Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKHLAK DALAM BERKELUARGA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Akhlaq Dan Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. Didin Komarudin, M. Ag

Disusun Oleh :

Muhamad Abdul Aziz (1221030114)


Muhammad Yalda Rifat Surya (1221030214)
Nazelia Leyli Syakilla (1221030140)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
KATA PE NGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada pihak – pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan dunia Pendidikan.

Bandung, 22 Mei 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalimat akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu al-akhlaq. Kata “al-akhlaq” merupakan
bentuk jama dari bahasa “ khuluqun” yang bermakna tabiat, kebiasaan atau adat.
Sedangkan secara istilah adalah sifat yang terdapat dalam diri seseorang yang membuat
perbuatan yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau jelek. Akhlak pada hakikatnya
adalah gambaran kondisi batin seseorang. Ia adalah jiwa dan sifat- sifat sebenarnya dari
seseorang. Kehidupan adalah salah satu dari sekian banyak penciptaan Allah SWT. Di
dalam kehidupan manusia, akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting. Hal ini
karena jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung bagaimana akhlak yang dimiliki.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika perilaku itu buruk, maka disebut akhlak tercela atau al-madhmumah.
Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak terpuji atau al-mahmudah.
Akhlak Islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang Islami apabila bersumber pada ajaran
Allah dan Rasulullah. Akhlak Islam ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka
sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik atau yang
buruk. Akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dikarenakan tujuan dari
pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak mulia bagi setiap muslim untuk mencapai
kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat. Ajaran Islam sangat mengutamakan akhlaq al-
karimah, yakni akhlak yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Dalam konsepsi Islam,
akhlak juga dapat diartikan sebagai suatu istilah yang mencakup hubungan vertikal antara
manusia dengan khaliknya dan hubungan horizontal antara sesama manusia. Pernikahan
adalah suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang lelaki dan perempuan
yang bukan mahram, serta menimbulkan hak dan kewajiban di antara keduanya. Pada
hakikatnya, semua manusia diciptakan dengan berpasang- pasangan untuk saling
menyayangi dan mengasihi. Ungkapan ini menunjukkan bahwa hal ini akan terjadi baik
melalui hubungan pernikahan yang sah. Keluarga merupakan tata nilai yang seharusnya
menjadi kekuatan penggerak dalam membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan
kenyamanan dunia sekaligus memberi jaminan keselamatan akhirat. Rumah tangga
seharusnya menjadi tempat yang tenang bagi setiap anggota keluarga. Mereka merasa
nyaman di dalamnya dan penuh percaya diri ketika berinteraksi dengan keluarga yang
lainnya dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian akhlak orang tua kepada anak
2. Pengertian akhlak anak kepada orang tua
3. Pengertian akhlak suami istri
4. Pengertian akhlak kepada saudara dan tetangga
C. Tujuan
1. Mengetahui secara keseluruhan tentang akhlak orang tua terhadap anak.
2. Mengetahui secara keseluruhan tentang akhlak anak kepada orang tua.
3. Mengetahui secara keseluruhan tentang akhlak suami istri.
4. Mengetahui secara keseluruhan tentang akhlak akhlak kepada saudara dan tentangga.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aklak Orang Tua kepada Anak.
Akhlak orang tua terhadap anak merujuk pada sikap, perilaku, dan nilai-nilai
moral yang ditunjukan oleh orang tua dalam hubungan mereka dengan anak-anak
mereka. Ini mencakup cara orang tua memperlakukan, mendidik, dan membimbing
anak-anak mereka untuk mengembangkan kepribadian yang baik, etika, dan moral
yang positif. Orang tua sesunguhnya tidak bebas berbuat apa saja kepada anak-
anaknya. Ada adab atau etika tertentu yang harus diperhatikan para orang tua
sehubungan adanya kewajiban anak-anak berbakti kepada mereka. Menurut Imam Al-
Ghazali sebagaimana disebutkan dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din (Kairo, Al-
Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444) yang artinya. “Adab orang tua terhadap
anak, yakni: membantu mereka berbuat baik kepada orang tua; tidak memaksa mereka
berbuat kebaikan melebihi batas kemampuannya; tidak memaksakan kehendak
kepada mereka di saat susah; tidak menghalangi mereka berbuat taat kepada Allah
SWT; tidak membuat mereka sengsara disebabkan pendidikan yang salah. Setidaknya
ada lima (5) adab orang tua terhadap anak-anaknya,

