Anda di halaman 1dari 57

Penulis : Allamah Ibrahim Amini

Judul Asli : Principles of Upbringing Children

Judul Alias : Prinsip-prinsip Mengasuh Anak

Penulis : Allamah Ibrahim Amini

Penerjemah Inggris : Syed Tahir Bilgrami

Penerjemah Indonesia : Muhammad Anis Maulachela

Penyunting : Dede Azwar Nurmansyah

Penyelaras Akhir : Fira Adimulya


PRAKATA PENERBIT

Apabila kita amati ruang kehidupan kita tampak lebih didominasi oleh dunia orang dewasa.
Pada gilirannya, perhatian terhadap dunia anak harus diakui merupakan ranah yang amat
jarang disentuh. Termasuk masalah pendidikannya. Padahal dari sinilah justru jantung
peradaban sebuah bangsa bermula. Kurangnya perhatian terhadap ranah fundamental ini
niscaya berefek panjang kepada sebuah bangsa.

Penulis buku ini, Ibrahim Amini, adalah satu dari sekian ulama-penulis prolifik yang
menyadari akan fenomena ini jauh-jauh hari. Atas dasar keprihatinan itu, ia menulis karya
yang edisi Inggrisnya bertajuk Principles of Upbringing Children, yang memuat sekitar tujuh
puluh empat bahasan.

Untuk memudahkan pembaca, kami menyusun ulang struktur pembahasan buku ini demi
menjaga koherensi tema. Topik-topik yang berdekatan kami satukan sehingga pengulangan
tema tidak terjadi di sana-sini. Demikian juga, tema-tema yang koherensinya tidak pas kami
padukan dengan topik yang lebih tepat sehingga berujung pada penyusutan pembahasan, dari
tujuh puluh empat menjadi enam puluh lima topik.

Karena gaya penulisan dari sang penulis ini tidak terlalu mengikat, maka benang merah dari
seluruh topik tetap terjaga. Selain itu, kami juga melakukan pembagian bab agar stamina
keingintahuan pembaca tidak menurun. Paragraf-paragraf yang terlalu panjang kami selingi
dengan subjudul-subjudul yang relevan agar dapat memenuhi maksud penulisan sang
pengarang.

Tak semua bisa kami lakukan secara sempurna. Apa yang kurang itu dari kami, selebihnya
hanya kepada Allah-lah segala urusan.

Semoga buku ini tetap bermanfaat.

Penerbit Al-Huda
PENGANTAR PENULIS

PENGANTAR PENULIS

Terdapat perbedaan yang tegas antara pendidikan dengan pengasuhan. Pendidikan bermakna
penanaman pengetahuan, atau menanamkan isi dari sebuah kurikulum. Sedangkan mengasuh
adalah membentuk kepribadian pada jalan yang diinginkan.

Pada dasarnya masyarakat dapat ditransformasi melalui pengasuhan yang tepat terhadap
populasinya. Amatlah penting bahwa pengasuhan didasarkan pada program yang baik untuk
memastikan keberhasilannya. Pengasuhan tidak hanya menceramahi dan memperingatkan,
melainkan juga memerlukan penciptaan lingkungan yang tepat demi memperoleh hasil yang
diinginkan. Kriteria yang diperlukan bagi pengasuhan yang tepat adalah sebagai berikut:

1. Pengasuh mesti secara tepat mengenal murid yang diasuhnya. Ia mesti mengakrabkan
dirinya dengan kondisi fisik dan mental murid.

2. Pengasuh mesti mendefinisikan terlebih dahulu tujuan-tujuan pendidikan bagi anak.


Tujuan puncak dari pengasuhan mestilah untuk mencetak murid menjadi insan yang bermoral
dan berpengetahuan.

3. Program pendidikan mestilah mencakup kriteria dan kondisi-kondisi yang diinginkan


untuk memperoleh hasil terbaik. Pengasuh mesti berupaya mencapai hasil yang positif pada
periode-periode tertentu. Periode terbaik untuk memulai pengasuhan atau pendidikan
terhadap murid adalah pada masa kanak-kanak (masa kecil). Dalam kehidupan manusia,
masa kanak-kanak adalah periode yang paling mudah menerima pengaruh. Selama masa
sensitif ini, orang tua memberikan peran krusial. Namun demikian, mengasuh anak kecil
bukanlah tugas yang mudah dan sederhana. Tugas ini memerlukan pengenalan yang dalam,
pengetahuan, pengalaman, keteguhan, dan ketekunan sang pengasuh atau orang tua.
Sayangnya, mayoritas orang tua tidak memahami seni mengasuh anak. Akibatnya, mayoritas
anak tak menerima pengasuhan sebagaimana mestinya, sehingga mereka tumbuh laksana
pohon muda yang tumbuh sendiri.

Di negara-negara maju, baik di Barat maupun di Timur, pengasuhan anak memperoleh


perhatian penting. Mereka telah melakukan banyak penelitian terhadap isu ini. Banyak buku
berguna telah diterbitkan, dan mereka pun memiliki banyak pakar di bidang ini.

Namun di negara kita, perhatian terhadap isu krusial ini masih kurang. Kita memiliki sedikit
pakar di bidang ini, dan amat sedikitnya buku yang berkaitan dengan isu ini jelas tak
mencukupi. Sangat minim buku yang diterjemahkan dari bahasa lain ke dalam bahasa Persia.
[1]

Akan tetapi, buku-buku dari Barat dan Timur tersebut mempunyai dua kehampaan. Pertama,
mereka hanya membahas seputar kebutuhan fisik murid-murid, dan penekanannya hanya
pada pendidikan duniawi sekaitan dengan isu tersebut. Semua riset hanya berkisar di seputar
aspek-aspek ini, dan sama sekali tak berbicara tentang aspek spiritual dari kehidupan
manusia, serta mengabaikan segala rujukan yang membahas tentang konsep akhirat.

Di Barat, tujuan satu-satunya adalah untuk melatih fisik dan pikiran anak demi mencapai
kesenangan dan kenikmatan duniawi, agar ketika dewasa kelak mereka memiliki kondisi
hidup yang ideal.

Kalaupun buku-buku tersebut berkaitan dengan moral, maka mereka membatasinya hanya
pada tindakan moral demi memperoleh keuntungan duniawi, dan sama sekali tak
menyinggung pahala yang dapat diperoleh seseorang sekaitan dengan perbuatannya selama
menjalani kehidupan di dunia.

Kedua, problem pendidikan di Barat hanya bergantung pada solusi berdasarkan pengalaman
masa lalu dan data statistik. Tak ada kesan iman/keyakinan pada proses ini. Oleh karena itu,
buku-buku tersebut tidak bermanfaat sama sekali bagi keyakinan seorang Muslim. Di mata
seorang Muslim, manusia memiliki dua aspek penting, yaitu raga dan jiwa. Raga berkaitan
dengan kehidupan dunia, dan jiwa berkaitan dengan kehidupan akhirat.

Melihat hal ini, penulis memutuskan untuk mempelajari, meneliti, dan kemudian
menyampaikan kesimpulan bagi para pencari pengetahuan, dalam bentuk buku. Penulisan ini
menggunakan referensi dari al-Quran al-Karim, hadis, dan tulisan-tulisan sekaitan dengan isu
moral. Sementara sumber acuan dari pengalaman pribadi penulis juga sangat berharga dalam
upaya (penyusunan buku) ini. Dengan demikian, diharapkan bahwa persembahan ini dapat
bermanfaat bagi para pengasuh, yang berkecimpung dalam proses pendidikan di tengah
komunitas Muslim.

Januari, 1980

Ibrahim Amini Najafabadi

[1] Perlu diperhatikan di sini bahwa buku ini ditulis oleh Allamah Ibrahim Amini pada tahun
1980, atau di masa awal kemenangan Revolusi Islam. Karenanya, gambaran tersebut
mewakili kondisi yang diwariskan oleh rezim Syahpenerj.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, ayah dan ibu memiliki kedudukan mulia. Allah Swt,
Rasulullah saw, dan para imam maksum telah memperingatkan hal ini. Terdapat banyak ayat
yang terkait dengannya, yang mana kelakuan baik anak terhadap orang tuanya dianggap
sebagai salah satu doa terbaik.

Allah Swt berfirman, Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS.
al-Isra: 23)

Imam Ja`far Shadiq berkata, Tiga tindakan terbaik adalah melakukan lima shalat wajib di
awal waktu, berkelakuan baik kepada orang tua, dan berjihad di jalan Allah.[2]

Pertanyaannya, mengapa kedudukan mulia ini dianugerahkan kepada orang tua? Apakah
Allah memberikan kedudukan ini tanpa alasan? Perbuatan besar apa yang dilakukan orang
tua kepada anaknya, yang menjadikan mereka berhak memperoleh kedudukan tersebut?

Seorang ayah, melalui hubungan seksual, melepaskan spermanya ke rahim ibu, yang
kemudian bertemu dengan sel telur, sehingga kehidupan baru mulai terbentuk. Kemudian
setelah sembilan bulan, kehidupan baru itu datang ke dunia dalam sosok bayi mungil. Ibu lalu
menyusuinya dan memberi nutrisi lainnya. Kadang kala ia membersihkannya, dan pada saat
lain mengganti pakaiannya. Ia memperhatikannya pada saat basah maupun keringnya.
Sedangkan ayah mengurusi nafkah yang diperlukan untuk merawat anak. Apakah orang tua
memiliki tanggung jawab selain ini? Apakah hanya disebabkan aktivitas tersebut, orang tua
memperoleh anugerah kedudukan yang mulia? Apakah hanya orang tua yang memiliki hak
terhadap anak, sementara anak tidak memiliki hak terhadap mereka?

Menurut saya, tak seorang pun yang memiliki hak sepihak. Hadis maksumin dari Rasulullah
saw menegaskan hal ini, Sebagaimana ayah kalian memiliki hak atas kalian, maka anak-
anak kalian pun memiliki hak yang sama.[3]
Rasulullah saw juga bersabda, Sebagaimana anak yang tidak diakui hak kewarisannya
disebabkan kedurhakaannya, maka bisa terjadi pula orang tua tidak diakui oleh anaknya
disebabkan tak memenuhi tanggung jawab mereka.[4]

Rasulullah saw kembali bersabda, Laknat Allah atas orang tua yang menyebabkan anak-
anak mereka kehilangan hak kewarisannya.[5]

Imam Sajjad berkata, Anak-anak kalian memiliki hak atas kalian sebagaimana kalian
menilai mereka saat mereka berkelakuan baik atau buruk. Kalian yang menyebabkan
kelahiran mereka, dan dunia mengenal mereka sebagai keturunan kalian. Kewajiban kalian
untuk mengajar mereka perilaku baik serta membimbing mereka untuk mengenal dan
menaati Allah. Tindakan kalian terhadap anak-anak kalian haruslah seperti seorang yang
meyakini bahwa perbuatan baik akan beroleh pahala dan perbuatan buruk akan
mendatangkan balasan (azab).[6]

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, Sadarlah, tindakan Anda dapat menjadikan
keluarga dan sanak famili Anda bagian dari orang-orang celaka.[7]

Rasulullah saw bersabda, Siapa yang menginginkan anak-anaknya terhindar dari kehilangan
hak kewarisan, maka hendaknya ia menolong mereka untuk berperilaku baik.[8]

Rasulullah saw bersabda, Seseorang yang memiliki anak perempuan hendaknya berupaya
menanamkan perilaku baik kepadanya, dan berusaha untuk mendidiknya. Memberikan
kenyamanan kepadanya, sehingga ia dapat menghindarkannya dari api neraka.[9]

Di samping itu, Allah Swt berfirman, Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. at-Tahrim:
6)

Periode ketika anak berada dalam proses mengadopsi jalan hidupyang dapat
menjadikannya baik atau burukakan berpengaruh kepadanya kelak, apakah ia akan menjadi
manusia sempurna ataukah hewan liar. Kesalehan atau kejahatan seseorang bergantung pada
pengasuhan yang ia terima, dan ini merupakan tanggung jawab yang mesti dipikul oleh orang
tua. Pelayanan terbesar yang dapat diberikan orang tua kepada anak-anaknya adalah ketika ia
mendidik mereka untuk berperilaku baik, murah hati, bersahabat dengan manusia, berniat
baik, cinta kebebasan, berani, adil, bijaksana, saleh, mulia, setia, patuh, giat bekerja, dan
berpengetahuan.

Orang tua mesti membentuk anak-anak mereka sedemikian rupa sehingga mereka berhasil di
dunia dan akhirat. Hanya orang-orang seperti itulah yang diberkahi dengan kedudukan mulia
orang tua. Bukan mereka yang memproduksi anak kemudian membiarkannya menjaga
dirinya sendiri, dan membawanya ke jurang kejahatan.

Rasulullah saw bersabda, Hadiah terbaik yang diberikan seorang ayah kepada anaknya
adalah pendidikan akhlak dan adab.[10]

Sementara itu, ibu memiliki peran yang lebih penting dalam mengasuh anak. Bahkan dalam
masa kehamilan, kebiasaan makan dan perilakunya akan berpengaruh pada kualitas dan
perkembangan anak di kemudian hari.
Rasulullah saw bersabda, Beruntunglah seseorang yang kualitasnya telah dibentuk sejak
dalam rahim ibunya. Dan celakalah seseorang yang kejahatannya telah dibentuk sejak dalam
rahim ibunya pula.[11]

Rasulullah saw bersabda, Surga berada di bawah telapak kaki ibu.[12]

Jangan Meremehkan Pendidikan dan Pengajaran

Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak mereka
berarti telah melakukan kekeliruan. Orang tua semacam ini mesti ditanya apakah anak
mereka ingin lahir di dunia ini untuk diabaikan seperti domba dan hewan ternak. Anda telah
menjadi penyebab keberadaannya, sehingga berdasarkan kewajiban agama dan nilai-nilai
kemanusiaan, pendidikan dan pengajaran menjadi tanggung jawab Anda.

Orang tua juga turut bertanggung jawab terhadap masyarakat. Karena anak-anak hari ini akan
menjadi penduduk di kemudian hari. Masyarakat akan terbentuk oleh mereka. Apapun
pelajaran yang mereka peroleh hari ini akan mereka praktikkan di kemudian hari. Bila
pendidikan mereka hari ini sempurna, maka masyarakat di kemudian hari juga akan
sempurna. Jika generasi hari ini memperoleh pendidikan yang keliru, maka bisa dipastikan
masyarakat di kemudian hari akan menjadi buruk.

Kepribadian dalam lingkup politik, pendidikan, dan masyarakat akan muncul dari elemen-
elemen ini. Anak-anak hari ini akan menjadi orang tua di kemudian hari. Anak-anak hari ini
dapat menjadi pembaharu di masa mendatang. Jika mereka memperoleh pendidikan yang
baik dari orang tuanya, niscaya mereka akan dapat melanjutkannya terhadap anak-anak
mereka.

Jika orang tua berkehendak seperti itu, maka mereka akan menjadi pembaharu sosial di masa
mendatang. Sebaliknya, bila mengabaikan anak-anaknya, maka mereka akan menjadi
penyebab kehancuran masyarakat. Dan, dengan memberikan pendidikan yang benar kepada
anak-anak, orang tua dapat memberikan pelayanan tak ternilai kepada masyarakat.

Pendidikan tidak semestinya diremehkan, upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam
mendidik anak-anak mereka dan kesulitan-kesulitan yang mereka alami sekaitan dengan hal
ini telah menghasilkan ribuan profesor, dokter, dan insinyur. Ini adalah orang tua yang mau
berupaya mencetak manusia-manusia yang bermanfaat, guru-guru yang cakap dan saleh, serta
para profesional lainnya.

Tanggung Jawab Para Ibu

Seorang ibu pada umumnya mengemban tanggung jawab lebih besar dalam mengasuh anak.
Anak-anak umumnya menghabiskan sebagian besar waktu kanak-kanak mereka bersama ibu.
Fondasi dari arah masa depan mereka terletak di sana. Oleh karena itu, kunci dari sikap buruk
atau baik seseorang, dan kemajuan ataupun kemunduran masyarakat, terletak pada para ibu.
Kedudukan kaum wanita tidak terletak di pasar-pasar ataupun di posisi-posisi administratif.
Fungsi-fungsi ini tidak mencerminkan pentingnya seorang wanita sebagai seorang ibu. Kaum
ibu (semestinya) adalah penghasil manusia-manusia sempurna. Para menteri, pengacara, dan
profesor yang saleh berutang budi pada cinta kasih dari ibu mereka selama masa
pertumbuhan mereka.
Orang tua yang menghasilkan anak-anak yang jujur dan saleh, tidak hanya melayani anak-
anak mereka dan masyarakat, melainkan juga menciptakan wadah bagi mereka dalam
masyarakat. Anak-anak ini akan menjadi penolong bagi orang tua, saat keduanya berusia
lanjut kelak. Jika para orang tua berupaya keras untuk mendidik dan mengasuh anak-anak
mereka, maka mereka akan memperoleh hasil (yang baik) ketika menghadapi masa-masa
dalam kehidupan mereka.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, Keturunan yang buruk adalah di antara penyebab
terbesar kesulitan-kesulitan bagi orang tua.[13]

Imam Ali juga berkata, Keturunan yang buruk akan menjatuhkan kehormatan orang
tua, dan penerusnya pun akan dipermalukan.[14]

Rasulullah saw bersabda, Semoga Allah memberkahi orang tua yang mendidik anak-anak
mereka untuk berkelakuan baik terhadap mereka.[15]

Oleh karena itu, mereka yang telah menjadi orang tua memikul tanggung jawab besar
di pundak mereka; yakni, tanggung jawab kepada Allah Swt, sesama manusia, dan anak-anak
mereka.

