Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUKUM MADD
Diajukan  untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata pelajaran PAI
Pak Uun

Anggota:
Moch fachrul
Tedi tediansyah
Arga ilmansyah
Ardi setiadi
Arbi pamungkas
Raihan anjayana
Dias vikriansyah

Kelas : XII IPS 4


Pelajaran : PAI

SMA NEGERI 1 JATIWARAS


TASIKMALAYA 2022
KATA PENGANTAR
            
Puji syukur tercurah kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kepada kita sehingg kita dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada pihak yang telah terlibat dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, khususnya kami yang membuat. Dan untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,  kami yakin masih
banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,  kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki
makalah ini.

Tasikmalaya, Oktober

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Makalah
D.     Batasan Makalah
BAB 2 PEMBAHASAN
A.     Pengertian Mad
B.     Pembagian Mad
1.      Mad Ashli/Thabi’i
2.      Mad Far’i
C.     Macam-macam Mad Far’i
1.      Mad Wajib Muttasil
2.      Mad Jaiz Munfashil
3.      Mad Lazim Harfi Musyba Mutsaqal
4.      Mad Lazim Harfi Musyba Mukhaffaf
5.      Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
6.      Mad Lazim Kalimi Mutsaqal
7.      Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf
8.      Mad Badal
9.      Mad ‘Aridl Lissukun
10.        Mad Iwadl
11.        Mad Lin
12.        Mad Shilah
13.        Mad Tamkin
14.        Mad Farq
D.     Lafadz-lafadz Yang Tidak Dibaca Mad
1.      Shifir Mustadir
2.      Shifir Mustathil
BAB 3 PENUTUP
A.     Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Mempelajari ilmu tajwid hukumnya adalah fardhu kifayah. Jika dalam suatu
tempat ada seseorang yang menguasai ilmu ini, maka bagi yang lainnya tidak
menanggung dosa, dan sebaliknya jika tidak seorangpun yang menguasai ilmu ini,
maka seluruh penduduk daerah tersebut menanggung dosa. Adapun membaca Al-
Qur’an dengan tajwid hukumnya fardhu ‘ain. Jika seseorang tidak menggunakan
tajwid dalam membaca Al-Qur’an, maka ia berdosa. Ilmu tajwid sangat penting sekali
untuk dipelajari sebelum belajar membaca Al-Qur’an, karena dengan ilmu tajwid kita
dituntun bagaimana cara melafalkan huruf hijaiyah, bagaimana cara memanjangkan
atau memendekkan bacaan atau yang disebut dengan Hukum Mad, dan lain
sebagainya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Mad?
2.      Ada berapa pembagian Mad?
3.      Bagaimana pembagian Mad Far’i?
4.      Apakah ada lafadz yang tidak dibaca Mad?
C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian Mad.
2.      Untuk mengetahui pembagian Mad.
3.      Untuk mengetahui pembagian Mad Far’i.
4.      Untuk mengetahui lafadz yang tidak dibaca Mad.
D.    Batasan Makalah
            Makalah ini tidak mencakup semua materi tentang ilmu tajwid, melainkan
dibatasi hanya mencakup materi tentang Mad dan Pembagiannya.
BAB 2

