Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah titipan dari Allah SWT., yang wajib diberikan

Pendidikan atau diajarkan ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Wajib bagi

setiap orang tua memberikan bekal ilmu kepada anaknya sejak usia dini,

karena suatu saat anak-anak akan menjadi dewasa dan hidup mandiri.

Setiap orang tua tentunya harus memiliki kesabaran yang sangat besar,

kasih dan cinta yang sangat tulus terhadap anaknya. Setiap orang tua tidak

diperbolehkan berperilaku kasar terhadap anaknya. Karena dikhawatirkan

akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti halnya kenakalan remaja.

Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau

hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa

anak-anak ke dewasa. Maka dari itu, pendidikan adalah faktor penting

terhadap eksistensi peradaban. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pendidikan

merupakan hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan. Melalui pendidikan yang

benar, maka kemajuan suatu bangsa dapat tercapai.

Di sisi lain, anak adalah generasi penerus umat. Apalah gunanya bila kita

hendak membangun masyarakat tanpa memperdulikan Pendidikan anak. Di

dalam islam, pentingnya Pendidikan terhadap anak mendapatkan porsi yang

besar. Hanya saja, muncul permasalahan bahwa mayoritas masyarakat belum

begitu memahami perihal adanya skala prioritas dalam Pendidikan anak di

dalam islam. Kebanyakan orang tua dan pendidik baru mempriorotaskan

1
Pendidikan yang bersifat duniawi. Padahal selain itu ada hal yang lebih

penting.

Allah telah berfirman:

ۤ
ُ ‫دَا ٌد اَّل يَع‬, ‫ ةٌ ِغاَل ظٌ ِش‬,‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰل ِٕى َك‬
َ‫وْ ن‬, ‫ْص‬

َ‫هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-

malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa

yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.” (QS. At-Tahrim {66}: 6)

Para orang tua dan pendidik harus memperhatikan pendidikan akhlak

pada anak-anak, sehingga akan terbentuklah generasi Rabbaniyah yang

memberikan pencerahan dan kesejukan ditengah masyarakat. Mendidik

dengan kebiasaan dan pendisiplinan merupakan faktor pendukung

pendidikan yang paling baik dan efektif.

Maka, kita sangat membutuhkan para pendidik yang melaksanakan

tugas mereka dengan sebaik-baiknya, memberikan perhatian yang sangat

penuh terhadap Pendidikan islam, tekun dan sabar, demi melihat anak-anak

nya di masa depan menjadi para da’i pengemban risalah islam, para

reformis kebaikan, dan pejuang-pejuang jihad. Sudah bisa dipastikan bahwa

pendisiplinan anak sejak kecil adalah faktor yang memberikan hasil yang

terbaik. Dalam kesempatan kali ini penulis Menyusun makalah tentang

Pentingnya Mengajarkan Akhlak Kepada Anak Sejak Usia Dini.

2
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan menjadi

pokok dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian akhlak?

2. Bagaimana cara mengajarkan akhlak kepada anak sejak usia dini?

3. Mengapa orang tua berperan penting dalam mengajarkan akhlak kepada

anak sejak usia dini?

4. Apa manfaat mengajarkan akhlak kepada anak sejak usia dini?

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian akhlak

2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengajarkan akhlak kepada anak

sejak usia dini

3. Untuk mengetahui alasan mengapa orang tua berperan penting dalam

mengajarkan akhlak kepada anak sejak usia dini

4. Untuk mengetahui manfaat mengajarkan akhlak kepada anak sejak usia

dini

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Berdasarkan ketentuan penyusunan makalah di Pondok Pesantren Al

Hasan Ciamis, maka sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari tiga

bab, dengan muatan masing-masing bab terdiri dari:

Bab I Pendahuluan : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, sistematika penulisan.

3
Bab II Pembahasan : Pengertian akhlak, cara mengajarkan akhlak kepada

anak sejak usia dini, alasan mengapa orang tua

berperan penting dalam mengajarkan akhlak kepada

anak sejak usia dini, manfaat mengajarkan akhlak

kepada anak sejak usia dini.

Bab III Penutup : Kesimpulan dan saran-saran

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah

laku, tabiat atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki

seseorang, telah melakat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang

tersebut. Akhlak yang baik akan terbentuk di dalam diri anak Ketika kita

mengajarkan atau mendidik anak dengan hal-hal kecil yang baik atau dengan

kebiasaan pendidik yang baik.

"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan

(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu

mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat." (QS. Shad: 46).

Rasulullah Saw. memerintahkan para pendidik untuk menginstruksikan

sholat kepada anak-anak mereka saat mereka berusia 7 tahun. Sebagaimana

yang diriwayatkan oleh Al- Hakim dan Abu Dawud, dari Abdullah bin ‘Amr

bin Al- ‘Ash r.a bahwa Beliau bersabda:

‫ َوفَرِّ قُوْ ا بَ ْينَهُ ْم فِي‬، َ‫ َواضْ ِربُوْ هُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم َأ ْبنَا ُء َع ْش ِر ِسنِ ْين‬، َ‫صاَل ِة َوهُ ْم َأ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِ ْين‬
َّ ‫ُمرُوْ ا َأوْ اَل َد ُك ْم بِال‬

َ ‫ْال َم‬
‫ضا ِج ِع‬

“Perintahlah anak-anak kalian sholat saat mereka berusia 7 tahun dan

pukullah mereka (Ketika meninggalkannya) pada saat berusia 10 tahun,

serta pisahkanlah tempat tidur mereka.”

Selain itu, Rasulullah Saw memerintahkan para pendidik untuk

menginstruksikan kepada anak-anak mereka untuk saling mencintai nabinya,

5
keluarganya, para sahabatnya, dan membaca Al-Qur’an. Sebagaimana yang

diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Ali r.a bahwa beliau bersabda:

“Didiklah anak-anak kalian dengan 3 perkara: mencintai nabi kalian,

mencintai keluarganya, dan membaca al-qur’an.”

Untuk memahami pengertian akhlak secara menyeluruh ada dua cara

yang perlu ditempuh. Pertama dilihat dari segi Bahasa (etimologi) dan kedua

dilihat dari segi istilah (terminology). Dilihat dari segi Bahasa, kata akhlak

berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia.

Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’ kata khuluqun yang

mengandung arti:

1. Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa

dikehendaki (tanpa kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).

2. Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui

latihan yakni berdasarkan keinginan.

3. Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang

diupayakan sehingga menjadi adat kebiasaan.

Secara singkat kata akhlak yang berarti kesopanan dan agama (budi

pekerti). Terdapat pula kata akhlakul karimah yang memiliki arti perbuatan

mulia lagi terpuji yang diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan, dan

perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam.

Akhlak yaitu tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja,

diawali dari proses latihan yang menjadi kebiasaan, bersumber dari

dorongan jiwa untuk melakukan perbuatan dengan mudah, tanpa melalui

6
proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Untuk lebih jelasnya, ada

perbedaan tentang akhlak dan ilmu akhlak.

Akhlak adalah yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang

dilakukan dengan sengaja yang muncul dari dorongan jiwa secara spontan.

Ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari dan memberi petunjuk bagaimana

berbuat kebaikan dan menghindar dari keburukan, sesuai dengan tuntunan

syariat islam. Akhlak menggunakan penentuan baik atau buruk perbuatan

manusia dengan tolak ukur ajaran Al Qur’an, sebagaimana firman Allah:


‫اَ ْهل ْالك ٰتب قَ ْد ج ۤاء ُكم رسُوْ لُنَا يُبيِّنُ لَ ُكم َكث ْيرًا مما ُك ْنتُم تُ ْخفُوْ نَ منَ ْالك ٰتب وي ْعفُوْ ا ع َْن َكثيْرەۗ قَ ْد ج ۤاء ُكم منَ هّٰللا‬
ِ ِّ ْ َ َ ٍ ِ ََ ِ ِ ِ ْ َّ ِّ ِ ْ َ َ ْ َ َ ِ ِ َ

‫نُوْ ٌر َّو ِك ٰتبٌ ُّمبِي ۙ ٌْن‬

“Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu,

menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan,

dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu

cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.” (Qs Al-maidah: ayat 15)

Secara garis besar maka, pada dasarnya akhlak itu terbagi menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Akhlak Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah)

Akhlak terpuji disebut juga dengan akhlakulkarimah atau mahmudah yaitu

sikap dan tingkah laku yang mulia atau terpuji terhadap Allah, sesama

manusia dan lingkungannya. Sifat terpuji sangatmemberikan jaminan

keselamatan terhadap kehidupan manusia, dalam hubungan dengan Allah,

kehidupan pribadi, bermasyarakat dan negara. Ada beberapa sifat-sifat yang

dapat dimasukan dalam kelompok akhlak mulia, yaitu:

 Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Allah:

7
Akhlak mulia terhadap Allah diartikan sebagai tingkah laku manusia sebagai

makhluk ciptaan-Nya yang pada prinsip nya manusia beriman dan berakhlak

mengakui terhadap ke Esaan Allah, yang telah menciptakan manusia menjadi

makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini. Sebagaimana firman-Nya:

‫هّٰللا‬
َ‫ار َوااْل َ ْفـِٕ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
َ ‫ص‬َ ‫َو ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْيـ ًۙٔا َّو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َوااْل َ ْب‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keaadaan tidak

mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan,

dan hati Nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. An-nahl (16): ayat 78).

Ikhlas, bertaubat, sabar, bersyukur, bertawakal dan bersikap takut akan

siksaan Allah SWT. juga merupakan akhlak terpuji terhadap Allah.

2. Akhlak Tercela (Al-Akhlaqul Madzmumah)

Yaitu sikap dan tingkah laku yang buruk terhadap Allah, sesame manusia

dan makhluk lain serta lingkungan. Agar setiap muslim menghindari sifat tercela

karena ini sangat merusak kehidupan manusia, baik dalam kehidupan pribadi,

keluarga, bermasyarakat maupun kehidupan bernegara.

Contoh akhlak yang tercela terhadap Allah adalah musyrik, musyrik

merupakan mempersekutukan, meminta / memohon selain kepada Allah dengan

makhluk-Nya. Seperti menyembah berhala pun termasuk dalam hati yang

musyrik. Karena ini bertentangan dengan ajaran tauhid.

‫َظ ْي ٌم‬ َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهّٰلل ِ ۗاِ َّن ال ِّشر‬


ِ ‫ك لَظُ ْل ٌم ع‬ َّ َ‫َواِ ْذ قَا َل لُ ْقمٰ نُ اِل ْبنِ ٖه َوه َُو يَ ِعظُهٗ ٰيبُن‬

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi

pelajaran kepadanya ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar.” (QS. Lukman: ayat 13).

8
Mudah marah dan mengumpat juga merupakan perilaku tercela, para pelaku

akhlak buruk ini seringkali terjadi karena kurangnya pengetahuan atau

Pendidikan moral untuk membedakan mana yang baik dan juga buruk. Oleh

sebab itu, sangat penting bagi kita menanamkan nilai-nilai baik pada orang

sekitar kita terutama kepada anak-anak usia dini.

B. Cara Mengajarkan Akhlak Kepada Anak Sejak Usia Dini

Seperti yang telah kita ketahui bahwa hati kedua orang tua sebenarnya secara

fitrah mencintai anak dan akan tumbuh perasaan- perasaan kejiwaan dan cinta

kasih seorang ayah untuk menjaganya, menyayanginya, merindukannya, dan

memperhatikan urusannya. Kuatnya kasih sayang yang Allah masukan ke dalam

hati orang tua kepada anak-anaknya. Tujuan dari yang demikian agar

menjadikan dorongan untuk mendidik, menjaga, dan mengawasi segala urusan

anak. Allah berfirman:

‫اس‬ َ ِ‫ق هّٰللا ِ ٰۗذل‬


ِ َّ‫ك ال ِّديْنُ ْالقَيِّ ۙ ُم َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
ۗ
ِ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِد ْي َل لِ َخ ْل‬
‫فَاَقم وجْ هكَ لل ِّد ْين حن ْيفً ۗا ف ْ هّٰللا‬
َ َّ‫ط َرتَ ِ الَّتِ ْي فَطَ َر الن‬ ِ ِ َ ِ ِ َ َ ِْ

َ‫اَل يَ ْعلَ ُموْ ۙن‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai)

fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.

Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS. Ar-Rum {30}: 30)

Anak adalah anugerah dari tuhan yang harus di jaga dan di didik dengan

sebaik-baiknya, karena anak diibaratkan bahwa anak itu suatu nikmat yang

agung yang harus disyukuri.

“… Dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami

jadikan kelompok yang lebih besar.” (QS. Al-Isra’ [17]: 6)

9
Jadi apa saja dan bagaimana cara mendidik atau mengajarkan akhlak kepada

anak sejak usia dini? Menurut Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan, semua itu berpusat

pada lima perkara ini:

1. Mendidik Dengan Keteladanan

Keteladanan dalam Pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil

dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya.

Hal ini dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak

dan contoh yang baik dimata mereka. Anak akan mengikuti tingkah laku

pendidiknya, meniru akhlaknya, baik disadari atau tidak. Bahkan, semua bentuk

perkataan maupun perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan menjadi

bagian dari persepsinya, diketahui ataupun tidak.

Dari sini keteladanan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada baik

buruknya anak. Jika pendidik adalah seorang yang jujur dan terpercaya, maka

anak pun akan tumbuh dalam kejujuran dan sikap amanah. Namun, jika pendidik

adalah seorang yang pendusta dan khianat maka anak juga akan tumbuh dalam

kebiasaan dusta dan tidak bisa dipercaya.

Orang tua tidak hanya cukup memberi teladan yang baik saja kepada anak,

namun mereka pun berkewajiban membuat anak terikat dengan sang pemilik

teladan yang baik Rasulullah Saw. yaitu, dengan mengajarkan kisah-kisah

peperangan Beliau, sirahnya yang agung, akhlak nya yang mulia, sebagai

pengamalan sabda Rasulullah Saw, yang artinya:

“Ajarkanlah kepada anak-anak kalian tiga perkara (di antaranya): mencintai

Nabi kalian dan mencintai sanak saudaranya.” (HR. Ath-Thabrani)

10
Sa’ad bin Abi Waqqash RA berkata, “kami biasa mengajarkan anak-anak

kami kisah-kisah peperangan Rasulullah Saw seperti juga kami mengajarkan

mereka surat Al-Qur’an.” Agar terpatri pada diri anak sifat-sifat mulia dan

kesempurnaan, dan tumbuh dalam keberanian dan sikap berkorban. Sehingga

Ketika ia sudah dewasa, ia tidak mengenal pemimpin, teladan, dan patunutan yang

baik melainkan Muhammad Saw.

Perkataan ‘Abdullah bin Mas’ud r.a yang mengatakan, “Jika ingin meniru,

tirulah para sahabat Rasulullah Saw.” karena, mereka orang yang paling baik

hatinya dari kalangan umat ini, yang paling dalam ilmunya, yang paling sedikit

memberatkan diri, yang paling lurus mendapatkan hidayah, dan paling baik

keadaanya. Allah telah memilih merekauntuk menemani dan menyertai Nabi-Nya

dan menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, ikutilah jejak-jejak

mereka, karena mereka berada pada petunjuk yang lurus.

Orang tua juga harus menyiapkan untuk anaknya sekolah yang baik, teman-

teman yang baik, dan kelompok yang baik agar anaknya mendapatkan Pendidikan

keimanan, akhlak, fisik, mental, dan intelektual yang baik. Sebab tidak masuk

akal jika anak berada di lingkungan yang baik, akidahnya menyimpang,

akhlaknya buruk, mentalnya sulit, fisikmya lemah, dan pengetahuannya tertinggal.

Adapun yang terjadi pastilah sebaliknya, dalam linkungan yang baik, anak akan

mencapai puncak kesempurnaan dari segi akidah, akhlak, kekuatan fisik, dan

kematangan pikirannya.

Hendaklah para orang tua dan pendidik semua mengetahui bahwa mendidik

dengan keteladanan yang baik adalah cara yang paling efektif untuk meluruskan

penyimpangan anak. Bahkan ini adalah asas untuk meningkatkan akhlak yang

11
baik dan etika sosial. Tanpa ada keteladanan ini, Pendidikan apapun tidak berguna

bagi anak dan nasihat apapun tidak berpengaruh untuknya.

2. Mendidik dengan Kebiasaan

Dari sini, tibalah saatnya pembiasaan, dan pendisiplinan mengambil perannya

dalam pertumbuhan anak dan menguatkan tauhid yang murni, akhlak yang mulia,

jiwa yang agung, dan etika syariat yang lurus. Sudah tidak diperselisihkan lagi

bahwa Ketika anak memiliki dua faktor ini: faktor Pendidikan islam yang luhur

dan faktor lingkungan yang kondusif, sudah bisa dipastikan anak tersebut akan

tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki akhlak islam, serta mencapai puncak

keagungan jiwa dan pribadi yang mulia.

“Setiap bayi dilahirkan dalam keaadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah

yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)

Dapat dipahami dari hadits ini bahwa jika anak memiliki kedua orang tua

muslim yang shalih, pasti keduanya akan selalu mengajarkan prinsip-prinsip iman

dan islam sehingga anak tumbuh dengan akidah keimanan dan keislaman yang

kuat. Inilah yang dimaksud dengan faktor lingkungan yang kondusif.

“Seseorang itu tergantung kepada agama temannya. Maka perhatikanlah oleh

salah seorang dari kalian dengan siapa seseorang itu berteman.” (HR. At-

Tirmidzi).

Dapat dipahami dari hadits bahwa teman itu akan meniru tabiat temannya. Jika

temannya itu seorang yang shalih dan bertakwa, maka akan didapatkan darinya

keshalihan dan ketakwaanya. Inilah yang dimaksud dengan faktor lingkungan

yang kondusif, baik itu disekolah maupun lingkungan rumah. Sudah bisa

dipastikan bahwa lingkungan yang baik memiliki pengaruh yang sangat besar

12
dalam Pendidikan seorang muslim untuk membentuk keshalihan dan

ketakwaanya, dan pembentukan pribadinya yang beriman, berakidah, dan

berakhlak mulia.

