من كانت له أمانة من هللا
إلى موضعها
Artinya:
“Barang siapa yang diberi amanah oleh Allah dan amanah oleh Rasul-Nya,
maka hendaklah ia menyampaikannya kepada orang yang dipercayakan
kepadanya, dan janganlah dia mengkhianatinya sampai dia kembalikan
pada tempatnya”(HR.Bukhari dan Muslim)37
Hadis ini menekankan pentingnya amanah dalam mengemban tugas
sebagai seorang pendidik. Seorang pendidik harus memegang teguh
amanah yang diberikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya untuk memberikan
pendidikan yang bermutu kepada anak didiknya. Dalam konteks
kompetensi dan kualifikasi pendidik, hadis ini menunjukkan bahwa
seorang pendidik harus memiliki integritas yang tinggi dan mampu
memegang amanah yang diberikan kepadanya dengan baik. Seorang
37
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
pendidik yang kompeten harus dapat menghormati kepercayaan yang
diberikan kepadanya dan tidak mengecewakan harapan orang tua dan
masyarakat yang mempercayakan anak-anak mereka untuk dibimbing.
Selain itu, hadis ini juga menunjukkan bahwa seorang pendidik harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang pendidik yang kompeten harus
memahami materi yang diajarkan, mampu menyampaikan informasi
secara jelas, dan mampu mengembangkan metode pembelajaran yang
efektif.
Dalam kesimpulannya, hadis ini menegaskan bahwa seorang pendidik
harus memiliki kompetensi dan kualifikasi yang memadai, serta
memegang teguh amanah yang diberikan kepadanya. Seorang pendidik
yang memiliki integritas yang tinggi, pengetahuan yang memadai, dan
kemampuan untuk memberikan pendidikan yang bermutu akan mampu
membimbing anak didiknya dengan baik dan membawa manfaat bagi
masyarakat.
Dalam Hadis lain yakni,
""خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Artinya:
“Sebaik-baik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)38
Hadis ini menegaskan bahwa seorang pendidik yang paling baik
adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang Al-Quran dan mampu
mengajarkannya dengan baik kepada orang lain. Dalam konteks
kualifikasi, hadis ini menunjukkan bahwa seorang pendidik harus
memiliki pengetahuan yang memadai tentang Al-Quran dan ajaran Islam
secara umum. Selain itu, hadis ini juga menunjukkan bahwa seorang
pendidik harus mampu mentransfer pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya kepada orang lain. Dalam konteks kompetensi, seorang
38
Ibid.,
pendidik harus mampu mengembangkan strategi pengajaran yang efektif
dan memberikan pendidikan yang bermutu kepada para siswanya.
Dalam hadis lain, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda:
Artinya: “Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, Dia akan
memahamkannya dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)39
Hadis ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang agama dan ajaran
Islam adalah suatu yang penting dan harus dimiliki oleh seorang pendidik.
Seorang pendidik yang memahami ajaran Islam dan mampu mengajarkan
nilai-nilai keagamaan kepada para siswanya dapat membantu memperkuat
nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat.
Dalam kesimpulannya, hadis-hadis tersebut menegaskan bahwa
seorang pendidik harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang Al-
Quran, ajaran Islam, dan nilai-nilai keagamaan. Selain itu, seorang
pendidik juga harus mampu mengembangkan strategi pengajaran yang
efektif dan memberikan pendidikan yang bermutu kepada para siswanya.
Dengan demikian, seorang pendidik yang kompeten dan memiliki
kualifikasi yang memadai dapat memberikan manfaat besar bagi
masyarakat dan umat manusia secara umum.
39
Ibid,.
cahaya kemuliaan.40 Untuk memperkuat argumennya, Al-Ghazali
mengutip ayat Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 18:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ٰۤ
س ِۗط َ ْْٓل ا ِٰلهَ اِ َّْل ه َُو
ْ ّٰللاُ اَنَّ ٗه َ ْْٓل ا ِٰلهَ ا َِّْل ه َۙ َُو َوا ْل َم ٰل ِٕىكَةُ َواُولُوا ا ْل ِع ْل ِم قَ ٰۤا ِٕى ًم ٌۢا بِا ْل ِقّٰ ش َِه َد
ا ْلعَ ِزي ُْز ا ْل َح ِك ْي ُم
Terjemahannya:
“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, (Allah) yang
menegakkan keadilan. (Demikian pula) para malaikat dan orang
berilmu. Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
Dengan mengutip ayat di atas, Al-Ghazali hendak meneguhkan
bahwa Allah sendiri bersaksi dengan diriNya sendiri bersama para
malaikat dan orang-orang yang memiliki ilmu: bahwa Allah itu Maha
Adil. Allah sendiri mendaulat diri-Nya dengan ilmu. Al-Ghazali juga
menggunakan hadis untuk memperkuat argumennya,yaitu:
“Sebaik-baiknya pemberian dan hadiah adalah kata-kata berhikmah,
engkau dengar dan engkau simpan baik-baik kemudian engkau
bawakan kepada saudaramu muslim engkau ajari dia perbuatan yang
demikian, menyamai ibadah setahun” (HR Ath Thabrani, No 1242).