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Mad
            Dalam kitab matan Al-Jazariah, Mad menurut bahasa yaitu ُ‫ادة‬
َ ‫الزي‬
ِّ  yang artinya َ
Bertambah. ada juga yang mengartikan Mad menurut bahasa dalam kitab Hidayatul
ُّ ‫الْم‬  yang artinya Panjang.
mustafid dan Tuhfatul athfal yaitu‫ط‬
َ
            Sedangkan Mad menurut istilah adalah:
1.      Dalam kitab Hidayatul Mustafid
‫ف الْ َم ِّد اْآلتِى ِذ ْك ُر َها‬
ِ ‫ف ِمن حرو‬
ٍ ‫ِإطَالَةُ َّ ِ حِب‬
ْ ُ ُ ْ ‫الص ْوت َْر‬
“Memanjangkan bacaan menurut aturan-aturan tertentu dalam Al-Qur’an.”
2.      Dalam kitab Matan Al-Jazariah
ِ ‫الصو ِت بِاحْل ر‬
‫ف الْ َم ْم ُد ْو ِز‬ ‫ِإ‬ ِ
َْ ْ َّ ُ‫عبَ َارةٌ َع ْن طَالَة‬
“Suatu ibarat dalam memanjangkan bacaan menurut huruf-huruf tertentu.”
3.      Dalam kitab Tuhfatul Athfal
‫الزيَ َاد ِة َعلَى َمافِْي ِه ِعْن َد ُماَل قَ ِاة‬ ِ ‫ِعبارةٌعن طُو ِل زم ِن صو ِت احْل رو‬
ِّ ‫ف َو‬ ْ ُُ َْ َ َ ْ ْ َ َ َ
‫مَهًْز َاو ُس ُك ْونًا‬
“Pengibaratan dari panjangnya waktu suara huruf dan tambahnya suara
disaat bertemu Hamzah dan Sukun.”
B.     Pembagian Mad
            Mad terbagi menjadi 2 bagian yaitu, Mad Ashli atau Mad Thabi’i dan Mad
Far’i. dan Mad Far’i juga masih terbagi lagi menjadi beberapa bagian. 
‫ َو َس ِّم ََّأواًل طَبِْيعِيًّا= َو ُه َو‬# ُ‫َأصلِ ٌّي َز َف ْر ِع ٌّي لَه‬
ْ ‫َوالْ َم ُّد‬
‫ب‬ْ َ‫ف جُتَْتل‬ ُ ‫ َواَل بِ ُد ْونِِه احْلُُر ْو‬# ‫ب‬ ْ َ‫ف لَهُ َعلَى َسب‬ ٌ ُّ‫َمااَل َت َوق‬
‫ َج َاب ْع َد َم ٍّد فَالطَّبِْيعِ َّي يَ ُك ْون‬# ‫ف َغرْيِ مَهْ ٍز َْأو ُس ُك ْو ٍ=ن‬ ٍ ‫َأي حر‬
ْ َ ُّ ‫بَ ْل‬
“Mad ada 2 yaitu ashli dan far’i. Mad ashli sering disebut mad thabi’i. Mad ashli tidak
membutuhkan sebab. Tidak akan berdiri tanpa huruf mad. Setelah mad ashli selalu
ada huruf selain Hamzah dan huruf bersukun.”
            Berikut pengertian dari Mad Ashli atau Mad Thabi’i dan Mad Far’i:
1.      Mad Ashli/Thabi’i
      Mad Ashli sering disebut dengan Mad Thabi’i yang secara bahasa
Thabi’i itu berarti tabiat. Di istilahkan Mad Thabi’i berdasarkan dalam
kitab Hidayatul Mustafid dan Kitab Nihaayatul Qaulil Mufid yaitu:
ِ ‫السلِيم ِة اَل يْن ُقصه عن حد‬
‫ِّه َواَل يَِزيْ ُد َعلَْي ِه‬ ِ ِ ‫َأِلن‬
َ ْ َ ُ ُ َ َ ْ َّ ‫ب الطَّبِْي َعة‬ َ َّ
َ ‫صاح‬
“Seorang yang mempunyai tabi’at baik tidak mungkin akan mengurangi
atau menambah panjang bacaan dari yang telah ditetapkan.”
      Maksudnya, ketentuan bahwa Mad Ashli harus dibaca panjang dua
harakat tidak mungkin ditambah atau dikurangi oleh orang yang
mempunyai tabi’at baik. Jadi orang tersebut akan membaca Mad Ashli
sesuai dengan ketentuan yakni dua harakat, tidak lebih dan tidak kurang.
1.      Menurut kitab Fathul Aqfal, mad ashli yaitu:
‫ب ِم ْن مَهْ ٍز َْأو ُس ُك ْو ٍن‬
ٍ َ‫ف َعلَى َسب‬ ِ
ُ َّ‫الَّذ ْي اَل َيَت َوق‬ 
“Mad yang tidak membutuhkan sebab Hamzah atau Sukun.”
2.      Menurut kitab Hidayatul Mustafid, mad ashli yaitu:
ِ ‫هو الْم ُّد الطَّبِعِي الَّ ِذي اَل َت ُقوم َذات حر‬
‫ف الْ َم ِّد ِإاَّل بِِه‬ ْ َ ُ ُ ْ ْ ُّ َ َُ
“Mad Thabi’i yaitu mad yang tidak bisa berdiri kecuali dengan huruf mad
itu sendiri.”
      Huruf Mad Ashli ada 3 yaitu ‫ي‬,‫و‬,‫ا‬ dengan syarat alif sukun
sebelumnya ada huruf berharakat fathat, wawu sukun sebelumnya ada
huruf berharakat dhomah, dan ya sukun sebelumnya ada huruf berharkat
kasrah. Sebagaimana dijelaskan dalam Nazham Tuhfatul Athfal:
‫ ِم ْن لَ ْف ِظ َوا ٍي َو ْه َي يِف نُ ْو ِحْي َها‬# ‫ُحُر ْوفُهُ ثَاَل ثَةٌ فَعِْي َها‬
ٍ ْ‫ َشر ٌط و َفْتح َقْبل َأل‬# ‫ضم‬
‫ف ُم ْلَتَز ْم‬ َ ٌ َ ْ ْ َ ‫الوا ِو‬َ ‫َوالْ َك ْس ُر َقْب َل اليَ َاو َقْب َل‬
“huruf-hurf (Mad Ashli) itu ada tiga, terkumpul dalam lafadz Waayin
seperti dalam kata nuuhiihaa. Syaratnya ialah kasrah sebelum ya, dhamah
sebelum wau, dan fathah sebelum alif.”

َ َّ‫ِإي‬
1.      Alif mati/sukun sebelumnya ada huruf berbaris fathah. Contoh ‫اك‬
2.      Wawu mati/sukun sebelumnya ada huruf berbaris dhomah.
Contoh ‫ي ُقو ُل‬
َْ
3.      Ya mati/sukun sebelumnya ada huruf berbaris kasrah. Contoh ‫قِْيل‬
َ
      Ukuran pembacaan Mad Ashli yaitu satu alif atau dua harakat. Mad
Ashli atau Mad Thabi’i adalah hukum Mad yang paling dasar atau pokok.
Karena hukum-hukum Mad yang lain (bagian dari Mad Far’i) hampir
seluruhnya berasal dari Mad Ashli.
2.      Mad Far’i
      Mad artinya panjang, Far’i secara bahasa berasal dari kata far’un yang
artinya cabang. Sedangkan secara istilah Menurut kitab fathul aqfal, Mad
Fari’i yaitu:
ٍ َ‫اَأْلصلِ ِّي بِسب‬
‫ب ِم ْن مَهْ ٍز َْأو ُس ُك ْو ٍ=ن‬ ‫الْم ُّد َّ ِئ‬
َ ْ ‫الزا ُد َعلَى الْ َم ِّد‬ َ
“Mad yang merupakan hukum tambahan dari Mad Ashli (sebagai
hukum asalnya) yang disebabkan oleh hamzah atau sukun.”
                  Dalam nazham dijelaskan:
‫ سبب َكهم ٍز َأوس ُكو ٍن مسجاٍل‬# ‫ف ع ٰلى‬ ِ
َ ْ ُ ْ ُ ْ ْ َ ْ ََ َ ٌ ُ‫َواٰأْل َخ ُر الْ َف ْرع ُّي َم ْوق‬
            “Bagian lain (dari hukum Mad) ialah Mad Far’i, yakni Mad ashli    
yang terkena suatu sebab, seperti hamzah atau sukun.”
Dari keterangan di atas, jelas bahwa Mad Far’i ialah Mad tambahan
dari hukum asalnya (Mad Ashli) yang terkena sebab-sebab tertentu
sehingga menjadi Mad Far’i. Menurut buku “Pedoman Ilmu Tajwid
Lengkap” ada 5 jenis sebab yang menjadikan Mad Ashli berubah menjadi
Mad Far’i yaitu:
a.       Hamzah. Ketika Mad Ashli bertemu dengan hamzah maka akan
melahirkan hukum Mad Far’i yaitu:
1)      Mad Wajib Muttasil (bertemunya Mad Ashli dengan Hamzah
ِ ‫السم‬
dalam satu kalimat). Contoh ‫آء‬ َّ ‫و‬ َ َ ,َ‫َجآء‬
2)      Mad Jaiz Munfasil (bertemunya Mad Ashli dengan Hamzah
= ‫يٰآَأيُّ َهاالن‬
dalam dua kalimat/kalimat lain). Contoh ‫َّاس‬
ُ
3)      Mad Badal (huruf Mad Ashli yang didahului oleh Hamzah).
Contoh =‫اٰمُنوا‬
َْ
4)      Mad Shilah Thawilah (Ha dhamir yang dibaca Mad bertemu
dengan Hamzah). Contoh ‫ك‬
َ ‫َأض َح‬
ْ ُ‫ِإنَّه‬
b.      Sukun.
1)      Mad Lazim Harfi Musyba Mukhaffaf (huruf Mad menghadapi
sukun Ashli, baik ketika washal maupun waqaf. Namun bacaan
tidak di idghamkan, huruf mad dan sukun ashli tersebut berada
dalam ejaan huruf). Contoh  ٓ‫ن‬ ,‫ٓع ٓس ٓق‬
2)      Mad Lazim Harfi Mukhaffaf (huruf-huruf fawatihus suwar
yang memiliki dua ejaan huruf, ejaan pertamanya berharkat
fathah). Huruf-huruf tersebut dibaca Mad karena dalam ejaan
hurufnya diiringi oleh huruf mad (yang tanda sukunnya tidak
nampak). Contoh ‫س‬
ٓ ٰ‫ي‬
3)      Mad Lazim kalimi mukhaffaf (huruf Mad Ashli yang bersukun
dan didahului oleh hamzah, bertemu dengan huruf yang bersukun).

