Disusun oleh :
Alif Maulana
Yusuf Ishak
Aiminah Ardja
Dosen Pengampu :
Drs. H. Abdullah Munir, MA
Sebagai manusia biasa, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya bilamana terdapat
kekurangan atau kesalahan dalam bentuk dan keadaan apa pun baik dalam makalah dan
presentasi kami , sebagai penulis kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.karna pada hakikatnya manusia itu memang tidak ada yang sempurna ,tetapi kita
sesama manusia harus saling menyempurnakan satu sama lain, Oleh karena itu ,penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Kata Pengantar.................................................................................................................ii
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).........................................................iii
Daftar Isi............................................................................................................................iv
Pedoman Transliterasi Arab-Latin.....................................................................................v
Rangkuman…………………………………………………………………………………………………...10
Rangkuman……………………………………………………………………………………………………..23
Rangkuman…………………………………………………………………………………………………………….36
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………………………………….38
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur‟an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui Jibril As.
untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia. Membaca al-Qur‟an merupakan salah satu ibadah
utama yang besar pahalanyaAbdullah bin Mas‟ud ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa
yang membaca satu huruf dari al-Qur‟an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut,
satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya, dan aku tidak mengatakan النsatu
huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
B. RUMUS MASALAH
1. Apa itu Mad Lazim dan dibagi berapa mad lazim ?
2. Apa makna dari surat Al-mutaffifin dan surat Al-an’am ?
3. apa makna dari hadist Ibnu Abbas r.a dan hadist Hasan bin Ali ?
BAB II
Mad lazim mukhaffaf harfi ini merupakan muqatta’at ( ) مقطعاتyang berarti pendek atau
singkat, juga disebut fawatih ( ) فواتحyaitu yang menjadi huruf atau ayat pembuka di dalam
surat Al Quran.
Suatu bacaan disebut mad lazim mukhaffaf harfi apabila ada huruf-huruf di awal surah yang
terdiri dari satu huruf atau lebih, yaitu huruf-huruf yang tersusun dalam kalimat: َح ٌّي َطُهَر
Cara membaca hukum mad lazim mukhaffaf harfi yaitu dengan panjang 2 harakat/ketukan
sama seperti panjang Mad Thobi’i.
Contoh Bacaan Mad Lazim Mukhaffaf Harfi:
1. Huruf Tha’ ( ) طpada Surat An Naml: ٰط ۤس ۚ ِتْلَك ٰا ٰي ُت اْلُقْر ٰا ِن َوِك َتاٍب ُّمِبْيٍن
2. Huruf Tha’ ( ) طdan Ha’ ( ) هpada Surat Thaha: ٰط ٰه
3. Huruf Ya’ ( ) يpada Surat Yasin: ٰي ۤس
4. Huruf Ha ( ) حpada Surat Fussilat: ٰح ۤم
5. Huruf Ro’ ( ) رpada Surat Yunus: اۤل ٰر ۗ ِتْلَك ٰا ٰي ُت اْلِكٰت ِب اْلَح ِكْيِم
6. Huruf Ya’ ( ) يdan Ha’ ( ) هpada Surat Maryam: ۤك ٰه ٰي ۤع ۤص
Contoh bacaan mad lazim mutsaqqal harfi: اۤل ّۤم اۤل ّۤم ۤص اۤل ّۤم ٰر ٰط ۤس ّم
1. Surat Yasin ayat 1 ۚ ٰي ۤسCara Bacanya: Yaasiiin 2. Surat Yunus ayat 1: اۤل ٰرCara Bacanya:
Alif Laaaaamraa 3. Surat An Naml ayat 1 ٰط ۤسCara Bacanya: Thoosiiiin 4. Surat Qaf ayat 1:
ۤقCara bacanya: Qaaaf Itulah ulasan Mad Lazim Mukhaffaf Harfi, pengertian, hukum
bacaan, dan contohnya dalam ilmu tajwid agar bisa membaca Alquran dengan benar dan
tartil.
Panjang Mad Lazim Mutsaqqal Harfi adalah 3 alif atau 6 harakat/ketukan. Hukum tajwid
ini terjadi apabila pada permulaan ayat surat di Al Quran terdapat salah satu atau lebih dari
antara huruf yang delapan, yakni nun ()ن, qaf ()ق, saad ()ص, ‘ain ()ع, sin ()س, lam ()ل, kaf (
)ك, dan mim ()م, serta setelah Mad terdapat huruf yang mati karena diidghamkan atau
ditasydidkan. Untuk memudahkan dalam mengingat, huruf-huruf tersebut dapat dihafal
dengan kalimat Naqosho 'Asalukum ( )َنَقَص َع َس ُلُك ْم.
Hukum tajwid Mad Lazim Mutsaqqal Harfi hanya terjadi pada permulaan suatu surat
dalam Al Quran yang biasanya ditandai dengan adanya mad yang bertemu tasydid atau
diidghamkan
BAB III
Surah Al-Muthaffifin surat ke 83 terdiri dari 36 ayat, 199 kata dan 980 huruf.
Surat ini dinamakan Al-Muthaffifin, diambil dari salah satu kata pada ayat pertamanya.
Terdapat perbedaan pendapat tentang status surat ini, apakah terkatagori Makkiyyah atau
Madaniyyah. Menurut Ibnu Mas‟ud, Adh-Dhahhak dan Muqatil, surat ini tergolong
Makiyyah. Demikian menurut pula Fakhruddin Ar-Razi dan Az-Zamakhsyari. Menurut
Az-Zamakhsyari, surat ini turun setelah Al-Ankabut dan surat terakhir yang turun di
Makkah sebelum Hijrah. Di antara alasan mengapa dimasukkan sebagai surat Makkiyyah
adalah penyebutan kata asâthîr. Peristiwa kecurangan dalam takaran dan timbangan itu
terjadi di Makkah meskipun juga terjadi pada setiap umat, apa lagi yang disertai dengan
kekufuran mereka.
Al-Muthaffifin Dalam Ajaran Al-qur‟an Dan Hadis Dinukil dalam satu riwayat
disebut bahwa ketika Rasullulah SAW sampai di madinah, diketahui bahwa orang-orang
madinah termasuk orang yang paling curang dalam takaran dan timbangan. Maka Allah
SWT menurunkan ayat-ayat berikut:
َو ْيٌل ِّلْلُم َطِّفِفيَن اَّلِذ يَن ِإَذ ا اْك َتاُلوا َع َلى الَّناِس َيْسَتْو ُفوَن َو ِإَذ َك اُلوُهْم أو ورُدوُهْم ُتخِس ُروَن
Artinya :
2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka mereka
mintak dipenuhi.
3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi.
Ayat tersebut adalah ancaman kepada oang-orang yang curang dalam timbangan dan
takaran. Setelah ayat ini di turunkan, orang-orang madinah kemudian menjadi orang-
orang yang jujur dalam menimbang dan menakar.7 Seperti di terangkan dalam Asbabul
Nuzul Surah AlMuthaffifin oleh Imam An-Nasa‟i dan Ibnu Majah dengan sanad yang
sahih meriwayatkan.
"Surah Al-An'am diturunkan kepada Nabi SAW sekaligus, sedangkan saat itu aku
memegang tali kendali untanya. Sesungguhnya hampir saja surah ini mematahkan tulang-
tulang unta yang dinaikinya karena beratnya surat Al-An'am yang sedang diturunkan,"
(H.R. Ibnu Hausyab). Secara khusus, ayat 152 mengomentari mengenai tabiat para
sahabat yang mengasuh anak yatim. Di masa itu, cukup banyak anak yatim karena
harapan hidup orang-orang yang masih rendah. Sebagai misal, perang kerap terjadi
antarkabilah atau golongan. Dengan demikian, ada kalanya seorang ayah meninggal
dunia dan anaknya harus diasuh oleh kerabatnya yang lain. Anak yatim yang masih kecil
itu lazimnya memperoleh sejumlah warisan dari sang bapak. Namun, karena ia masih
kecil, ia belum bisa mengatur harta yang diperolehnya. Maka dari itu, pengasuhnyalah
yang bertanggung jawab mengatur harta warisan dari anak yatim tersebut. Berkenaan
dengan hal itu, Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa ayat 10: "Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu
menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala
(neraka)". Karena peringatan tersebut, para sahabat yang mengasuh anak yatim menjadi
waspada. Mereka memisahkan antara harta mereka dan harta anak yatim, bahkan
makanan pun dibedakan antara makanan keluarga mereka dengan makanan untuk anak
yatim tersebut. Akibatnya, ketika anak yatim itu tidak memakan habis hidangannya, tidak
ada yang berani menyentuh makanan tersebut, dibiarkan hingga basi dan mubazir. Atha'
bin Saib meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair dari Abdullah bin Abbas bahwa ketika
Allah menurunkan firman-Nya: "Dan janganlah kalian dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfaat" (Al-An'am [6]: 152) dan firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara aniaya ... hingga
akhir ayat (An-Nisa [4]: 10). Mendengar ayat tersebut, para sahabat yang mengasuh anak
yatim lantas pulang, lalu memisahkan makanannya dari makanan anak yatim, dan
memisahkan minumannya dari minuman anak yatim, sehingga akibatnya ada makanan
yang lebih, tetapi tetap dipertahankan untuk anak yatim, hingga si anak yatim
memakannya atau dibiarkan begitu saja sampai basi. Hal ini terasa amat berat oleh
mereka, kemudian mereka mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Lalu turunlah
firman Allah SWT: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah:
'Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kalian menggauli mereka,
maka mereka adalah saudara kalian,” (QS. Al-Baqarah [2]: 220). Akhirnya, para sahabat
kembali mencampurkan makanan dan minuman mereka dengan makanan dan minuman
anak-anak yatim yang mereka asuh tersebut (H.R. Abu Daud).
Berikut ini bacaan surah Al-An'am ayat 152 dalam tulisan Arab, latin, dan
terjemahannya:
َو اَل َتْقَر ُبو۟ا َم اَل ٱْلَيِتيِم ِإاَّل ِبٱَّلِتى ِهَى َأْح َس ُن َح َّتٰى َيْبُلَغ َأُش َّد ُهۥۖ َو َأْو ُفو۟ا ٱْلَكْيَل َو ٱْلِم يَز اَن ِبٱْلِقْس ِط ۖ اَل ُنَك ِّلُف َنْفًسا ِإاَّل ُو ْس َعَهاۖ َو ِإَذ ا
ُقْلُتْم َفٱْع ِد ُلو۟ا َو َلْو َك اَن َذ ا ُقْر َبٰى ۖ َو ِبَع ْهِد ٱِهَّلل َأْو ُفو۟ا ۚ َٰذ ِلُك ْم َو َّص ٰى ُك م ِبِهۦ َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن
Bacaan latinnya: "Wa lā taqrabụ mālal-yatīmi illā billatī hiya aḥsanu ḥattā yabluga
asyuddah, wa auful-kaila wal-mīzāna bil-qisṭ, lā nukallifu nafsan illā wus'ahā, wa iżā
qultum fa'dilụ walau kāna żā qurbā, wa bi'ahdillāhi aufụ, żālikum waṣṣākum bihī
la'allakum tażakkarụn" Artinya: "Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah
takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu
berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian
itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat," (QS. Al-An'am [6]: 152).
Ini adalah surah yang ke-83, terdiri dari 36 ayat, Surat ini termasuk kedalam golongan
surah Makkiyyah karena turun di kota Mekah. Surah Al Muthaffifin ini adalah surah yang
terakhir turun di Mekkah sebelum Nabi hijrah ke Madinah.
Dinamakan Al Muthaffifiin yang berarti Orang-orang yang curang di ambil dari kata Al
Muthaffifiin yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Tema pokok surat ini adalah ancaman bagi mereka yang suka menipu dan mengambil hak
orang lain, serta ancaman bagi orang-orang kafir yang suka mengejek dan menghina orang-
orang yang beriman.
Ayat 1-6 Allah memulai surat dengan ancaman bagi orang-orang yang curang dalam
timbangan dengan kalimat “wail” artinya celakalah, isyarat bahwa mereka akan
mendapatkan azab yang pedih, yaitu orang-orang yang jika menerima takaran mereka minta
ditambah tetapi jika mereka meninmbang atau menakar mereka mengurangi. Merekalah
orang-orang yang curang dalam jual beli, mereka tidak beriman dengan hari kiamat, hari
kebangkitan dan hari pertanggungjawaban atas apa yng mereka perbuat.
Ayat 7-17 Allah menjelaskan bahwa catatan perbuatan orang-orang durhaka terdapat
dalam daftar keburukan dan disimpan dalam buku khusus bernama “Sijjin” (kumpulan
buku-buku para syaithan dan orang-orang kafir). Mereka itulah yang mendustakan para rasul
dan risalahnya. Sifat-sifat mereka ada tiga :
a. Mu’tad, melampaui batas dan melanggar hokum-hukum Allah
b. Atsim, bergelimang dosa dengan mengkonsumsi barang haram, berbicara bohong,
mengkhianati amanah, dan lain sebagainya
c. Jika dibaccakan Al-Qur’an mereka mengatakan bahwa itu hanya dongeng orang-orang
terdahulu, bukan wahyu Allah SWT.
Selanjutnya Allah menjleaskan mengapa mereka mengejek Al-Qur’an, antara lain, katena
banyaknya dosa yang menutupi hati mereka sehingga mereka tidak mau menerima
kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu mereka jauh dari rahmat Allah sehinga kelak
dilemparkan kedalam api neraka yang paling bawah, dan dikatakan kepada
mereka, :inilah azab yang dahulu selalu kau dustakan”.
Sedangkan dalam surah al an'am yaitu pada ayat yang ke 152 menjelaskan tentang
kewajiban untuk menyempurnakan timbangan pada saat berjualan. Sehingga seseorang
yang mencurangi takaran atau tidak menyempurnakan takaran akan mendapat dosa dan
akan mendapat azab kelak di hari akhirat.
Jujur adalah salah satu sifat yang melekat pada diri para Nabi dan Rasul, yaitu Shidiq.
Jujur berarti mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan
kenyataan dan kebenaran, tanpa ditambah atau dikurangi. Mengapa memiliki sifat jujur
sangat penting? karena jujur merupakan pondasi sebuah kepercayaan. Sekali kita
melakukan kejujuran maka orang akan percaya pada kita, sebaliknya jika kita melakukan
kecurangan sangat sulit bagi kita mendapat kepercayaan dari orang lain. Sebelum diutus
menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad Saw. telah mendapat kepercayaan dari para pemuka
Quraisy yang berbeda keyakinan, status sosial dan kekayaan. Beliau dipercaya melakukan
suatu hal yang besar dan mulia bagi suku Quraisy saat itu, yaitu memimpin peletakan
Hajar Aswad yang sangat dimuliakan. Mengapa demikian? Karena beliau selalu berkata
dan berbuat benar, tidak pernah sekalipun dusta dari mulai kecil. Sabda Nabi Saw. :
َع َلـْي ُك ْم ِبـالِّص ْد ِق َفِاَّن الِّص ْد َق َي ـْهِدى ِالَى ْالِبِّر َو ْالِبُّر َي ـْهِدى ِالَى ْالَج َّن ِة
Dari „Abdullâh bin Mas‟ûd Ra., ia berkata: “Rasûlullâh Saw.. bersabda, „Hendaklah
kalian selalu jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan
mengantarkan ke Surga.” (HR. Bukhari). Perintah jujur ini juga dinyatakan dalm QS. Al-
Ahzab (33): 70 sebagai berikut:
َيا َأُّيَه ا ا َّلِذ ي َن آ َم ُنوا ا َّتُق وا ال َّلَه َو ُقو ُلوا َقْو اًل َس ِد ي ًد ا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar” Di usia yang masih belia, Nabi Saw. telah memiliki pengalaman
dalam berdagang. Jiwa usahawan ini terasah hingga beliau dewasa dan menikah dengan
Khadijah Ra. Beliau termasuk usahawan yang sukses, salah satu faktor utamanya adalah
pribadi beliau yang jujur dalam berinteraksi sosial (muamalah), termasuk kejujuran dalam
berdagang. Hal ini sangat berlawanan dengan tradisi Bangsa Arab saat itu, dimana
kebohongan sudah mentradisi, terutama dalam hal berdagang.
A. Mengamalkan Kandungan
Perintah berlaku jujur ditegaskan dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Berikut ini adalah beberapa hadis tentang jujur dalam muamalah:
َع ِن اْبِن َعَّباٍس َقال َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيا َم ْعَش َر الُّتَّجاِر ِاَّنُك ْم َقْد َو َلْيُتْم َاْم ًراَهَلَك ْت ِفْيِه
ْاُألَم ُم الَّساِلَفُة الِم ْك َياُل َو ْالِم ْيَز اُن
Bacaan latinnya: "'An Ibni 'Abbas qoola qoola Rasulullah SAW yaa ma'syarattujjar
innakum qod walaytum amron halakat fiihil umamus saalifatul mikyaalu wal miizaan"
“Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: 'Wahai para pedagang,
sesungguhnya kalian menguasai urusan yang telah menghancurkan umat terdahulu, yakni
takaran dan timbangan,” (H.R. Baihaqi)
Hadis di atas merupakan peringatan keras kepada para pedagang untuk menyempurnakan
takaran dan timbangan. Takaran dan timbangan adalah dua alat ukur yang mendapat
perhatian serius agar dipergunakan secara tepat dan benar dalam perekonomian, serta
tidak dilakukan dengan khianat.
َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َح ِفْظ ُت ِم ْن َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع ْن َح َس ِن ْبِن َع ِلٍّي َم ا َح ِفْظ َت ِم ْن
َيِريُبَك َفِإَّن الِّص ْد َق ُطَم ْأِنيَنٌة َو ِإَّن اْلَك ِذَب ِر يَبٌة َع َلْيِه َو َس َّلَم َد ْع َم ا َيِر يُبَك ِإَلى َم ا اَل
“Dari Hasan bin Ali RA: Aku menghafal dari Rasulullah SAW: 'Tinggalkan yang
meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan
dan dusta itu keraguan," (H.R. Tirmidzi) Isi hadis tersebut berkaitan dengan perintah
Rasulullah agar umat Islam meninggalkan segala sesuatu yang membuat ragu-ragu
menuju kepada sesuatu yang membawa kita kepada ketenangan. Hadis ini juga
menegaskan bahwa kejujuran adalah hal yang membawa kita kepada ketenangan,
sedangkan dusta dan curang akan membawa kita kepada keraguan.
2. Hadist Riwayat Tirmizali dari Hasan bin Ali
Dari Al Hasan bin 'Ali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Tinggalkanlah
yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih
menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi
no. 2518 dan Ahmad 1: 200, hasan shahih).
3. Mengamalkan Kandungan Hadits Riwayat Baihaqi dari Ibnu Abbas dan Hadits
Riwayat Tirmidzi dari Hasan bin Ali.
Hadis riwayat baehaqi dari ibnu abbas tentang jujur dalam muamalah
َع ِن اْبِن َعَّباٍس َقال َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيا َم ْعَش َر الُّتَّجاِر ِاَّنُك ْم َقْد َو َلْيُتْم َاْم ًراَهَلَك ْت ِفْيِه
ْاُألَم ُم الَّساِلَفُة الِم ْك َياُل َو ْالِم ْيَز اُن
Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: 'Wahai para
pedagang, sesungguhnya kalian menguasai urusan yang telah menghancurkan umat
terdahulu, yakni takaran dan timbangan,” (H.R. Baihaqi).
Isi kandungan Hadis diatas adalah peringatan keras kepada para pedagang untuk
menyempurnakan timbangannya.
Hadis Riwayat Tirmidzi dari Hasan bin Ali R.A tentang jujur dalam bermuamalah.
َع ْن َح َس ِن ْبِن َع ِلٍّي َم ا َح ِفْظ َت ِم ْن َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َح ِفْظ ُت ِم ْن َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا
“ َع َلْيِه َو َس َّلَم َد ْع َم ا َيِر يُبَك ِإَلى َم ا اَل َيِريُبَك َفِإَّن الِّص ْد َق ُطَم ْأِنيَنٌة َو ِإَّن اْلَك ِذَب ِر يَبٌة
Artinya: “Dari Hasan bin Ali RA: Aku menghafal dari Rasulullah SAW: 'Tinggalkan
yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu
ketenangan dan dusta itu keraguan," (H.R. Tirmidzi)
Berkaitan dengan perintah Rasulullah agar umat Islam meninggalkan segala sesuatu yang
membuat ragu-ragu menuju kepada sesuatu yang membawa kita kepada ketenangan.
Menegaskan bahwa kejujuran adalah hal yang membawa kita kepada ketenangan,
sedangkan dusta dan curang akan membawa kita kepada keraguan.
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Mad Far‟i memiliki banyak bagian diantaranya adalah mad lazim. Mad lazim ada 4
yaitu mad lazim mukhaffaf kilmi, mutsaqqal kilmi, mad lazim mutsaqqal harfi dan
mukhaffaf harfi.
2. Mad lazim mukhaffaf kilmi adalah huruf mad bertemu sukun asli dalam satu kata
(ucapan). Cara membacanya dibaca panjang 3 alif atau 6 harakat. