Anda di halaman 1dari 8

D

OLEH :

NAMA : 1. SITI KHODIJAH

2. MUTRIKAH AWINDI

KELAS : X – 3 PI
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah penulis bersyukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah –Nya, sehingga makalah kelompok ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
ditentukan. Penulisan makalah ini dibuat sebagai media pembelajaran. Penulis menyadari
dalam menyelesaikan tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
motivasi dan saran dalam proses pembuatan makalah ini.Demikain makalah ini kami buat
dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi kami khususnya.. Amin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Panyabungan, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
A. Mad shila Thawila .......................................................................................... 2
B. Mad Shila Qhasirah ........................................................................................ 2
C. Idghom Mimi ................................................................................................. 3
D. Wajibalgunnah ............................................................................................... 4
A.BAB III PENUTUP .............................................................................................. 5
A. Kesimpulan .................................................................................................... 5
B. Saran .............................................................................................................. 5

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tajwid secara bahasa adalah membaguskan, sedangkan menurut istilah adalah
mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan
mustahaknya. Yang dimaksud dengan hah huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya
sepertisifat al-jahr, isti'la, istif'al, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan
mustahak huruf adalah sifat yang tampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa,
iqlab, dan sebagainya.
Para ulama telah menyusun ilmu tajwid, serta menyusun pokok-pokoknya dan
menyimpulkan hukum-hukumnya dari tata cara membaca yang diwaruskan oleh Nabi
Muhammad SAW., para sahabatnya dan para thabi'in. Tujuan mempelajari ilmu tajwid
adalah menjaga lisan dari kesalahan tatkala membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu, hukum
atau aturan dalam membaca Al-Qur'an adalah fardu 'ain bagi setiap mukallaf. Panduan
ringkas hukum-hukum tajwid ini akan dimulai dengan sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan para ulama tajwid yaitu hukum isti'azah dan basmalah.
Hukum membaca Al-Qur'an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardu 'ain.
Jadi, mungkin saja terjadi seorang Qori' bacaannya bagus dan benar, namun sama sekali
ia tidak mengetahui istilah-istilah ilmu tajwid seperti idzhar, mad lin dan sebagainya.
Tajwidadalah ilmu yang sangat mulia. Hal ini karena keterkaitannya secara langsung
dengan Al-Qur'an. Bahkan dalam dunia Ilmu Hadits, seorang alim tidak akan
mengajarkan hadits kepada muridnya sehingga ia sudah menguasai ilmu Al-Qur'an.
Tujuan mempelajari tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan
dalam membaca Al-Qur'an.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana hukum bacaan Mad shila Thawila
b. Bagaimana hukum bacaan Mad Shila Qhasirah
c. Bagaimana hukum bacaan Idghom Mimi
d. Bagaimana hukum bacaan Wajibalgunnah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. MAD SHILA THAWILA


Mad Shilah Thawilah termasuk Mad Far'i disebabkan huruf Hamzah. Mad Shilah
Thawilah disebut juga "Mad Shilah Kubro" yaitu, “Apabila setelah Huruf Ha’ pada Mad
Shilah Qoshiroh diiringi “Huruf Hamzah”, maka dibaca dalam Qiro’ah Hafs panjang 4/5
harokat seperti - Mad Jaiz Munfashil - Dengan syarat tatkala dibaca Washol, adapun
tatkala Waqof maka tidak berlaku Mad Shilah Thawilah.
Contoh:
‫َو َل يُ ْش ِّر ْك ِّب ِّع َبادَ ِّة َر ِّب ِّه أ َ َحدًا‬
‫ب أ َ ْن لَ ْم َي َرهُ أ َ َحد‬ َ ْ‫أ َ َيح‬
ُ ‫س‬
Perhatian:
 Ha’ Mad Shilah disebut Juga dengan “Ha’ Kinayah”!
 Dikategorikan juga dalam Hukum Ha’ Mad Shilah yaitu, “Huruf HA’ ISIM
ISYAROH” (kata tunjuk) seperti:
Contoh Ha’ Isim Isyaroh 2 harokat:
‫َٰ َه ِّذ ِّه َج َهنَّ ُم‬
َّ ‫َو َل ت َ ْق َر َبا َٰ َه ِّذ ِّه ال‬
َ ‫ش َج َرة‬
Contoh Ha’ Isim Isyaroh 4/5 harokat:
‫إِّ َّن َٰ َه ِّذ ِّه أ ُ َّمت ُ ُك ْم‬
‫َوقَالُوا َٰ َه ِّذ ِّه أ َ ْنعَام‬
B. MAD SHILA QHASIRAH
Yaitu jika ada ha’ dhomir laki-laki (kata ganti orang ketiga laki-laki) dan huruf
sebelumnya berharakat fathah, kasrah, atau dhommah.
Contoh :

Contoh Lafadz Sebab Cara Membaca

‫َل ت َأ ْ ُخذُهُ ِّسنَة‬


ada ha' dhomir laki-laki dan huruf
la ta'hudzuhu
sebelumnya berharakat dhommah

ada ha' dhomir laki-laki dan huruf


‫لَهُ َما‬ sebelumnya berharakat fathah
lahu ma

2
ada ha' dhomir laki-laki dan huruf laisa kamislihi
ْ ‫ْس َك ِّمثْ ِّل ِّه ش‬
‫َيء‬ َ ‫لَي‬ sebelumnya berharakat fathah syaiun