َ ‫آ ٰال‬
Contoh ‫ن‬
c.       Waqaf. Masih merupakan bagian dari sukun, terjadinya proses
penyukunan huruf karena bacaan di waqafkan dengan sukun ‘aridli.
1)      Mad ‘Aridl lissukun (mad ashli yang dibaca waqaf).
ِ ْ‫الدِّي‬
Contoh ‫ن‬ ‫ َي ْوِم‬,‫َي ْعلَ ُم ْو َن‬
2)      Mad Iwadl (tanwin fathah yang dibaca Mad karena waqaf),
mad ini merupakan pengganti tanwin fathah yang tidak berbunyi
ِ‫ح‬
lagi karena bacaan di waqafkan. Contoh ‫كْيما‬ ِ
ً َ ‫َعلْي ًما‬
3)      Mad Lin (huruf mad yaitu wau dan ya yang sukun dan huruf
sebelumnya berharakat fathah) disyaratkan setelah huruf Mad ada
huruf yang bersukun ‘aridli karena bacaan di waqafkan.
ٍ ‫خو‬
Contoh ‫ف‬ ٍ
َ ْ ,‫َبْيت‬
d.      Tasydid. Tasydid juga masih bagian dari sukun, yakni terjadinya
proses peng-idghaman huruf yang bersukun keppada huruf yang
didepannya berharakat, serta sama/berdekatan makhraj dan sifatnya.
1)      Mad Lazim Harfi Musyba Mutsaqal (huruf Mad menghadapi
huruf yang di idghamkan seraya memakai tasydid, mad ini terjadi
pada fawatihus suwar). Contoh ‫اٰ ٓلم‬
2)      Mad Lazim Kalimi Mutsaqal (huruf mada menghadapi huruf
yang bertasydid dalam satu kalimat). Contoh  َ ‫الضَّٓالِّنْي‬ ‫َواَل‬
3)      Mad Tamkin (huruf mad yang bersukun dengan huruf
sebelumnya ya bertasydid dan berharakat kasrah), jika tidak ada
tasydid, maka hanya terkena hukum Mad Ashli saja. Contoh ,‫حِّيْيتُم‬
ْ ُ
َ ‫َوالنَّبِِّينْي‬
4)      Mad Farqi (huruf mad ashli yang bersukun dan didahului oleh
Hamzah atau mad badal, bertemu dengan huruf yang bertasydid.