Jika melaksanakan tanggung jawab itu secara benar, mereka akan memperoleh pahala di
dunia dan akhirat. Namun, jika gagal dalam melaksanakannya, mereka akan menjadi orang-
orang yang merugi. Mereka pun akan menjadi orang-orang yang telah bersikap curang
terhadap anak-anak mereka sendiri dan masyarakat secara luas, dan ini sama saja dengan
melakukan dosa yang tak terampunkan.

[2] Ushl al-Kf, jil.2, hal.158.


[3] Majma az-Zawid, jil.8, hal.146.
[4] Bihr al-Anwr, jil.19, hal.93.
[5] Makrim al-Akhlq, hal.518.
[6] ibid., hal.484.
[7] Ghurar al-Hikam, hal.802.
[8] Majma az-Zaw`id, jil.8, hal.158.
[9] ibid.
[10] ibid., hal.159.
[11] Bihr al-Anwr, jil.77, hal.115-133.
[12] Mustadrak al-Was`il, jil.2, hal.38.
[13] Ghurar al-Hikam, hal.189.
[14] ibid., hal. 80.
[15] Makrim al-Akhlq, hal.517.
PENGETAHUAN DAN KERJASAMA PARA PENDIDIK

PENGETAHUAN DAN KERJASAMA PARA PENDIDIK

Memahami Jiwa Anak

Pendidikan dan pengasuhan bagi seorang anak bukanlah tugas mudah yang di dalamnya
orang tua dapat melakukannya dengan sedikit atau tanpa upaya keras. Kenyataannya, tugas
ini membutuhkan penanganan dan temperamen yang lembut. Ada banyak poin yang perlu
dipertimbangkan demi mencapai keberhasilan upaya ini. Pendidik mesti mengakrabkan
dirinya dengan jiwa anak. Ia tak dapat melakukan tugasnya tanpa mengetahui aspek spiritual,
psikologis, pendidikan, dan praktik dari pekerjaan tersebut. Dunia anak menjadi dunianya,
imajinasi dan fantasi mereka akan menjadi unik baginya. Ini tak dapat disamakan dengan
proses berpikir orang dewasa.

Jiwa anak itu lembut dan sangat mudah terpengaruh. Anak-anak adalah miniatur manusia,
yang belum memiliki identitas permanen; namun memiliki kapabilitas untuk mencapai
perubahan itu. Pendidik anak mesti memiliki kemampuan untuk mengerti dan mengenali
manusia, juga mengenali pikiran anak. Ia harus memiliki mata yang tajam untuk mengetahui
keruwetan dalam proses pengasuhan ini. Ia harus mengetahui kemampuan dan kegagalan
manusia. Ia harus memiliki rasa tanggung jawab dan ketertarikan dalam pekerjaan itu. Ia
harus pula bersabar dan tegar, sehingga kesulitan-kesulitan ini tak menguasainya.

Di samping itu, peraturan pendidikan semestinya tidak kaku, sehingga dapat


diimplementasikan pada lingkungan yang berbeda. Peraturan seperti ini harus dimodifikasi
dan diaplikasikan pada setiap individu anak sesuai dengan kebutuhan fisik dan kemampuan
mentalnya. Para orang tua mesti mengamati secara cermat pertumbuhan tubuh anak, dan
mengajarkan kepadanya agar terus menjaga faktor ini dalam pikirannya.

Laki-laki dan perempuan mesti memperoleh pengetahuan yang sama seputar


pendidikan dan pelatihan sebelum menjadi orang tua. Pendidikan anak haruslah dimulai sejak
lahir dan bahkan sejak masa kehamilan. Selama periode tersebut fondasi dari sifat alami anak
dibentuk. Sifat alami, perilaku, dan proses berpikir mulai terbentuk.
Tak dapat dibenarkan apabila para orang tua tidak peduli terhadap masa yang nampak
tidak aktif ini. Mereka menunda pengasuhan janin hingga benar-benar lahir. Mereka
cenderung mengabaikan tugas ini hingga anak memiliki kemampuan untuk membedakan
antara perilaku baik dan buruk. Sementara lebih mudah untuk memperbaiki kelakuan buruk
di masa-masa awal, namun boleh jadi sulitbila tak dapat dikatakan mustahiluntuk
melakukan perbaikan semenjak kebiasaan-kebiasaan telah ditanamkan.

Imam Ali berkata, Politik yang paling sulit adalah mengubah kebiasaan orang.[16]

Kebiasaan itu melekat pada orang.[17]

Kebiasaan itu menjadi sifat alami kedua.[18]

Menghindari sebuah kebiasaan sangatlah sulit dilakukan, yang apabila dilakukan


dapat dianggap sebagai doa terbaik. Imam Ali berkata, Menaklukkan kebiasaan buruk
adalah salah satu doa terbaik.[19]

Kerja Sama Orang Tua dan Para Pendidik Lainnya

Faktor penting lainnya dalam menanamkan pelatihan yang ideal bagi anak adalah
koordinasi dan kerja sama antara orang tua dan para pendidik lainnyaseperti kakek atau
nenekdalam program pelatihan yang diikuti. Kerja sama mereka akan memberikan hasil
yang diinginkan. Namun bila salah seorang dari mereka bersikap angkuh dalam proses
pelatihan tersebut, maka hasilnya tak akan seperti yang diharapkan.

Anak-anak mesti dibuat mengerti akan tugas-tugasnya. Ketika para orang tua memberikan
perintah-perintah yang bertentangan, maka anak akan menjadi bingung. Terutama jika
mereka berkeras pada pandangan yang bertentangan, maka kemungkinan akan berakibat
negatif dalam proses pelatihan anak. Kesulitan terbesar dalam pemberian pelatihan terhadap
anak adalah ketika ayah membuat sebuah keputusan untuknya sedangkan ibu atau kakek dan
neneknya berkeras menentang. Oleh karena itu, selalu dibutuhkan saling pengertian di antara
para pendidik, sehingga anak dapat secara jelas mengerti apa yang harus ia lakukan yang
pada akhirnya gagasan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ini tidak sampai
merasuk ke dalam pikirannya.

Kadang terjadi bahwa sang ayah adalah seorang yang terpelajar dan logis, sementara
sang ibu seorang yang berperangai buruk dan tak terpelajar. Dan kadang pula sebaliknya,
yaitu sang ibu seorang pelatih yang baik, sementara sang ayah tidak.

Banyak keluarga yang menghadapi problem ini. Anak-anak dalam keluarga tersebut
tak menerima pendidikan yang layak. Namun bukan berarti mereka harus menyerah untuk
melatih anak-anak mereka secara layak.

Dalam situasi yang sulit itulah tanggung jawab menjadi lebih berat. Kebutuhan dalam
situasi sulit itu adalah memberikan lebih banyak perhatian terhadap program pendidikan
anak. Orang tua harus berupaya secara sungguh-sungguh menanggulangi kekurangan dalam
karakter dan sikap mereka, dan memberikan lebih banyak perhatian pada anak. Dengan
tindakan yang baik, orang tua dapat menarik perhatian anak dan memberikan teladan yang
baik di hadapan mereka. Tindakan orang tua dapat membantu anak untuk memutuskan apa
yang baik dan apa yang buruk bagi dirinya. Apabila sang pendidik (suami) tersebut arif,
bijaksana, dan sabar, maka ia akan dapat sedemikian rupa menghalangi akibat negatif dari
sikap buruk istrinya dalam melatih anak. Tak syak lagi, ini merupakan tugas yang sulit,
namun tak ada jalan keluar yang lain.

Seorang intelektual berkata:

Sebuah keluarga yang di dalamnya ayah dan ibu memiliki kesamaan dalam cara mengasuh
anak serta mampu mencetak karakter dan tingkah lakunya, maka pengaruhnya terhadap
pikiran anak akan ideal. Keluarga adalah masyarakat kecil di mana karakter moral anak
mengambil bentuk yang pasti. Sebuah keluarga yang para anggotanya bersikap ramah satu
sama lain, maka anak mereka pada umumnya akan memiliki sikap lembut, menghargai, dan
bijaksana. Sebaliknya, sebuah keluarga yang orang tuanya memiliki kebiasaan saling
berbantahan, maka anak mereka akan bermoral kurang baik, suka mencari perhatian, dan
gampang terpengaruh.

Pelatihan Melalui Perbuatan, Bukan Hanya Bicara

Banyak orang tua berpikir bahwa memberikan perintah secara lisan, serta memperingatkan
tentang apa yang mesti dan tidak mesti dilakukan, sudah cukup dalam pengasuhan anak.
Mereka mengira bahwa mengasuh anak adalah memperhatikan, dan mereka merasa tak
terkait dengan jalan hidup lainnya. Itulah mengapa orang tua seperti ini tidak merasa perlu
berpikir tentang pengasuhan hingga anak menjadi balita. Mereka menganggap bahwa
anaknya masih bayi dan belum dapat mengerti apa-apa tentang pengasuhan. Ketika anak itu
telah mencapai usia mengerti, maka baru terpikir oleh mereka untuk memberikan pengasuhan
kepadanya. Ini merupakan masa bagi seorang anak untuk mulai memisahkan yang baik dan
yang buruk. Namun ini adalah pemikiran yang keliru, karena pada kenyataannya, anak telah
siap memperoleh pengasuhan sejak ia dilahirkan. Ia memperoleh pelatihan setiap saat, dan
watak alamiahnya terbentuk melalui cara-cara tertentu.

Tak peduli apakah orang tua menyadari atau tidak proses ini, anak tidak akan menunggu
inisiatif keduanya. Pikiran aktif anak dan indra lainnya seperti kamera, yang akan menyimpan
imajinasi dari apa yang terjadi dalam lingkungannya. Anak di usia lima hingga enam tahun
telah memiliki karakter tertentu. Kebiasaan baik dan buruk telah melekat pada karakter
alamiahnya, dan akan menjadi tugas yang sulit untuk mengubah perilakunya itu. Anak,
apapun masalahnya, adalah peniru. Ia berusaha meniru orang tuanya atau penghuni rumah
lainnya yang terdapat di sekelilingnya. Anak memandang orang tuanya dengan rasa hormat
dan meniru gaya hidup mereka. Tindakan mereka menjadi ukuran bagi anak untuk bertindak
baik ataupun buruk. Secara alamiah anak-anak tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan
menjadikan orang tuanya sebagai teladan untuk diikuti. Anak lebih bergantung pada kelakuan
orang tua sebagai model dalam bertindak ketimbang wejangan-wejangan.

Anak perempuan mengamati ibunya dan belajar memelihara rumah. Ia pun melihat
ayahnya, sehingga bisa memahami watak seorang pria. Sementara, anak laki-laki mengambil
pelajaran hidup dari perilaku ayahnya. Dan dari perilaku ibunya, ia belajar tentang watak
seorang wanita.

Oleh karena itu, penting bagi orang-orang yang bertanggung jawab untuk membenahi
diri terlebih dahulu. Dan bila merasa memiliki kekurangan pada perilakunya, mereka harus
menghindarinya. Singkatnya, mereka terlebih dahulu harus membentuk diri mereka menjadi
manusia yang baik sebelum mulai menjadi orang tua.

Para orang tua mesti menanamkan pikiran pada anak mereka agar berkarakter
memberi kepada masyarakat. Jika mereka merasa bahwa anak-anak mereka mesti benar,
baik hati, berperikemanusiaan, pecinta kebebasan, dan bertanggung jawab; mereka juga harus
memiliki karakter-karakter seperti itu, sehingga dapat ditiru oleh anak-anaknya.

Seorang ibu berharap agar anak perempuannya memiliki rasa tanggung jawab, baik hati,
menjunjung kesetaraan dengan menghormati perasaan pasangannya; maka ia pun mesti
memenuhi atau memiliki norma-norma tersebut. Anak perempuan akan mengamati perilaku
ibunya, dan secara otomatis membentuk dirinya sama dengan ibunya. Apabila ibunya seorang
yang berwatak keras, malas, kacau, tak teratur, dan egois; maka ia tak dapat diharapkan untuk
melatih anak perempuannya hanya dengan nasihat-nasihat seputar norma-norma perilaku
yang baik.

Hanya orang-orang yang memperoleh asuhan yang baik selama masa kecilnya, yang
mampu melatih dan mengasuh anak mereka dengan benar. Mereka lebih mengerti karakter
dan psikologi anak. Orang tua yang selalu berselisih dan bertengkar bahkan dalam
permasalahan yang remeh, tidaklah berkompeten dalam mengasuh anak. Sama halnya, bila
para pendidik (atau guru) yang melakukan tugas hanya demi memperoleh gaji, bersikap tak
sabar, serta tak memiliki pengertian terhadap karakter dan psikologi anak; tak akan mampu
menempatkan anak didik mereka pada jalur yang benar.

Dr. Jalali mengatakan:

Siapapun yang memiliki tanggung jawab mengasuh anak mesti melakukan introspeksi pada
karakter dan perilaku dirinya sendiri, menyadari tanggung jawabnya, dan berupaya terus
mengoreksi kegagalannya.

Imam Ali berkata, Seseorang pemimpin mesti terlebih dahulu memperbaiki dirinya,
baru kemudian berusaha memperbaiki orang lain. Sebelum mengajarkan norma-norma
perilaku baik kepada orang lain, ia mesti melakukannya terlebih dahulu. Seorang yang
mengajar dirinya dalam memperoleh pengetahuan dan perilaku baik lebih layak dihormati
ketimbang orang yang hanya sibuk mengajarkan norma-norma perilaku baik pada orang
lain.[20]

Imam Ali juga berkata, Hormatilah orang-orang tua kalian, agar anak-anak kalian
menghormati kalian.[21]

Beliau juga berkata, Jika kalian berharap memperbaiki orang lain, maka mulailah dengan
memperbaiki diri kalian terlebih dahulu. Jika kalian hendak memperbaiki orang lain
sementara diri kalian sendiri masih kurang, maka itu merupakan cela terbesar.[22]

Beliau kembali berkata, Ketika lidah berhenti berkhotbah dan perbuatannya yang
berkhotbah untuk dirinya sendiri, maka tak ada telinga yang dapat mengabaikan khotbahnya
itu dan tak ada yang lebih efektif dari ini.[23]

Seorang wanita menulis dalam sebuah surat:

Karakter orang tuaku sangat berkesan bagiku. Mereka selalu bersikap baik pada anak-anak
mereka. Aku tak pernah menemukan kekurangan dalam kata-kata dan perbuatan mereka.
Kami juga mewarisi kebiasaan ini. Aku tak dapat melupakan karakter dan perbuatan baik
mereka. Sekarang, saat aku menjadi seorang ibu, aku berusaha keras untuk tidak melakukan
apapun yang buruk di hadapan anak-anak. Karakter orang tuaku adalah teladan dalam
hidupku. Aku mencoba membuat anak-anakku tumbuh dengan cara yang sama.

Sementara wanita lain menulis dalam sebuah suratnya:

Ketika aku membuka lembaran hidupku di masa lalu, aku teringat bahwa ibuku selalu
membantah dan marah-marah dalam masalah-masalah sepele. Sehingga sekarang ketika aku
menjadi seorang ibu, aku merasa bahwa dengan sedikit perbedaan saja kondisiku hampir
sama dengan ibuku dulu. Semua perilaku negatifnya telah menjadi bagian dari karakter
diriku. Anehnya, bagaimanapun aku mencoba memperbaiki diri, aku tak mampu
menghasilkan kemajuan yang berarti. Ini membuktikan bahwa dalam kasusku, karakter dan
perilaku orang tua telah sedemikian jauh mempengaruhi karakter anak mereka. Oleh karena
itu, benar apa yang dikatakan bahwa seorang ibu, yang mendidik anaknya dengan baik, dapat
mengubah dunia.

[16] Ghurar al-Hikm, hal.181.


[17] ibid., hal.580.
[18] ibid., hal.260.
[19] ibid., hal.176.
[20] Nahj al-Balghah.
[21] Ghurar al-Hikam, hal.546.
[22] ibid., hal.278.
[23] ibid., hal.232.
MENJAUHKAN DIRI DARI PERSELISIHAN

MENJAUHKAN DIRI DARI PERSELISIHAN

Bagi anak, rumah bagaikan sebuah sarang. Ia sangat terikat dan terhubung kepadanya.
Apabila orang tuanya bersikap ramah, ia akan betah di sarangnya. Dalam rumah seperti ini,
anak akan merasa puas dan aman. Mengasuh dalam suasana menyenangkan seperti ini
menjadikan kualitas dan kapabilitas laten anak mampu menemukan ekspresinya, dan akan
memberikan hasil yang baik.

Namun, bila orang tua selalu bertengkar, maka anak akan kehilangan ketenangan dan
kepuasan, sehingga tak merasa nyaman dan tenteram. Orang tua yang selalu berselisih dan
bertengkar pada dasarnya tak mau memahami perasaan anak mereka. Dalam situasi seperti
ini, anak menjadi ketakutan, dan dengan hati luka akan mencari sudut ruangan untuk
menyembunyikan diri dan bertanya-tanya mengapa orang tua mereka berperilaku seperti itu.
Atau, akan mencari kesempatan untuk melarikan diri dari rumah dan mencari perlindungan di
jalanan dan pasar-pasar. Kenangan terpahit seorang anak adalah ketika orang tuanya
bersitegang dan bertengkar. Anak-anak tak mampu melupakan kenangan tersebut sepanjang
hidupnya. Kejadian itu akan terus tergores dalam dirinya dan mengganggu karakternya.