Dari beberapa kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Al-
Ghazali memprasyaratkan ilmu sebagai pondasi awal bagi seorang
pendidik. Untuk menjadi seorang pendidik yang ideal, prasyarat yang
paling awal yakni penguasaan terhadap bidang keilmuan, sehingga apa
yang akan diajarkan kepada peserta didik, bisa dipertanggung
jawabkan dan mampu menghadirkan kemanfaatan untuk peserta didik.
b. Aspek Keterampilan
Kualifikasi yang kedua yakni keterampilan. Menurut etimologi,
keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap dalam
40
Abdussyukur, “KUALIFIKASI PENDIDIK IDEAL PERSPEKTIF AL-GHAZALI”, Jurnal
Inteligensia, Vol.5, No. 2 (September 2018),173.
menyelesaikan tugas: mampu dan cekatan. Kemudian mendapat
imbuhan “ke-an” menjadi keterampilan yang berarti kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Keterampilan, dengan demikian, adalah
kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara
jasmaniah (menulis, berbicara dan sebagainya) dan dapat juga berarti
rohaniah (membedakan, menganalisis dan sebagainya).41
Pernyataan Al-Ghazali yang menunjukkan keterampilan sebagai
kualifikasi pendidik ideal dapat dibaca dari ungkapannya bahwa:
“Kepada murid yang ‘kurang cerdas’, sudah selayaknya seorang guru
menyampaikan sesuatu yang jelas dan layak baginya, menyesuaikan
murid itu menurut kadar pemahamannya, dan ia tidak menyampaikan
kepadanya sesuatu yang tidak terjangkau oleh akalnya.” (Al-Ghazali,
2003: 179)
Dari ungkapan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang
pendidik harus memiliki beberapa skill diantaranya:
1) Memahami tingkat kemampuan siswa
2) Menyampaikan dengan jelas sehingga mudah dipahami
3) Menyampaikan sesuai kebutuhan siswa.
Untuk memeperkuat pendapatnya, Al-Ghazali juga mengutip
hadis, bahwa “Kami para Nabi disuruh menempatkan masing-masing
orang pada tempatnya dan berbicara pada mereka menurut tingkat
pemikirannya”. (HR. Abu Daud, No 310). 42
Dari beberapa kutipan
diatas, jelas bahwa Al-Ghazali menekankan pendidik untuk terampil
dalam menyampaikan materi, baik keterampilan itu berupa
penyampaian berdasarkan kemampuan daya tangkap siswa maupun
memilih konten materi itu sendiri. Oleh karenanya, seorang pendidik
harus mengetahui karakter masing-masing siswa, sehingga pendidik
dapat menggunakan strategi atau metode untuk mempermudah dalam
memberikan pemahaman kepada peserta didik.
41
Ibid,. 174
42
Ibid,.175.
c. Aspek Sikap dan Keteladanan
Selain Aspek keilmuan dan keterampilan, kualifikasi pendidik juga
harus memenuhi aspek sikap dan keteladanan. Salah satu sikap dan
keteladanan yang harus dimiliki seorang pendidik ialah kasih sayang
utuh terhadap peserta didiknya. Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Al-
Ghazali menuliskan:
”Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak
kandungnya sendiri. Seperti hadits Rasulullah: “sesungguhnya aku
bagi kalian adalah bagaikan bapak terhdap anaknya.” Dengan tujuan
menyelamtkan mereka dari api akhirat, bahkan ini lebih penting
ketimbang penyelamatan kedua orang tua terhadap anaknya dari api
dunia. Oleh karena itu, hak guru lebih besar dari hak kedua orang tua.
Karena orang tua adalah sebab keberadaan sekarang dan kehidupan
yang fana sedangkan guru adalah sebab kehidupan yang abadi.