َ ‫ماي ْش ِر ُكو‬
Contoh ‫ن‬ ٰ
ْ ُ َ ‫آللّهُ َخْيٌر اَْم‬
e.       Sebab-sebab lain. (berfungsi membedakan bacaan yang mesti
dibaca panjang atau pendek) dalam hal ini ialah Mad shilah Qashirah,
dimana Ha dhamir pada mad tersebut dibaca panjang dengan alasan
Ta’aaduban (penghormatan/pemuliaan) terhadap Al-Qur’an yang
Agung, yang tidak bisa ditambah atau dikurangi. Contoh ‫ن‬
َ ‫َكا‬ ُ‫ِإنَّه‬
      Seandainya sebab-seba Hamzah, Sukun, Waqaf, dan Tasydid dalam
berbagai Mad diatas ditiadakan, maka semua Mad akan kembali ke semula
yaitu Mad Ashli.
C.    Macam-macam Mad Far’i
            Dalam pembagian Mad Far’i, ada yang menyatakan jumlahnya 13 seperti
dalam kitab Hidayatul Mustafid, ada yang menyatakan 14, bahkan dalam kitab
Siraajul Qori yang diambil dari buku “Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap”jumlahnya ada
15 dengan membagi Mad Lazim menjadi 5 bagian (Mad Lazim Harfi Musyba
Mutsaqal, Mad Lazim Harfi Musyba Mukhaffaf, Mad Lazim Harfi Mukhaffa, Mad
Lazim Kalimi Mutsaqal, dan Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf). Berikut penjelasannya:
1.      Mad Wajib Muttasil
      Secara bahasa, mad artinya panjang. Wajib artinya harus
(dipanjangkan), dan Muttasil artinya bersambung (dengan hamzah).
Menurut istilah mad wajib muttasil adalah :
ِ ‫هو َأ ْن ي ُكو َن الْم ُّد واهْل مزةُ يِف َكلِم ٍة و‬
‫اح َد ٍة‬ َ َ ْ َ َْ َ َ ْ َ َ ُ
“Apabila mad (asli) dan hamzah (bertemu) dalam satu kata” [hidayatul
mustafid].
            Dijelaskan dalam nazham:
ِ ‫ مت‬# ‫وو ِاجب إ ْن جاء َقبل مَهْز ِة‬
‫َّصاًل ِإ ْن مُجِ َعا بِ ِك ْل َم ِة‬ ُ َ َ ْ َ َ ٌ ََ
“Dan mad wajib muttasil itu ialah apabila datang huruf mad asli
sebelum hamzah dalam keadaan bersambung di satu kata”. [Matan
Jazariyah]
      Jadi syarat mad wajib muttasil adalah harus ada hamzah setelah mad
asli dan hamzah itu pun berada dalam satu kata. Jika tidak demikian, tidak
terjadi hukum mad wajib muttasil.
      Cara membaca mad wajib muttasil adalah 5 harokat atau 2 setengah
ِ ‫السَّر‬
alif. Contoh: ‫آء‬ َّ ‫ ىِف‬, ‫َجآء‬
َ
2.      Mad Jaiz Munfashil
      Secara bahasa, mad artinya panjang, jaiz artinya boleh (dipanjangkan
lebih dari 2 harokat) dan munfashil artinya terpisah (antara huruf mad
dengan huruf hamzah).
      Menurut istilah, mad jaiz munfasil adalah :
‫ف الْ َم ِّد يِف ْ َكلِ َم ٍة َواهْلَ ْمَزةُ يِف ْ َكلِ َم ٍة اُ ْخ ٰرى‬
ُ ‫ُه َو َما َكا َن َح ْر‬
“Apabila huruf mad (asli) dalam satu kata bertemu dengan hamzah di kata
yang lainnya”.
            Dijelaskan dalam nazham:
ِ ‫ ُكلٌّ بِ ِك ْلم ٍة و ٰه َذا الْمْن َف‬# ‫صل‬
‫ص ْل‬ ِ ُ‫وجاِئز م ٌّد وقَصر اِ ْن ف‬
ُ َ َ ْ ٌْ َ َ ٌ َ َ
“Dan ada mad yang boleh (jaiz) dibaca panjang atau pendek, yang terpisah
kalimat (antara huruf madd dan hamzah). Dan yang demikian itu dinamakan
mad jaiz munfhasil”.
            Jadi, mad jaiz munfashil terjadi apabila mad asli di satu kata bertemu
dengan hamzah pada kata berikutnya. Dengan kata lain, mad asli dan hamzah
berada pada dua kata yang terpisah.
            Cara membaca mad jaiz munfashil boleh dipanjangkan, 2 harakat, 4
harakat, atau 5 harakat. Dengan demikian, ada 3 wajah dalam pembacaannya :
a.       Hadr : cepat, dibaca 2 harokat.
b.      Tadwir : sedang, dibaca 4 harokat.
c.       Tartil : lambat, dibaca 5 harokat.
Contoh: ‫عبُ ُد‬
ْ َ‫ا‬ ْ ‫يِف ٓي‬
‫ آَل‬, ‫َأح َس ِن‬
3.      Mad Lazim Harfi Musyba Mutsaqal
      Mad lazim harfi musyba mutsaqol adalah :
ِ ‫ف الَّ ِذي بع َد حر‬
‫ف الْ َم ِّد َكا َن ُمَث َّقاًل‬ ُ ‫فَِإ ْن اُْد ِغ َم َح ْر‬
َْ َْ
“Bila huruf setelah mad (dalam ejaan huruf wafatihus suwar)
diidghomkan, maka dinamakan mad lazim harfi musyba mutsaqol”.
      Disebut mutsaqol karena dalam mad ini bacaan diberatkan akibat
terjadinya proses pengidghoman. 
Contoh : ‫ا ٓل ٓ ّم‬
Cara membacanya yaitu, alif (1 harakat), laam (6 harakat), miim (6
harakat).
4.      Mad Lazim Harfi Musyba Mukhaffaf
      Mad lazim harfi musyba mukhofaf ialah :
‫ِإ ْن مَلْ يُ ْد َغ ْم َكا َن خُمََّف ًفا‬
“Apabila huruf setelah mad dalam ejaan huruf wafatihus suwar tidak
diidghomkan, dinamakan mad lazim harfi musyba mukhofaf”.
      Maksdunya, bacaan diringankan (mukhofaf), akibat tidak terjadinya
proses idghom.
Contoh: ‫ق‬
ٓ ‫ٓع ٓس‬
Cara membacanya yaitu, ‘aiin (6 harakat dan di ikhfa-kan), siin(6 harakat
dan di ikhfa-kan), qaaf (6 harakat).
5.      Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
      Secara bahasa, mad artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); harfi artinya huruf (yakni, terjadinya pada huruf); dan mukhofaf