Biasanya, ha' dhomir pada hukum bacaan mad shilah qashirah dalam Al-Qur'an
cetakan indonesia berharakat kasroh tegak atau dhommah terbalik.
Cara membacanya :
Hukum mad shilah qashirah seperti pada contoh diatas dibaca panjang 1 alif atau 2
harakat. Menurut Imam Hafsh, ha’ dhomir laki-laki (kata ganti orang ketiga laki-
laki) tidak dihukumi mad shilah qashirah jika :
a. Huruf sebelum ha’ dhomir laki-laki berharakat sukun atau mati, maka tidak dibaca
panjang. Contoh seperti pada potongan Surat Al-Furqan ayat 69 berikut ini :
‫ِّف ْي ِّه ُم َهانًا‬
b. Ha’ dhomir sambung dengan huruf berharakat sukun sesudahnya, maka tidak dibaca
panjang. Contoh seperti pada potongan Surat Al-Baqarah ayat 255 berikut ini :
‫ت‬ َّ ‫َو ِّس َع ُك ْر ِّسيُّهُ ال‬
ِّ ‫س َم َاوا‬
c. Ha’ dhomir berharakat sukun, maka tidak dibaca panjang. Contoh seperti pada
potongan Surat An-Naml ayat 28 berikut ini :
‫فَأ َ ْل ِّق ْه ِّإلَ ْي ِّه ْم‬

C. IDGHOM MIMI
Idgham Mistlain atau sering disebut juga Idgham Mimi adalah suatu hukum tajwid
yang terjadi ketika ada huruf hijaiyah Mim Sukun ( ‫ ) ْم‬bertemu dengan huruf Mim,
namun harus memiliki harakat (‫ ُم‬, ‫ ِّم‬, ‫) َم‬. Disebut Mitslain sebab hukum ini terjadi antara
pertemuan dua huruf hijaiyah yang mempunyai makhraj dan sifat yang sama persis,
tetapi di khususkan untuk huruf hijaiyah Mim Sukun yang bertemu huruf Mim yang
berharakat.
Dinamakan Idgham sebab cara membacanya yaitu dengan cara menggabungkan
(meleburkan) dari satu huruf ke dalam huruf hijaiyah sesudahnya, biasanya hukum ini
dinamakan dengan istlah di-tasydid-kan.
Cara Membaca Idgham Mimi atau Idgham Mitslain
Hukum bacaan Idgham Mimi ini adalah memasukkan suara Mim Sukun kedalam
Mim yang berharakat dan dibaca dengan cara mendengung sekitar 2 - 3 harakat atau 1
sampai 1 1/2 Alif.

3
Contoh Bacaan Idgham Mimi atau Idgham Mitslain
Surat Al-Quraisy ayat 4

Hukum Idgham Mimi atau Mitslain ini hanya berlaku pada saat Mim Sukun ( ‫) ْم‬
bertemu dengan huruf Mim yang berharakat (‫ ُم‬, ‫ ِّم‬, ‫) َم‬. Dan apabila huruf Mim Sukun
tersebut belum bertemu dengan huruf Mim yang memiliki harakat (hidup), maka wajib
dibaca Idzhar. Cara membacanya pun juga berbeda, yakni dibaca jelas tanpa ada
dengung.

D. WAJIBALGUNNAH
Jika membaca Al-Quran dan kemudian menemukan huruf mim atau nun yang
َ ‫غنَّةُ ُم‬
bertasydid (‫ ن‬/‫ )م‬maka disana terdapat hukum ghunnah musyaddadah (‫شدَّدَة‬ ُ )
Ghunnah menurut bahasa artinya dengung, musyaddadah artinya bertasydid atau
memakai tasydid.
Ghunnah menurut istilah ialah: "Suara yang jelas(dan nyaring) yang keluar dari al-
Khaisyum (pangkal hidung) dengan tidak menggunakan lidah pada waktu
mengucapkannya". Pengertian Ghunnah Musyaddah adalah:"Huruf mim dan nun yang
dalam keadaan bertasydid".
Cara membaca ghunnah musyaddadah yaitu dengan menghentakkan suara mim atau
nun yang bertasydid, didengungkan secara nyata ke pangkal hidung. (Adapun mengenai
ukuran lama ghunnahnya sebagian ulama Qiro'at menetapkan dengan cara menutup jari
atau membukanya dengan gerakan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Contoh Ghunnah
Huruf ‘Nun’ dan ‘Mim’ yang bertasydid dan ditampilkan dengan warna merah
dibawah ini, itulah contoh kasus Ghunnah.

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nun mati ialah huruf yang tidak berbaris. Tanwin adalah baris ganda baik atas
seperti fathatain, bawah seperti kasrotain, dan dhommah (dhommahtain). Secara umum,
nun mati dan tanwin mempunyai empat hukum bacaan yaitu idzhar, idghom, iqlab, dan
ikhfa.
Ghunnah menurut bahasa adalah bunyi yang keluar daei lubang hidung. Sedangkan
menurut istilah tajwid, ghunnah adalah bunyi dengung yang melekat pada huruf nun dan
mim yang terdengar secara indah. Nun dan mim bertasydid wajib dibaca dengan
ghunnah (dengung), baik dalam keadaan bersambung maupun dalam keadaan berhenti
(waqaf), dan bila terletak di tengah maupun diakhir kata.
Tempat keluar bunyi dengung adalah khaisyum yaitu lubang hidung yang
bersambung dengan organ dalam langit-langit atas didalam mulut. Panjang bunyi
dengung tersebut ialah 2 harakat yang ukuran 1 harakat itu adalah selama membuka atau
menutup jari tangan.

B. Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini.Hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya kemampuan kami.
Oleh karena itu, Kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat
untuk kami khususnya bagi pembaca

Anda mungkin juga menyukai