 Pertama, membantu anak-anak bersikap baik kepadanya. Sikap anak kepada orang
tua sangat dipengaruhi sikap orang tua kepada mereka. Jika orang tua sayang
kepada anak-anak, mereka tentu akan membalas dengan kebaikan yang sama.
Tidak mungkin anak-anak bersikap baik kepada orang tua, jika mereka
diperlakukan semena-mena. Oleh karena itu ketika orang tua bersikap baik kepada
anak-anaknya, sesungguhnya orang tua telah mendidik dan membantu anak-
anaknya menjadi anak yang baik pula.
 Kedua, tidak memaksa anak-anak berbuat baik melebihi batas kemampuannya.
Orang tua perlu memahami psikologi perkembangan agar anak-anak dapat
menjalani kehidupannya sesuai dengan fase-fase perkembangannya. Tidak bijak
apabila anak-anak yang masih duduk di bangku TK sudah diperintahkan berpuasa
sehari penuh selama Ramadhan. Mereka memang perlu dilatih berpuasa tetapi
tidak boleh seberat itu. Demikian pula tidak bijak apa bila orang tua memaksakan
kehendaknya agar mereka selalu menduduki ranking 1 di kelasnya, misalnya,
sementara kemampuannya kurang mendukung.
 Ketiga, tidak memaksa anak-anak saat susah. Sebagaimana orang dewasa, anak-
anak juga bisa merasakan susah, misalnya karena kehilangan sesuatu yang
menjadi kesayangannya seperti binatang kesayangan atau lainnya. Pada saat
seperti ini orang tua sebaiknya dapat memahmi psikologi anak dengan tidak
menambahi bebannya. Misalnya, orang tua melakukan perintah-perintah yang
banyak dan berat sehingga menambah beban anak. Justru sebaiknya orang dapat
menghibur dan membesarkan hati anaknya bahwa Allah akan mengganti apa yang
hilang dari anak itu dengan sesuatu yang lebih baik.
 Keempat, tidak menghalangi anak-anak untuk berbuat taat kepada Allah SWT.
Tidak sebaiknya orang tua menghalangi anak-anak ketika mereka bermaksud
melakukan ketaatan kepada Allah SWT, misalnya, berlatih puasa sunnah Senin-
Kamis. Tetapi memang orang tua perlu memberi arahan untuk tidak berpuasa
dahulu, misalnya, ketika kondisi anak sedang sakit. Orang tua perlu menjelaskan
bahwa beberapa orang diperbolehkan tidak berpuasa, misalnya orang-orang yang
sedang sakit, atau seorang ibu yang sedang menyusui anaknya yang masih kecil.
Untuk puasa Ramadhan memang harus diganti apabila ditinggalkan, edang puasa
sunnah tidak harus diganti.
 Kelima, tidak membuat anak-anak sengsara disebabkan pendidikan yang salah.
Adalah kewajiban orang tua mendidik anak dengan sebaik-baiknya sehingga anak
memiliki ilmu yang cukup dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan. Apabila
orang tua tidak cukup membekali anak dengan ilmu dan ketrampilan yang
diperlukan dan malahan memanjakannya, maka hal ini bisa menyengsarakan anak
di kemudian hari. Anak bisa bodoh dan tidak mandiri dalam banyak hal sehingga
tidak bisa menolong dirinya sendiri apalagi orang lain. Keadaan seperti ini akan
membuat anak sengsara dalam hidupnya.