Padahal sebagian anak-anak tersebut ada yang berhati lemah dan terhambat
pertumbuhan fisiknya. Mereka akan patah hati, dan menghabiskan hidupnya secara
menyedihkan. Sangat mungkin anak perempuan dari orang tua semacam ini akan memiliki
kesan bahwa semua laki-laki itu sekeras dan sekasar ayahnya. Akhirnya orang enggan
menikahi dirinya. Mungkin juga terjadi bahwa anak-laki-laki dari rumah semacam itu akan
berpikir bahwa semua wanita berperilaku seburuk ibunya, dan memutuskan untuk
membujang seumur hidup.

Dalam lingkungan seperti itu anak menjadi suka memberontak dan mulai membenci orang
tuanya; bahkan beberapa anak menjadi pendendam. Data statistik menunjukkan bahwa
banyak sekali anak-anak yang doyan keluyuran, minum minuman keras, dan bermasalah di
tengah masyarakat adalah diakibatkan suasana buruk di rumahnya.

Jika seseorang mengingat kejadian pahit di masa kecilnya, yakni saat-saat di mana
orang tuanya selalu bertengkar, ia akan merasa bahwa meskipun kejadian itu telah lama
sekali berlalu, namun kenangan tak sedap itu masih tersimpan di benaknya.

Seorang pakar menyatakan:

Orang tua mesti mengetahui bahwa ketika terjadi perselisihan atau pertengkaran di antara
mereka, hal itu akan menganggu pikiran anak. Hubungan yang ada pada orang tua akan
berpengaruh pada perkembangan anak. Jika suasana damai tak terdapat dalam rumah, maka
tak mungkin memberikan pengasuhan yang layak bagi anak. Ketika orang tua bersitegang,
mereka lalai bahwa perbuatan itu berpengaruh pada anak yang mesti mereka asuh. Dalam
situasi semacam ini, anak tak memperoleh pelajaran yang baik. Sehingga ia pun menjadi
seorang penyendiri dan bertabiat buruk. Khususnya anak-anak usia remaja, yang akan
mendapati situasi yang amat sulit. Hati mereka terluka oleh sikap ayah mereka. Mereka tak
mampu memutuskan kepada siapa mereka harus berpihak. Dalam beberapa kasus, mereka
menjadi antagonis pada kedua orang tuanya.

Seseorang menulis dalam suratnya:

Dari sekian kejadian tak menyenangkan di masa kecilku, yang begitu lekat dalam pikiranku,
adalah kondisi orang tuaku yang biasa bertengkar dan saling menghina. Dalam kejadian itu,
kakak perempuanku, kakak lelakiku, dan aku sendiri langsung berdiri gemetaran di sudut
ruangan. Selama pertengkaran itu, kami hanya bisa memandang tanpa daya. Aku teringat
kakak perempuanku biasa menangis saat kejadian itu, padahal kejadian buruk itu berlangsung
lama. Akhirnya kini ia menderita gangguan jiwa. Terlihat bahwa pertengkaran orang tua kami
menimbulkan pengaruh sangat buruk pada jiwa kakak perempuanku itu.

Seorang lainnya menulis:

Kenangan tak menyenangkan di masa kecilku tetap tak mau pergi dari ingatanku. Ayahku
memiliki perilaku yang buruk dan egois. Ia biasa mencari-cari alasan untuk membuat
pertengkaran dalam rumah dan berteriak-teriak pada semua orang. Orang tua kami biasa
bertengkar sepanjang hari. Aku heran, mereka tak pernah lelah melakukannya. Padahal
pertengkaran itu kerap disebabkan hal-hal sepele. Tak ada malam tanpa tangis ketika aku
pergi tidur. Itulah mengapa jiwaku begitu rapuh. Aku seorang penakut dan selalu dihantui
mimpi buruk. Aku telah berkonsultasi pada beberapa dokter, yang (semuanya) menyatakan
bahwa keadaanku diakibatkan suasana rumahku. Ia berkata bahwa tak ada obat untuk itu,
kecuali beristirahat dan memperoleh suasana damai di rumah. Hari bahagiaku datang, saat
aku menikah dan meninggalkan rumah. Sekarang, meskipun hidupku tenang, namun aku
tetap merasa bahwa aku seorang yang kalah dan tak dapat memperoleh kemajuan dalam
hidup. Aku mohon pada para orang tua, demi Allah, jika kalian berselisih, janganlah di
hadapan anak-anak kalian!

Ia juga menuliskan dalam suratnya:

Peristiwa terburuk dalam hidupku terjadi ketika aku berumur delapan tahun. Saat itu orang
tuaku bertengkar hebat. Semua anak berlari ke pojok ruangan. Peristiwa itu berpengaruh
buruk pada jiwaku, yang tak dapat kuhapus dari pikiranku untuk waktu yang lama. Aku muak
dengan keluargaku dan diriku sendiri. Aku kerap berpikir bahwa semestinya aku tak pulang
ke rumah sepulang dari sekolah. Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku mati saja melalui
sakit yang parah. Bahkan beberapa kali aku berpikir untuk bunuh diri. Beberapa kali aku
bermimpi bahwa aku menikah dan bertengkar dengan istriku. Dalam mimpi itu, aku
menyusun rencana untuk mempertahankan hakku. Setelah menikah, aku mencoba beberapa
kali memancing pertengkaran dengan istriku, sekedar untuk menunjukkan bahwa aku seorang
pemarah. Untunglah istriku bertabiat tenang. Ia memperlakukanku dengan penuh cinta dan
kasih sayang, serta meyakinkan aku dengan argumen dan nasihat yang baik. Aku beruntung
karena perilaku buruk itu tidak berlangsung lama dalam diriku. Ketika aku mengingat
kembali kesalahan orang tuaku, aku pun berintrospeksi pada kegagalan diriku dan mencoba
dengan gigih memperbaiki watakku. Sekarang aku memperoleh kehidupan yang damai.

Seorang laki-laki menulis:

Ketika aku berumur sembilan tahun, orang tuaku bercerai disebabkan perselisihan yang
tajam. Mereka meninggalkanku, sementara kakak lelaki dan perempuanku dirawat oleh
kakekku dari pihak ayah. Kami sering sekali menangis saat itu. Ketika mengunjungi ibuku,
aku kerap bermimpi dalam tidurku bahwa aku tak akan pergi ke rumah ayahku. Setelah
beberapa waktu, beberapa keluarga turut ambil bagian dan berhasil merujukkan kedua orang
tuaku. Ibuku kembali ke rumah kami. Tetapi dalam masa perpisahan singkat itu, jiwaku
begitu terpengaruh dan hingga saat ini aku masih merasa sedih karenanya. Sekarang aku
berupaya keras, kapan saja aku bertengkar dengan istriku, kami tak memperlihatkannya di
hadapan anak-anak kami.

Surat lainnya menyatakan:

Banyak kenangan pahit di masa kecilku dan sedikit sekali kenangan yang indah. Ketika
mengingat hari-hari itu, aku menjadi sedih dan tak dapat menahan air mataku. Alasan
kesedihanku itu adalah karena aku selalu mendapati orang tuaku berselisih dan bertengkar.
Mereka menjadikan hidup ini sulit bagi kami bersaudara (lelaki dan perempuan). Kami terdiri
dari delapan bersaudara. (Syukurlah), aku tak pernah bertengkar dengan suamiku, sehingga
aku tak menciptakan kegetiran bagi suami dan anak-anakku.

Dalam surat lainnya, seseorang menulis:

Usia lima tahun adalah masa terbaik bagi anak. Ketika aku berusia lima tahun terjadi
perselisihan pahit di antara kedua orang tuaku. Ayahku membawa istri keduanya. Karena
perselisihan itu, ibuku meminta cerai dari ayahku. Kami terdiri dari enam bersaudara, lelaki
dan perempuan. Hari yang sangat pahit bagi kami. Ketika itu, aku sedang bermain dengan
salah seorang saudara lelakiku saat ibuku mengucapkan selamat tinggal kepada kami. Hanya
Tuhan yang tahu, betapa sedihnya kami saat itu. Ibu kami pergi, sementara kami tinggal
bersama ayah dan ibu tiri kami. Kami tetap berpisah dengan ibu selama dua tahun, dan
menahan rasa sakit akibat kelalaian ayah kami. Suatu hari, ibu kami datang, lalu membawaku
dan salah seorang saudara lelakiku. Ia memiliki sedikit warisan dari ibunya. Dengan warisan
tersebut, ia mampu merawat kami. Setelah itu, saudara-saudaraku yang lain juga bergabung
bersama kami. Ibu kami pun berperan sebagai ibu sekaligus ayah. Kami tak dapat melupakan
keberanian dan pengorbanannya.

Seorang wanita lainnya menulis:

Orang tuaku kerap bertengkar dan membuat kekacauan di rumah kami. Ibuku pun sering
marah. Aku berusia delapan tahun, ketika ia sering pergi dan meninggalkan adik-adikku
bersamaku. Sementara adik-adikku (lelaki dan perempuan) saat itu berusia dua, empat, dan
enam tahun. Aku pun merawat mereka semampuku. Terkadang aku juga memperoleh pukulan
dari ayahku. Meskipun dengan kesulitan tersebut, aku mencoba untuk terus melanjutkan
sekolahku, tetapi gagal di kelas dua. Guru-guruku mengetahui kesulitanku. Mereka menaruh
iba kepadaku dan membantu nilaiku. Dalam kondisi seperti itu, akhirnya aku dapat
meneruskan ke jenjang SMA. Sekarang aku telah menjadi seorang ibu. Aku sungguh-
sungguh berupaya agar perselisihan tidak menjangkiti diriku dan keluargaku.

Orang tua yang bertanggung jawab dan memiliki keinginan untuk mengasuh anak
mereka dengan baik akan menghindari perselisihan dan pertengkaran dalam keluarga,
(minimal) menghindari perselisihan di hadapan anak mereka. Tak ada tindakan yang lebih
buruk dari orang tua yang mengganggu anak mereka dengan mempertontonkan pertengkaran
mereka di hadapannya dan mengabaikannya. Seandainya mereka menyadari perasaan anak
saat itu, niscaya mereka tak akan pernah mencoba bertengkar lagi. Kejadian tersebut pasti
akan terus terkenang dalam kehidupan seseorang. Namun demikian, hampir tak ada keluarga
yang tak memiliki perbedaan pendapat. Tetapi dalam kehidupan rumah tangga selalu
diperlukan adanya pendekatan. Pasangan yang bijaksana dan terbuka akan memecahkan
perselisihan mereka melalui diskusi yang tenang dan bersahaja.

Bila anak-anak melihat perselisihan orang tua, maka orang tua mesti bersikap bijaksana dan
meyakinkan mereka bahwa masalah tersebut dapat diatasi dan tak perlu khawatir. Orang tua
mesti memperhatikan bahwa mereka jangan sampai menyebut perceraian di mana anak dapat
mendengarnya. Ini tidak hanya akan mempengaruhi perkawinan mereka, tetapi juga akan
merusak pikiran anak. Perceraian antara suami dan istri adalah ketidakadilan bagi anak. Anak
akan merasa bahwa rumahnya telah hancur, dan hidupnya telah runtuh. Ini wajar, karena anak
mencintai kedua orang tuanya dan mereka tak dapat membayangkan bahwa salah seorang
dari mereka pergi meninggalkannya.

Bila anak tinggal bersama ayahnya setelah perceraian dan ayahnya menikah lagi, maka ia
akan sulit menerima kehadiran seorang ibu tiri. Betapa pun baik dan perhatiannya ibu tirinya,
namun ia tetap tak dapat menggantikan tempat ibu kandungnya. Pandangan umum
menyatakan bahwa ibu tiri tak dapat merawat dengan baik anak tirinya. Koran-koran banyak
menuliskan kisah perawatan buruk anak oleh ibu tirinya. Namun demikian, bila anak tinggal
bersama ibunya (setelah perceraian), ia pun merasakan kekosongan karena ketiadaan ayah
bersamanya. Bila orang tua tak memikirkan hal ini sehingga mereka meninggalkan anaknya
dalam perawatan orang tua tiri, maka itu akan sangat menyedihkan hati anak-anak yang
masih belia.

Alhasil, pasangan suami istri tak dapat sebebas sebelumnya ketika telah memiliki
buah hati. Sebab, tanggung jawab mereka sudah bertambah; dan inilah saatnya bagi mereka
untuk berupaya keras menghindari perselisihan. Mereka harus menjaga suasana tenteram
dalam rumah, dan jangan membuat anak-anak mereka menjadi khawatir. Jika tidak, mereka
akan dimintai pertanggungjawaban kelak di pengadilan Allah.
ANGGARAN PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

RUMAH TANGGA

Hal teramat penting dalam mengelola kehidupan rumah tangga adalah soal
pengendalian anggaran biaya hidup. Setiap keluarga yang bijak akan menjaga arus
pendapatan dan pengeluaran rutinnya. Sebagaimana umum dikatakan, mereka membuat
mantel sesuai ukuran kain yang tersedia. Mereka berupaya agar pengeluaran biaya sesuai
dengan jumlah uang yang masuk dalam rekening keluarga. Setiap keluarga seyogianya
mengetahui prioritas kebutuhannya dan berpijak di atas kaidah tersebut dalam
mengalokasikan uangnya untuk membeli berbagai barang kebutuhan.

Pentingnya Skala Prioritas

Keluarga yang cermat selalu berusaha agar tidak sampai terjatuh dalam perangkap
utang. Jadi, mereka akan selalu menghindari kesusahan yang tidak semestinya membayangi
kehidupan mereka. Bahkan, bila suatu ketika kondisi ekonominya memburuk, mereka akan
segera menyusun rencana dan mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut dalam beberapa waktu.
Mereka menolak menurunkan statusnya menjadi keluarga miskin dengan mengelola secara
tepat-guna segenap sumber daya milik mereka yang serbaterbatas.

Sebaliknya, keluarga-keluarga yang tidak mempedulikan masalah pengelolaan uang


belanja secara tepat, bersikap boros, dan hidup secara berlebih-lebihan, umumnya terjatuh
dalam kebiasaan mengutang. Demi memenuhi tuntutan pengeluarannya, mereka pun terpaksa
meminjam uang dengan bunga tinggi. Disebabkan sudah terbiasa mengutang, mereka dengan
enteng akan membeli barang-barang mahal dengan cara kredit. Keluarga-keluarga semacam
ini tidak pernah terbebas dari kesusahan. Mereka menempuh jalan tersebut yang kadang-
kadang justru membuat mereka tak mampu membeli kebutuhan pokok sehari-sehari. Keadaan
demikian dapat terjadi bahkan terhadap keluarga yang pendapatannya agak lumayan. Mereka
akan terjebak dalam keadaan sulit karena tidak memiliki rencana pengeluaran yang
semestinya. Orang-orang semacam itu merupakan korban kemewahan dan penampilan semu.
Kesejahteraan keluarga bukan hanya bergantung pada jumlah uang yang diperoleh dan
dibawa ke rumah; melainkan juga membutuhkan pengaturan dan pengendalian pengeluaran
yang tepat.

Imam Ja`far Shadiq berkata, Bila Allah Swt menghendaki sebuah keluarga hidup
makmur, Dia akan memberinya kemampuan untuk bersikap bijaksana dan teratur dalam
hidupnya.[24]
Seluruh keutamaan terkandung dalam tiga hal: salah satunya adalah menggunakan
pemahaman dan bersikap hati-hati dalam mengelola keuangannya.[25]

Gaya hidup berlebih-lebihan menjadi penyebab kemiskinan dan kepapaan; dan sikap
tengah-tengah (moderation) dalam mengarungi hidup memberikan kepuasan dan
kesenangan.[26]

Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib, mengatakan, Dengan berhemat, separuh
kebutuhan dapat dipenuhi.[27]

Terdapat tiga tanda dari orang yang hidupnya berlebih-lebihan: (1) Ia ingin makan
apa yang tidak dimilikinya; (2) Ia membeli sesuatu padahal tak punya uang; (3) Ia ingin
mengenakan pakaian yang tak mampu dibelinya.[28]

Hal penting untuk memperlancar urusan-urusan keuangan keluarga adalah bahwa


suami dan istri harus memiliki kesamaan pandangan. Bila suami atau istri berbelanja tanpa
mengindahkan skala prioritas (yakni, mengutamakan membeli barang-barang yang memang
dibutuhkan), niscaya pengelolaan rumah tangganya akan porak-poranda.

Anak-anak sekalipun harus memiliki pemahaman seputar barang-barang kebutuhan


dan hal-hal yang harus diprioritaskan. Bila anak-anak menjadi sosok yang seenaknya hidup
berlebih-lebihan dan orang tua, disebabkan kecintaannya, berupaya menyenangkan mereka
dan mengizinkan mereka berbelanja sesukanya, maka keluarga yang dihuni orang-orang
semacam itu tak lama lagi akan menghadapi masalah-masalah keuangan.

Pengetahuan Finansial untuk Anak-anak

Orang tua seharusnya memberitahukan anak-anaknya tentang status keuangan


keluarga dan mendiskusikan soal anggaran belanja di hadapan mereka. Ini akan membuat
mereka memahami tentang pentingnya berhemat dalam hal pengeluaran. Mereka juga
seharusnya tahu bahwa pengelolaan sebuah rumah tangga tidak selamanya merupakan
perkara yang mudah.