berarti ringan atau tidak terjadi idghom. Menurut istilah, mad lazim harfi
mukhofaf adalah :
ِ ‫ف فِْي ِه َعلَى َحر َفنْي‬
ُ ‫ُه َو َما َكا َن احْلَْر‬
ْ
“Apabia huruf-huruf (wafatihus suwar)-nya terjadi dari 2 ejaan
hurufnya”.
            Dalam nazham dijelaskan :
=ْ ِ‫ فَ َمدُّهُ َمدًّاطَبِْيعِيًّااُل‬# ‫ف‬
‫ف‬ ِ ِ ‫ف الث‬
ْ ‫َّان اَل َأل‬
ِ ‫اسوى احْل ر‬
َْ َ ‫َو َم‬
ِ
ِ ِ ِ ُّ ‫ضا يِف ْ َف َواتِ ِح‬
َ َ‫ يِف ْ لَ ْفظ َح ٍّي طَاه ٍر قَداحْن‬# ‫الس َو ْر‬
‫صَر‬ ً ْ‫َو َذ َاك اَي‬
“Dan selain huruf yang 3 ejaan hurufnya, ada juga huruf yang tersusun
dari 2 ejaan huruf, maka memanjangkannya seperti mad thobi’i
(2harokat). Huruf-huruf tersebut merupakan wafatihus suwar, yang
menurut para ulama, teringkas dalam kalimat hayyin thahir”.
            Huruf-huruf mad lazim harfi mukhofaf ada 5 yaitu ‫ي‬
ٌّ ‫(ح‬ َ ‫حيطهر‬
)‫طَ ُهَر‬
            Cara membacanya yaitu tiap huruf dipanjangkan 2 harakat.
ٰ
Contoh: ‫ط ٰه‬
6.      Mad Lazim Kalimi Mutsaqal
      Secara bahasa, mad artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); kalimi artinya kalimat (yakni, terjadinya pada kalimat); dan
mutsaqol artinya berat, karena terjadi idghom. Menurut istilah, mad lazim
kalimi mutsaqol ialah :
ِ ‫َّد يِف َكلِم ٍة و‬
‫اح َد ٍة‬ ِ ‫هو َأ ْن يَّ ُكو َن بع َد حر‬
َ َ ْ ٌ ‫ف ُم َشد‬ ٌ ‫ف الْ َم ِّد َح ْر‬ َْ َْ ْ َُ
“Apabila setelah huruf mad (ashli) terdapat huruf yang bertasydid dalam
satu kata (kalimat)”.
      Syarat terjadinya mad lazim kalimi mutsaqol adalah adanya huruf yang
bertasydid setelah mad ashli. Jika tidak terdapat huruf yang bertasydid,
hukumnya tetap mad asli. Kemudian huruf yang bertasydid itupun harus
berada dalam satu kata dengan huruf mad ashli.
      Cara membaca mad lazim kalimi mutsaqol ialah dengaan
memanjangkan terlebih dahulu huruf mad sebanyak 6 harokat (3 alif),
“diberatkan” (mutsaqol) atau dimasukkan (idghom) kepada huruf yang
bertasydid dihadapannya.
Contoh: ُ‫آمة‬
َّ َ‫الط‬ , َ ‫َواَل الضَّآلِّنْي‬
7.      Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf
      Secara bahasa, mad artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); kalimi artinya kalimat (yakni, terjadinya pada kalimat); dan
mukhofaf artinya ringan, karena tidak terjadi idghom. Menurut istilah mad
lazim kalimi mukhofaf ialah :
‫س ُم ْد َغ ًما‬ ِ
ِ ٌ ‫ف الْم ِّد حر‬
َ ‫ف َساك ٌن َولَْي‬ ْ َ َ ‫ُه َواَ ْن يَ ُك ْو َ=ن َب ْع َد َح ْر‬
“Apabila setelah huruf mad terdapat huruf yang bersukun dan tidak ada
idghom”.
      Jadi, syarat terjadinya mad lazim kalimi mukhofaf adalah adanya huruf
yang bersukun setelah huruf mad. Namun, tidak ada proses idghom
didalamnya.
      Cara membaca mad lazim kalimi mukhofaf iallah dengan dipanjangkan
6 harokat atau 3 alif.
      Perlu diketahui bahwa di dalam al-qur’an, hukum mad laazim kalimi
mukhofaf hanya terdapat pada 2 tempat. Kedua tempat tersebut ialah :
-          Surat yunus : 51
-          Surat yunus : 91
      Pada kedua surat ini, lafad yang berhukum mad lazim kalimi mukhofaf
sama, yaitu : ‫ٰٓا لْٰئن‬
َ
8.      Mad Badal
      Secara bahasa, Mad artinya panjang dan Badal artinya pengganti.
Menurut istilah yang diambil dari kitab Hidayatul Mustafid, Mad Badal
yaitu:
ِ ٍ ِ ِ
ُ ‫ُه َو َأ ْن جَيْتَم َع الْ َم ُّد َم َع اهْلَ ْمَز ِة يِف َكل َمة لَك َّن َتَت َقد‬
‫َّم اهْلَ ْمَزةُ َعلَى الْ َم ِّد‬
“Berkumpulnya huruf Mad dengan Hamzah dalam kalimat, tetapi posisi
Hamzah lebih dahulu dari huruf Mad.”
      Dijelaskan dalam nazham Tuhfatul Athfal:
‫ بَ َد ْل َكٰأ َمُن ْوا= َوِإمْيَنًا ُخ َذا‬# ‫َوقَدِِّم الْ َم َّد َعلَى اهْلَ ْم ِز َوذَا‬
“Dan apabila Hamzah terletak lebih dahulu dari (huruf) Mad, maka
dinamakan Mad Badal, seperti dalam lafadz Aamanuu dan Iimaanaa.”
      Dengan kata lain, Mad Badal terjadi karena huruf Mad didahului oleh
Hamzah. Jika huruf yang mendahului huruf Mad tersebut bukanlah
Hamzah, maka hukumnya tetap Mad Ashli/Mad Thabi’i.
      Cara membaca Mad Badal yaitu dipanjangkan dua harakat atau satu
alif. Berikut contoh bacaan Mad Badal:
a.       Contoh lafadz =‫اٰمُنوا‬
َْ
            Lafadz ini asalnya =‫َأْأمُن= ==وا‬selanjutnya Hamzah kedua diganti
ْ َ
dengan huruf Mad yaitu alif yang menjadi penggantinya (badal)
sehingga menjadi ‫اَامُنوا‬/‫ءامُنوا‬/‫اٰمُنوا‬
ْ َ ْ ََ ْ َ
Contoh lafadz  ‫ُأويِت‬
b.      
َ ْ
‫يِت‬
            Lafadz ini asalnya 
َ ْ‫اُا‬ selanjutnya Hamzah kedua diganti
dengan huruf Mad yaitu wau yang menjadi penggantinya (badal)
‫يِت‬
sehingga menjadi 
َ ‫ُْأو‬
Contoh lafadz ‫ِإمْيَانًا‬
c.       