2. Akhlak Anak kepada Orang Tua.


Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut
bahasa berarti budi pekerti , perangai, tingkah laku , dan tabiat. 1Tabiat atau watak
dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa. Adapun
defenisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu.2 Dengan demikian pengertian akhlak dan kedua orang tua diatas
dapat dikatakan bahwa akhlak kepada kedua orang tua adalah jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan baik karena kebiasaan tanpa pemikiran dan pertimbangan
sehingga menjadi kepribadian yang kuat didalam jiwa seseorang untuk selalu berbuat
baik kepada orang yang telah mengasuhnya mulai dari dalam kandungan maupun
setelah dewasa. Adapun akhlak Adapun akhlak terhadap orang tua adalah sebagai
berikut: Menyayanginya, mencintainya,menghormatinya, mematuhinya, dan
merendahkan diri padanya serta sopan kepadanya.Kita mengetahui dan menyadarinya
dengan sepenuh hati bahwa hidup bersama orang tua merupakan nikmat yang luar
biasa, yang tidak dapat tergantikan dengan apapun didunia ini.
Ketika orang tua kita meninggal alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada
yang dapat dipandanginya lagi. Pandanglah kedua orang tua dengan penuh kasih
sayang , janganlah memandangnya dengan pandangan marah dan bersuara keras
kepadanya. Dalam Al-Qur’an surat Alisra’ ayat 23-24 Allah berfirman “ Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-dua sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka selaki-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku , kasihanilah mereka
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”
Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih dikenal dengan istilah Birrul
Walidain artinya menunaikan hak orang tua dan kewajiban terhadap mereka berdua.
Tetap mentaati keduanya , melakukan hal-hal yang membuat mereka senang dan
menjauhi perbuatan buruk terhadap mereka. Berbakti kepada kedua orang tua adalah

1
A. Mustafa, Akhlak tasawuf, 1999. Pustaka Setia : Jakarta ,Cet. III, hal. 11.
2
Abd. Hamid Yunus, Dairah al-Ma.arif, II, Asy.Syab, t.t:Cairo, hal. 436.
menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya, mencintai dan mengikuti
perintahnya yang baik, dan menjauhi larangannya dan mencegah gangguan yang akan
menimpanya bila mampu.3

Keutamaan dari berbuat baik terhadap kedua orang tua adalah :


1. Merupakan amalan yang paling mulia.
Dari Abdullah Bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhainya dia berkata:
Saya bertanya kepada Rasulullah salallahi alaihi wasallam, Apakah amalan yang
paling dicintai oleh Allah?, Rasulullah Saw bersabda: “Shalat tepat pada
waktunya”, Saya bertanya kemudian apa lagi? Rasulullah Saw bersabda
“Berbuat baik kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi , lalu apa lagi?
Rasulullah Saw bersabda “ Berjihad di jalan Allah”.4
2. Merupakan salah satu sebab-sebab diampuninya dosa.
Dalam surat Al-Ahqaf ayat 15-16 Allah berfirman: ”Dan Kami perintahkan
kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat
puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat
mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada
kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan
berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang
muslim.”Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal baiknya yang telah
mereka kerjakan dan (orang-orang) yang Kami maafkan kesalahan-
kesalahannya, (mereka akan menjadi) penghuni-penghuni surga. Itu janji yang
benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (QS.Al-Ahqaf 15-16 ).”5
3. Sebab masuknya seseorang ke syurga.
Dari Muawiyah bin jahimah mudah-mudahan Allah merihdai mereka berdua,
dia berkata kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, saya ingin berangkat untuk
berperang, dan saya datang kesini untuk minta nasehat pada Anda. Maka
Rasulullah Saw Bersabda: “kamu masih memiliki ibu?”. Berkata dia, “Ya” .
Bersabda Rasulullah Saw: “Tetaplah dengannya karena sesungguhnya syurga itu
dibawah telapak kakinya” (Hadis Hasan diriwayatkan oleh Nasa’I dalam
Sunnahnya dan Ahmad dalam Musnatnya).
4. Merupakaan keridhaan Allah.
Sebagaimana hadis-hadis yang lalu “Keridhaan Allah ada pada keridhaan
kedua orang tua dan kemurkaanNya ada pada kemurkaan kedua orang tua.”
Allah sangat membenci orang yang selalu membuat orang tua marah, sakit hati
dan lain-lain. Sebagai seorang anak maka kita berkewajiban untuk selalu membuat
mereka senang dan bangga terhadap apa yang kita capai.