Perlu digarisbawahi bahwa anak-anak seyogianya secara bertahap diperkenalkan


dengan tugas-tugas rumah tangga dan diberitahu soal pendapatan keluarga. Mereka
seyogianya mengetahui bahwa kehidupan rumah tangga berjalan di atas pendapatan orang
tua, bukan dari yang lain. Dengan kata lain, mereka harus memahami bahwa seluruh
kebutuhan rumah tangga hanya dipenuhi dari uang pendapatan tersebut. Seyogianya mereka
juga diberitahu bahwa pengeluaran untuk hal-hal tertentu harus lebih diprioritaskan
ketimbang yang lain. Misalnya, pembelian kebutuhan pokok sehari-hari (sembako),
pembayaran sewa rumah, tagihan listrik/air, dan sejenisnya. Terhadap contoh yang disebutkan
pertama, biaya pemenuhan kebutuhannya harus segera dikeluarkan. Baru setelah itu disusul
dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Anak-anak perlu memahami dan
bekerjasama dengan orang tuanya dalam masalah ini.
Sejak usia dini, anak-anak seyogianya dilatih untuk menyesuaikan kebutuhan dan
keinginannya dengan kemampuan keuangan keluarga. Mereka harus dicegah dari
pemborosan dan pembelian semaunya, serta dibiasakan berhemat dan melihat dirinya sebagai
anggota keluarga yang harus mengeluarkan uang sesuai kemampuan keuangan keluarga.
Jangan sampai mereka memiliki pandangan yang keliru bahwa mereka berasal dari keluarga
kaya raya dan dapat mengeluarkan uang sesuka hati. Karenanya, mereka harus dilatih untuk
mengendalikan keinginan-keinginannya demi pengeluaran-pengeluaran penting rumah tangga
yang tak dapat dihindari atau ditangguhkan.

Ketika kelak tumbuh dewasa, anak-anak tersebut akan memegang kendali kehidupan
masyarakat di tangannya. Karena itu, mereka harus diarahkan pada kebiasaan berhemat
semenjak usia dini. Sekalipun kondisi keuangan orang tua cukup lumayan, namun anak-anak
tetap harus diajar mengeluarkan uang secara bijak dan hati-hati. Para orang tua harus
menjelaskan pada anak-anaknya bahwa semua orang pada dasarnya termasuk dalam satu
keluarga besar yang disebut umat manusia. Karena itu, orang-orang beruntung yang kaya
raya harus membantu dan menolong orang-orang yang fakir miskin. Bila pendapatan
keluarga tidak mencukupi, mereka harus memangkas pengeluaran sehari-harinya dan
berupaya menutupi segenap kebutuhan seadanya, sesuai sumber daya yang minim.

Para orang tua seharusnya tidak mengeluhkan kesulitan keuangan yang dihadapinya
kepada anak-anaknya. Mereka malah harus memberikan pelajaran kepada mereka tentang
kesabaran dan dan ketawakalan terhadap Allah Swt. Persiapkanlah mereka untuk bersikap
sabar dan berani menghadapi rintangan yang bakal muncul dalam kehidupan masa depannya.
Ketika sudah mampu bekerja, doronglah sang anak untuk menekuninya dan berilah dukungan
moral. Orang tua harus mengatakan kepada si anak bahwa bila dirinya mulai bekerja, maka
upah yang diperolehnya akan menambah pendapatan keluarga sehingga kehidupan
[ekonomi]nya akan lebih lumayan. Si anak harus didorong untuk memberikan sebagian
pendapatannya bagi keperluan pengeluaran rumah tangga. Dengan cara ini, ia akan
memahami tanggung jawabnya terhadap keluarga. Dengan begitu, seorang anggota keluarga
yang sudah berpenghasilan (bekerja) harus menyisihkan sebagian uang hasil kerjanya demi
pelbagai kebutuhan pengeluaran rumah tangga.

[24] Ushl al-Kf, jil.5, hal.88.


[25] ibid., jil.5, hal.87.
[26] Was`il asy-Syah, jil.12, hal.41.
[27] Mustadrak al-Was`il, jil.2, hal.424.
[28] Was`il asy-Syah, jil.21, hal.41.
MEMULAI HIDUP SEBAGAI IBU

MEMULAI HIDUP SEBAGAI IBU

Ketika sperma laki-laki masuk ke rahim wanita dan menyatu dengan ovum (sel telur),
maka proses pembuahan dan menjadi seorang ibu pun dimulai. Ovum yang telah terbuahi itu
dengan cepat berubah, dan puncaknya membentuk manusia seutuhnya. Kenyataannya, usia
seseorang dapat dihitung semenjak hari terjadinya proses pembuahan.

Seorang intelektual menyatakan:

Ketika manusia lahir ke dunia, ia telah berusia sembilan bulan. Selama masa sembilan bulan
itu, ia mengalami metamorfosis, yang puncaknya membentuk dirinya menjadi manusia
seutuhnya untuk sebuah kehidupan yang sempurna.

Ketika hamil, seorang wanita telah menjadi seorang ibu sejak saat itu. Ia mengemban
tanggung jawab perkembangan anak dalam kandungannya. Kenyataannya, sel ayah
mewariskan gen yang membentuk fisik dan psikologi anak. Namun, masa depannya
bergantung pada perawatan ibunya. Sel ayah itu seperti benih, yang perkembangannya sangat
bergantung pada lingkungan yang diperoleh.

Seorang intelektual menulis:

Orang tua dapat memberikan lingkungan yang ideal bagi perkembangan anak, dan dapat
pula memberikan lingkungan yang merusak bagi perkembangan optimal anak. Bila
lingkungan perkembangannya tak layak, maka hal ini tidak akan menguntungkan jiwa anak.
Inilah mengapa orang tua mengemban tanggung jawab yang berat dalam mengasuh anak.
Kesejahteraan, sakit, kekuatan, kelemahan, pandangan, dan karakter setiap orang telah
terbentuk dari dalam kandungan ibu. Dasar-dasar moral dan nasib anak telah terbangun dari
awal ibu mengandung.

Nabi mulia Muhammad saw bersabda, Nasib baik atau buruk seseorang telah
terbangun ketika ia masih berada dalam kandungan ibu.[29]

Kehamilan adalah masa yang rawan dan memberikan tanggung jawab besar pada sang
ibu. Seorang wanita yang sadar akan tanggung jawabnya tidak akan menganggap kehamilan
sebagai biasa-biasa saja, dan tak akan sembarangan bertindak. Ia tahu bahwa sedikit saja
kesembronoan akan berdampak pada kesehatannya, dan bayi yang dikandungnya pun akan
cedera. Cedera ini bisa saja sangat serius, sehingga ketika lahir, sang jabang bayi akan
menderita cacat seumur hidup.

Seorang intelektual menulis:

Tubuh ibu dan semua yang terkait dengannya berpengaruh bagi anak yang dikandungnya.
Anak dalam kandungan begitu sensitif terhadap perubahan yang dialami tubuh ibunya. Ini
karena tubuh ibu telah sempurna, sementara tubuh anak sedang berkembang menuju bentuk
akhirnya. Oleh karena itu, adalah tugas ibu hamil untuk menjaga lingkungan yang baik dalam
rumah. Ia dapat berhasil dalam hal ini bila mengetahui kejadian apa yang dapat berakibat
baik dan buruk bagi anak. Ibu yang berhati-hati akan menyediakan lingkungan yang baik bagi
perkembangan anak dalam kandungannya. Memperoleh lingkungan yang baik bagi anak
selama kehamilan dan segera setelah melahirkan adalah hal yang memang nyaris mustahil.
Tetapi orang tua tetap mesti berusaha keras untuk memperoleh lingkungan sesempurna
mungkin. Karena, dampak buruk yang disebabkan kelalaian tak dapat diabaikan. Bila orang
tak menyadari akan konsekuensi dari kelalaian itu, maka mereka akan menghadapi banyak
masalah selama kehamilan dan setelah melahirkan anak. Mereka mesti menyadari bahwa
lahir ke dunia tanpa cacat fisik adalah hak setiap manusia.

Keselamatan Janin Bergantung pada Nutrisi Ibu

Dalam rahim ibu, janin bukanlah bagian yang utuh dari tubuh sang ibu meskipun
memperoleh makanan dari darah dan nutrisinya. Makanan seorang ibu hamil mesti
direncanakan dan seimbang, yang seharusnya pengadaan nutrisi ini tidak hanya untuk
menjaga diri sang ibu melainkan juga untuk sang janin.

Oleh karena itu, resep nutrisi seorang ibu hamil harus direncanakan secara cermat.
Jika tidak, akan terjadi risiko kekurangan vitamin-vitamin tertentu dan mineral-mineral dalam
makanan, yang mungkin akan mengakibatkan terganggunya kesehatan ibu dan anak.

Dalam pandangan Islam, nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan primer, sedemikian rupa
sehingga ia bisa dibebaskan dari kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan. Ia diberi kebebasan
penuh dari kewajiban itu, hingga melahirkan sang bayi.
Penelitian membuktikan bahwa delapan puluh persen dari bayi cacat genetisbaik
secara fisik maupun mentaldisebabkan oleh makanan yang kurang baik bagi ibu selama
masa kehamilan.[30]

Dr. Jazairi, seorang pakar nutrisi, menyatakan:

Telah diketahui sejak dulu bahwa pada perkembangan janin dan bayi sebelum lahir dan
selama pengonsumsian nutrisi oleh ibu sangatlah penting. Ibu harus memperhatikan semua
protein, vitamin, karbohidrat, lemak, dan material-material esensial lainnya; yang diberikan
dalam kuantitas optimal dan interval yang tepat, demi memperoleh perkembangan sel hidup
yang baik, yaitu janin. Janin yang berada pada tahap metamorfosis dalam rahim
membutuhkan semua bahan esensial tersebut untuk perkembangan yang baik dan sehat. Tak
jarang terjadi pada masa kehamilan bahwa ibu terlihat sehat, namun disebabkan kurangnya
vitamin, janin tumbuh abnormal.[31]

Sementara Karner menyatakan:

Terkadang penyebab seorang bayi lahir abnormal meskipun benihnya bagus adalah karena
tak memperoleh lingkungan rahim yang layak. Tetapi terkadang pula, meskipun lingkungan
rahimnya layak, namun benihnya tidak bagus. Keadaan itu akan menyebabkan bayi-bayi lahir
dalam kondisi cacat, seperti bibir sumbing, mata juling, polio, dan lain-lain. Dahulu, cacat
seperti ini dianggap karena faktor keturunan; tetapi sekarang, riset membuktikan bahwa
keadaan mereka itu disebabkan kekurangan pasokan elemen-elemen penting seperti oksigen
selama masa kehamilan. Lingkungan dan kondisi sekeliling selama masa kehamilan seorang
wanita dianggap pula sebagai penyebab terjadinya cacat bawaan seperti kelumpuhan dan
lain-lain.

Imam Ja`far Shadiq berkata, Apapun yang dimakan dan diminum seorang ibu hamil,
sang janin juga akan mengonsumsinya.[32]

[29] Bihr al-Anwr, jil.77, hal.115.


[30] Aijaz-e Khurakiah, hal.220.
[31] Biography Before Delivery, hal.182.
[32] Bihr al-Anwr, jil.6, hal.342.
NUTRISI IBU

NUTRISI IBU

Riwayat Islam Ihwal Jenis Makanan Tertentu

Selama masa kehamilan, jenis makanan yang dikonsumsi ibu membawa pengaruh bagi
watak, kecerdasan, dan kapabilitas anak. Ini disebabkan otak anak merespons kualitas nutrisi
yang diberikan ibunya selama masa pertumbuhan janin (dalam kandungan). Islam secara jelas
menyatakan bahwa makanan yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan akan berpengaruh
pada karakter anak. Berikut ini beberapa hadis yang berkaitan dengan hal tersebut.

Rasulullah saw bersabda, Para ibu mesti memastikan bahwa selama fase akhir kehamilan,
mereka memakan kurma. Ini agar anak mereka tumbuh menjadi orang yang lembut dan
bijaksana.[33]

Beliau saw juga bersabda, Pastikan bahwa istri kalian yang sedang hamil memakan
biji-bijian behdana.[34] Dengan demikian, istri kalian akan mengandung anak dengan
kesehatan dan watak yang baik.[35]
Imam Ali Ridha berkata, Ketika seorang wanita hamil memakan biji-bijian behdana,
maka itu akan meningkatkan kecerdasan dan kebijaksanaan anak.[36]

Rasulullah saw bersabda, Wanita hamil yang memakan buah semangka, akan
melahirkan bayi yang cantik dan sopan.[37]

Pengaruh Nutrisi Ibu Bagi Janin

Penelitian terhadap perbedaan jenis makanan bukanlah lingkup pembahasan dalam


buku ini. Kami juga tidak akan memerinci satu persatu kualitas setiap jenis makanan itu.
Karena, hal ini memerlukan pembahasan panjang lebar. Apalagi kami bukanlah pakar dalam
bidang ini. Namun, untungnya, banyak buku bermanfaat yang telah diterbitkan sekaitan
dengan tema tersebut. Sehingga bagi para pembaca yang tertarik untuk mengetahuinya secara
lebih terperinci, dapat merujuk pada buku-buku tersebut.

Meskipun kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh wanita hamil meningkat, namun masalah
lain yang dikhawatirkan adalah menurunnya nafsu makan dalam kondisi tersebut.
Kebanyakan mereka merasa lesu dan bosan. Dalam kondisi demikian, mereka perlu
mengonsumsi saripati makanan-makanan ringan dan mengandung lebih banyak gizi.
Makanan bergizi yang diperlukan tubuh manusia terdiri dari berbagai jenis. Oleh karena itu,
menjaga ransum wanita hamil memberikan kesempatan dalam mendesain program makan
yang ideal baginya.

Seorang pakar menulis:

Menjaga tubuh tetap sehat tidak hanya memerlukan makan, melainkan mesti direncanakan
pula pengonsumsian berbagai jenis makanan dalam interval tertentu.[38]

Seorang ibu juga harus memastikan bahwa ia mengonsumsi vitamin dan mineral
tambahan di saat sarapan dan makan malam, yang akan membantu janin di usia kandungan
tujuh bulan. Ini tidak hanya akan membantu pertumbuhan gigi dan gusi, melainkan juga
beberapa tulang penting pada tubuh.[39]

Dr. Jazairi menyatakan:

Mengonsumsi yoghurt dan keju selama masa kehamilan akan memberikan vitamin dan
lemak bagi wanita hamil dan mencegahnya dari kecenderungan memakan hal-hal yang tak
perlu. Namun demikian, ia harus menghindari yoghurt yangam. Keju basi juga mesti
dihindari. Saat sarapan, ia mesti minum segelas susu dan semangkuk bubur gandum. Vitamin
Byang banyak terdapat dalam hati, ginjal, dan ususadalah makanan yang bermanfaat dan
membentuk diet bagi wanita hamil.[40]

Sangat baik bagi wanita hamil untuk minum susu dalam interval waktu yang teratur.
Susu adalah makanan lengkap, dan para nabi di masa lalu sangat gemar meminumnya. Imam
Ja`far Shadiq berkata, Susu adalah makanan para nabi.[41]
Dr. Jazairi menyatakan:

Kebanyakan wanita merasa sakit pada tungkai dan punggungnya yang disebabkan
kekurangan kalsium selama masa kehamilan. Kuku mereka juga mudah patah selama masa
tersebut. Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayuran
yang kaya kalsium. Mereka juga mesti secara teratur mengonsumsi sup tulang domba dan jus
lemon.[42]

Bagi umumnya orang dan khususnya wanita hamil, sayuran (mentah maupun masak)
dan buah-buahan adalah makanan yang baik. Tumbuh-tumbuhan mengambil zat-zat bergizi
dari tanah, air, udara, dan sinar matahari; lalu menyimpannya untuk kita makan. Sementara
itu, semua buah-buahan mempunyai nilai gizi yang baik. Namun buah apel, quince, pir, dan
kurma akan sangat bermanfaat. Demikian pula setiap sayuran memiliki nilai gizi sendiri-
sendiri. Vitamin dan mineral tersedia bagi tubuh melalui bebijian (seperti padi dan gandum),
buah-buahan, dan sayuran. Orang yang ingin menjaga makanannya dengan baik mesti makan
berbagai buah-buahan dan sayuran, serta makan semua buah-buahan musiman, meskipun
hanya sesekali. Khususnya, wanita hamil juga dianjurkan untuk berhati-hati dalam
mengombinasi berbagai makanan bagi diet mereka.

Islam sangat menganjurkan umatnya dan wanita hamil untuk makan buah-buahan
dan sayuran. Berikut ini kami berikan beberapa kutipan riwayat sekaitan dengan hal ini.

Imam Ja`far Shadiq berkata, Beberapa tempat itu memiliki hiasan dan sayuran adalah hiasan
tempat makan.[43]

Suatu hari, Imam Ali Ridha duduk dan hendak makan. Namun beliau tak melihat
selada dalam makanan beliau. Beliau lalu berkata pada pelayan beliau, Kau tahu bahwa aku
tak pernah makan tanpa selada. Jadi, tolong bawakan selada untukku. Ketika selada telah
dibawakan, barulah beliau mulai makan.

