Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FI’IL TSULASI MUJARROD BAB II


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sharaf
Dosen Pengampu : Dr. Ade Jamaruddin, M. Ag.

Disusun Oleh :

Muhammad Raihan Almadani 1221030128


Muhammad Yalda Rifat Surya 1221030214
Nanda Pradana Nurfallah 1221030136

JURUSAN ILMU ALQUR’AN & TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada pihak – pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan dunia Pendidikan.

Bandung, 15 Oktober 2022

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG

Sharaf adalah salah satu cabang ilmu dalam bahasa arab yang mempelajari mengenai
perubahan bentuk pada suatu kata dalam bahasa arab. Sedangkan di dalam praktiknya
perubahan-perubahan kata dalam bahasa arab dikenal dengan tashrif. Secara bahasa tashrif
adalah pengubahan. Sedangkan menurut istilah tashrif adalah perubahan bentuk asal kepada
contoh yang berbeda-beda dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah makna yang dimaksud.
Tujuan makna dari hasil perubahan tersebut tidak akan berhasil kecuali dengan menggunakan
berbagai bentuk yang berbeda-beda tersebut. Seperti apa yang kita ketahui fi’il tsulasi itu
terbagi menjadi dua yaitu fi’il tsulasi mujarrod dan fi’il tsulasi mazid. Tetapi disini kita hanya
akan membahas mengenai Fi’il Tsulasi Mujarrod.

II. RUMUSAN MASALAH

 Pengertian Tsulasi Mujarrod


 Apa itu wazan tsulasi mujarrod?
 Bagaimana tashrifan Fi’il tsulasi mujarrod?
 Apa itu wazan masdar tsulasi mujarrod
 Pengertian isim maf’ul tsulasi mujarrod
 Pengertian fi’il amar Tsulasi mujarrod
 Pengertian fi’il nahi tsulasi mujarrod
 Pengertian isim zaman & isim makan tsulasi mujarrod
 Pengertian isim alat tsulasi mujarrod

III. MAKSUD & TUJUAN


Adapun maksud & tujuan dalam makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
apa itu fi’il tsulasi mujarrod, bagaimana cara membedakan fi’il tsulasi mujarrod & mazid,
bagaimana contohnya. Dan lain-lain.

BAB 2
IV. PEMBAHASAN

A. Pengertian Tsulatsi Mujarrad


Secara bahasa (etimologi) tsulatsi “‫ ”ثالثي‬artinya tiga, dan mujarrad “‫ ”مجّرد‬artinya adalah
terlepas, terbebas, bisa juga berarti yang dihilangkan. Menurut istilah ulama ahli shorof
pengertian tsulatsi mujarrad adalah setiap kata yang terdiri 3 (tiga) huruf asli dan terbebas
dari huruf-huruf zaidah (tambahan).Contohnya seperti kata kerja nashara “ ‫ ”َنَص َر‬yang
mengikuti wazan fa’ala “ ‫ ”َفَعَل‬, dan 12keseluruhannya adalah huruf asli, yakni nun “‫”ن‬, shad
“‫”ص‬, dan ra’ “‫”ر‬. Berbeda dengan kata akroma “ ‫”َأْك َر َم‬, yang memiliki huruf tambahan di
awal kalimahnya, yaitu huruf hamzah “‫”ء‬. 3
B. Wazan Tsulasi Mujarrod
Fi’il tsulasi mujarrod terdiri atas 6 bab dari 35 wazan tashrif dengan pola wazan yang
berbeda-beda di setiap babnya. Semua fi’il (kata kerja) yang tersusun atas tiga huruf asli
nantinya pasti akan masuk ke salah satu bab tsulasi mujarrod ini.
Syaikh Nu’man atau yang lebih populer dipanggil Imam Abu Hanifah menjelaskan macam-
macam wazan tsulatsi mujarrad dalam kitab al-Maqsud yang kemudian di nadhomkan oleh
Syaikh Ahmad bin Abdu ar-Rahim, yang berbunyi1 :
‫ِفْعٌل ُثاَل ِثٌّي ِإَذ ا ُيَج َّرُد | َأْبَو اُبُه ِس ٌّت َك َم ا َس ُتْس َر ُد‬
“Fi’il tsulasi mujarrod ada 6 bab seperti yang akan disebutkan satu persatu ini”.