5. Bertambahnya Umur dan Rejeki.

3
Abu Luthfiyah, Wahai Anakku Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tuamu, (Bogor: Pustaka Ibnu Kastir, 2000),
hal. 1.
4
HR. Bukhari dan Muslim dalam Shahihain.Hadis riwayat Bukhari, 10/336 dan Muslim no. 85.
5
Al-Quranul Karim Tafsir Perkata, diretbitkan oleh Al-Fatih.
Sebagaiman kita ketahui bahwa silaturrahmi dapat memperluas rizki dan
memanjangkan umur seseorang dan silaturrahmi yang paling utama adalah
silaturrahmi dengan orang tua dan senantiasa berbuat baik kepada mereka. Jika
orang tua tinggal jauh dengan anak maka sang anak hendaknya selalu berusaha
menyambung komunikasi dengan mereka dan mengunjungi orang tuanya pada
suatu waktu untuk memastikan kondisi kedua orang tuanya.6

3. Akhlak Suami Istri


Tolak ukur kepribadian seseorang dapat dilihat dari akhlaknya. Seseorang
akan dinilai baik jika memiliki akhlak yang baik. Akhlak yang baik bukan hanya
ditunjukkan di luar rumah kepada teman, sahabat, tetangga, atau orang lain yang tidak
dikenal. Tetapi akhlak yang baik harus diciptakan dalam sebuah keluarga, terlebih
akhlak yang baik bagi pasangan suami istri. Dengan akhlak yang baik, pasangan
suami istri dapat mewujudkan keluarga yang sakinah. Menjalin keluarga sakinah tentu
menjadi idaman setiap manusia. Pasalnya, hal tersebut mempengaruhi tingkat
ketenangan dan kenyamanan dalam sebuah rumah tangga. Dengan keadaan rumah
yang tenang dan penuh kasih sayang akan menciptakan hubungan yang baik dalam
sebuah keluarga.
Kitab al-Adab fi al-Din merupakan sebuah kitab yang menjelaskan mengenai
akhlak-akhlak yang baik menjadi seorang muslim. Mulai dari akhlak terhadap Allah
Swt, akhlak terhadap sesama manusia yang meliputi akhlak terhadap istri, akhlak
terhadap suami, akhlak terhadap guru, akhlak terhadap murid serta akhlak terhadap
tetangga, dan akhlak terhadap diri sendiri.
Adapun akhlak seorang suami terhadap istri dalam kitab al-Adab fi al-Din
adalah sebagai berikut:
1. Bergaul Dengan Baik
Sudah selayaknya apabila suami istri memiliki sebuah hubungan yang baik.
Hubungan baik inilah yang akan menciptakan suasana damai dalam sebuah rumah
tangga. Bergaul dengan baik dapat dilakukan dengan saling terbuka antara suami
dan istri, jika ada masalah maka diselesaikan bersama. Imam Mustofa dalam
jurnal yang berjudul Keluarga Sakinah dan Tantangan Globalisasi mengatakan
bahwa interaksi dalam sebuah keluarga harus menciptakan hubungan yang baik,
komunikasi yang baik, demokratis, dan timbal balik. Persatuan dalam keluarga
sangatlah penting karena dapat memperkokoh keharmonisan dalam rumah tangga.
Hal ini ditempuh dengan cara menyelesaikan masalah dari hal yang kecil sampai
yang rumit dalam kehidupan keluarga.
Oleh karena itu, sebagai kepala keluarga yang memiliki kedudukan lebih
tinggi daripada istri, maka seorang suami harus menjadi pemimpin yang baik bagi
istrinya. Dan bagi seorang suami harus bisa berinteraksi secara baik dengan
istrinya. Karena dengan interaksi yang baik antara suami dan istri maka dapat
menjadikan keluarga menjadi harmonis. Bergaul dengan baik bisa dilakukan
dengan cara saling terbuka satu sama lain. Apapun yang dialami suami maupun
istri, mereka harus saling mengetahui, jangan ada yang ditutup-tutupi agar tidak
menimbulkan kecurigaan.7