Rasulullah saw bersabda, Makanlah buah quince, karena dapat meningkatkan


kecerdasan kalian, menghilangkan kekhawatiran, dan menjadikan anak kalian lembut.[44]

Beliau saw juga bersabda, Makanlah buah quince dan hadiahkanlah buah-buahan itu untuk
kawan kalian. Karena, buah itu akan meningkatkan daya penglihatan mata dan melembutkan
hati. Wanita hamil juga dapat memperoleh manfaat dari buah ini, sehingga anak mereka lahir
cantik dan sehat.[45]

Beliau saw kembali bersabda, Selama bulan-bulan akhir kehamilan, wanita hamil dianjurkan
makan kurma agar anaknya berwatak sabar.[46]

Imam Ali berkata, Makanlah kurma, karena menjadi obat bagi segala rasa sakit.[47]

Masih banyak lagi hadis-hadis Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya, yang menjelaskan seputar
nilai gizi dari berbagai buah-buahan dan sayuran. Oleh karena itu, para pakar gizi dapat
merancang jadwal diet yang baik, termasuk kadar yang tepat, dari buah-buahan dan sayuran
ini. Berkonsultasi pada seorang pakar gizi atau spesialis akan sangat berguna.

[33] Mustadrak al-Was`il, jil.3, hal.113.


[34] Biji-bijian behdana merupakan semacam pohon mawar yang tumbuh di Asia Tengah,
yang buahnya menyerupai apel kuning yang banyak daging buahnya.
[35] Mustadrak al-Was`il, jil.3, hal.116.
[36] Makrim al-Akhlq, jil.1, hal.196.
[37] Mustadrak al-Was`il, jil.3, hal.635.
[38] Ilm-o Zindagi, hal. 462.
[39] Biography Pesh-uz Tawallud, hal. 80.
[40] Aijaz Khurakia, hal.223.
[41] Bihr al-Anwr, tanpa jil. dan no. halaman.
[42] Aijaz Khurakia, tanpa no. halaman.
[43] Mustadrak al-Was`il, jil.3, hal.148.
[44] Makrim al-Akhlq, jil.1, hal.196.
[45] ibid., jil.2, hal.116.
[46] ibid., jil.3, hal.113.
[47] ibid., hal.112.

MENGONSUMSI TEMBAKAU

MENGONSUMSI TEMBAKAU

Wanita hamil dianjurkan untuk menjauhkan diri dari rokok atau produk-produk
tembakau lainnya. Mengonsumsi tembakau tidak hanya mengganggu kesehatan, melainkan
juga berbahaya bagi janin mereka. Sekaitan dengan hal ini, kami akan kutipkan sebuah
tulisan (paper) yang diterbitkan dalam sebuah jurnal luar negeri. Kami minta Anda
memperhatikan apa yang tertulis di situ sebagai berikut.

Sebuah studi yang dibuat di negara-negara Skandinavia terhadap 6.363 wanita hamil,
menunjukkan bahwa kelompok wanita hamil yang merokok, melahirkan bayi dengan berat
rata-rata berselisih 170 gram di bawah bayi yang dilahirkan wanita yang tidak merokok.
Selisih berat badan ini dicatat dari 50 persen wanita hamil yang memiliki kebiasaan merokok.
Di samping itu, tinggi badan bayi dari ibu perokok ternyata juga lebih rendah dari bayi
kelompok ibu bukan perokok. Demikian pula dengan kepala dan kandung kemih bayi dari ibu
perokok, juga lebih kecil ketimbang bayi dari ibu bukan perokok. Kelumpuhan bayi dari ibu
perokok juga tercatat enam kali lebih banyak ketimbang bayi dari ibu bukan perokok. Bayi
dari ibu perokok memiliki kemungkinan lebih besar lahir dengan cacat fisik ketimbang bayi
dari ibu bukan perokok. Merokok menyebabkan berkurangnya oksigen dalam darah janin,
yang mengakibatkan produksi haemoglobin yang berlebihan. Penyakit hati bawaan pada bayi
dari ibu perokok lima puluh persen lebih banyak ketimbang bayi dari ibu bukan perokok.
Statistik juga membuktikan bahwa anak-anak dari ibu perokok lebih buruk dalam studi
mereka di sekolah ketimbang anak-anak dari ibu bukan perokok. Intensitas dari kondisi ini
bergantung pada frekuensi kebiasaan merokok sang ibu selama masa kehamilan, karena
tembakau dapat mengakibatkan berkurangnya sel-sel otak pada janin. Apa yang disebutkan di
atas adalah sebagian dari kerusakan yang terjadi pada bayi dari ibu yang gemar mengonsumsi
tembakau. Mungkin saja terjadi kerusakan yang lebih serius lagi disebabkan rokok, yang
sejauh ini belum teridentifikasi. Oleh karena itu, setiap ibu yang mau memperhatikan
kesehatan dirinya dan anaknya mesti menjauhi rokok.[48]

Dr. Jazairi menyatakan:

Merokok berbahaya bagi ibu dan juga bayi yang sedang berkembang dalam rahimnya.
Minuman beralkohol juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. Racun dalam alkohol dapat
menghancurkan vitamin-vitamin yang sangat diperlukan oleh ibu dan janinnya. Wanita
seperti itu memiliki risiko melahirkan bayi cacat. Merokok dan mengonsumsi teh mendidih
sangat berbahaya bagi wanita hamil.[49]

Sementara itu, Dr. Jalali menulis:

Alkohol, mariyuana, dan obat-obat terlarang lainnya masuk ke dalam aliran darah orang tua
dan berpindah ke dalam embrio, sehingga merusak perkembangan janin. Beberapa pakar
berpendapat bahwa ketika seorang wanita hamil merokok, jantung janinnya akan terpengaruh
dan detaknya akan meningkat secara abnormal.[50][]

-8-

KETIKA WANITA HAMIL JATUH SAKIT

Ketika memerlukan obat disebabkan sakit, seorang wanita hamil harus sangat berhati-
hati dalam mengonsumsi obat-obatan tersebut. Sebab, obat-obatan pada umumnya didesain
untuk orang dewasa dan mungkin tidak cocok bagi janin, sehingga dapat merusaknya. Tak
dapat diprediksikan pengaruh apa yang mungkin timbul bagi janin akibat obat-obatan itu.
Karena, kenyataannya, tak ada obat yang tak berpengaruh pada janin. Inilah mengapa seorang
wanita hamil mesti secara maksimal mengendalikan diri dalam pemakaian obat-obatan.
Bahkan, ia harus menghindari pemakaian obat-obatan. Tetapi, jika kondisi kesehatan
mengharuskannya menggunakannya, ia mesti berkonsultasi lebih dulu pada seorang dokter,
yang dapat memberikan saran secara benar tentang obat dan dosisnya.

Ketika sakit itu berisiko bagi ibu dan janinnya, maka sang ibu mesti juga
berkonsultasi dan memperoleh perawatan dari pakar di bidang tersebut. Bila tidak, hal itu
akan mengakibatkan cacat pada janin.

Seorang ahli menulis:

Mungkin saja virus-virus dan mikroba-mikroba tertentu dari tubuh ibu dan ayah masuk ke
dalam janin, dan menginfeksinya dengan penyakit yang sama.

Ia juga menulis:

Setiap perubahan pola makan ibu, obat-obatan yang ia konsumsi, dan penyakit yang ia
derita, akan mempengaruhi embrio. Kondisi sakit, yang mempengaruhi embrio di masa awal
kehamilan, akan meningkat secara progresif. Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang
wanita hamil untuk menjaga dirinya dari segala penyakit. Terkadang bahkan, penyakit
mampu merusak kemampuannya untuk hamil di masa mendatang.

Ia menulis pula:

Terdapat beberapa materi non-makanan, yang ketika dikonsumsi wanita hamil, akan
merusak perkembangan janin. Kebanyakan obat-obatan diperuntukkan bagi orang dewasa,
dan uji cobanya juga dilakukan pada orang-orang dewasa sebelum disahkan. Virus, bakteri,
dan kuman dalam tubuh ibu terkadang juga memengaruhi janin. Terkadang janin mulai
memperlihatkan gejala penyakit yang sama, atau bahkan terkadang pertumbuhan abnormal
terjadi pada janin disebabkan penularan tersebut.[51]

[48] Maktab Islam, Tahun 15, no. 6.


[49] Aijaz Khurakia, hal.215.
[50] Rowan Shinashi Kudak, hal.222.
[51] Biography Pish-az Tawallud, hal.182.
PENGARUH KONDISI PSIKOLOGIS IBU TERHADAP JANIN

PENGARUH KONDISI PSIKOLOGIS IBU TERHADAP JANIN

Para pakar telah mengungkap secara hati-hati kenyataan apakah kondisi psikologi ibu
dapat memengaruhi embrio dalam kandungannya. Beberapa pakar berkata bahwa bila
seorang ibu dalam kondisi ketakutan dan gelisah, janin akan terpengaruh dan besar
kemungkinan kelak tumbuh menjadi anak yang minder. Sementara itu, kecenderungan
cemburu dan watak dengki ibu juga akan mengimbas pada anak. Sebaliknya, bila sang ibu
memiliki watak baik, berperikemanusiaan, jujur, berani, dan penuh kasih sayang, maka itu
juga akan berpengaruh pada anaknya.

Para pakar tersebut juga berpendapat bahwa anak dalam kandungan pada dasarnya
merupakan bagian dari diri sang ibu. Oleh karena itu, ia akan terpengaruh oleh pikiran dan
kondisi psikologis ibunya. Namun, beberapa pakar genetika dan psikologi anak menolak teori
ini. Mereka merasa bahwa pikiran dan kondisi psikologi ibu tak akan mempengaruhi pikiran
anak secara permanen.

Dr. Jalali menulis:

Tak ada hubungan langsung antara ibu dan janin, selain melalui tali pusar yang tak memiliki
rasa (atau indra); dan tali pusaryang tertutup itumemiliki urat syaraf yang membawa
darah. Oleh karena itu, pendapat awal yang menyatakan bahwa kondisi kejiwaan ibu
berpengaruh pada pikiran anak boleh jadi tidak benar.[52]

Namun demikian, tidak benar bila dikatakan bahwa pikiran ibu sama sekali tak
berpengaruh langsung pada anak. Pandangan ini terilustrasikan pada argumen-argumen
berikut.

1. Pikiran dan jiwa manusia saling terhubung satu sama lain. Kondisi sakit atau sehat,
kekuatan syaraf dan daya tahan fisik atau kelemahan, dan bahkan munculnya atau kurangnya
nafsu makan akan berpengaruh pada pikiran dan kepribadian seseorang. Kepribadian individu
dan wataknya akan berpengaruh pada perkembangan otaknya. Karenanya, bisa saja
kekurangan pada makanan atau tiadanya makanan akan meningkatkan kegelisahan dan
pikiran buruk dalam otak.

2. Embrio memerlukan makan, yang masuk dan menjangkaunya dalam rahim ibu.
Selama janin berada dalam rahim, ia bergantung pada ibunya untuk makan. Oleh karena itu,
kebiasaan-makan ibu berpengaruh langsung pada perkembangan fisik dan mental anak. Dr.
Jalali menulis, Apa yang bermanfaat bagi ibu pasti juga bermanfaat bagi janin. Bila
makanan ibu kekurangan kalsium, maka hal itu akan berpengaruh pada perkembangan tulang
dan gigi anak.[53]
3. Sebagaimana diketahui, gangguan dan kegelisahan berlebihan pada seseorang akan
menyebabkan ketidaksanggupan dalam mencerna, sembelit, dan memengaruhi tubuhnya.
Sedangkan kesedihan atau ketakutan berlebihan akan menurunkan nafsu makan seseorang
dan sistem pencernaannya akan terganggu. Kelenjar pencernaan juga tidak akan berfungsi
normal.

Dari ketiga keterangan di atas dapat dikatakan bahwa meskipun kondisi pikiran dan batin ibu
tidak secara langsung berpindah ke otak dan syaraf anak, namun kondisi itu dapat
memengaruhi fungsi pencernaan ibu yang akhirnya berpengaruh pada pembentukan fisik dan
batin anak.

Perasaan ibu yang sedang marah atau gelisah akan mempengaruhi karakternya secara umum
dan mengganggu sistem pencernaannya. Kondisi ini akan merusak tubuh sang ibu termasuk
pula janinnya. Mungkin saja anak dalam kandungan ibu semacam itu akan terjangkit penyakit
tersebut, yang akan muncul dengan sendirinya pada tahap berikutnya.

Dr. Jalali menulis:

Kegelisahan berlebihan yang dialami ibu hamil dan kejadian tak menyenangkan di
lingkungannya akan berbahaya bagi perkembangan dan watak anak. Kondisi-kondisi
semacam itu akan menciptakan masalah dan menumbuhkan kelenjar-kelenjar yang tak
diinginkan. Akibat lainnya, sistem pencernaan tak mampu berfungsi normal. Mungkin inilah
alasan mengapa beberapa anak mengidap kegelisahan. Kondisi ini boleh jadi pula menjadi
penyebab keguguran.[54]

Seorang wanita hamil yang merasa nyaman secara fisik dan mental akan memperoleh janin
yang sehat. Lingkungan damai seperti itu tentulah ideal bagi perkembangan sempurna anak
dalam rahim ibu. Sebaliknya, janin dari seorang ibu yang pencemburu, dengki, mudah
tersinggung, penakut, dan bermental buruk tidak akan terasuh dengan baik dan dapat
terjangkiti penyakit pada pikiran dan tubuhnya. Sekaitan dengan ini, perlu disimak penjelasan
berikut:

Para pakar psikologi telah membuktikan bahwa 26 persen dari penyakit psikologis anak
merupakan warisan dari kondisi ibu mereka. Oleh karena itu, bila sang ibu dalam kondisi
sehat walafiat, maka anaknya pun akan memiliki kondisi fisik yang baik. Bila seorang ibu
peduli terhadap kesehatan anaknya, maka hendaknya ia memperhatikan kondisi fisik dan
mentalnya sendiri selama masa kehamilan. Dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan
anak selalu nyata.

[52] Rowan Shinashi Kudak, hal.188.


[53] ibid., hal.188.
[54] ibid., hal.222.
BEBERAPA ANJURAN

BEBERAPA ANJURAN

Hindari Mengangkat Barang-barang Berat

Wanita hamil dianjurkan untuk tidak mengangkat barang-barang berat. Mereka juga
mesti menghindari tugas-tugas yang sangat melelahkan. Karena, bila seorang ibu hamil
kecapaian, maka bayi yang sedang dikandungnya juga akan kecapaian. Kasus-kasus seperti
ini bisa mengakibatkan keguguran.

Hindari Bepergian Jauh

Bepergian jauh selama bulan-bulan terakhir masa kehamilan juga tidak dianjurkan.
Bila tidak ada keperluan penting untuk melakukan perjalanan, lebih baik seorang ibu hamil
tidak melakukannya. Namun demikian, melakukan pekerjaan ringan dan membatasi gerakan
tidak menjadi masalah, bahkan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan.

Dr. Jalali mengatakan:

Kelelahan pada wanita hamil akan meningkatkan zat beracun dalam darah. Karena darah
merupakan sumber nutrisi bagi janin, maka itu akan merusak pertumbuhan anak.[55]

Ciptakan Lingkungan Bersih

Janin dalam kandungan ibu memerlukan oksigen, meskipun belum dapat


menghirupnya sendiri (melalui hidung). Namun, ia memanfaatkan oksigen yang diperoleh ibu
dari udara. Dengan demikian, oksigen yang dikonsumsi ibu tidak hanya untuk kepentingan
dirinya, melainkan juga untuk kepentingan janin. Bila ibu menghirup udara bersih dan
higienis, maka ia dapat memastikan kesehatan dirinya dan janin yang dikandungnya. Namun,
bila lingkungan ibu telah tercemar sehingga menghirup udara beracun, maka ini akan
berbahaya bagi kesehatan dirinya dan janinnya.

Oleh karena itu, wanita hamil dianjurkan untuk memperhatikan lingkungan di mana
dirinya tinggal. Ia mesti tinggal di lingkungan yang bebas polusi. Ia juga mesti menghindari
begadang di malam hari, yang akan membuat dirinya kelelahan.
Selama kehamilan, wanita mesti menghindari rokok dan terlindung dari menghirup
udara tercemar. Ketika tidur, ia sebaiknya membuka jendela kamar, agar udara segar
terkonsumsi olehnya. Perlu diperhatikan di sini, kekurangan oksigen dapat sangat berbahaya
bagi janin. Kami kutipkan kembali pernyataan Dr. Jalali sebagai berikut:

Berbagai cacat tubuh seperti bibir sumbing, tapak kaki rata, mata cekung dan kecil, tadinya
dianggap berasal dari faktor keturunan. Namun, sekarang ditemukan bahwa cacat-cacat pada
anak yang baru lahir ini justru disebabkan kondisi lingkungan, terutama disebabkan
kurangnya konsumsi oksigen selama masa kehamilan ibu.

[55] Rowan Shinashi Kudak, hal.222.


MASALAH ABORSI

MASALAH ABORSI

Tak masalah dalam Islam sekaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi atau
penerapan keluarga berencana, melalui kesepakatan bersama antara suami dan istri. Bila istri
dan suami khawatir terhadap efek-efek yang tak diinginkan, mereka dapat menghindari
mengonsumsi pil-pil dan suntikan berbahaya, serta metode kontrasepsi lainnya (yang juga
dianggap berbahaya).