Seorang guru akan berhasil melaksanakan tugasnya apabila
mempunyai rasa tanggung jawab dan kasih saying terhadap muridnya
sebagaimana orang tua terhadap anaknya sendiri.” (Al-Ghazali, tth.:
55)
Sikap dan keteladanan yang kedua yakni Ikhlas. Al-Ghazali
mendeskripsikan terma ikhlas ini dengan kesadaran yang tulus bahwa
mendidik itu tidak dalam rangka mencari upah, balasan dan terima
kasih dengan mengajar. Tetapi benar-benar mengajar dan mendidik
karena Allah dan mencari kedekatan diri kepada-Nya.43 Tentang sikap
ikhlas ini, Al-Ghazali (hlm. 56) memiliki menyebutkan:
“Seorang pendidik selayaknya meneladani Rasulullah saw dengan
tidak meminta upah mengajar, tidak bertujuan mencari imbalan atau
ucapan terima kasih, tetapi mengajar semata-mata karena Allah dan
taqarrub kepada-Nya. Juga tidak merasa berjasa atas para murid,
sekalipun jasa itu mereka rasakan, tetapi memandang mereka juga
memiliki jasa karena mereka telah mengkondisikan hati mereka untuk
43
Ibid,.176
mendekatkan dirikepada Allah dengan menanamkan ilmu kedalamnya.
Seperti orang yang meminjami tanah ladang untuk anda tanami, maka
hasil manfaat yang Anda peroleh dari tanah itu juga menambah
kebaikan pemilik tanah. Bagaimana anda menghitung jasa dan
pahalamu dalam mengajar itu lebih besar ketimbang pahala murid
disisi Allah? Kalau bukan karena murid, guru tidak akan mendapatkan
pahala ini. Oleh karena itu, janganlah Anda memina upah kecuali dari
Allah ta’ala. ”
Sikap selanjutnya yakni selalu menasehati. Menurut Al-Ghazali,
seorang pendidik harus peduli dan betul perhatian sama anak didiknya,
sehingga ia tidak lupa untuk menyisipkan nasehat yang baik dan
bermanfaat. Salah satu nasehat itu adalah ketelitian seorang guru untuk
melarang anak didiknya melompat dari satu pelajaran yang belum
dikuasainya menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Begitu pula seorang
guru harus mengingatkan muridnya agar dalam tujuannya dalam
menuntut ilmu bukan untuk kebanggaan diri atau mencari keuntungan
pribadi, melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Artinya,
seorang guru harus arif dan bijak dalam menyampaikan ilmu kepada
anak didiknya dan selalu menjadi jalan pembuka bagi kemudahan-
kemudahnnya.44 Dalam kitabnya Minhajul ‘Abidin (tth.: hlm. 8), Al-
Ghazali menyebutkan: “Guru adalah pembuka jalan, dan melalui guru
akan menjadi mudah.” Maka dari itu, seorang guru harus menjadi
pribadi yang memudahkan anak didiknya mencapai tujuan pendidikan.
d. Aspek Etika
Dari beberapa aspek yang telah dijelaskan diatas, aspek yang
terpenting dan menjadi komponen utama dari kualifikasi pendidik
yakni aspek etika. Al-Ghazali dalam (Zainuddin, 1991: 102)
mendefinisikan etika atau akhlak sebagai sifat dan perilaku yang
konstan dan meresap dalam jiwa, yang darinya tumbuh perbuatan-
perbuatan yang wajar dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan
44
Ibid,.177
pertimbangan . Dari pengertian tersebut, akhlak menurut Al-Ghazali
harus mencakup dua syarat, yakni:
a. Perbuatan itu harus konstan. Artinya, harus dilakukan berulang kali
dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan.
b. Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan sendirinya,
sebagai wujud reflektif dari jiwa tanpa pertimbangan dan
pemikiran – seperti tekanan-tekanan, pengaruh, ajakan, dan
sebagainya.
Oleh karena itu, penulis menyimpulkan terdapat beberapa aspek yang
menjadi pilar kualifikasi pendidik ideal, yaitu:
1. Keilmuan yang mumpuni: Seorang pendidik harus memiliki keilmuan
yang memadai dan terus diasah agar dapat memberikan pendidikan yang
berkualitas kepada siswa.
2. Keterampilan yang diasah secara istiqamah: Selain keilmuan, seorang
pendidik juga harus terampil dalam mengajar, memotivasi siswa, dan
mengelola kelas agar siswa dapat belajar secara optimal.
3. Sikap keteladanan: Pendidik harus menjadi contoh yang baik bagi siswa
dengan menunjukkan sikap yang baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai
moral dan etika.
4. Etika: Etika adalah nilai inti yang harus menjadi identitas paling
determinan dari diri seorang pendidik. Etika yang baik akan membantu
pendidik untuk menjadi suri tauladan yang baik bagi siswa dan
masyarakat.
Dengan memiliki aspek-aspek di atas, seorang pendidik dapat
menjadi lebih terampil dan berkualitas dalam memberikan pendidikan
yang baik bagi siswa. Selain itu, pendidik juga dapat menjadi panutan dan
teladan yang baik bagi siswa dan masyarakat.
Daftar Pustaka