            Lafadz ini asalnya ‫اِْأمانًا‬selanjutnya Hamzah kedua diganti


َ
dengan huruf Mad yaitu ya yang menjadi penggantinya (badal)
sehingga menjadi ‫ِإمْيَانًا‬ 

        Ada pengecualian ِ ‫ُأو‬ itu tidak termasuk Mad


untuk lafadz ‫حي‬ ْ َ
Badal dikarenakan asal katanya ialah “auhaa”, wau pada lafadz
tersebut adalah wau asli bukan wau pengganti/badal. 
9.      Mad ‘Aridl Lissukun
      Secara bahasa, Mad artinya panjang, ‘aridl artinya baru/tiba-tiba ada,
dan sukun artinya bersukun/mati. Menurut istilah yang diambil dari kitab
Hidayatul Mustafid, Mad ‘Aridl Lissukun adalah:
ِ ‫ف علَي ِه َأح ُد حرو‬
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ف الْ َم ِّد‬ ْ ُ ُ َ ْ َ ُ‫ف َعلَى اٰخ ِرالْ َكل َمة َو َكا َن َقْب َل احْلَْرف الْ َم ْوق‬ ُ ْ‫ُه َوالْ َوق‬
ِ‫الطَّبِيعِي الَّيِت ِهي اَألل‬
ُ‫الو ُ=او َوالبَاء‬
َ ‫و‬َ ‫ف‬ُ َ ْ ِّ ْ
“Pemberhentian (waqaf) bacaan pada akhir kata/kalimat, sedangkan
huruf sebelum huruf yang di waqafkan itu merupakan salah satu dari
huruf-huruf Mad Thabi’i yaitu alif, wau, dan ya.”
      Dapat pula dikatakan bahwa Mad ‘Aridl Lissukun adalah Mad Ashli
atau Mad Thabi’i yang di waqafkan, karena hakikat dari Mad ‘Aridl
Lissukun itu sendiri dari Mad ashli yang terkena waqaf secara tiba-tiba,
walaupun ditengah kalimat. Namun demikian, bila mad ini di washalkan
maka hukumnya adalah Mad Ashli.
ِ ِ
ُ ‫ َو ْق ًفا َكَت ْعلَ ُم ْو َن نَ ْستَعنْي‬# ‫الس ُك ْو ُن‬
ُّ ‫ض‬َ ‫َومثْ ُل ذَاِإ ْن َعَر‬
“Misal cara Mad Munfasil kalau datang sukun sebab waqaf seperti lafadz
Ta’lamuuna, nasta’iinu.”
      Cara pembacaan Mad ‘Aridl Lissukun ada 3 cara:
a.       Thuul (panjang), yaitu dipanjangkan 6 harakat atau 3 alif.
Contoh  ُ ‫نَستَعِنْي‬ dibaca Nasta’iiiiiin
ْ
b.      Tawassuth (sedang), yaitu dipanjangkan 4 harakat atau 2 alif
Contoh  ُ ‫نَستَعِنْي‬ dibaca Nasta’iiiin
ْ
c.       Qashr (pendek), yaitu dipanjangkan 2 harakat atau 1 alif
Contoh  ُ ‫نَستَعِنْي‬ dibaca Nasta’iin
ْ
10.  Mad Iwadl
      Secara bahasa, Mad artinya panjang dan Iwadl artinya pengganti.
Menurut istilah dari kitab Hidayatul Mustafid, Mad Iwadl adalah
ِ
ِ َ‫ِّه حر َكت‬
‫ان‬ ِ ِ ِ ِ ٰ ‫هوالْوقْف علَى َتْن ِوي ِن الْمْن ِ يِف‬
َ َ ‫ص ْوب اخرالْ َكل َمة َوقَ ْد ُر َمد‬
ُ َ ْ َ ُ َ َُ
“Berhentinya bacaan pada tanwin fathat di akhir kalimat dan ukuran
membacanya dua harakat.”
      Mad Iwadl dalam pengertian disini yaitu bacaan panjang pada akhir
kata/kalimat sebagai pengganti dari suara tanwin fathah yang tidak
berbunyi lagi karena bacaan di waqafkan.
Contoh:
-          Lafadz ‫كبِْيرا‬
َ  dibaca ‫ َكبِْيرا‬ 
ً َ
Lafadz  ‫ونِسآء‬ dibaca  ‫ونِسآء‬
-          
ً َ َ َ َ َ
-          Kecuali untuk lafadz yang huruf akhirnya Ta Marbuthah
berharakat tanwin fathah, itu tidak disebut Mad Iwadl. ً‫رمْح َ = =ة‬ maka
َ
dibaca ‫رمْح َ ْه‬
َ
11.     Mad Lin
      Secara bahasa, Mad artinya panjang dan Lin artinya lunak. Menurut
istilah dalam kitab Al-Qaulus Sadiid dikutip dalam buku “Pedoman Ilmu
Tajwid Lengkap.”
=ِ َ‫الساكِن‬
‫ان الْ َم ْفُت ْو ُح َما َقْبلَ ُه َما‬ َّ ُ‫ُه َوالْ َو ُ=او َوالْيَاء‬
“Apabila wau dan ya berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat
fathah.”
      Sedangkan dalam kitab Hidayatul Mustafid
‫ان الْ َو ُ=او َوالْيَاءُ بِ َش ْر ِط ُس ُك ْوهِنِ َم َاوانِْفتَ ِح َما َقْبلَ ُه َما‬
ِ َ‫مُه احرف‬
َْ َ
“Apabila huruf wau dan ya bersukun, sebelumnya ada huruf yang
berharakat fathah.”
Dijelaskan dalam nazham Tuhfatul Athfal:
ِ ِ ِ
ٌ َ‫ ِإن انْفت‬# ‫َواللِّنْي ُ مْن َهاالْيَا َو َو ٌاو َس َكنَا‬
‫اح َقْب َل ُك ٍّل َْأم َكنَا‬
“Lin yaitu jika ada huruf Mad berupa ya atau wau yang bersukun
sedangkan huruf sebelumnya berharakat fathah.”
      Huruf Lin ada dua yaitu wau sukun dan ya sukun dengan syarat
sebelumnya ada huruf berharakat fathah. Cara pembacaannya sama dengan
Mad ‘Aridl lissukun yaitu bisa dua, empat, atau enam harakat. Contoh: ‫ِمن‬
ْ
‫ يِف َش ْي ٍء‬, ‫ف‬
ٍ ‫خو‬
َْ
12.  Mad Shilah
      Menurut bahasa, mad artinya panjang dan Shilah artinya hubungan.
Menurut istilah, mad shilah yaitu:
ِ ‫ف م ٍّد َزاِئ ٌد م َقدَّر بع َد ه ِاء الض‬
ِ‫َّمرْي‬ َ َْ ٌ ُ َ ُ ‫ه َو َح ْر‬ 
ُ
“Mad tambahan (dari Mad Ashli) yang disebabkan oleh Ha dhamir.”
      Para ulama memberikan alasan tentang penamaan Mad Shilah ini:
ِِ ِ ‫َأِلن الْ ُقرآ َن‬
َ ‫العظْي َم اَل ِزيَ َاد ًة فْيه َواَل َن ْق‬
‫ص‬ َ ْ َّ ‫تَاَ ُّدبًا‬
“Sebagai penghormatan terhadap Al-Qur’an yang agung, yang tidak bisa
ditambah atau dikurangi.”
      Mad Shilah terbagi menjadi 2 bagian yaitu Mad Shilah Qashirah dan
Mad Shilah Thawiilah.
a.       Mad Shilah Qashirah (pendek)
            Menurut istilah, Mad shilah Qashirah yaitu:
ِ
ً ْ‫ َويُ ْشَتَر ُط اَي‬. . . ‫ِإ َذا َكا َن َما َقْب َل اهْلَاء ُمتَ َحِّر ًكا‬
ُ‫ضا َأ ْن اَل يَ ُك ْو َ=ن َم َاب ْع َده‬
‫ َواَل جَيِ ُد َب ْع َداهْلَ ِاء مَهٌْز ُمتَ َحِّر ٌك‬. . . ‫ص ْواًل‬
ُ ‫َم ْو‬
“apabila sebelum Ha dhamir ada huruf yang berharakat, dan
disyaratkan tidak disambungkan dengan huruf berikutnya, dan tidak
pula bertemu Hamzah yang berharakat.”
            Dari pengertian diatas, Mad Shilah Qashirah mempunyai 3
syarat yaitu:
1)      Sebelum Ha dhamir harus ada huruf yang berharakat.
2)      Ha dhamir tidak disambungkan.
3)      Ha dhamir tidak bertemu dengan huruf Hamzah.
            Jika ketiga syarat tersebut tidak ada, maka tidak dihukumi Mad
Shilah Qashirah.
Contoh Mad Shilah Qashirah:
ِ ‫الس ٰمو‬
‫ات‬ ‫ىِف‬ ‫ِإ‬
َ َّ ‫ لَهُ َما‬,‫نَّهُ َكا َن‬
            Cara membaca Mad Shilah Qashirah yaitu dipanjangkan dua
harakat, baik Ha dhamir tersebut berupa dhamah ataupun kasrah.
Biasanya harakat Ha dhamir pada Mad ini ditulis dalam bentuk
dhamah terbalik atau fathah kasrah berdiri.
            Ada pengecualian dalam Q.S. Al-Furqan ayat 69 pada lafadz:
. . . ‫َوخَي ْلُ ْد فِْي ِه ُم َهانًا‬
            Dari lafadz tersebut, cara membacanya yaitu dipanjangkan Ha
dhamir-nya meskipun tidak memenuhi persyaratan sebagai Mad Shilah
Qashirah karena sebelum Ha dhamir terdapat huruf yang bersukun.