Larangan Islam terhadap Aborsi

Aborsi tidak diperbolehkan dalam Islam. Islam menginginkan agar keturunan para
pengikutnya terus berkembang. Ketika sperma dan sel telur telah bercampur sehingga
membentuk embrio, maka ini merupakan awal kehidupan; dan aborsi terhadapnya adalah
haram dalam Islam. Meskipun embrio merupakan objek kecil, namun ia memiliki hak untuk
eksis. Ia merupakan eksistensi, yang cepat berkembang menjadi manusia seutuhnya. Makhluk
kecil ini menginginkan ibunya memberikan lingkungan yang sesuai untuk berkembang dan
lahir sebagai manusia seutuhnya.

Orang tua yang melakukan aborsi berarti telah melakukan pembunuhan, yang dapat diganjar
dengan hukuman di akhirat kelak. Keyakinan Islam, yang merupakan penegak hak asasi,
sedemikian melarang praktik aborsi dan pembunuhan terhadap bayi.

Ishaq bin Ammar meriwayatkan: Aku bertanya pada Imam Musa bin Ja`far tentang kasus
seorang wanita yang takut hamil, Apakah Anda mengizinkannya untuk meminum ramuan
demi melakukan aborsi? Beliau menjawab, Tidak. Aku tidak mengizinkannya. Aku lalu
bertanya lagi, Ketetapan apa yang berlaku pada masa kehamilan di tahap awal embrio?
Beliau berkata, Perkembangan manusia dimulai pada saat terbentuknya embrio. Allah
berfirman dalam al-Quran bahwa pada Hari Kiamat kelak, para orang tua akan ditanya
tentang kejahatan membunuh anak mereka. (QS. at-Takwir: 8-9).
Aborsi adalah perbuatan yang sangat tak bermoral, yang telah dilarang Islam. Juga dapat
berisiko fatal bagi kehidupan dan kesehatan ibu. Dr. Pak Nagar, dalam seminar tentang
aborsi, mengatakan:

Telah terbukti bahwa praktik aborsi berakibat berkurangnya umur wanita. Penelitian ilmiah
juga membuktikan bahwa aborsi mengganggu keseimbangan psikologis wanita.[56]

Dari tahun 1951-1953, berdasarkan statistik New York, sebanyak 2.601 wanita meninggal
dunia disebabkan aborsi. Dan sepuluh tahun setelah itu, jumlahnya meningkat sebanyak 42
persen. Di Chile, 39 persen wanita tewas karena aborsi.

Mengapa Aborsi?

Salah satu alasan dilakukannya aborsi adalah kemiskinan. Beberapa orang tua berlindung di
balik alasan ini untuk membunuh anak mereka sendiri. Tak diragukan bahwa banyak keluarga
yang hidup dalam kemiskinan. Dan memang sangat sulit untuk mengasuh keluarga dalam
kondisi miskin seperti itu. Namun, Islam tak menerima kemiskinan sebagai alasan untuk
melakukan aborsi. Allah Swt berfirman dalam al-Quran, Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka
dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. al-
Isra: 31)

Ketika janin telah terbentuk, orang tua mesti menanggung beban dengan tabah, sehingga anak
dapat tumbuh dewasa serta memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat. Kelak di
kemudian hari, anak sangat mungkin menjadi sumber ekonomi keluarga, sehingga mereka
terbebas dari kemiskinan.

Alasan lain dilakukannya aborsi adalah aktivitas di luar rumah, tanggung jawab pekerjaan
kantor, dan telah memiliki banyak anak. Namun semua ini bukan merupakan alasan-alasan
valid, yang dapat diterima oleh hukum Islam dan akal sehat, untuk melakukan aborsi.

Uang Darah untuk Pelaku Aborsi

Bahkan tindakan aborsi dapat dikenakan diyat (membayar uang darah), yang jumlahnya
tergantung dari usia janin. Imam Ja`far Shadiq berkata, Jika anak yang diaborsi masih
berbentuk embrio, maka diyatnya adalah 20 dinar. Bila telah berbentuk segumpal darah
(alaqah), maka diyatnya adalah 40 dinar. Bila telah berbentuk segumpal daging (mudhghah),
maka diyatnya adalah 60 dinar. Bila telah terbentuk tulang (azhm), maka diyatnya adalah 80
dinar. Bila telah berbentuk manusia utuh (sebelum dimasukkan ruh kepadanya), maka
diyatnya adalah 100 dinar. Dan bila ruh telah dimasukkan kepadanya, maka hukumannya
adalah sama dengan (hukum membunuh) seorang manusia pada umumnya.[57]

Seorang wanita bernama Afsar al-Maluk Amili, telah menulis syair indah sekaitan dengan isu
ini sebagai berikut.
Seorang janin kecil yang telah diaborsi muncul dalam mimpiku dan berkata:

Bila engkau bertemu ibuku, maka sampaikan pertanyaanku kepadanya:

Ibu, kesalahan apa yang kuperbuat sehingga engkau membunuhku?

Sebagai anak, semestinya aku menunggu waktuku dengan damai,

namun mengapa yang kuperoleh justru pembunuhan?

Engkau telah menajamkan taring dan cakarmu, dan telah menodai pakaianmu dengan
darahku.

Aku adalah tamu yang baru engkau datangkan, dan tak membahayakan dirimu.

Tamu yang semestinya digembirakan, bukan malah dibunuh dengan kejam.

Engkau mengkhawatirkan biaya perawatanku, sehingga kau padamkan keberadaanku.

Ibu, aku telah membawa rezekiku sendiri, namun sayang engkau tak meyakininya.

Engkau lebih memilih untuk bergerak bebas ketimbang merawatku, dan meletakkan landasan
tirani.

Bagi anak, ibu adalah harapan mereka; dan bersamanya, mereka merasa cukup.

Aku berharap untuk dapat melihat wajahmu dan memetik bunga dari taman indahmu.

Aku berharap untuk dapat mengecap air susumu, sehingga melepaskan deritamu.

Aku berharap untuk meminum air susumu dan mendengar suaramu di telingaku.

Kupikir ketika engkau melihat senyumku, maka engkau akan duduk di samping tempat
tidurku.

Kuharap bahwa engkau akan mengirimku ke sekolah dan memberiku pelajaran kebajikan.

Sekembali dari sekolah, aku akan membuatmu gembira dengan membacakan puisi anak-
anak.

Aku berharap bahwa ketika aku beranjak muda, maka engkau akan mewujudkan nilai diriku.

Di usia tuamu, aku akan menjadi penopang dan penolongmu.

Sekarang aku berada di surga sebagaimana layaknya ruh suci, dan tempatku bersama hurrul
ain (bidadari surga).
Engkau semestinya memohon ampunan, sehingga mungkin Allah Swt akan
mengampunimu.

Wahai Afsar, permintaanku kepadamu adalah agar engkau menyampaikan pesanku ini kepada
setiap ibu.

[56] Maktab-e Islami, Tahun ke-13, isu ke-8.


[57] Was`il asy-Syah, jil.19, hal.169.

KELAHIRAN

KELAHIRAN

Masa Penuh Risiko

Masa kehamilan umumnya berlangsung selama sembilan bulan sepuluh hari. Masa ini sangat
sensitif dan penuh risiko, karena tanggungan beban untuk membesarkan sang janin di
kemudian hari. Anak di masa tersebut menghabiskan kehidupannya dalam ruang yang tak
dapat dikendalikan serta rentan terhadap bahaya fisik dan psikologis. Anak belum mampu
melawan risiko ini. Setelah melewati masa sembilan bulan tersebut, maka ia masih harus
melewati fase berisiko lainnya, yaitu kelahiran. Proses kelahiran tidaklah mudah dan
sederhana, melainkan sangat sensitif dan sulit.

Anak tumbuh dalam ukuran tertentu selama masa sembilan bulan, khususnya
kepalanyayang lebih besar ketimbang anggota tubuh lainnya. Sehingga proses kelahiran,
yang mesti melewati saluran sempit rahim, menjadi sangat sulit. Kemungkinan yang bisa
terjadi selama kelahiran adalah patahnya atau terpelintirnya tangan anak. Kemungkinan
lainnya adalah rusaknya otak disebabkan tekanan saat proses kelahiran.

Seorang pakar berkata:


Proses kelahiran dapat mengakibatkan kerusakan psikologis pada anak. Menurut para
psikiater, proses kelahiran dapat mengakibatkan beban signifikan bagi kehidupan anak.
Menurut mereka, kelahiran adalah perubahan revolusioner dalam lingkungan dan kehidupan
anak serta merampas rasa aman dan istirahat yang telah diperolehnya di rahim ibu. Pada saat
kelahiran, rasa takut dan prihatin menjadi bagian dari psikologis manusia. Dalam kehidupan
mendatang, seseorang akan mengalami pikiran-pikiran kacau yang tak dimengerti.
Kehidupan janin (di rahim) sedemikian menyenangkan, sementara kelahiran berarti
menjemput kerja keras di dunia.[58]

Dr. Jalali berkata:

Ketika lahir ke dunia, anak akan mengalami tekanan selama beberapa jam, dan yang paling
terpengaruh adalah kepalanya yang merupakan bagian terbesar dari tubuhnya. Bila kelahiran
tidak normal, prosesnya akan menjadi lebih sulit. Di samping risiko lingkungan, anak juga
mesti berhadapan dengan risiko penggunaan peralatan mekanik selama proses kelahiran;
yang dalam kasus-kasus tertentu dapat mengakibatkan kematian bayi. Penyakit-penyakit,
seperti kegilaan dan kelumpuhan pada anak, bisa juga disebabkan proses kelahiran yang
sulit.[59]

Oleh karena itu, kelahiran anak bukan proses yang sederhana, dan memerlukan perhatian
sepenuhnya dan keahlian demi menjamin keselamatan ibu dan anak. Kecerobohan sedikit
saja pada penanganannya akan menyebabkan bahaya besar bagi keduanya (ibu dan anak),
bahkan dapat mengakibatkan kematian bagi salah satunya atau keduanya. Namun sekarang,
para dokter ahli dan spesialis dapat dengan mudah diakses, sehingga kemungkinan bahaya
bagi ibu dan anak dapat diperkecil.

Konsultasi Sebelum Melahirkan

Dianjurkan bagi wanita hamil, jika dapat memperoleh akses kepada dokter spesialis
kandungan atau (bidan) di rumah sakit, hendaknya ia berkonsultasi pada mereka sebelum
menghadapi proses melahirkan. Ia mesti memastikan dari mereka kapan kira-kira dirinya
akan melahirkan, dan meminta perawatan di rumah sakit dalam menghadapi proses tersebut.
Keuntungannya adalah tersiagakannya dokter dan perawat selama proses melahirkan.
Sehingga bila terjadi keadaan darurat, ia dapat segera ditolong. Bila tidak, itu akan berbahaya
bagi ibu dan anak.

Keuntungan lain dari melahirkan di rumah sakit adalah tersedianya lingkungan sehat dan
penanganan medis, yang tak dapat diperoleh di rumah. Selain itu, ia tak perlu berhadapan
dengan berbagai pendapat tak-berdasar dari wanita lain dalam keluarga. Karena, biasanya,
pendapat tersebut tidak membangun dan adakalanya membahayakan.

Peran Suami

Suami juga memiliki tanggung jawab besar selama masa kehamilan dan melahirkan. Secara
syariat dan moral, sudah menjadi tugasnyaselama masa yang sulit dan berisiko iniuntuk
memberikan pertolongan dan dorongan pada istrinya, serta mengambil semua langkah yang
memungkinkan demi menjamin keselamatan proses kelahiran anak. Kecerobohan suami
dapat saja berakibat kematian bagi ibu dan anak, atau mengakibatkan cacat fisik dan
psikologis. Suami yang ceroboh dapat dianggap sebagai kriminal dalam pandangan agama
dan masyarakat, yang akan dipertanggungjawabkannya kelak di akhirat. Sang suami juga
akan merasakan penyesalan yang mendalam, bila disebabkan kecerobohan dan kekikirannya,
tidak memberikan perawatan yang memadai bagi istrinya yang sedang hamil. Terkadang,
disebabkan kelalaian, suami harus menyediakan lebih banyak biaya demi menyelamatkan
anaknya dari cacat. Jika keluarga si wanita hamil tak mampu membawanya ke rumah
bersalin, mereka mesti mencarikan bidan yang kompeten, cakap, dan berpengalaman dalam
mengatasi proses kelahiran.

Beberapa Tips

Sekaitan dengan hal ini, tip-tip berikut semestinya diperhatikan:

1. Temperatur ruangan mesti sedang dan tidak terlalu dingin. Ini penting, karena wanita
hamil akan mengalami tekanan yang hebat; dan disebabkan lamanya rasa sakit, akan banyak
berkeringat. Sehingga, bayi akan merasa kedinginan dan terjangkit beberapa penyakit. Bila
ruang melahirkan menjadi lebih dingin setelah proses kelahiran, maka ibu mungkin akan
menjadi kedinginan. Udara dingin berbahaya bagi bayi yang baru lahir, karena telah terbiasa
dengan temperatur rahim yang hangat (sekitar 37,5o Celcius). Tubuh bayi belum mampu
menyesuaikan diri. Karenanya, ia akan menjadi sakit, yang penanganannya cukup sulit.
Kematian bayi dalam kasus seperti ini ternyata cukup tinggi.

2. Penting juga melindungi ruang melahirkan dari udara beracun, yang disebabkan rokok,
pembakaran minyak tanah, dan lain-lain. Menghirup polusi semacam itu akan berbahaya bagi
ibu dan anak.

3. Dianjurkan pula untuk menjaga privasi serupa di ruang melahirkan. Terjaga dari
masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan. Karena pengunjung ini dapat membuat
malu dan gelisah wanita yang akan melahirkan itu, dan dapat pula memberikan infeksi yang
dibawa dari luar ruangan. Selain itu, pengunjung tersebut dapat melihat aurat wanita itu, yang
hal ini terlarang dalam Islam. Karena dalam kondisi akan melahirkan, wanita akan sulit
melindungi auratnya. Imam Sajjad memerintahkan para wanita pengunjung untuk
meninggalkan ruang melahirkan, agar aurat si wanita melahirkan tak terlihat mereka.[60]

Wanita hamil harus melatih semua perawatan selama kehamilan dan melahirkan, agar dapat
menghasilkan bayi sehat yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dalam pandangan Allah
Swt sendiri, ini merupakan pelayanan terbaik seorang wanita dan akan memperoleh pahala
karenanya.

Suatu hari, Rasulullah saw berbicara tentang jihad. Kemudian, seorang wanita bertanya,
Wahai Rasulullah, apakah wanita dapat memperoleh keutamaan jihad? Rasulullah saw
menjawab, Wanita juga dapat memperoleh keutamaan jihad. Di masa dirinya hamil hingga
melahirkan dan menyusui anaknya hingga menyapihnya adalah sama seperti seorang laki-laki
yang pergi berjihad ke medan perang. Jika wanita itu meninggal dunia pada masa tersebut,
maka ia akan memperoleh kesyahidan.[61]

[58] Pish az Tawallud, hal.160.


[59] Rowan Shinashi Kudak, hal.193.
[60] Was`il asy-Syah, jil.10, hal.119.
[61] Makrim al-Akhlq, jil.1, hal.268.

SETELAH MASA KELAHIRAN

SETELAH MASA KELAHIRAN

Ketika anak lahir, udara akan mengalir ke paru-parunya dan ia pun mulai bernafas. Setelah
itu, ia akan menangis untuk pertama kalinya. Tangisan ini merupakan reaksi dari mengalirnya
udara ke paru-parunya. Bila bayi tidak bernafas dan menangis, maka posisinya akan dibalik;
kaki dipegang di atas dan kepala berada di bawah, untuk membantunya bernafas.
Kemudian tali pusar dipotong dengan gunting yang higienis. Setelah itu, bayi
dimandikan dengan air hangat dan sabun, lalu dibungkus dengan kain. Untuk beberapa saat,
bayi belum memerlukan susu. Kemudian, masukkan air hangat yang dicampur gula ke
mulutnya.

Bayi Perlu Banyak Istirahat

Bayi yang baru lahir umumnya berada dalam keadaan mimpi. Karenanya, ia
memerlukan banyak istirahat, disebabkan telah mengalami transisi eksternal dan internal.
Mulanya, ia bergantung pada makanan ibunya, namun sekarang mesti menggunakan sistem
pencernaannya sendiri. Selama masa hamil, janin bergantung pada oksigen yang dihirup
ibunya. Namun setelah lahir, ia harus menggunakan sistem pernafasannya sendiri. Ia
sekarang menghirup sendiri oksigen di udara dan mengeluarkan karbondioksida ke udara.
Fungsi organ internalnya akan mengalami perubahan besar, kondisi eksternal dan
lingkungannya pun mengalami perubahan. Ketika berada di rahim ibu, lingkungannya
bertemperatur sekitar 37,5 derajat Celcius; namun lingkungan barunya kini memiliki
temperatur yang berubah-ubah. Selama proses kelahiran pun, bayi mengalami banyak
tekanan, yang memerlukan kelonggaran. Saat itu, anak akan seperti orang yang baru
melewati operasi (pembedahan), sehingga memerlukan banyak istirahat. Seperti mesin yang
baru dibeli, ia perlu penanganan ekstra hati-hati. Dalam keadaan seperti ini, hal terbaik yang
dapat dilakukan kepadanya adalah memberinya suasana istirahat, untuk menetralisir kesulitan
yang dialaminya selama proses kelahiran.