‫َفالَع ْيُن ِإْن ُتْفَتْح ِبَم اٍض َفاْك ِس ِر | َأْو ُض َّم َأْو َفاْفَتْح َلَها ِفى الَغاِبِر‬
“Fi’il madhi yang ain fi’il-nya dibaca fathah, maka bacalah kasrah/dhommah/fathah bentuk
mudhari’-nya”.

‫َو ِإْن ُتَض َّم َفاْض ُم َم ْنَها ِفْيِه | َأْو َتْنَك ِس ْر َفاْفَتْح َو َك ْسًرا ِع ْيِه‬
“Jika ain fi’il-nya dibaca dhammah, maka dhommah-kan lah ain fi’il mudhari’-nya, atau jika
dibaca kasrah maka bacalah fathah/kasrah ain fi’il-nya mudharik”.
‫َو اَل ٌم َأْو َع ْيٌن ِبَم ا َقْد ُفِتَح ا | َح ْلِقْي ِسَو ى َذ ا ِبالُّش ُذ وِذ اَّتَض َح ا‬
“Dan ain fi’il madhi atau mudhari’ yang difathah, maka lam fi’il-nya harus berupa salah satu
huruf chalaq, selainnya adalah syadz”.
Dari penjelasan bait nadhom maqsud di atas, ada 3 rumus pokok dalam menentukan fi’il
tsulasi mujarrod, yaitu:
Jika ain fi’il madhi difathah, maka ain fi’il mudhari’ memiliki tiga bacaan, yakni kasrah ( - ‫َفَعَل‬
‫)َيْفِع ُل‬, dhammah ( ‫َيْفُعُل‬- ‫)َفَعَل‬, dan fathah ( ‫َيْفَع ُل‬- ‫)َفَعَل‬.
Jika ain fi’il madhi berharokat dhammah, ain fi’il mudhari’ pasti juga dibaca dhammah (- ‫َفُع َل‬
‫)َيْفُعُل‬.
Ketika ain fi’il madhi dibaca kasroh, maka ain fi’il mudhari’ memiliki dua bacaan, yakni
kasrah ( ‫َيْفِع ُل‬- ‫ )َفِع َل‬dan fathah ( ‫َيْفَع ُل‬- ‫)َفِع َل‬.
Dan penting diketahui bahwa setiap fi’il madhi dan mudhari’ yang ain fi’il-nya berharokat
fathah, maka ain atau lam fi’il harus berupa salah satu huruf chalaq “‫ ”الحلق‬yang enam, yaitu
1

2
‫حسن بن ٱحمد‬, SYEKH NU’MAN ATAU IMAM ABU HANIFAH

3
hamzah “‫”ء‬, ha’ “‫”ه‬, cha’ “‫”ح‬, kha’ “‫”خ‬, ain “‫”ع‬, ghin “‫”غ‬. Dan ini termasuk qiyasi,
contohnya seperti sa’ala-yas’alu “ ‫َيْس َأُل‬- ‫”َس َأَل‬, dzahaba-yadzhabu “ ‫َي ْذ َهُب‬- ‫”َذ َهَب‬. Jika tidak
menempati ketentuan tersebut maka hukumnya adalah syadz, seperti abaa-ya’baa “1.”‫َيْأَبى‬-‫َأَبى‬.

Dari keterangan di atas, kita tau bahwa fi’il tsulasi mujarrad dibagi menjadi 6 bab dengan
perubahan bentuk yang spesifik. Supaya lebih mudah lagi dalam menghafalkan keenam bab
wazan tsulatsi mujarrad itu, para ulama ahli shorof merangkumnya dalam syair Arab berikut:

‫َفْتُح َض ٍّم َفْتُح َكْس ٍر َفْتَح َتاِن | َك ْسُر َفْتٍح َض ُّم َض ٍّم َكْس َر َتاِن‬
“Fathu-dhammin ( ‫َيْفُعُل‬- ‫)َفَعَل‬, fathu-kasrin ( ‫َيْفِع ُل‬- ‫)َفَعَل‬, fathataani ( ‫َيْفَع ُل‬- ‫)َفَعَل‬, kasru-fathin (- ‫َفِع َل‬
‫)َيْفَع ُل‬, dhammu-dhammin ( ‫َيْفُعُل‬- ‫)َفُع َل‬, kasrataani ( ‫َيْفِع ُل‬- ‫”)َفِع َل‬.
Mengenai 6 bab fi’il tsulasi mujarrod juga bisa kita lihat pada tabel di bawah ini beserta
contoh mauzun-nya:

Fi’il Tsulasi Mujarrod

No Wazan Mauzun

1 ‫َيْفُعُل‬- ‫َفَعَل‬ ‫َيْنُصُر‬- ‫َنَصَر‬

2 ‫َيْفِع ُل‬- ‫َفَعَل‬ ‫َيْض ِر ُب‬- ‫َضَر َب‬

3 ‫َيْفَع ُل‬- ‫َفَعَل‬ ‫َيْفَتُح‬- ‫َفَتَح‬

4 ‫َيْفَع ُل‬- ‫َفِع َل‬ ‫َيْع َلُم‬- ‫َع ِلَم‬

5 ‫َيْفُعُل‬- ‫َفُع َل‬ ‫َيْح ُس ُن‬- ‫َح ُسَن‬

6 ‫َيْفِع ُل‬- ‫َفِع َل‬ ‫َيْح ِس ُب‬- ‫َحِس َب‬

C. Tashrif Fi’il Tsulatsi Mujarrad


Nah, setelah mengetahui apa itu fi’il tsulatsi mujarrad dan macam-macamnya, selanjutnya
kita akan belajar tashrif dari 6 bab yang sudah kita pelajari sebelumnya2
Tashrif Tsulatsi Mujarrad

Isi Zama Nah A Maf’u Fa’ Mashdar Mashd Mudhar Madhi


m n i mr l4 il Mim ar i’
Al Maka
at n

‫ِم ْفَع‬ ٢ ‫َم ْفَع ٌل‬ ‫اَل‬ ‫ُأْفُعْل‬ ‫َم ْفُعْو ٌل‬ ‫َفاِع ٌل‬ ‫َم ْفَع اًل‬ ‫َفْع اًل‬ ‫َيْفُعُل‬ ‫َفَعَل‬
‫ٌل‬ ‫َتْفُعْل‬

‫ِم ْفَع‬ ٢ ‫َم ْفِع ٌل‬ ‫اَل‬ ‫ِإْفِع ْل‬ ‫َم ْفُعْو ٌل‬ ‫َفاِع ٌل‬ ‫َم ْفَع اًل‬ ‫َفْع اًل‬ ‫َيْفِع ُل‬ ‫َفَعَل‬
‫ٌل‬ ‫َتْفِع ْل‬

‫ِم ْفَع ا‬ ٢ ‫َم ْفَع ٌل‬ ‫اَل‬ ‫ِإْفَع ْل‬ ‫َم ْفُعْو ٌل‬ ‫َفاِع ٌل‬ ‫َم ْفَع اًل‬ ‫َفْع اًل‬ ‫َيْفَع ُل‬ ‫َفَعَل‬
‫ٌل‬ ‫َتْفَع ْل‬

- ٢ ‫َم ْفَع ٌل‬ ‫اَل‬ ‫ِإْفَع ْل‬ ‫َم ْفُعْو ٌل‬ ‫َفاِع ٌل‬ ‫َم ْفَع اًل‬ ‫ِفْع اًل‬ ‫َيْفَع ُل‬ ‫َفِع َل‬
‫َتْفَع ْل‬

- ٢ ‫َم ْفَع ٌل‬ ‫اَل‬ ‫ُأْفُعْل‬ - ‫َفَع ٌل‬ ‫َم ْفَع اًل‬ ‫ُفْع اًل‬ ‫َيْفُعُل‬ ‫َفُع َل‬
‫َتْفُعْل‬

- ٢ ‫َم ْفِع ٌل‬ ‫اَل‬ ‫ِإْفِع ْل‬ ‫َم ْفُعْو ٌل‬ ‫َفاِع ٌل‬ ‫َم ْفَع اًل‬ ‫ُفْع اَل ًنا‬ ‫َيْفِع ُل‬ ‫َفِع َل‬
‫َتْفِع ْل‬

Wazan tashrif fi’il tsulatsi mujarrod mulai dari bab 1 s/d 6 kebanyakan adalah muta’addi
(membutuhkan maf’ul), terkecuali bab 5 yang mengikuti wazan fa’ula yaf’ulu “ ‫َيْفُعُل‬- ‫”َفُع َل‬,
semuanya adalah lazim (tidak membutuhkan maf’ul).