6
https://dalamislam.com. Keutamaan berbakti kepada orang tua dalam Islam.2016.Diakses tgl 6 februari 2019.
7
Imam al-Ghazali, kitab al-Adab fi al-Din, Kairo: 1910, 25.
2. Bertutur Kata yang Lembut
M. Abdul Halim Hamid dalam bukunya yang berjudul Bagaimana
Membahagiakan Istri mengatakan bahwa apabila memanggil istrinya hendaklah
memanggil dengan panggilan manja. Karena itu pun dapat menumbuhsuburkan
pohon cinta dan hormat, dapat membangkitkan kebahagiaan, melapangkan dada
dan mendendangkan irama merdu pada pendengarnya. 8 Dari penjelasan di atas
penulis menyimpulkan bahwa bagi seorang suami seharusnya dapat berbicara
menggunakan bahasa yang baik dan lembut kepada istrinya. Seorang wanita (istri)
sangat sensitif dengan kata-kata kasar. Suami harus mengetahui bagaimana sifat
istrinya, jika istri mudah tersinggung dengan perkataan yang kasar meskipun itu
hanya bercanda, maka hal tersebut harus dihindari agar tidak membuat istri marah.
Perkataan-perkataan kasar yang dapat menyakitkan hati istrinya wajib
ditinggalkan. Karena hubungan dalam keluarga harus baik supaya menjadi
keluarga yang sakinah dalam berumah tangga.
3. Menunjukan Cinta Kasih
Suami yang baik adalah orang yang tidak mudah merasa benci terhadap istri,
walaupun kadang-kadang ia berperilaku kurang baik. Suami tidak boleh
menunjukkan kebencian terhadap istrinya disebabkan ada perilaku yang kurang
baik. Seorang suami harus tetap berperilaku baik terhadap istri di samping
berusaha merubah sifat yang kurang baik. Harus pula disadari, bahwa wanita
mempunyai tingkat emosional yang lebih tinggi. Untuk merubah sikap istri yang
kurang baik tidak boleh bersikap terlalu keras.9 Menunjukkan cinta dan kasih
sayang kepada istri merupakan sebuah keharusan bagi suami. Misalnya suami
pulang dari kerja dalam keadaan sangat lelah, maka jangan sampai marah-marah
kepada istrinya. Seorang istri akan lebih bahagia jika suaminya pulang kerja
dengan wajah yang bahagia. Menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada istri
merupakan sesuatu hal yang dapat membuat istri merasa sangat dihargai dan
disayang.
4. Menjaga Kehormatan Istri
Selain tugas istri menjaga kehormatan suami, suami juga harus menjaga
kehormatan istri. Menjaga kehormatan istri mencakup menutup aib istri,
memuliakan istri di depannya atau di depan orang lain, menghargai keputusan istri
dan mendukung kegiatan istri.10 Istri bukanlah manusia sempurna yang tidak
pernah berbuat salah. Istri pasti pernah berbuat salah, memiliki kelemahan, dan
kekurangan. Sebagai suami hendaknya tetap menjaga kehormatan istri dengan
tidak menceritakan aib-aib istri kepada orang lain. Aib keluarga adalah sesuatu
yang tidak perlu diketahui oleh orang lain.
5. Mengeluarkan Biaya Untuk Mencukupi Kebutuhan Istri
Kewajiban seorang suami salah satunya adalah memberikan nafkah kepada
istrinya. Jika suami bekerja maka harus menyisihkan uang untuk diberikan kepada
istrinya. Seorang suami hendaknya memenuhi semua kebutuhan istrinya tanpa
menunggu diminta. Jangan sampai seorang suami pelit memberi nafkah istrinya
karena merasa dia yang sudah susah-susah mencari uang. Antara suami dan istri

8
M. Abdul Halim Hamid, Bagaimana Membahagiakan Istri, Terj. Wahid Ahmadi….21.
9
Asmuni dan Nispul Khoiri, Hukum Kekeluargaan Islam…. 24.
10
Imam al-Ghazali, kitab al-Adab fi al-Din, Kairo: 1910, 25.
harus longgar satu sama lain dan merasa saling memiliki kewajiban. Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah/1: 233 :
‫َو َع َلى اْلَم ْو ُلْو ِد َلٗه ِر ْز ُقُهَّن َو ِكْس َو ُتُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّلُف َنْفٌس ِااَّل ُو ْس َعَها‬
Artinya: “Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan
cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya”. Ayat
tersebut menjelaskan bahwa seorang suami memiliki kewajiban untuk menafkahi
keluarganya sesuai kemampuannya. Kebutuhan keluarga yang bersifat materi
merupakan kebutuhan keluarga yang membutuhkan dukungan finansial
(keuangan). Pemenuhan kebutuhan tersebut membutuhkan perhatian dan
kerjasama suami- istri. Kebutuhan utama dalam rumah tangga ini harus duduk
bersama dalam merancang dan menetapkan skala prioritas yang harus dicapai
dalam perjalanan pernikahan mereka.11

Adapun akhlak seorang istri terhadap suami dalam kitab al-Adab fi al-Din
adalah sebagai berikut:
1. Senantiasa Taat Atas Perintahnya.12
Setelah wali (orang tua) sang istri menyerahkan kepada pihak suami, maka
kewajiban seorang istri adalah taat kepada sang suami, dan istri menjadi hak
tertinggi yang harus dipenuhi, setelah kewajiban taatnya kepada Allah dan Rasul-
Nya. Sang istri harus taat kepada suaminya dalam hal-hal yang ma’ruf
(mengandung kebaikan dalam hal agama), misalnya ketika diperintahkan untuk
shalat, berpuasa, mengenakan busana muslimah, menghadiri majelis ilmu, dan
bentukbentuk perintah lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at. Nabi
Muhammad Saw bersabda yang artinya “Seandainya aku boleh menyuruh
seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita
sujud kepada suaminya.” (HR. At-Tirmidzi)
Hadis di atas merupakan sebuah keharusan bagi seorang wanita untuk taat
terhadap suaminya. Taat pada suami adalah kewajiban. Namun demikian, apabila
perintah suami bertentangan dengan syara‟, maka seorang istri dapat mengajukan
keberatan dengan tetap mengedepankan kesopanan dan cara yang baik dalam
menolaknya. Seorang wanita yang sudah menikah harus mematuhi perintah suami
diatas perintah orang tua. Jika orang tua menyuruh melakukan sesuatu tetapi
suami tidak mengizinkan, maka seorang istri harus menuruti perintah suaminya.
Misal saja seorang istri ingin menjalankan puasa sunah tetapi suami tidak
mengizinkan maka dia harus menuruti perintah suaminya meskipun yang
dilakukan adalah hal yang baik.
2. Menjaga kehormatan suami ketika sedang pergi.
Seorang istri hendaknya tetap berperilaku baik meskipun suami sedang tidak
ada di rumah. Hindari perbuatan yang dapat membuat suami marah, menimbulkan
kecurigaan, kecemburuan atau bahkan dapat menimbulkan fitnah. Dalam hal ini
menerangkan bahwa apabila istri berada di rumah sendiri tanpa ada mahram maka
hendaknya tidak memasukkan lelaki ke dalam rumah tanpa seizin suami yang
berakibat dapat mengundang kecurigaan suami. Sebagaimana firman Allah dalam
Q.S An-nisa‟/ 4:34 :
‫َفالّٰص ِلٰح ُت ٰق ِنٰت ٌت ٰح ِفٰظ ٌت ِّلْلَغْيِب ِبَم ا َح ِفَظ الّٰل‬
11
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Kiat-Kiat Menuju Keluarga Sakinah, 62.
12
Imam al-Ghazali, Kitab al-Adab fi al-Din, Kairo: 1910, 25.
Artinya:” Maka perempuan yang shaleh adalah mereka yang taat (kepada Allah)
dan menjaga diri ketika (suami) tidak ada,oleh karena Allah telah memelihara
(mereka).”13
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang istri hendaknya tetap berperilaku baik
meskipun suami sedang tidak ada di rumah. Dalam situasi seperti ini seorang istri
hendaknya tidak memanfaatkan kesempatan untuk bersenang-senang menuruti
hawa nafsu, misalnya keluar rumah untuk bermain- main dengan temannya, keluar
rumah dan pulang ketika sudah larut malam, atau menerima tamu laki-laki lain
ketika tidak ada seorang pun di rumah. Hal ini sangat tidak baik sebab bisa
berpotensi menimbulkan fitnah. Jika ingin menerima tamu laki-laki yang bukan
mahramnya maka harus ada orang tua di rumah atau siapapun yang masih menjadi
mahram sang istri.
3. Melihat Suami Dengan Keutamaan.14
Pernikahan merupakan suatu ikrar dimana antara suami dan istri harus siap
memulai menerima kekurangan dan kelebihan masingmasing pasangan. Kelebihan
masing-masing pasangan merupakan sesuatu yang patut disyukuri. Kebanyakan
seseorang yang belum menikah hanya mengetahui kelebihan dari pasangannya,
dan belum mengetahui bagaimana kekurangannya. Ketika sudah menikah mereka
baru mengetahui jika ternyata pasangannya memiliki kekurangan. Entah itu
terlihat sifat aslinya, fisik yang kurang sempurna, atau apapun. Seorang istri yang
patuh dan taat kepada suami, seharusnya dia menerima apapun keadaan suami.
Jika suami keadaannya baik, seorang istri hendaknya mensyukuri sebagai
kenikmatan. Jika suami memiliki kekurangan, maka seorang istri harus tetap
