Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada pihak – pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan dunia Pendidikan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sharaf adalah salah satu cabang ilmu dalam bahasa arab yang mempelajari mengenai
perubahan bentuk pada suatu kata dalam bahasa arab. Sedangkan di dalam praktiknya
perubahan-perubahan kata dalam bahasa arab dikenal dengan tashrif. Secara bahasa tashrif
adalah pengubahan. Sedangkan menurut istilah tashrif adalah perubahan bentuk asal kepada
contoh yang berbeda-beda dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah makna yang dimaksud.
Tujuan makna dari hasil perubahan tersebut tidak akan berhasil kecuali dengan menggunakan
berbagai bentuk yang berbeda-beda tersebut. Seperti apa yang kita ketahui fi’il tsulasi itu
terbagi menjadi dua yaitu fi’il tsulasi mujarrod dan fi’il tsulasi mazid. Tetapi disini kita hanya
akan membahas mengenai Fi’il Tsulasi Mujarrod.
BAB 2
IV. PEMBAHASAN
َفالَع ْيُن ِإْن ُتْفَتْح ِبَم اٍض َفاْك ِس ِر | َأْو ُض َّم َأْو َفاْفَتْح َلَها ِفى الَغاِبِر
“Fi’il madhi yang ain fi’il-nya dibaca fathah, maka bacalah kasrah/dhommah/fathah bentuk
mudhari’-nya”.
َو ِإْن ُتَض َّم َفاْض ُم َم ْنَها ِفْيِه | َأْو َتْنَك ِس ْر َفاْفَتْح َو َك ْسًرا ِع ْيِه
“Jika ain fi’il-nya dibaca dhammah, maka dhommah-kan lah ain fi’il mudhari’-nya, atau jika
dibaca kasrah maka bacalah fathah/kasrah ain fi’il-nya mudharik”.
َو اَل ٌم َأْو َع ْيٌن ِبَم ا َقْد ُفِتَح ا | َح ْلِقْي ِسَو ى َذ ا ِبالُّش ُذ وِذ اَّتَض َح ا
“Dan ain fi’il madhi atau mudhari’ yang difathah, maka lam fi’il-nya harus berupa salah satu
huruf chalaq, selainnya adalah syadz”.
Dari penjelasan bait nadhom maqsud di atas, ada 3 rumus pokok dalam menentukan fi’il
tsulasi mujarrod, yaitu:
Jika ain fi’il madhi difathah, maka ain fi’il mudhari’ memiliki tiga bacaan, yakni kasrah ( - َفَعَل
)َيْفِع ُل, dhammah ( َيْفُعُل- )َفَعَل, dan fathah ( َيْفَع ُل- )َفَعَل.
Jika ain fi’il madhi berharokat dhammah, ain fi’il mudhari’ pasti juga dibaca dhammah (- َفُع َل
)َيْفُعُل.
Ketika ain fi’il madhi dibaca kasroh, maka ain fi’il mudhari’ memiliki dua bacaan, yakni
kasrah ( َيْفِع ُل- )َفِع َلdan fathah ( َيْفَع ُل- )َفِع َل.
Dan penting diketahui bahwa setiap fi’il madhi dan mudhari’ yang ain fi’il-nya berharokat
fathah, maka ain atau lam fi’il harus berupa salah satu huruf chalaq “ ”الحلقyang enam, yaitu
1
2
حسن بن ٱحمد, SYEKH NU’MAN ATAU IMAM ABU HANIFAH
3
hamzah “”ء, ha’ “”ه, cha’ “”ح, kha’ “”خ, ain “”ع, ghin “”غ. Dan ini termasuk qiyasi,
contohnya seperti sa’ala-yas’alu “ َيْس َأُل- ”َس َأَل, dzahaba-yadzhabu “ َي ْذ َهُب- ”َذ َهَب. Jika tidak
menempati ketentuan tersebut maka hukumnya adalah syadz, seperti abaa-ya’baa “1.”َيْأَبى-َأَبى.
Dari keterangan di atas, kita tau bahwa fi’il tsulasi mujarrad dibagi menjadi 6 bab dengan
perubahan bentuk yang spesifik. Supaya lebih mudah lagi dalam menghafalkan keenam bab
wazan tsulatsi mujarrad itu, para ulama ahli shorof merangkumnya dalam syair Arab berikut:
َفْتُح َض ٍّم َفْتُح َكْس ٍر َفْتَح َتاِن | َك ْسُر َفْتٍح َض ُّم َض ٍّم َكْس َر َتاِن
“Fathu-dhammin ( َيْفُعُل- )َفَعَل, fathu-kasrin ( َيْفِع ُل- )َفَعَل, fathataani ( َيْفَع ُل- )َفَعَل, kasru-fathin (- َفِع َل
)َيْفَع ُل, dhammu-dhammin ( َيْفُعُل- )َفُع َل, kasrataani ( َيْفِع ُل- ”)َفِع َل.