Dr. Jalali menyatakan:

Mengusik bayi dengan tertawaan orang-orang, menggendongnya berkali-kali, dan sering


mengganti pakaiannya untuk memperlihatkan dirinya kepada mereka adalah tindakan yang
tidak dianjurkan dan semestinya dihindari. Bayi bukanlah mainan. Ia memerlukan istirahat
dan ketenangan. Hindari berbicara keras di dekatnya, dan jangan menggoyang-goyangkannya
naik-turun dalam upaya menenangkannya. (Keseringan) memeluk dan menciumnya juga tak
dianjurkan.[62]

Sang Ibu Perlu Istirahat

Ibu juga memerlukan istirahat dan mengembalikan tenaga. Selama masa kehamilan sembilan
bulan, ia telah mengalami banyak kerja berat. Khususnya setelah melahirkan, ia akan sangat
lemah, seolah telah kehilangan hampir seluruh darahnya. Pada saat seperti ini, suami yang
baik mesti memberikan semua kenyamanan untuknya; dan dengan nutrisi yang baik, ia mesti
berupaya mengembalikan kesehatan istrinya. Bila perawatan medis dan obat diperlukan,
maka itu mesti segera dilakukan. Bila suami lalai dalam urusan ini, maka istrinya akan terus
lemah dan ia akan menanggung pula konsekuensinya.

[62] Rowan Shinashi Kudak, hal. 223.


MASA PENYUSUAN DAN PENYAPIHAN

MASA PENYUSUAN DAN PENYAPIHAN

ASI adalah Nutrisi Terbaik


Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik dan lengkap bagi anak. Bahkan
dia lebih baik daripada susu sapi, susu kambing, ataupun produk makanan bermerek.

1. ASI, yang disebabkan kandungan gizinya, akan bermanfaat bagi gerak (aktivitas) anak.
ASI sangat cocok bagi anak. Ia telah memperoleh nutrisi dari ibunya selama sembilan bulan
dalam kandungan, dan akan terus memperoleh asupan yang sama melalui ASI.

2. Karena ASI dimanfaatkan secara alamiah, maka nilai gizinya pun terpelihara.
Sementara itu, susu sapi mesti direbus terlebih dulu sebelum dikonsumsi, sehingga mungkin
saja banyak gizinya yang hilang.

3. Dari segi kesehatan anak, ASI paling dianjurkan. ASI sangat kecil kemungkinannya
terkontaminasi kuman, lantaran langsung diberikan kepada anak. Sementara itu, susu lainnya
diperoleh melalui alat tertentu, yang boleh jadi telah terinfeksi kuman pada saat digunakan.

4. ASI selalu dikonsumsi dalam kondisi segar, sementara susu lainnya bisa saja menjadi
basi ketika disimpan.

5. Tidak mungkin terjadi campuran pada ASI, sementara susu lainnya dapat memperoleh
risiko tersebut.

6. ASI terbebas dari kuman penyakit, sementara susu lain berisiko membawanya.

ASI adalah makanan teraman bagi bayi. Anak yang dibesarkan dengan ASI akan lebih sehat
dibanding anak lainnya yang diberi susu jenis lain. Kasus kematian bayi yang mengonsumsi
ASI kenyataannya lebih sedikit ketimbang yang mengonsumsi selainnya.

Keuntungan lain dari pemberian ASI adalah terselinginya periode kehamilan ibu, sehingga
kemungkinan hamil lagi akan tertunda.

Islam juga menekankan pentingnya ASI bagi anak, dan bahkan menganggapnya sebagai hak
alamiah anak. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, Tak ada susu sebaik ASI bagi
anak.[63]

ASI begitu penting dalam pandangan Islam, sehingga ketika seorang ibu memberikannya
kepada anak, dirinya akan beroleh balasan yang baik di akhirat kelak. Rasulullah saw
bersabda, Semakin sering seorang ibu memberikan ASI-nya pada anaknya, makin sering
pula Allah memberikan pahala kepadanya sebagaimana (pahala) membebaskan budak dari
suku Ismail. Ketika telah sampai masa penyapihan, seorang malaikat akan meletakkan tangan
di pundak si ibu dan berkata, Mulailah hidupmu yang baru dengan dosa-dosa lalu yang telah
terhapus.[64]

Dalam sebuah seminar di Universitas Syiraz, semua pakar yang hadir bersepakat bahwa
makanan dan kombinasi vitamin apapun tidak dapat menggantikan ASI bagi anak.
Dr. Simeen Wakifi berkata:

Amat memprihatinkan bahwa banyak ibu yang secara buta mengikuti praktik para wanita
Barat, yaitu melakukan penyapihan dini pada anak mereka, serta memberikan susu bubuk dan
makanan buatan lainnya kepadanya. Praktik semacam ini jelas bertentangan dengan
kebutuhan nutrisi anak. Dan tak ada yang bisa menggantikan ASI, yang telah terbukti lebih
baik dalam segala hal.[65]

Seorang pakar lainnya juga menulis:

ASI adalah makanan unik, yang disediakan alam untuk bayi, dan tak ada makanan lain yang
dapat menggantikannya. Oleh karena itu, setiap upaya mesti dilakukan untuk memastikan
bahwa ibu dapat memberikan ASI-nya. Bila ternyata ASI-nya kering, ia mesti memperhatikan
makanannya agar dapat menyuburkan ASI-nya.[66]

Ibu yang bertanggung jawab, yang memperhatikan kesejahteraan anak-anaknya, tidak akan
merampas rahmat yang telah diberikan Allah kepada mereka. Ibu seperti ini mengetahui
tentang pentingnya pengaruh ASI bagi perkembangan tubuh dan daya pikir anak. Oleh karena
itu, ia mau mengorbankan kesenangan mereka sendiri demi kesehatan dan kesejahteraan
anak. Wanita seperti inilah yang berhak disebut ibu; bukan mereka yang bodoh dan hanya
mementingkan diri sendiri, yang meskipun mampu menyusui namun membuat diri mereka
kering dan memberi anak mereka susu bubuk.

Wanita yang tidak memberikan ASI kepada anaknya dapat memperoleh beberapa penyakit
fisik dan psikologis. Kanker payudara adalah salah satu penyakit serius yang lazim diderita
oleh wanita seperti itu.

Gizi Bagi Ibu-Menyusui

Di sini, perlu pula menghimbau para ibu-menyusui agar memperhatikan makanannya.


Makanan yang dikonsumsi ibu terkait dengan nilai gizi ASI yang diproduksinya. Oleh karena
itu, makanan ibu mestilah terkombinasi secara imbang antara buah-buahan, sayuran, dan
makanan pokok.

Air dan makanan yang mengandung air juga bermanfaat. Ibu tidak seharusnya berpikir bahwa
makanan mahal saja yang baik. Ia mesti memprogramkan makanan seimbang, yang bergizi
namun tidak mahal. Mereka dapat pula merujuk pada buku-buku tentang perencanaan
makanan yang terkait dengan hal ini. Salah satu dari buku tersebut menyebutkan, Para pakar
diet menganjurkan agar para ibu-menyusui mengonsumsi kombinasi makanan yang tersedia.
Terutama kacang lobia, makanan pokok, susu, margarin segar, kelapa, minyak zaitun, walnut,
almond, serta buah-buahan yang manis dan banyak mengandung air.[67]

Imam Ja`far Shadiq berkata, Jika Anda menggunakan wanita Yahudi atau Nasrani menyusui
anak Anda, mintalah mereka untuk tidak mengonsumsi daging babi dan minuman
beralkohol.[68]
Bila ibu-menyusui jatuh sakit dan mesti minum obat, ia mesti ingat bahwa ASI-nya dapat
terkontaminasi obat tersebut dan dapat membahayakan anak yang disusuinya. Ibu tidak
semestinya menggunakan obat-obatan tanpa berkonsultasi lebih dulu dengan dokter yang
kompeten.

Tambahan bagi ASI

Makanan pokok bayi tidak diragukan lagi adalah ASI, namun lebih baik dilengkapi
pula dengan suplemen (tambahan), yaitu sedikit minyak ikan dan ekstrak buah. Ini akan lebih
memastikan pertumbuhan anak.

Semakin anak tumbuh, maka kebutuhan makanannya pun bertambah. Hingga


mencapai tahap yang tidak cukup dengan ASI saja. Pada tahap ini, makanan lain diperlukan
untuk memberikan gizi yang optimum. Setelah bayi berumur empat bulan atau maksimal
enam bulan, anak mesti dilatih untuk mengonsumsi makanan lain. Namun makanan tersebut
mesti lembut dan cair. Jus buah-buahan juga ideal pada tahap ini. Air rebusan sayur dapat
pula menjadi sumber makanan bergizi bagi anak. Sup juga baik untuk pertumbuhan anak.
Ketika gigi anak mulai tumbuh, maka dapat diberikan kepadanya kentang rebus, telur rebus,
biskuit, keju segar, roti, margarin, dan buah-buahan segar.

Makanan anak mestilah bervariasi, namun mesti diperhatikan bahwa anak jangan
sampai diberi makan berlebihan.

[63] Was`il asy-Syah, jil.15, hal.175.


[64] ibid..
[65] Behdasht Jismi Rawafi Kudak, hal.63.
[66] Aijaz Khurakia, hal.258.
[67] ibid., hal.251-256.
[68] Wasil asy-Syah, jil.2, hal.224.

JADWAL PEMBERIAN ASI


JADWAL PEMBERIAN ASI

Dua Metode Penyusuan

Para pakar telah menganjurkan dua metode dalam menyusui bayi. Beberapa di
antaranya adalah perlunya membuat jadwal pemberian ASI kepada anak, dan penyusuan
dilakukan dalam interval waktu yang telah ditentukan tersebut. Antara dua penyusuan,
sebagian menyarankan bahwa intervalnya tiga jam, sementara sebagian lainnya menyarankan
empat jam.

Beberapa pakar tidak setuju dengan penjadwalan semacam itu. Mereka percaya
bahwa pemberian ASI mesti dilakukan lebih sering, tergantung indikasi nafsu makan bayi.
Mereka berkata bahwa kapan saja bayi menunjukkan indikasi ingin makan, ia mesti segera
disusui.

Sementara itu, sebagian pakar gizi lainnya setuju dengan pendapat terakhir ini.
Mereka juga berkeyakinan bahwa bayi mesti memperoleh ASI kapan saja dirinya
menunjukkan rasa lapar.

Kelebihan dan Kekurangan

Kedua pendapat di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sebagai berikut:

1. Rasa lapar atau haus bayi tak dapat dipastikan. Karena, ia tak dapat mengekspresikan
kebutuhannya secara jelas. Awalnya, bayi meminum ASI hanya untuk memuaskan nafsu
makannya. Selanjutnya adalah sekedar memenuhi keinginannya untuk menetek. Dalam
situasi ini, bayi tidak terlalu keras menangis, sebagaimana ketika lapar. Akhirnya, ibu pun
memberinya ASI demi menghentikan tangisnya. Sementara itu, seringkali bayi menangis
bukan karena ingin makan, namun ibunya tetap memberinya ASI karena mengiranya lapar.
Dengan demikian, konsumsi ASI tak memiliki jadwal tertentu, karena bayi meminumnya saat
lapar maupun tidak. Kenyataannya, pemberian ASI tak beraturan seperti ini tidak baik bagi
kesehatan anak; karena ketika tumbuh nanti, kebiasaan ini akan mengganggu sistem
pencernaannya. Itulah mengapa pemberian ASI tak terjadwal rentan menyebabkan sakit bagi
anak. Imam Ali berkata, Makan berlebihan dan makan nambah mesti dihindari. Mereka
yang makan-lebih akan mudah jatuh sakit.[69]

2. Anak yang mengonsumsi ASI tanpa jadwal tertentu akan menjalani hidup secara tak
teratur sejak awal, sehingga akan tumbuh tidak seperti yang diharapkan.

3. Telah menjadi tradisi bahwa kapan pun bayi menangis, ibu akan segera memberikan
ASI kepadanya tanpa memastikan terlebih dahulu penyebab tangisnya. Anak seusia ini
memang memiliki kebiasaan menangis setiap waktu. Ia berpikir bahwa tangisan dan teriakan
adalah satu-satunya cara untuk memperoleh apa yang ia inginkan. Ia belum bisa bersabar
dalam melakukan sesuatu. Ia ingin tujuannya dapat segera terpenuhi, meskipun harus terus
menangis. Dan ia pun tak merasa malu melakukannya.

4. Orang tua dan anggota keluarga lainnya biasanya menjadi gelisah dalam menghadapi
hal ini.

Dr. Jalali berkata:

Jika penjadwalan pemberian ASI kepada anak ditentukan melalui konsultasi dengan seorang
dokter spesialis anak, maka anak akan terbiasa dengan waktu, dan ibu pun akan mengetahui
kapan anaknya lapar dan kapan nafsu makan anaknya terpuaskan. Kedua, orang umumnya
mengerjakan tugas-tugasnya sehari-hari disebabkan kebiasaan. Sama halnya dengan
memberikan ASI kepada anak, yang juga akan bisa menjadi kebiasaan, karena dilakukan pada
waktu-waktu yang telah terjadwal.[70]

(Bertrand) Russel berkata:

Saat ini, seorang ibu pada umumnya mengetahui norma-norma pengasuhan anak. Ia
mengetahui tentang pentingnya pemberian ASI pada anak dalam interval waktu yang telah
ditentukan sebelumnya, bukan setiap kali anaknya menangis. Ia mengetahui bahwa aturan
tersebut perlu diikuti demi menjaga kesehatan sistem pencernaan anak.Ketika anak melihat
bahwa orang tuanya menyambut tangisannya, itu akan menjadi kebiasaan baginya. Sehingga
ia akan terus menangis meskipun untuk hal-hal yang paling remeh sekalipun. Dan bisa jadi,
tangisannya yang lama menyebabkan kemarahan orang tuanya. Ketika anak menyadari ini, ia
akan menjadi murung, dan dunia pun terasa dingin, kering, dan suram baginya.[71]

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusuan

Metode apapun yang dipakai, para ibu-menyusui hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.

1. Semua anak tidak dapat disamakan sistem penjadwalannya. Setiap anak memiliki
sistem pencernaan dan kebutuhan makan sendiri-sendiri. Selain itu, kebutuhan makan anak
bersifat sangat dinamis. Sistem pencernaan anak yang baru lahir begitu kecil selama 40
hingga 50 hari pascakelahiran. Karenanya, ia hanya bisa memuat ASI sedikit sekali ketika
meminumnya. Namun sebentar kemudian, ia akan lapar kembali. Dalam masa ini, pemberian
ASI mesti dijadwalkan dalam interval waktu yang pendek, katakanlah setiap satu hingga satu
setengah jam. Tetapi, seiring dengan pertumbuhan anak, interval waktunya pun mesti
bertambah, katakanlah setiap tiga hingga empat jam atau bahkan lebih.

2. Setiap anak tidak memiliki kondisi fisik dan kapasitas pencernaan yang sama. Oleh
karena itu, program pemberian ASI mesti ditetapkan sendiri-sendiri bagi setiap anak.
Beberapa anak sedemikian cepat merasa lapar, sementara yang lain agak lama. Ibu yang
perhatian akan mengetahui hal ini dan membuat jadwal yang ideal dalam pemberian ASI
kepada anaknya, melalui konsultasi terlebih dahulu dengan pakar di bidang ini.
3. Kapanpun ASI diberikan kepada bayi, mesti diperhatikan bahwa itu dapat
memuaskannya. Namun, ibu harus mengamati secara hati-hati bahwa bayi dapat tertidur saat
menetek. Dalam kondisi seperti ini, ia tidak memperoleh asupanI sepenuhnya. Karenanya,
ibu mesti menepuk lembut punggungnya agar si bayi bangun dan menyelesaikan konsumsi
ASI-nya.

4. Ketika telah disusun, program pemberian ASI mesti dilakukan dengan sangat hati-hati.
Interval pemberian ASI mesti diikuti secara tegas. Di antara dua penyusuan, anak tidak
semestinya diberi ASI meskipun menangis. Tugas ini memerlukan kesabaran dan keteguhan
ibu untuk memastikan bahwa anak terbiasa dengan aturan ini. Dengan demikian, anak akan
bangun dengan sendirinya pada waktunya, untuk mengonsumsi ASI. Kesabaran dan
keteguhan akhirnya akan pula menjadi bagian dari karakter sang anak.

5. Penjadwalan pemberian ASI mesti dipersiapkan sedemikian rupa sehingga anak tidak
memerlukan lagi ASI sepanjang malam. Ketika anak telah terbiasa dengan hal ini, ibu dan
anak itu sendiri akan dapat beristirahat tenang di malam hari.

6. Payudara harus dibersihkan dengan kain katun kecil setiap selesai menyusui. Ini
penting untuk kesehatan dan mencegah kemungkinan luka.

7. Ketika anak menetek, sedikit udara juga akan ikut terhirup dan memasuki sistem
pencernaannya, yang membuatnya tak nyaman. Oleh karena itu, setelah menetek, anak
sebaiknya diangkat sedikit, lalu punggungnya ditepuk-tepuk dengan lembut, untuk
memastikan bahwa udara tersebut keluar dari sistem pencernaan anak.