bersyukur dan bersabar, karena syukur dan sabar merupakan keutamaan dari Allah
Swt.
4. Menerima Hasil Kerja Suami Dengan Rasa Syukur.15
Kondisi masing-masing keluarga pasti berbeda. Seorang suami yang menjadi
seorang pejabat tentu akan berbeda dengan yang berprofesi sebagai guru, seorang
suami yang berprofesi sebagai guru tentu akan berbeda dengan yang menjadi
seorang petani. Allah memberi rezeki setiap manusia dengan jalan yang berbeda-
beda. Maka, sebagai seorang istri hendaknya dapat bersyukur berapapun
penghasilan suami. Karena dengan bersyukur, Allah akan menambah dengan
berbagai nikmat yang lain. Seorang istri seharusnya mendoakan suaminya agar
diberikan kemudahan dalam mencari rezeki bukan malah mencaci jika hasilnya
hanya sedikit.
5. Menampakkan Rasa Cinta Kepada Suami Kala Berada di Dekatnya.16
Sudah menjadi suatu kewajiban seorang istri mencintai suaminya. Dan rasa
cinta itu haruslah ditunjukkan dengan sikap seorang istri ketika berada di dekat
suaminya, misal menyiapkan sarapan sebelum suami berangkat bekerja,
menyambut suami ketika baru pulang dari kerja, memijat suami tanpa diminta,
dan menuruti kemauan suami ketika mengajak bersenggama. Dengan adanya rasa
cinta seorang istri terhadap suami maka suasana dalam sebuah keluarga akan
menjadi harmonis. Karena salah satu tujuan dari pembentukan rumah tangga yaitu
dengan membentuk keluarga yang saling mencintai satu sama lain.
13
AL- Qur‟an Al-Quddus dan Terjemah Indonesia, (Kudus: Menara Kudus), 84.
14
Imam al-Ghazali, Kitab al-Adab fi al-Din, Kairo: 1910, 25.
15
Imam al-Ghazali, Kitab al-Adab fi al-Din, Kairo: 1910, 25.
16
Imam al-Ghazali, Kitab al-Adab fi al-Din, Kairo: 1910, 25.
4. Akhlak Terhadap Saudara dan Tetangga.
Akhlak terhadap saudara merujuk pada sikap, perilaku, dan hubungan yang
baik antara individu dengan saudara-saudaranya. Ini melibatkan memperlakukan
saudara dengan kasih sayang, hormat, dan peduli. Berikut adalah beberapa aspek
akhlak terhadap saudara:
 Kasih sayang: Menunjukkan kasih sayang kepada saudara-saudara kita adalah inti
dari akhlak terhadap mereka. Ini melibatkan perhatian, perhatian, dan kepedulian
yang tulus terhadap kebutuhan, keinginan, dan kesejahteraan saudara-saudara kita.
 Hormat: Menghormati saudara-saudara kita adalah penting dalam menjaga
hubungan yang sehat. Ini berarti menghormati privasi, pendapat, dan keputusan
mereka. Menghindari perilaku yang merendahkan, menghina, atau menyakiti
saudara-saudara kita adalah bagian dari akhlak yang baik terhadap mereka.
 Saling memaafkan: Memaafkan saudara-saudara kita saat mereka membuat
kesalahan atau melukai kita adalah sikap akhlak yang mulia. Memaafkan tidak
berarti mengabaikan atau membenarkan tindakan yang salah, tetapi merupakan
langkah untuk memperbaiki hubungan dan membangun kedamaian di antara kita.
Akhlak terhadap tetangga merujuk pada sikap, perilaku, dan hubungan yang
baik antara individu dengan tetangganya. Ini melibatkan memperlakukan tetangga
dengan hormat, saling peduli, dan menjaga hubungan yang baik dengan lingkungan
sekitar, agar terciptanya lingkungan yang nyaman untuk di tinggali. Berikut adalah
beberapa aspek akhlak terhadap tetangga:
 Tolong-menolong: Siap sedia membantu tetangga dalam situasi darurat, atau
ketika mereka membutuhkan bantuan, adalah bagian penting dari akhlak terhadap
tetangga. Memberikan pertolongan, berbagi sumber daya, atau memberikan
dukungan di saat-saat sulit adalah sikap yang mulia.
 Saling menghormati: Menghormati tetangga adalah penting dalam menjaga
harmoni dalam lingkungan sekitar. Ini melibatkan menghargai privasi,
kebudayaan, dan kebiasaan tetangga tanpa melakukan tindakan yang merugikan
atau merendahkan mereka.
 Komunikasi yang baik: Membangun komunikasi yang baik dengan tetangga
adalah penting dalam menjaga hubungan yang harmonis. Bersikap ramah,
mendengarkan dengan penuh perhatian, dan berkomunikasi secara jujur dan
terbuka adalah sikap akhlak yang baik terhadap tetangga.

BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Akhlak merupakan sistem nilai, prinsip, dan perilaku yang mengarah pada tindakan
yang baik, benar, dan etis dalam interaksi dengan sesama manusia dan lingkungan.
Akhlak melibatkan perilaku yang adil, jujur, menghormati, penuh kasih sayang, dan
bertanggung jawab. Pentingnya akhlak terletak pada peran pentingnya dalam membentuk
hubungan yang sehat, harmonis, dan saling menguntungkan antara individu, baik dalam
konteks keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja. Sikap dan perilaku yang baik dalam
akhlak juga membantu membangun kepercayaan, memperkuat solidaritas sosial, dan
menciptakan lingkungan yang harmonis. Kesadaran akan pentingnya akhlak dan
komitmen untuk mengamalkannya merupakan langkah penting dalam meningkatkan
kualitas hidup kita sendiri dan kontribusi positif kita terhadap lingkungan sekitar. Oleh
karena itu, penting untuk menjadikan akhlak sebagai landasan dalam setiap tindakan dan
keputusan kita, serta terus berusaha untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Adil Fathi. Bagaimana Istri Mencari Keridhaan Suami Dan Sebaliknya.
Jakarta: Jahla Press, 2005.

Arina, Faula. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Kitab Qurrah Al- „Uyun Karangan
Syaikh Muhammad At-Tihami Bin Madani. Skripsi IAIN Purwokerto: 2018.

Asman, “Keluarga Sakinah Dalam Kajian Islam,” Jurnal Hukum Dan


PerundangUndangan, Vol.7, No. 2 Desember: 2020.

Asmuni dan Nispul Khoiri. Hukum Kekeluargaan Islam. Medan: Wal Ashri
Publishing, 2017.

Al-„Ak, Syaikh Khalid Abdurrahman. Adab Berumah Tangga Sesuai Al-Qur‟an Dan As-
Sunnah. Damaskus: Darul Falah, 2019.

Chodijah, Siti. “Karakteristik Keluarga Sakinah Dalam Islam.” Rausyan Fikr No. 1
Maret: 2018.

Al-Ghazali, Imam. Kitab al-Adab fi al-Din, Kairo: 1910.

Habibah, Syarifah. “Akhlak Dan Etika Dalam Islam.” Pesona Dasar No. 4
Oktober: 2015.

Lubis, Agus Salim. “Konsep Akhlak Dalam Pemikiran Al-Ghazali.” Hikmah No. 1
Januari, 2012.

Munadiroh, Siti. “Konsep Pendidikan Akhlak Istri Terhadap Suami Dalam Kitab Al-
Mar‟ah Ash- Sholihah Karya KH. Masruhan Al- Maghfuri.” Skripsi IAIN Salatiga:
2018.

Savitri, Shara. “Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Menurut Quraish Shihab.”


Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2020.

Setiawan, Eko. ”Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Al-Ghazali.” Jurnal


Kependidikan No. 1 Mei, 2017.

Anda mungkin juga menyukai