Mengenai 6 bab fi’il tsulasi mujarrod juga bisa kita lihat pada tabel di bawah ini beserta
contoh mauzun-nya:
No Wazan Mauzun
ِم ْفَع ٢ َم ْفَع ٌل اَل ُأْفُعْل َم ْفُعْو ٌل َفاِع ٌل َم ْفَع اًل َفْع اًل َيْفُعُل َفَعَل
ٌل َتْفُعْل
ِم ْفَع ٢ َم ْفِع ٌل اَل ِإْفِع ْل َم ْفُعْو ٌل َفاِع ٌل َم ْفَع اًل َفْع اًل َيْفِع ُل َفَعَل
ٌل َتْفِع ْل
ِم ْفَع ا ٢ َم ْفَع ٌل اَل ِإْفَع ْل َم ْفُعْو ٌل َفاِع ٌل َم ْفَع اًل َفْع اًل َيْفَع ُل َفَعَل
ٌل َتْفَع ْل
- ٢ َم ْفَع ٌل اَل ِإْفَع ْل َم ْفُعْو ٌل َفاِع ٌل َم ْفَع اًل ِفْع اًل َيْفَع ُل َفِع َل
َتْفَع ْل
- ٢ َم ْفَع ٌل اَل ُأْفُعْل - َفَع ٌل َم ْفَع اًل ُفْع اًل َيْفُعُل َفُع َل
َتْفُعْل
- ٢ َم ْفِع ٌل اَل ِإْفِع ْل َم ْفُعْو ٌل َفاِع ٌل َم ْفَع اًل ُفْع اَل ًنا َيْفِع ُل َفِع َل
َتْفِع ْل
Wazan tashrif fi’il tsulatsi mujarrod mulai dari bab 1 s/d 6 kebanyakan adalah muta’addi
(membutuhkan maf’ul), terkecuali bab 5 yang mengikuti wazan fa’ula yaf’ulu “ َيْفُعُل- ”َفُع َل,
semuanya adalah lazim (tidak membutuhkan maf’ul).
42
kitab ayyuhal walad Muhammad Nizar alwi
3https://www.imanmuslim
4https://www.khoiri
Semua mashdar fi’il tsulatsi mujarrad hukumnya adalah sama’i (tidak memiliki wazan baku),
tidak ada yang qiyasi (memiliki wazan baku). Artinya, bentuk mashdar tersebut hanya bisa
kita ketahui dari apa yang masyarakat Arab gunakan.
Contohnya mauzun yasara-yaisiru “َيْيِس ُر- ”َيَسَرyang memiliki bentuk mashdar yusran “”ُيْسًرا.
Jika memang mashdar fi’il tsulatsi mujarrad adalah qiyasi, tentunya akan mengikuti mashdar
dari wazan fa’ala-yaf’ilu “ َيْفِع ُل- ”َفَع َل, yaitu fa’lan “ ”َفْع اًل. Hal ini menunjukkan bahwa
pengambilan mashdar tsulatsi mujarrad dengan sama’i (mengikuti dari apa yang bangsa Arab
gunakan)3.
Adapun mashdar mim fi’il tsulatsi mujarrad yang berupa bina’ ajwaf, shahih, mahmuz,
mudha’af, naqis, dan lafif maqrun pasti mengikuti wazan maf’alun “ ( ”َم ْفَع ٌلdibaca fathah ain
fi’il-nya). Contohnya maqaalun “ ”َم َقاٌل, makdabun “ ”َم ْأَدٌب, mas’alun “”َم ْس َأٌل, magzan “”َم ْغًز ى.
Dan yang dibaca kasroh ain fi’il-nya itu syadz (keluar dari kaidah), seperti magribun “ ”َم ْغ ِر ٌب,
masjidun “ ”َم ْس ِج ٌد.5
Sisanya, yakni bina’ mitsal dan lafif mafruq mashdar mim-nya mengikuti wazan maf’ilun “
”َم ْفِع ٌل. Contohnya adalah mau’idun “ ”َم ْو ِع ٌد, maisirun “”َم ْيِس ٌر, mauqan “”َم ْو ًقى, dan maulan “
3
.”َم ْو ًلى.
V. Kesimpulan
Itulah penjelasan mengenai wazan tsulatsi mujarrad dalam ilmu shorof yang memiliki 6 bab
wazan tashrif, yaitu:
Fa’ala-yaf’ulu “ َيْف ُعُل-”َف َعَل, contohnya nashara-yanshuru “ َيْن ُصُر- ( ”َن َصَرmenolong).
Fa’ala yaf’ilu “ َيْف ِع ُل-”َف َعَل, contohnya dharaba-yadhribu “ َيْض ِرُب- ( ”َضَرَبmemukul).
Fa’ala-yaf’alu “ َيْف َعُل-”َف َعَل, contohnya fataha-yaftahu “ َيْف َتُح- ( ”َف َتَحmembuka).
Fa’ila-yaf’alu “ َيْف َعُل-”َف ِع َل, contohnya alima-ya’lamu “ َيْع َل ُم-( ”َع ِلَمmengetahui).
Fa’ula-yaf’ulu “ َيْف ُعُل-”َف ُعَل, contohnya hasuna-yahsunu “ َيْح ُس ُن- ( ”َح ُسَنbaik).
Fa’ila-yaf’ilu “ َيْف ِع ُل-”َف ِع َل, contohnya hasiba-yahsibu “ َيْح ِسُب- ( ”َح ِسَبmenghitung).
Semua bab tsulatsi mujarrod tersebut adalah muta’addi (membutuhkan maf’ul), kecuali
bab 5 yang seluruhnya merupakan fi’il lazim (tidak membutuhkan maf’ul).
VI. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan didalamnya, baik itu dari segi
bahasanya maupun segi penulisannya.
Dan penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan.
Semoga makalah ini senantiasa menambah wawasan serta pengetahuan, bagi penulis maupun
pembaca
Busyro, Mukhtarom. 2016. Shorof Praktis; Metode Krapyak. Jogjakarta: Menara Kudus
Jogjakarta.
Manaf, Abdul Hamid.1993. Pengantar Ilmu Shorof Istilahi- Lughawi .Nganjuk: PP. Fathul
Mubtadi’in
Mufid, Ahmad. 2014. Mudahnya Belajar Ilmu Shorof. Jakarta: PT Suka Buku
Ni’mah Fuad. Mulakhos Qowa’idul Lughah Al-‘Arabiyyah. Beirut: Dar Al- Tsaqofah Al-
Islamiyyah