8. Anak mesti disusui dari kedua payudara ibu. Ini demi menghindari keringnya ASI,
yang dapat menyebabkan rasa sakit pada payudara. Diriwayatkan bahwa seorang wanita
mendengar Imam Ja`far Shadiq berkata, Jangan kau susui anakmu hanya dari salah satu
payudaramu, untuk memastikan bahwa anakmu memperoleh kebutuhan makan yang
lengkap.[72]

9. Seorang ibu-menyusui mesti menjaga agar dirinya tak melakukan tugas-tugas berat
dan menghindari marah. Karena hal itu dapat mempengaruhi kapasitas produksi ASI-nya,
yang pada akhirnya merugikan anaknya.

[69] Mustadrak al-Was`il, jil.3, hal.82.


[70] Rowan Shinasi Kudak, hal.224.
[71] Dar Tarbiyat, hal.78.
[72] Wasil asy-Syah, jil.15, hal.176.
IBU YANG TAK MAMPU MEMPRODUKSI ASI

IBU YANG TAK MAMPU MEMPRODUKSI ASI

Bila ibu tak dapat memuaskan rasa lapar anak, maka ia tetap tak berhak menjauhkan
anak dari ASI-nya. Ia mesti tetap memberikan ASI-nya seberapapun kadar yang dimilikinya,
serta melengkapinya dengan susu dan makanan lainnya. Namun, bila ibu benar-benar tak
mampu memproduksi ASI, ia dapat memberi anaknya susu sapi, yang kualitasnya mendekati
ASI. Sekaitan dengan ini, perlu dicamkan hal-hal berikut:

1. Susu sapi secara umum lebih padat dan lebih berat ketimbang ASI. Oleh karena itu,
mesti ditambah air masak sebelum diberikan kepada bayi, agar mendekati kepadatan ASI.
Susu tersebut mesti juga dibuat manis dengan menambahkan sedikit gula.

2. Susu sapi mesti dimasak dulu selama lima belas menit, untuk memastikan terbunuhnya
kuman-kuman yang terdapat di dalamnya.

3. Susu sapi, ketika diminumkan kepada bayi, jangan sampai terlalu panas ataupun
terlalu dingin. Temperatur susu mesti mendekati temperature ASI.

4. Setiap kali anak diberi susu sapi, pastikan bahwa botol susu telah dibersihkan secara
benar dan terbebas dari kontaminasi, demi mencegah anak dari terinfeksi penyakit.

5. Pastikan bahwa tipe susu sapi yang diberikan adalah benar.

Bila ibu ingin memberikan susu bubuk, perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
anak, demi memperoleh rekomendasi nutrisi yang tepat bagi bayinya. Terdapat berbagai
produk makanan di pasaran yang cocok dengan kebutuhan anak dalam berbagai usia, dan
para pakarlah yang dapat memutuskan mana yang cocok untuk masing-masing anak. Bila
susu yang direkomendasikan tak diperoleh, ibu harus berkonsultasi kembali dengan dokter
demi memperoleh rekomendasi baru.
MASA PENYAPIHAN

MASA PENYAPIHAN

Alasan Penyapihan

Ada masanya anak harus disapih atau dihentikan dari mengonsumsi ASI, yaitu:

1. Ketika ibu terjangkit penyakit menular.

2. Ketika ibu menderita gangguan kesehatan serius, seperti serangan jantung, dan dokter
menganjurkannya tidak menyusui.

3. Ketika ibu menderita penyakit mental, atau menderita epilepsi.

4. Ketika ibu menderita anemia dan memberikan ASI akan membahayakan keduanya
(ibu dan anak).

5. Ketika ibu ketagihan narkoba dan atau minuman beralkohol, karena ASI-nya akan
menjadi beracun dan berbahaya bagi anak.

Dalam kondisi-kondisi seperti ini, di mana bayi dapat terancam penyakit ataupun racun
melalui ASI, maka sebaiknya ibu menghindari pemberian ASI.

Sementara itu, ketika seorang ibu-menyusui memperoleh kehamilan, maka ia mesti menyapih
anaknya, dan bersamaan dengan itu memperkenalkan makanan-makanan lain kepada
anaknya.

Menyapih Anak

Idealnya, bayi memperoleh ASI selama dua tahun. Ini sebagaimana difirmankan Allah
Swt, Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh. (QS. al-Baqarah:
233)
Ibu diizinkan menyapih anaknya sebelum dua tahun, asalkan tidak kurang dari 21
bulan. Imam Ja`far Shadiq berkata, Periode penyusuan bayi haruslah minimum 21 bulan.
Bila seorang ibu menyusui kurang dari periode itu, maka itu akan menyebabkan kesulitan
bagi anak.[73]

Dalam dua tahun penyusuan oleh ibu, anak secara perlahan juga dibiasakan
mengonsumsi makanan lainnya. Dalam periode ini, ibu dapat mulai mengurangi frekuensi
penyusuan, dan menggantinya dengan makanan bergizi lainnya.

Setelah masa penyusuan berakhir, bayi pun harus disapih. Sehingga bayi pun sekarang siap
mengonsumsi nutrisi lainnya. Seorang ibu yang perhatian mestilah mengetahui tipe makanan
apa yang dapat diberikan kepada anaknya. Makanan ini harus sesuai dengan karakter anak
dan memiliki nilai gizi yang baik.

Namun demikian, penyapihan anak bukanlah tugas yang mudah. Selama beberapa hari, bayi
akan menangis dan terus meminta ASI. Pada kondisi ini, ibu hendaklah bersabar dan
bijaksana. Para ibu biasanya menaruh sesuatu yang pahit di puting susunya atau mewarnai
hitam payudaranya, agar bayi enggan menetek darinya. Namun, tindakan-tindakan yang
diambil jangan sampai membuat anak ketakutan. Anak tidak semestinya merasa ketakutan
selama masa penyapihan, karena hal itu dapat memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan
fisik dan psikologinya.

[73] Wasil asy-Syah, jil.15, hal.177.


ANAK PEREMPUAN ATAU LELAKI

ANAK PEREMPUAN ATAU LELAKI

Tak lama setelah hamil, sang ibu mulai bertanya-tanya; apakah ia akan memiliki anak
lelaki ataukah perempuan. Ia lalu berdoa agar diberi anak lelaki. Ketika kerabatnya
berkunjung, mereka berkata bahwa pancaran wajahnya mengindikasikan dirinya akan
memiliki anak lelaki. Sedangkan, orang-orang yang tak menyukainya akan berkata bahwa
pancaran matanya mengindikasikan dirinya akan memiliki anak perempuan. Sementara,
suaminya juga menginginkan anak lelaki. Terkadang, ia mengekspresikan keinginannya itu
pada sang istri. Menjelang kelahiran, kerabat yang mengelilinginya dipenuhi pikiran apakah
ia akan melahirkan bayi lelaki ataukah perempuan.

Ketika mereka mengetahui bahwa bayinya perempuan, suasana seketika menjadi sunyi.
Namun, bila bayi itu lelaki, teriakan riang pun memenuhi ruangan. Ketika sang ayah
mendengar bahwa bayinya lelaki, ia pun girang. Ia akan bergegas mengambil manisan dan
buah-buahan untuk menjamu tamu-tamunya. Ia pun akan segera memerintahkan bayinya
diberi perawatan yang baik agar tak kedinginan. Ia lalu mulai memanjakan istrinya, serta
memberikan hadiah kepada bidan dan tamu-tamunya.

Tetapi ketika bayi itu perempuan, wajahnya langsung murung. Ia akan pergi dan duduk di
pojok ruangan. Ia pun mulai mengutuki nasib sialnya. Ia tidak mengacuhkan istrinya dan
bahkan terkadang berhasrat menceraikannya.

Inilah kondisi kemerosotan masyarakat kita. Namun demikian, selalu ada pengecualian.
Masih ada orang tua menerima kelahiran anak perempuan dengan tangan terbuka dan kasih
sayang sebagaimana anak lelaki. Namun, keluarga seperti ini memang masih minoritas.

Lelaki atau Perempuan, Tidak Berbeda


Ayah dan ibu terhormat! Apa bedanya memiliki anak lelaki atau perempuan? Apakah anak
perempuan itu bukan manusia seperti anak lelaki? Tidakkah anak perempuan itu memiliki
kapasitas untuk tumbuh dan berkembang? Tak dapatkah ia menjadi orang yang berguna dan
bernilai? Apakah ia bukan keturunan Anda? Apa keuntungan khusus yang Anda peroleh dari
anak lelaki, yang tak dapat diberikan oleh anak perempuan? Bila anak perempuan itu tak
berarti di mata Allah, keturunan Rasulullah saw tidak akan melalui Fathimah Zahra. Bila
Anda mengasuh anak perempuan dengan baik, ia tidak akan lebih rendah dari anak lelaki.
Bila Anda melihat sejarah, maka Anda akan dapati kisah tentang para wanita yang lebih
cakap dari ribuan laki-laki.

Pemikiran dangkal seperti iniyang merendahkan status wanitajustru berkembang dalam


masyarakat kita. Sehingga, diperlukan jihad untuk melawan kejahatan semacam ini.
Diperlukan pula pelurusan terhadap pemikiran yang membeda-bedakan anak lelaki dan anak
perempuan.

Anak perempuan dapat menjadi orang yang berguna dan efisien seperti anak lelaki. Anda
mesti menerima kabar kelahiran anak yang sehat, baik itu lelaki maupun perempuan, dengan
kebahagiaan yang sama. Anda mesti bersyukur kepada Allah Swt atas karunia yang Dia
berikan kepada Anda. Anak adalah bagian dari keberadaan Anda, yang telah lahir ke dunia
ini. Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya selalu bersikap seperti ini dalam kehidupan mereka.

Kapan saja Imam Sajjad menerima berita tentang kelahiran seorang anak, beliau tidak pernah
mempertanyakan apakah anak itu lelaki atau perempuan. Beliau biasa memanjatkan doa
ketika memperoleh kabar bahwa anak itu sehat walafiat.[74]

Suatu hari, Rasulullah saw sedang berbincang-bincang dengan para sahabat, ketika kemudian
seseorang datang dan mengabarkan bahwa Allah Swt telah memberi beliau seorang anak
perempuan. Beliau pun bergembira dan mengucap syukur kepada Allah Swt. Namun, ketika
melihat pada para sahabat, beliau mendapati mereka menundukkan kepala. Beliau pun marah
dan berkata, Apa yang kalian lakukan? Allah telah memberiku sekuntum bunga, yang
keharumannya kucium. Allah telah menjamin pula rezekinya sebagaimana anak lelaki.[75]

Allah Swt juga mengecam diskriminasi terhadap anak perempuan, sebagaimana termaktub
dalam firman-Nya, Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, maka hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan ia sangat marah. Ia pun
menyembunyikan dirinya dari orang banyak. (QS. an-Nahl: 58-59)

[74] Wasa`il asy-Syah, jil.15, hal.143.


[75] ibid., tanpa nomor jilid dan halaman.
MENAMAI ANAK

MENAMAI ANAK

Salah satu tanggung jawab penting orang tua adalah memilih nama untuk anaknya.
Mereka tak semestinya meremehkan hal ini. Individu-individu dan keluarga-keluarga bisa
dikenali melalui namanya. Bila nama seseorang baik, ia akan diterima dengan baik pula oleh
masyarakat. Seseorang yang namanya tidak nyaman didengar, tidak akan memperoleh
perhatian yang baik dari orang lain, bahkan terkadang mereka mengejeknya. Seseorang yang
memperoleh nama yang kurang baik akan menjadi korban penyakit inferiority complex[76].
Oleh karena itu, Islam mewajibkan orang tua memberikan nama yang baik bagi anaknya.

Rasulullah saw bersabda, Adalah tanggung jawab setiap ayah untuk memberikan
nama yang baik bagi anaknya.[77]

Rasulullah saw juga bersabda, Anak-anak memiliki tiga hak atas ayah mereka.
Pertama, berhak memperoleh nama yang baik. Kedua, berhak memperoleh pendidikan yang
baik. Dan ketiga, ayah membantu mereka memilih jodoh yang baik.[78]

Imam Musa Kazhim berkata, Kebaikan pertama yang dilakukan seorang ayah
kepada anaknya adalah memberinya nama yang baik.[79]

Di sisi lain, nama seseorang memiliki pula nilai sosial yang penting. Nama dapat
menjadi pengenal bagi seseorang bahwa ia berasal dari keluarga baik-baik. Bila orang tua
mengagumi para penyair terkenal, biasanya ia akan menamai anaknya dengan nama-nama
mereka. Bila orang tua gemar sekolah tinggi, biasanya ia akan menamai anaknya dengan
nama para intelektual terkemuka. Sedangkan, orang tua yang religius akan menamai anaknya
dengan nama para nabi, para imam, dan orang-orang saleh. Sedangkan, orang tua yang ingin
anaknya menjadi pembela agama, biasanya akan menamai anaknya dengan Muhammad, Ali,
Hasan, Husain, Abu Fadhl, Abbas, Hamzah, Ja`far, Abu Dzar, Ammar, Said, dan lain-lain.

Demikian pula, bila orang tua gemar berolahraga, biasanya akan menamai anaknya
dengan nama para atlet terkenal. Sama halnya, bila orang tua gemar seni musik, biasanya
akan menamai anaknya dengan nama para musikus terkemuka. Namun, bagi orang tua yang
berwatak zalim, akan bangga menamai anaknya dengan nama para tirani, seperti Alexander,
Jengis, Timur[80], dan lain-lain.

Perlu diperhatikan pula, ketika orang tua menamai anaknya, secara otomatis, ia telah
menyatukan dirinya dengan orang-orang di masa lalu. Ini akan memberikan dampak tertentu
pada watak dan pemikiran anak saat mereka dewasa.

Rasulullah saw bersabda, Berilah nama yang baik. Karena, pada Hari Pembalasan kelak,
kalian akan dipanggil dengan nama itu. Akan diserukan kepada kalian, Wahai fulan bin
fulan, bangun dan bergabunglah dengan cahayamu! Atau, Wahai fulan bin fulan, bangunlah,
namun tak ada cahaya yang dapat membimbingmu![81]

Seseorang berkata kepada Imam Ja`far Shadiq, Kami menamai anak-anak kami dengan
nama Anda dan nama bapak-bapak Anda yang mulia. Apakah ini akan memberikan manfaat
pada kami? Beliau menjawab, Ya, demi Allah. Iman itu tidak lain adalah mencintai orang-
orang saleh (para kekasih Allah) dan membenci orang-orang batil (para musuh Allah).

Syiar keyakinan seseorang biasanya dilakukan dengan memperoyeksikan nama orang-orang


penting. Mereka lalu menambahkan nama kota, jalan, dan pengenal lainnya setelah nama
orang tersebut. Seorang Muslim yang bertanggung jawab dan taat juga akan berupaya
mengabadikan nama orang-orang besar dalam Islam, yang salah satunya dengan
menggunakannya sebagai nama anak-anaknya.

Ya, nama seperti Hasan, Husain, Abu Fadhl, Ali Akbar, Hurr, Qasim, Hamzah, Ja`far, Abu
Dzar, dan Ammar adalah sebagian nama yang menghidupkan jiwa untuk mengingat aksi-aksi
heroik orang-orang besar tersebut, dan mendorong generasi mendatang menjadikan mereka
sebagai idola. Ketika seseorang memiliki nama para nabi seperti Ibrahim, Musa, Isa, atau
Muhammad; maka ia akan terdorong untuk semampu mungkin menjadi orang baik. Bila
seseorang memiliki nama para sahabat dan pengikut Ahlulbait, seperti Abu Dzar, Maitsam,
dan Ammar; maka ia akan menyadari pentingnya perbuatan orang-orang besar tersebut.
Seorang Muslim yang cerdas tentu tidak akan memberi nama anaknya dengan nama para
tiran dan musuh Islam.
Imam Muhammad Baqir berkata, Berhati-hatilah terhadap setan. Ketika mendengar
seseorang memiliki nama Muhammad dan Ali, ia akan meleleh seperti timah yang meleleh.
Dan ketika mendengar seseorang memiliki nama para musuh kami, ia akan sangat
bergembira.[82]

Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa memiliki empat anak lelaki dan tak satupun yang
dinamai dengan namaku, berarti telah berbuat zalim kepadaku.[83]

Imam Muhammad Baqir berkata, Nama yang tak ada bandingannya adalah nama para nabi.

Rasulullah saw sangat menganggap penting sebuah nama. Sehingga, ketika merasa tak suka
dengan nama seorang sahabat atau sebuah tempat, beliau saw akan segera menggantinya.
Beliau saw telah mengganti nama Abdul Syam dengan Abdul Wahab. Beliau saw juga
mengganti nama Abdul Uzza dengan Abdullah. Beliau saw juga mengganti nama Abdul
Haris dengan Abdurrahman. Beliau saw juga mengganti nama Abdul Kabah dengan
Abdullah.

[76] Inferiority Complex adalah sejenis penyakit kejiwaan, di mana seseorang merasa
dirinya kecil, rendah, hina, dan kalah. Sehingga, terkadang ia menjadi terlalu agresif melalui
kompensasi berlebihanpenerj.
[77] Wasil asy-Syah, jil.2, hal.618.
[78] ibid., jil.14, hal.92.
[79] ibid., jil.15, hal.122.
[80] Berasal dari nama Timur Lengkh, salah seorang keturunan Jengis Khan yang menjadi
penguasa Mongol yang kejampenerj.
[81] Wasil asy-Syah, jil.15, hal.123.
[82] ibid., hal.127.
[83] ibid.

Anda mungkin juga menyukai