Al-Jahizh meriwayatkan bahwa ketika ‘Uqbah bin Abu Sufyan menyerahkan

anaknya kepada seorang guru, ia berkata, “Sebelum engkau membuat anakku

menjadi shalih, shalihkanlah dirimu dulu. Karena mata anak-anak ini terikat

dengan matamu. Maka kebaikan menurut mereka adalah apa yang menurut

engkau anggap baik, dan yang jelek menurut mereka adalah apa yang engkau

anggap jelek. Ajarkanlah mereka sejarah orang-orang bijak, akhlak orang-orang

yang terpelajar, ancamlah mereka dengan amarahku didiklah mereka untuk

menghormatiku. Jadilah engkau seperti dokter bagi mereka yang tidak segera

memberi obat sampai tahu penyakitnya. Janganlah engkau bersandar kepada maaf

dariku, karena aku telah bersandar kepada kecakapanmu.”

Berikut ini pesan Ibnu Sina tentang mendidik anak, “Hendaklah ditempat

belajar, anak ditemani anak yang baik akhlaknya dan disenangi kebiasaanya.

Sebab, anak itu lebih mudah menerima (pengaruh) dari anak yang lain, ia

mengambil (kebiasaan) dari temannya dan mudah menurut kepadanya.”

Ketika kemampuan anak dan fitrahnya dalam menerima instruksi dan

pembiasaan lebih besar dibandingkan usia atau fase lainnya, maka pendidik, baik

itu orang tua maupun guru harus mengonsentrasikan untuk memberi instruksi

kebaikan kepada anak dan membiasakannya sejak ia mulai memahami kehidupan.

Imam Al-Ghazali pernah menyebutkan, “Anak adalah amanah bagi orang tuanya.

Hatinya yang suci adalah substansi yang berharga. Jika ia dibiasakan dengan

kebaikan, ia akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagia di dunia dan akhirat.”

13
Contoh untuk para pendidik tentang memberikan instruksi kepada anak kecil

dan membiasakan mereka dengan prinsip-prinsip kebaikan agar mereka memiliki

pemahaman yang benar. Sisi praktisnya untuk instruksi ini adalah membiasakan

anak untuk mengimani dan meyakini dengan kedalaman hati dan perasaannya

bahwa tidak ada pencipta dan tidak ada Tuhan yang hak selain Allah. Dan itu

dengan cara memperlihatkan tanda-tanda pencipta yang dilihat oleh anak, seperti

adanya bunga, langit, tanah, laut, manusia, dan makhluk-makhluk lainnya agar

anak mengambil kesimpulan secara akalnya tentang adanya Allah. Sang maha

pencipta.

Dengan demikian, hakikat kebenaran yang dicapai oleh pendidik bersama

anaknya adalah bahwa alam semesta ini dipenuhi dengan segala benda yang ada

yang bisa ditangkap oleh pendengaran dan penglihatan. Semua benda itu tidak

mungkin ada dengan sendirinya, karena semua itu adalah benda mati dan tidak

memiliki akal, kuasa, pengetahuan, dan kehendak. Jika begitu sudah bisa

dipastikan bahwa ada pencipta yang mengadakan semua benda tersebut. Dialah

Allah SAW.

Rasulullah Saw memerintahkan para pendidik untuk menginstruksikan kepada

anak-anak mereka hukum-hukum tentang halal dan haram. Sebagaimana yang

diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Al-Mundzir dari Ibnu Abbas ra bahwa

beliau bersabda: “Perintahlah anak-anak kalian untuk melaksanakan perintah-

perintah dan menjauhi larangan-larangan, karena itu pencegah untuk mereka dan

kalian dari api neraka”. Ini adalah dari segi teoritisnya.

Sedangkan dari sisi praktisnya, yaitu melatih anak untuk melakukan perintah-

perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Jika pendidik mendapati

14
anak melakukan kemungkaran atau berbuat dosa, ia harus memperingatinya.

Katakana kepadanya, “Ini adalah perbuatan mungkar dan hukumnya haram.”

Jika pendidik mendapati anak-anak nya melakukan kebaikan, ia harus

menyemangatinya dan mengatakan kepadanya, “Ini adalah perbuatan baik dan

halal.” Dengan demikian anak akan memperhatikan dan mengikuti sampai

kebaikan menjadi kebiasaan dan akhlaknya. Inilah yang dimaksud dengan

instruksi dan pembiasaan, atau bisa juga disebut dua sisi: sisi teoritis dan sisi

praktis dalam membentuk dan mendidik anak agar menjadi seseorang yang

berakidah kuat rajin beramal, dan siap berjihad.

3. Mendidik dengan Nasihat

Satu lagi metode pendidikan yang efektif dalam membentuk keimanan anak,

akhlak, mental, dan sosialnya, adalah metode mendidik dengan nasihat. Hal ini

disebabkan, nasihat memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti

tentang hakikat sesuatu dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip islam.

Ketika diperlihatkan kepadanya kebenaran dengan menggunakan kalimat yang

mempengaruhi perasaan, nasihat yang mengandung petunjuk, dan peringatan yang

tulus, tentu akan langsung diterima dan diikuti tanpa ragu, sehingga petunjuk

Allah yang terkandung didalamnya pun langsung tersampaikan. Ini untuk orang

dewasa, lalu bagaimana dengan anak kecil yang masih dalam fitrahnya yang

belum terkotori oleh kotoran jahiliyah?

Tentu sudah pasti ia akan lebih mudah terpengaruh oleh nasihat dan lebih cepat

menerima peringatan. Maka dari itu, para pendidik haruslah memahami masalah

ini dan menggunakan manhaj Al-Qur’an dalam memberikan nasihat dan

bimbingan dalam proses mempersiapkan anak-anak mereka (sebelum mencapai

15
usia remaja) keimananya, akhlak, serta membentuk mental dan sosialnya. Jika

mereka menginginkan kebaikan, kesempurnaan, kematangan akhlak, akal, dan

emosinya untuk anak-anak mereka.

Menurut hasil penelitian Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan, cara Al-Qur’an dalam

menyampaikan nasihat menggunakan beberapa gaya Bahasa, diantaranya:

a. Seruan persuasif yang disertai pengambilan hati dan pengingkaran

Gaya Bahasa ini memiliki sugesti yang kuat terhadap perasaan dan hati. Seruan

pengingkaran atau pengambilan hati ini sangat jelas tampak pada saat Al-Qur’an

mengajak bicara hati manusia dan akalnya dengan perbedaan karakter, jenis dan

tingkat sosial mereka, melalui lisan para nabi.

b. Gaya bahasa kisah yang disertai pelajaran dan nasihat

Gaya bahasa ini memiliki pengaruh terhadap jiwa, kesan terhadap pikiran, dan

argument yang logis. Al-Qur’an menggunaka gaya bahasa ini pada banyak ayat,

terutama dalam mengisahkan para Rasul dan kaumnya. Allah telah

menganugerahkan kepada Rasul-Nya dengan mengisahkan kepadanya kisah-kisah

terbaik, menurunkan kepadanya pembicaraan terbaik agar menjadi tanda dan

pelajaran bagi manusia, serta menguatkan tekad dan keteguhan hati beliau.

c. Pengarahan Al-Qur’an yang mengandung pesan dan nasihat

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengandung pesan-pesan dan

teks-teks yang disertai nasihat untuk memberikan arahan kepada pembaca. Arahan

tersebut perihal perkara-perkara yang bermanfaat untuk dirinya dalam urusan

agama, dunia, dan akhiratnya. Selain untuk membentuk rohani, akal, dan

jasadnya, juga untuk mempersiapkan dirinya agar menjadi pejuang dakwah dan

jihad.

16
Al-Qur’an memiliki pengaruh yang kuat terhadap ruh dan hati. Maka dari itu,

ketika seorang muslim mendengarkan ayat-ayat Allah yang sedang dibacakan, hati

nya menjadi khusyuk, jiwanya terpaku pada ayat yang didengarnya, dan ruh nya

tergerak dengan alunan ayat itu. Sehingga melalui bacaan ayat-ayat itu ia

terdorong untuk melaksanakan nasihat-nasihat yang terkandung didalamnya,

melakukan pesan-pesannya, menjalankan perintah-perintahnya, dan menjauhi

larangan-larangannya.

Rasulullah Saw telah memberi perhatian yang besar terhadap penyampaian

nasihat dan mengarahkan para pendidik dan da’i untuk menyampaikan nasihat.

Selain itu, Beliau juga mengajak setiap muslimdalam kehidupannya masing-

masing untuk menjadi da’i kepada Allah dimana pun mereka berada.

Metode yang digunakan Rasulullah Saw sebagai guru utama dan pertama kita

adalah metode yang terbaik dalm menyampaikan nasihat. Berikut metode yang

digunakan beliau:

a. Metode Berkisah

Para pendidik juga boleh melakukan nasihat dengan metode ini sebagaimana yang

dilakukan oleh Rasulullah, orang tua bisa menceritakan tentang kisah para Nabi,

kisah para Sahabat-Nya. Kemudian mengambil hikmah, pelajaran, atau nasihat

yang bisa diambil dari kisah tersebut kepada anak.

b. Metode dialog dan bertanya (yang menuntut jawaban)?

Yaitu dengan cara memberikan pertanyaan untuk memancing perhatian dan

menstimulus kecerdasannya. Hal ini sekaligus untuk menggiring mereka

menemukan nasihat-nasihat yang baik dengan perasaan puas.

17
c. Memulai penyampaian nasihat dengan sumpah atas nama Allah

Hal itu dilakukan untuk menekankan pada diri pendengar tentang pentingnya

perkara yang disumpahi itu, agar dilakukan oleh pendengar atau untuk dijauhi.

d. Menyisipkan canda dalam penyampaian nasihat

Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa bosan dan menghibur

jiwa.

e. Mengatur pemberian nasihat untuk menghindari rasa bosan

Jabir bin Samurah r.a berkata, “Aku melakukan shalat bersama Nabi Saw, maka

shalat beliau itu pertengahan (tidak terlalu panjang ataupun pendek).” (HR.

Muslim). Beberapa Riwayat juga mengisahkan bahwa Nabi Saw, jika berkhotbah

tidak terlalu pendek juga tidak terlalu panjang. Beliau juga mengatur jarak

(jadwal) pemberian nasihat karena takut membuat bosan.

f. Menyampaikan nasihat dengan memberi contoh

Nabi Saw memberi contoh untuk menjelaskan nasihat yang sedang di

sampaikannya. Contoh yang bersifat konkret yang dapat dilihat dan diraba, agar

nasihat tersebut lebih berpengaruh ke dalam jiwa dan lebih melekat didalam

ingatan.

4. Mendidik dengan Perhatian atau Pengawasan

Maksud dari pendidikan dengan perhatian adalah mengikuti perkembangan anak

dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, akhlak, mental, dan sosialnya.

Begitu juga dengan terus mengecek keaadaanya dalam pendidikan fisik dan

intelektualnya.

“Kembalilah kepada keluarga kalian, ajarkanlah mereka dan perintahkanlah

mereka, dan shalatlah seperti kalian melihat aku shalat. Lalu apabila waktu shalat

18
telah datang, maka kumandangkanlah adzan oleh salah seorang dari kalian dan

hendaklah orang yang paling tua dari kalian yang menjadi imam kalian.” (HR. Al-

Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).

Bukankah semua mengandung arti seorang pendidik harus memperhatikan dan

mengawasi anaknya? Sehingga ketika anak melalaikan kewajibannya, pendidik

langsung menegurnya. Jika anak terlihat melakukan dosa, pendidik langsung

melarangnya.

Semua sepakat bahwa perhatian dan pengawasan pada diri pendidik merupakan

asas pendidikan yang paling utama. Mengapa? Karena dengan cara seperti itu anak

selalu berada dibawah pantauan pendidik, mulai dari gerak-geriknya, perkataan,

perbuatan, sampai dengan orientasi dan kecenderungannya. Jika pendidik melihat

anak melakukan kebaikan, ia harus langsung memuliakan dan mendukungnya. Jika

pendidik melihat anak melakukan kejelekan, pendidik harus langsung melarang dan

memperingatkannya serta menjelaskan akibat buruk dari perbuatan jelek tersebut.

Tapi sebaliknya, jika pendidik lalai atau pura-pura tidak tahu keadaan anak, maka

sudah bisa dipastikan anak akan mengarah kepada penyimpangan yang akhirnya

dapat membuatnya hancur.

Guru pertama kita, Rasulullah Saw telah memberikan teladan kepada kita,

umatnya, dalam perhatian beliau terhadap para sahabatnya. Beliau senantiasa

menanyakan keaadaan mereka, mengawasi perilaku mereka, memberi peringatan

ketika mereka lalai, mendukungnya ketika mereka beruat kebaikan, mengasihi

mereka yang miskin, mendidik mereka yang masih kecil, dan mengajari yang bodoh

di antara mereka. Pendidik juga bisa melakukan hal yang sama seperti yang

dilakukan oleh Rasulullah Saw.

19
Diantara bentuk perhatian terhadap anak dalam aspek akhlak, yang harus

dilakukan oleh pendidik atau orang tua adalah:

 Pendidik memperhatikan kejujuran anak.

Jika ia mendapati anak melakukan kebohongan dalam perkataan dan janjinya,

bermain kata-kata, serta menampakan sifat pembohong dan munafik di

masyarakat, maka pendidik harus segera mengambil Tindakan ketika anak

pertama kali berbohong. Tunjukan kepadanya kebenaran yang seharusnya dan

jelaskan secara rinci konsekuensi dari berbohong dan nifak.

 Pendidik memperhatikan sikap amanah pada diri anak.

Jika ia mendapati anak mencuri (walaupun hal yang kecil), seperti uang receh

saudaranya atau barang temannya, pendidik harus langsung memperbaikinya.

Paham kan kepada anak bahwa itu adalah haram, karena mengambil barang orang

yang bukan haknya. Selain itu, ia pun harus menanamkan pada diri anak selalu

merasa diawasi Allah dan takut kepada-Nya agar anak berubah akhlaknya menjadi

baik.

 Memperhatikan anak dalam menjaga lisannya.

Jika didapati anak mencela dan mengatakan kata-kata kotor, pendidik dengan

bijak harus langsung memperbaikinya dan mengenali sebab yang membuat seperti

itu, untuk memutusnya dengan anak. Kemudian terangkan pada anak tentang

sifat-sifat dan akhlak yang baik dengan cara yang menarik perhatiannya, agar ia

menyenangi akhlak-akhlak terpuji. Salah satu Langkah yang harus dilakukan

pendidik dan menjadi perhatiannya agar anak terjaga lisannya adalah menjauhkan

anak dari teman-teman yang tidak baik.

20
 Memperhatikan kehendak anak.

Artinya, jika ditemukan anak ikut-ikutan menikmati dan mendengarkan music dan

lagu-lagu yang vulgar, laki-laki berdandan seperti perempuan, berbaur dengan

perempuan yang bukan mahram nya, menonton adegan-adegan yang tidak

senonoh di televisi atau bioskop, dan sebagainya, maka pendidik harus segera

memperbaikinya dengan nasihat yang baik. Sesekali disertai ancaman dan

penyemangat, dan dilain waktu disertai hukuman.

Sungguh bijak dan penuh perhatiannya seorang ayah yang masuk ke kamar

anaknya dengan tiba-tiba untuk melihat apa yang sedang ia pelajari, apa yang

sedang ditulisnya, dan apa yang sedang dibaca nya. Karena, mungkin saja

anaknya sedang melihat hal-hal jelek yang tidak diinginkan. Sungguh bijak nya

seorang ayah yang ingin memastikan putrinya pergi ke sekolah dan pulang ke

rumah, karena mungkin saja putrinya pergi ketempat yang tidak semestinya. Atau

barangkali pergi dengan laki-laki yang memiliki niat tidak baik terhadapnya.

Dari sini terlihat bahwa perhatian dan pengawasan merupakan cara terbaik

untuk mengungkap keadaan sebenarnya yang mungkin disembunyikan anak.

Selain itu juga memberikan gambaran yang sebenarnya tentang akhlak anak dan

perilakunya sehari-hari.

Setelah ini semua, pendidik dapat memperbaiki penyimpangan yang terjadi

pada diri anak dengan cara yang baik dan efektif, disamping sesuai dengan

masalah yang ada. Sehingga pada akhirnya pendidik pasti dapat memberikan

solusi pendidikan yang tepat, baik untuk anak, dan menyelamatkannya dari

kesalahan.

21
5. Mendidik dengan Hukuman

Ketika Allah menetapkan hukuman bagi para hamba-Nya, maka Dialah yang

paling mengetahui denga napa yang ditetapkan-Nya itu. Seandainya menurut Allah

hukuman itu tidak dapat mewujudkan keamanan dan kestabilan bagi individu dan

masyarakat. Pasti Allah tidak akan mensyariatkan hukum had bagi mereka. Dia juga

tidak akan menetapkan hukuman yang keras dalam syariat-Nya. Maka dari itu,

hukuman itu sebenarnya adalah solusi yang manjur untuk membersihkan masyarakat

dari Tindakan kriminal para perusak, pengkhianat, dan orang-orang yang dzalim.

Anak-anak memiliki kecerdasan dan respons yang berbeda-beda, sebagaimana

berbedanya watak antara satu pribadi dengan pribadi yang lain. Diantara anak-anak

ada yang cukup dengan pandangan masam untuk menegur kesalahannya. Ada juga

yang perlu ditegur dengan kata-kata. Dan terkadang pendidik harus menggunakan

pukulan untuk memberi hukuman pada anak, ketika nasihat dan teguran sudah tidak

mempan.

Para ahli pendidikan islam (seperti Ibnu Sina, Al-‘Abdari, dan Ibnu

Khaldun)berpendapat bahwa pendidik tidak boleh memberi hukuman, kecuali dalam

keadaan terpaksa. Ia juga tidak boleh menghukum dengan pukulan, kecuali setelah

sebelumnya memberi ancaman, untuk memberikan pengaruh yang diinginkan dalam

memperbaiki kesalahan anak dan membentuk akhlak dan mentalnya.

Ibnu Khaldun menerangkan dalam muqaddimahnya bahwa kekerasan pada anak

akan membuatnya menjadi lemah dan penakut, serta lari dari kesulitan hidup. Ia

mengatakan siapa saja yang di didik dengan keras dan paksaan, baik dari kalangan

pelajar, budak, maupun pelayan, akan membuatnya merasa sempit, hilang

semangatnya, menjadi malas, dan terdorong untuk berbohong. Hal ini disebabkan ia

22
takut terkena hukuman. Dampaknya, kecenderungan itu menjadi kebiasaan dan

akhlaknya, serta merusak sifat kemanusiaan kepada dirinya.

Rasulullah Saw telah meletakan cara-cara yang jelas ciri-cirinya untuk mengatasi

penyimpangan anak,mendidiknya, meluruskan kesalahannya, dan membentuk akhlak

serta mentalnya. Sehingga pendidik hanya tinggal mencontohnya saja dan memilih

mana cara yang paling utama untuk mendidik dan mengatasi masalah anak. Pendidik

juga harus berhasil dalam mendidik anak, memperbaiki kesalahannya, dan

menjadikannya manusia yang beriman dan bertaqwa. Berikut ini cara-cara yang

digunakan Rasulullah :

1. Menunjukan kesalahan dengan mengarahkannya

2. Menunjukan kesalahan dengan lemah lembut

3. Menunjukan kesalahan dengan isyarat

4. Menunjukan kesalahan dengan menegur

5. Menunujukan kesalahan dengan menjauhinya

6. Menunjukan kesalahan dengan memukul

7. Menunjukan kesalahan dengan hukuman yang dapat menyadarkan

Berikut ini syarat-syarat hukuman pukulan:

a. Hukuman pukulan tidak diberikan, kecuali pendidik sudah melakukan cara-cara

pendisiplinan yang lain, yang telah dijelaskan sebelumnya.

b. Pendidik tidak memukul dalam keadaan marah, karena dikhawatirkan dapat

membahayakan pada anak.

c. Saat memukul, hindari tempat-tempat yang vital, seperti kepala, wajah, dada, dan

perut. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

“janganlah memukul wajah.” (HR. Abu Dawud)

23
Adapun larangan memukul dada atau perut, karena dapat mengakibatkan

kerusakan yang parah pada tubuh yang dapat mengakibatkan kematian. Larangan

tersebut masuk pada keumuman sabda Rasulullah Saw:

“Jangan merugikan dan dirugikan.”

Dari cara-cara dan metode yang telah digariskan Rasulullah Saw, pendidik

dapat memilih cara yang sesuai untuk mendidik anak dan memperbaiki

kesalahannya. Mungkin sewaktu-waktu cukup dengan nasihat, pandangan yang

tajam, kelemah lembutan, isyarat, atau juga kata-kata teguran.

Jika pendidik melihat bahwa anak setelah diberi hukuman membaik, maka

pendidik harus mengubah sikapnya menjadi baik, lemah lembut, dan penuh

senyum. Pendidik harus menunjukan bahwa hukuman tersebut diberikan dengan

tujuan demi kebaikan sendiri di dunia dan diakhirat.

C. Peran Penting Orang Tua Dalam Mengajarkan Akhlak Kepada Anak Sejak

Usia Dini

Apakah orang tua sangat berperan penting terhadap pendidikan akhlak anak?

Tentu saja orang tua adalah tokoh utama dalam pendidikan setiap anak. Karena

ketika anak mendapatkan kedua orang tua dan gurunya memberi contoh yang baik

dalam segala hal, maka anak pun secara tidak langsung merekam prinsip-prinsip

kebaikan yang diajarkan dan terpatri pada dirinya akhlak yang mulia. Ketika orang

tua menghendaki anaknya sedikit demi sedikit memiliki akhlak jujur, amanah, kasih

sayang, dan menjauhi yang batil, maka mereka harus memberikan teladan terlebih

dahulu dalam melakukan kebaikan dan menjauhi kejelekan, menghias diri dengan

akhlak terpuji dan membersihkan diri dari akhlak yang buruk. Juga memberikan

teladan dalam mengikuti kebenaran dan menjauhi kebatilan.

24
Anak yang melihat orang tua nya berbohong, tidak mungkin akan belajar

kejujuran. Sebagaimana juga anak yang melihat orang tua nya menipu, tidak

mungkin akan belajar amanah. Anak yang melihat orang tua nya melalaikan akhlak

mulia, tidak mungkin dapat belajar akhlak yang mulia. Dan anak yang mendengar

dari orang tuanya kata-kata kotor dan celaan, tidak mungkin dapat belajar bicara

yang baik.

Tidak mungkin anak belajar menahan emosi, jika ia melihat orang tuanya selalu

marah-marah dan emosional. Seperti halnya tidak mungkin juga anak belajar kasih

sayang, jika ia melihat orang tuanya bersikap keras. Demikianlah anak tumbuh dalam

kebaikan, terdidik dalam akhlak terpuji, jika ia mendapatkan teladan dari kedua

orang tuanya. Sebaliknya, anak lambat laun akan menyimpang dari kebaikan dan

biasa berbuat dosa, jika sering melihat orang tuanya memberi contoh perbuatan dosa.

Sungguh ‘kiamat besar’ jika anak yang paling besar justru menyimpang

akhlaknya. Apalagi ketika dilihat oleh adik-adiknya bahwa sang kakak dalam

keadaan seperti itu, sudah bisa dipastikan anak-anak yang lebih kecil akan

terpengaruh olehnya. Mereka akan meniru dan mengikutinya. Oleh karena itu, orang

tua haruslah mengonsentrasikan perhatian mereka terhadap anak yang paling besar,

baru kemudian adik-adiknya. Hal ini bertujuan agar sang kakak menjadi teladan yang

baik bagi adik-adiknya.

Selain itu orang tua juga wajib memerintahkan kepada anaknya untuk beribadah

saat umurnya tujuh tahun. sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Abu

Dawud dari hadits Ibnu Amru bin Al-Ash r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Perintahlah anak-anak kamu melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun, dan

25
disaat mereka telah berusia sepuluh tahun pukullah mereka jika tidak

melaksanakannya, dan pisahkanlah tempat tidurnya”.

Diqiyaskan sebagaimana perintah shalat, hendaknya juga mebiasakan anak

melakukan puasa jika dirasa anak telah mampu, dan haji jika orang tuanya mampu.

Tetapi sebelum orang tua memerintahkan hal yang diatas, sebaiknya orang tua

mengerjakan nya terlebih dahulu, untuk memberikan contoh yang baik kepada

anak.

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak

kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-

apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf [61]: 2-3).

D. Manfaat Mengajarkan Akhlak Kepada Anak Sejak Usia Dini

Ketika anak mendapatkan ajaran akhlak yang baik, maka tentu saja anak akan

memiliki perilaku yang baik. Anak akan berakhlak dengan akhlak-akhlak orang

pilihan. Anak yang sejak kecilnya terdidik dengan akidah yang kuat dengan

perasaan selalu diawasi Allah, terbentuk keimanannya yang kuat dan rasa takut

yang besar kepada Allah SWT. Maka ancaman duniawi dan ukhrawi sudah cukup

untuk membuatnya takut dalam diri, perilaku dan muamalahnya. Sehingga

membuat akhlaknya menjadi baik dan shalih.