D. Wazan Mashdar Tsulatsi Mujarrad


Mashdar mim adalah setiap mashdar yang di awali oleh mim zaidah (tambahan), sedangkan
mashdar gahiru mim adalah setiap mashdar yang huruf awalnya tidak berupa mim zaidah.

42
kitab ayyuhal walad Muhammad Nizar alwi
3https://www.imanmuslim

4https://www.khoiri
Semua mashdar fi’il tsulatsi mujarrad hukumnya adalah sama’i (tidak memiliki wazan baku),
tidak ada yang qiyasi (memiliki wazan baku). Artinya, bentuk mashdar tersebut hanya bisa
kita ketahui dari apa yang masyarakat Arab gunakan.
Contohnya mauzun yasara-yaisiru “‫َيْيِس ُر‬- ‫ ”َيَسَر‬yang memiliki bentuk mashdar yusran “‫”ُيْسًرا‬.
Jika memang mashdar fi’il tsulatsi mujarrad adalah qiyasi, tentunya akan mengikuti mashdar
dari wazan fa’ala-yaf’ilu “ ‫َيْفِع ُل‬- ‫”َفَع َل‬, yaitu fa’lan “ ‫”َفْع اًل‬. Hal ini menunjukkan bahwa
pengambilan mashdar tsulatsi mujarrad dengan sama’i (mengikuti dari apa yang bangsa Arab
gunakan)3.
Adapun mashdar mim fi’il tsulatsi mujarrad yang berupa bina’ ajwaf, shahih, mahmuz,
mudha’af, naqis, dan lafif maqrun pasti mengikuti wazan maf’alun “ ‫( ”َم ْفَع ٌل‬dibaca fathah ain
fi’il-nya). Contohnya maqaalun “ ‫”َم َقاٌل‬, makdabun “ ‫”َم ْأَدٌب‬, mas’alun “‫”َم ْس َأٌل‬, magzan “‫”َم ْغًز ى‬.
Dan yang dibaca kasroh ain fi’il-nya itu syadz (keluar dari kaidah), seperti magribun “ ‫”َم ْغ ِر ٌب‬,
masjidun “ ‫”َم ْس ِج ٌد‬.5
Sisanya, yakni bina’ mitsal dan lafif mafruq mashdar mim-nya mengikuti wazan maf’ilun “
‫”َم ْفِع ٌل‬. Contohnya adalah mau’idun “ ‫”َم ْو ِع ٌد‬, maisirun “‫”َم ْيِس ٌر‬, mauqan “‫”َم ْو ًقى‬, dan maulan “
3
.”‫َم ْو ًلى‬.

E. Isim Maf’ul Tsulatsi Mujarrad


Sebagaimana keterangan sebelumnya, dari keenam bab fi’il tsulatsi mujarrad kebanyakan
adalah muta’addi, kecuali bab 5 yang secara keseluruhan dihukumi lazim. Dan semua kata
yang mengikuti bab lima wazan tsulatsi mujarrad tidak memiliki bentuk isim maf’ul. Karena
dipandang tidak adanya kecocokan dalam hal makna.
Contohnya seperti kata hasuna-yahsunu “ ‫َيْح ُس ُن‬- ‫( ”َح ُسَن‬baik), ini merupakan kata sifat secara
maknanya, namun secara kedudukan masuk kategori fi’il (kata kerja), lantaran memiliki
keterkaitan dengan zaman. Apabila kata hasuna-yahsunu “ ‫َيْح ُس ُن‬- ‫ ”َح ُسَن‬mempunyai bentuk
isim maf’ul, akankah bermakna “yang dibaiki” atau “yang dibagusi” ? Tentu ini tidak sesuai
dan kurang enak ditelan secara makna bukan ? Oleh karena itulah fi’il-fi’il bab 5
tsulatsi mujarrad tidak mungkin memiliki bentuk isim maf’ul4.

F. Fi’il Amar Tsulatsi Mujarrad


Jika diperhatikan semua wazan Fi’il amar tsulatsi mujarrad hanya memiliki tiga pola saja, yaitu uf’ul
“ ‫”ُأْفُعْل‬, if’il “ ‫”ِإْفِع ْل‬, dan if’al “ ‫”ِإْفَع ْل‬. Pengambilan 3 pola wazan ini memakai rumus berikut:
Diambil dari bentuk fi’il mudhari’-nya.
Harokat akhir fi’il mudhari’ disukun.