b.      Mad Shilah Thawiilah (panjang)
            Menurut Istilah Mad shilah thawilah yaitu:
‫ِإ َذا َكا َن َب ْع َد اهْلَ ِاء مَهَْزةُ قَطْ ٍع‬
“Apabila setelah Ha dhamir terdapat Hamzah Qath’i.”
            Jadi, mad shilah thawilah mensyaratkan adanya huruf hamzah
setelah Ha dhamir. Jika tidak ada hamzah, maka hukumnya mad shilah
Qashirah.
            Cara pembacaan Mad ini yaitu dipanjangkan lima harakat atau
dua setengah alif, baik Ha dhamir tersebut berharakat dhamah maupun
kasrah.
Contoh: 
‫ ِعْن َد ٓهُ ِإاَّل‬, ‫اجا‬ ِ
ً ‫ ب ِٓه َْأزَو‬.
13.  Mad Tamkin
      Tamkin secara bahasa artinya tetap (penetapan). Sedangkan menurut
Istilah yaitu:
‫َّدا‬ ِ ‫هو ُك ُّل ياءي ِن َأح ُدمُه‬
ً ‫ْس ْوٌر َما َقْبلَ َه ُام َشد‬
ُ ‫اساك ٌن َمك‬
َ َ َ َْ َ َ ُ
“Bertemunya dua huruf Ya dalam satu kata, ya yang pertama
berharakat kasrah dan bertasydid, sedangkan ya yang kedua
berharakat sukun atau mati.”
      Jadi, mad tamkin terjadi jika dua huruf ya saling bertemu dalam sata
kata. Huruf ya pertama berharakat kasrah dan bertasydid, dan ya kedua
berharakat sukun.
      Bila ditelaah lebih jauh, mad tamkin ini sebenarnya hanya mempunyai
perbedaan sedikit dengan mad ashli. Yaitu adanya tasydid pada huruf ya
yang pertama dalam mad tamkin. Seandainya tasydid tersebut tidak ada,
maka kembali ke hukum mad ashli.
      Cara membaca Mad Tamkin yaitu dengan menetapkan (memantapkan)
bunyi tasydid pada huruf ya yang pertama. Selanjutnya bacaan
dipanjangkan saat menghadapi huruf Mad-nya (huruf ya kedua yang
berharakat sukun).
      Panjang bacaannya ialah dua harakat atau satu alif. Namun, apabila
setelah huruf ya terdapat satu huruf hidup dan bacaan di waqafkan pada
huruf hidup tersebut, maka membacanya boleh dua, empat, atau enam
harakat, karena hukum bacaan pada akhir kata tersebut menjadi Mad Aridl
Lissukun.
Contoh:
ِ
َ ‫ علِِّّينْي‬, َ ‫ َوالنَّبِِّينْي‬, ‫ ُحِّيْيتُ ْم‬.
14.  Mad Farq
      Farq secara bahasa artinya pembeda (membedakan), sedangkan secara
istilah yaitu:
=‫ُه َوالْ َمدُّيُ َفِّر ُق َبنْي َ اِإْل ْستِ ْف َه ِام َواخْلَرَبِ َأِلنَّهُ لَ ْواَل الْ َم ُّد لَُت ُو ِّه َم َأنَّهُ َخَبٌر اَل ِإ ْستِ ْف َه ٌام‬
 ‫ فَاهْلَ ْمَزهُ فِْي ِه لِِإْل ْستِ ْف َه ِام‬.
“Bacaan panjang yang berfungsi untuk membedakan kalimat istifham
(pernyataan) dan khabar (keterangan). Karena jika dibedakan dengan
Mad, kalimat istifham akan disangka kalimat khabar, padahal hamzah
tersebut adalah hamzah istifham.”
      Cara membaca Mad Farq yaitu dipanjangkan enam harakat atau tiga
alif, yaitu tatkala kita melafalkan Hamzah istifham kemudian ditasydidkan
pada huruf idgham syamsiyah dikalimat berikutnya.
      Didalam Al-Qur’an, Mad farq ini hanya terdapat pada empat tempat
yaitu:
1.      Q.S. Al-An’am : 143
2.      Q.S. Al-An’am : 144
3.      Q.S. Yunus :59
4.      Q.S. An-Naml :59
      Kehadiran Mad farq dalam empat tempat tersebut berfaedah untuk
membedakan bentuk kalimat, yaitu antara kalimat istifham dan khabar.
Contoh:
ٰ ٓ
ُ‫ءٰ ال =لّ= ==ه‬ Terdapat dalam Q.S. An-Naml : 59, cara membacanya yaitu
dipanjangkan dahulu enam harakat baru kemudian ditasydidkan pada
kalimat di depannya (huruf lam pada lafadz Allaahu). Pada mulanya lafadz
tersebut adalah “Allaahu”, kemudian ditambah hamzah istifham
dibelakangnya sehingga terjadi pertemuan dua hamzah. Lalu hamzah
kedua disukunkan dan diganti dengan huruf mad (alif), maka terbentuklah
mad badal. Mad badal ini kemudian disambut oleh huruf yang bertasydid
(lam pada lafadz Allaahu). Dari pertemuan Mad Badal dan huruf yang
bertasydid inilah lahir Mad Farqi.
D.    Lafadz-lafadz Yang Tidak Dibaca Mad
            Ada beberapa bacaan yang tidak dibaca Mad meskipun bacaan tersebut
mengandung huruf Mad atau memenuhi syarat dihukumi Mad. Bacaan atau lafadz
tersebut biasanya ditandai dengan Shifir (tanda kecil berbentuk bulat atau lonjong
diatas huruf yang tidak boleh dibaca panjang. Ada juga beberapa lafadz yang tidak
dibaca panjang dan tidak ditandai dengan shifir.
            Tanda shifir dalam Al-Qur’an ada dua bagian:
1.      Shifir Mustadir
      Shifir Mustadir merupakan tanda kecil berbentuk bulat yang terletak
diatas suatu huruf yang berfungsi:
ِ ْ‫ص ِل واَل ىِف الْوق‬ ‫ِ ِِ ىِف‬ ِ ِ ِ
‫ف‬ َ َ ‫يَ ُد ُّل َعلَى ِزيَ َادة ٰذل‬
َ ْ ‫ك احْلَْرف فَاَل يُْنط ُق به الْ َو‬
“Suatu tanda tambahan yang menunjukkan bahwa huruf tersebut tidak
boleh dibaca panjang, baik ketika washal maupun ketika waqaf.”
      Dalam mushaf Al-Qur’an standar Indonesia terbaru yang diterbitkan
oleh Departemen Agama RI, setidaknya ada 22 tempat di dalam Al-Qur’an
yang terdapat shifir mustadir.
      Beberapa contohnya:
‫ اَفَ ۠ابِ ْن‬, ‫ َومَثُْو َد ۠ا‬, ‫َو َماَل ۠اِئِه‬
      Lafadz di atas, huruf yang ada tanda shifir mustadir tidak dibaca Mad
atau panjang, baik ketika diwashalkan maupun diwaqafkan. Jika bacaan
dipanjangkan maka artinya juga akan berubah.
2.      Shifir Mustathil
      Shifir Mustatil merupakan tanda kecil berbentuk bulat panjang
(lonjong) yang terletak diatas suatu huruf yang berfungsi:
‫هِت‬
ْ ‫يَ ُد ُّل َعلَى ِزيَ َاد َا َو‬
‫صاًل َواَل َو ْق ًفا‬
“Suatu tanda tambahan yang menunjukkan bahwa huruf tersebut tidak
boleh dibaca panjang ketika washal tetapi dibaca panjang ketika waqaf.”
      Setidaknya ada 66 tempat di dalam Al-Qur’an yang terdapat tanda
shifir mustathil. Ke 66 tersebut terbagi menjadi dua kategori, yakni lafadz
“Ana” kurang lebih ada 61 dan lafadz selain “Ana” kurang lebih ada 5
didalam Al-Qur’an.
Beberapa contohnya:
‫لسبِْياَل ۠ا‬ ۠ ۠
َّ َ‫ ا‬, ‫ ٰل ِكنَّا‬, ‫َأنَا‬
*mohon maaf apabila tulisan tidak sesuai dengan asli dikarenakan
penulisan menggunakan komputer.
      Pada lafadz di atas, yaitu huruf yang ditandai dengan tanda shifir
mustathil tidak boleh dibaca panjang ketika diwashalkan, tapi jika
diwaqafkan maka harus dibaca panjang.
      Ada lafadz-lafadz lain yang tidak dibaca Mad dan tidak ditandai
ٓ
dengan tanda Shifir, diantaranya lafadz  َ ‫اُو ٰلِئ‬  dan lain sebagainya.
‫ اِل ُوىِل‬, ‫ك‬
BAB 3

PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan yaitu, Mad adalah ilmu
mengenai ukuran panjang suatu huruf dalam membaca Al-Qur’an. Mad terbagi
menjadi 2 bagian yaitu 
-          Mad Ashli/Mad Thabi’i (tidak butuh sebab)
-          Mad Far’i (butuh sebab). dimana Mad Far’i ini terbagi lagi
menjadi beberapa golongan
            Ada yang panjangnya satu alif atau dua harakat yaitu Mad Badal, Mad Iwadl
dan Mad Shilah Qasirah, Mad Tamkin. Ada yang panjangnya 1 sampai 3 alif yaitu
Mad Wajib Muttasil, Mad Jaiz Munfashil, Mad Arid Lissukun, Mad Shilah Thawilah.
Ada juga yang panjangnya 3 alif yaitu Mad Lazim Kalimi Mutsaqal, Mad Lazim
Kalimi Mukhaffaf, Mad Lazim Harfi Mutsaqal, Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf, Mad
Farqi.
            Namun ada juga bacaan yang tidak dibaca Mad meski memenuhi syarat Mad,
bacaan ini biasa disebut dengan shifir yang terbagi menjadi dua (mustadir dan
mustathil).
B.     Saran
            Dalam makalah ini kami membahas tentang Mad dan pembagiannya. Kami
berharap pembaca tidak puas dengan makalah yang kami sajikan ini dan berusaha
mencari sumber lain yang berkaitan dengan materi ini demi kesempurnaan
pengetahuan dalam memahami ilmu tajwid.

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Hidayatul Mustafid.


Kitab Matan Al-Jazariyah.
Kitab Tuhfatul Athfal.
Iim, Acep. 2016.Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap.Diponegoro:CV.Penerbit

Anda mungkin juga menyukai