Maka jika pendidik mendidik keimanan anak dan membentuk anak untuk

memiliki rasa selalu diawasi Allah dan takut kepada-Nya, maka ancaman Al-

Qur’an dan hadist Nabi saw memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

perbaikan anak dan mampu menahan anak dari perkara-perkara yang diharamkan

Allah. Sehingga anak tumbuh dalam keistiqamahan dan terdidik dengan akhlak

yang luhur.

26
 Manfaat mendidik anak dengan keteladanan

Anak dapat memperoleh sifat-sifat yang baik dan akhlak yang terpuji. Tanpa itu,

tidak mungkin anak dapat terdidik dan terpengaruh dengan nasihat.

 Manfaat mendidik dengan kebiasaan

Anak dapat memperoleh hasil pendidikan dengan hasil yang sangat baik. Karena

pendidikan tersebut bertumpu pada perhatian dan pengawasan, penyemangatan,

dan ancaman, serta bertitik tolak pada pengarahan dan bimbingan. Tanpa faktor

ini, pendidik seperti menulis diatas air, tanpa ada bekas dan hasil sedikit pun.

 Manfaat mendidik dengan nasihat

Anak dapat terpengaruh hanya dengan kata-kata yang penuh ketenangan, nasihat

yang membimbing, kisah yang mengandung pelajaran, dialog yang menarik, gaya

bahasa yang bijak, dan arahan yang efektif. Tanpa itu semua, pendidik tidak dapat

merai perasaan anak, mendapatkan hatinya, dan menggerakan emosinya. Selain

itu, pendidikan pun menjadi hampa dan kering serta tipis harapan untuk

memperbaikinya.

 Manfaat mendidik dengan perhatian dan pengawasan

Anak dapat menjadi shalih dan berakhlak yang berguna di tengah masyarakat dan

tubuh umat. Tanpanya, anak akan terjerumus pada kebiasaan yang buruk dan

menjadi pelaku kriminal ditengah masyarakat.

 Manfaat mendidik dengan hukuman

Anak tercegah dan tertahan dari akhlak yang buruk dan sifat tercela. Ia menjadi

perasaan yang jera untuk mengikuti syahwatnya dan melakukan hal-hal yang

haram. Tanpa itu, anak akan terus terdorong untuk berbuat hal yang keji, terjebak

dalam tindak kriminal, dan terbiasa dengan kemungkaran.

27
28
BAB III
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka hendaknya pendidik jangan sampai

melewatkan cara-cara yang efektif dalam menegur anak dan membuatnya jera

melakukan pelanggaran. Cara-cara tersebut berbeda-beda dalam menggunakannya

sesuai dengan kecerdasan, pengetahuan, sensitivitas dan watak anak.

Ada anak yang cukup hanya dengan isyarat dari jauh, namun hatinya sudah

bergetar. Ada anak yang tidak cukup kecuali harus dengan pandangan yang

menunjukan kemarahan. Ada anak yang cukup dengan hanya ancaman, ada yang

bisa hanya dengan dijauhi. Ada yang harus ditegur dengan kata-kata, dan ada juga

anak-anak yang hanya mempan dengan merasakan sakitnya pukulan di badan

mereka, agar menjadi sadar.

Islam telah mensyariatkan hukuman-hukuman tersebut dan menunjukan nya

kepada para pendidik. Disini akan tampak kehebatan pendidik dalam

menggunakannya dan memilih mana yang sesuai dengan kemaslahatan anak.

Salah besar jika orang yang mengira bahwa pendidikan islam tidak berdasar

kepada asas-asas dan sarana serta metode tersebut. Perlu diketahui, pendidikan

tersebut adalah pendidikan rabbanai seperti pendidikan para nabi. Dimana

semuanya dilingkupi dengan pertolongan Allah, selalu diperhatikan dan dididik

dengan baik. Sehingga tidak ada sedikit pun kekurangan ataupun penyimpangan.

29
B. Saran

Setiap manusia memiliki sifat dan hati yang berbeda-beda, ada yang mudah

marah, mudah tersentuh hatinya, mudah tersinggung, dan mudah menangis. Maka

dari itu penulis menyarankan untuk kenali dan pahami terlebih dahulu sifat dari

setiap anak, agar pendidik bisa tahu mana cara yang harus digunakan untuk

mendidik anak-anak nya dengan baik dan tepat. Tentunya penulis juga menyadari

bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak ada kesalahan dan jauh dari

kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan

susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan

kritik yang bisa membangun dari para pembaca. Demikian makalah ini saya susun

semoga bermanfaat bagi para pembaca.

30
DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada tanggal 6 April 2022.


Addina Zulfa Fa’izah.2020. Pengertian Akhlak Dalam Islam, Manfaat, Serta Macam-
macamnya. https://www.merdeka.com/trending/pengertian-akhlak-dalam-islam-
manfaat-serta-macam-macamnya.html.
Ahmad. Pengertian Akhlak: Pembagian, Contoh Akhlak Terpuji dan Tercela.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/
Nashih Ulwan, Abdullah 2012. Pendidikan Anak Dalam Islam. Jawa Tengah: Insan
Kamil Solo.

31
LAMPIRAN

32
BIOGRAFI PENULIS

Penulis yang bernama Hana Novia Damayanti dilahirkan

di Brebes pada tanggal 28 November 2003. Putri dari

Bapak Suwardi dan Ibu Etikah, saya merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. Saat ini penulis tinggal di

Dusun Jero tengah, Desa Bentarsari, Kecamatan Salem,

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Riwayat pendidikan dimulai dari TK Islam Al

Amanah Bentar lulusan tahun 2009, dilanjutkan ke SD Negeri 1 Bentarsari lulus

pada tahun 2016, dan dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Salem dan lulus pada tahun

2019. Setelah lulus dari SMP melanjutkan sekolah ke MAN 2 CIAMIS dan mulai

memasuki dunia pesantren di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis hingga

sekarang. Saat bersekolah di MAN 2 CIAMIS saya mengikuti organisasi

KASAMSA (Kesenian) dalam bidang vocal dan paduan suara. Dan di Ma’had ini

saya dipercaya untuk menjadi Bendahara Asrama Masa Bakti 2021/2022.

33

Anda mungkin juga menyukai