Huruf awal fi’il mudhari’ diganti dengan hamzah.

5.karya Syekh Mushthofa Al Ghulayaini,

6 karangan Ustadz Aceng Zakariya


7https://www.fiqih
8. Said Ramadlan al-Buthi, Muhammad Alawi al-Malik
Huruf hamzah di awal kalimah diberi harokat yang sesuai.
Agar lebih mudah memahami rumus tersebut, coba kita praktikkan langsung di sini. Misal
kita hendak menentukan fi’il amar tsulasi mujarrad untuk kata kerja kataba “ ‫( ”َكَتَب‬menulis),
kita ambil dulu bentuk mudhari’-nya, yaitu yaktubu “ ‫”َيْكُتُب‬. Harokat akhirnya disukun,
menjadi yaktub “ ‫”َيْكُتْب‬, kemudian huruf yang terletak di awal kalimah kita ganti hamzah dan
beri harokat yang sesuai, menjadi uktub “ ‫”ُأْكُتْب‬.
Untuk aturan dalam memberi harokat hamzah itu mengikuti pada harokat yang ada pada ain
fi’il-nya. Jika berharokat dhammah maka dibaca dhammah, apabila dibaca kasrah maka
hamzah juga dikasrah. Kecuali ain fi’il yang dibaca fathah, maka hamzah wajib dibaca
kasrah. Karena dalam bab tsulatsi mujarrad ini tidak ada wazan fi’il amar yang di awali
memakai harokat fathah5.
Penting diketahui juga bahwa hamzah yang ada pada wazan fi’il amar tsulatsi mujarrad
adalah hamzah washal, yaitu hamzah yang tidak terbaca ketika didahului oleh kata lain.
Kebalikan dari hamzah qath’i (tetap dibaca)5.
G. Fi’il Nahi Tsulatsi Mujarrad
Pada dasarnya fi’il nahi tsulatsi mujarrad itu adalah fi’il mudhari’. Seperti yang telah kita
ketahui bersama, bahwa macam-macam fi’il dalam tata bahasa Arab ada tiga, yaitu fi’il
madhi, fi’il mudhari’, dan fi’il amar. Disebut fi’il nahi lantaran ia kemasukan yang namanya
laa nahi “ ‫”اَل‬, yaitu huruf jawazim yang digunakan untuk melarang.
Contohnya seperti kata kerja tadhribu “ ‫( ”َتْض ِر ْب‬kamu sedang/akan memukul). Apabila
dikehendaki memiliki makna larangan, cukup dimasuki huruf laa nahi “ ‫ ”اَل‬menjadi laa
tadhrib “ ‫( ”اَل َتْض ِر ْب‬kamu jangan memukul)6.
H. Isim Zaman dan Isim Makan Tsulatsi Mujarrad
Isim zaman adalah kata yang menunjukkan makna waktu, sedangkan isim makan adalah kata
yang menunjuk pada tempat. Dalam bab tsulatsi mujarrad, isim zaman dan makan hanya ada
dua pola wazan saja, yaitu wazan maf’alun “ ‫”َم ْفَع ٌل‬, dan maf’ilun “ ‫”َم ْفِع ٌل‬.
Setiap fi’il tsulatsi mujarrad yang ain fi’il mudhari’-nya tidak diharokati fathah, maka isim
zaman dan makan-nya mengikuti wazan maf’alun “ ‫”َم ْفَع ٌل‬. Adapun yang dibaca kasrah itu
mengikuti wazan maf’ilun “ ‫”َم ْفِع ٌل‬.
Contohnya adalah kata kerja alima-ya’lamu “ ‫َيْع َلُم‬- ‫”َع ِلَم‬, ain fi’il mudhari’ dibaca fathah, maka
isim zaman dan makan-nya mengikuti wazan maf’alun “ ‫”َم ْفَع ٌل‬, yakni ma’lamun “ ‫”َم ْع َلٌم‬.
Contoh lain seperti kata wa’ada-ya’idu “‫َيِع ُد‬-‫”َو َعَد‬, ain fi’il mudhari’ diharokati kasroh, maka
isim zaman dan isim makan mesti mengikuti wazan maf’ilun “7”‫َم ْفِع ٌل‬.
I. Isim Alat Tsulatsi Mujarrad
Tidak semua fi’il tsulatsi mujarrad memiliki bentuk isim alat (nama alat). Hanya beberapa
saja yang mempunyai bentuk ini. Oleh karena itu, penggunaan isim alat tsulatsi mujarrad
pada umumnya adalah sama’i (berasal dari apa yang digunakan masyarakat Arab). Akan
tetapi, biasanya isim alat fi’il tsulatsi mujarrad itu mengikuti wazan mif’alun/mif’alatun “
‫ِم ْفَع َلٌة‬/‫”ِم ْفَع ٌل‬. Contohnya mimsahun “ ‫( ”ِمْمَس ٌح‬penghapus), midhrabun “ ‫( ”ِم ْض َر ٌب‬alat memukul),
mistharatun “‫( ”ِم ْس َطَر ٌة‬penggaris)8.

V. Kesimpulan
Itulah penjelasan mengenai wazan tsulatsi mujarrad dalam ilmu shorof yang memiliki 6 bab
wazan tashrif, yaitu:
Fa’ala-yaf’ulu “ ‫ َيْف ُعُل‬-‫”َف َعَل‬, contohnya nashara-yanshuru “ ‫ َيْن ُصُر‬- ‫( ”َن َصَر‬menolong).
Fa’ala yaf’ilu “ ‫ َيْف ِع ُل‬-‫”َف َعَل‬, contohnya dharaba-yadhribu “ ‫ َيْض ِرُب‬- ‫( ”َضَرَب‬memukul).
Fa’ala-yaf’alu “ ‫ َيْف َعُل‬-‫”َف َعَل‬, contohnya fataha-yaftahu “ ‫ َيْف َتُح‬- ‫( ”َف َتَح‬membuka).
Fa’ila-yaf’alu “ ‫ َيْف َعُل‬-‫”َف ِع َل‬, contohnya alima-ya’lamu “ ‫ َيْع َل ُم‬-‫( ”َع ِلَم‬mengetahui).
Fa’ula-yaf’ulu “ ‫ َيْف ُعُل‬-‫”َف ُعَل‬, contohnya hasuna-yahsunu “ ‫ َيْح ُس ُن‬- ‫( ”َح ُسَن‬baik).
Fa’ila-yaf’ilu “ ‫ َيْف ِع ُل‬-‫”َف ِع َل‬, contohnya hasiba-yahsibu “ ‫ َيْح ِسُب‬- ‫( ”َح ِسَب‬menghitung).
Semua bab tsulatsi mujarrod tersebut adalah muta’addi (membutuhkan maf’ul), kecuali
bab 5 yang seluruhnya merupakan fi’il lazim (tidak membutuhkan maf’ul).

VI. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan didalamnya, baik itu dari segi
bahasanya maupun segi penulisannya.
Dan penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan.
Semoga makalah ini senantiasa menambah wawasan serta pengetahuan, bagi penulis maupun
pembaca

VII. Daftar Pusaka


Abdullah Ibn Malik, Muhammad. Alfiyyah Ibnu Malik. Kediri: P.P Lirboyo

Busyro, Mukhtarom. 2016. Shorof Praktis; Metode Krapyak. Jogjakarta: Menara Kudus
Jogjakarta.

Ghalayini, Mustafa. 2007.Jami’ud Durus. Beirut: Darul Kutub Al- Ilmiyah

Ghayati, Sa’id Muhammad. Mulakhos Qowa’idul Lughah Al-‘Arabiyyah. Kairo: Al-


Maktabah Al-Taufiqiyah.

Maksum, Muhammad. Al-Amtsilah Al- Tashrifiyyah.Maktabah Salim bin Sa’id Nubhan

Manaf, Abdul Hamid.1993. Pengantar Ilmu Shorof Istilahi- Lughawi .Nganjuk: PP. Fathul
Mubtadi’in

Mufid, Ahmad. 2014. Mudahnya Belajar Ilmu Shorof. Jakarta: PT Suka Buku
Ni’mah Fuad. Mulakhos Qowa’idul Lughah Al-‘Arabiyyah. Beirut: Dar Al- Tsaqofah Al-
Islamiyyah

Anda mungkin juga menyukai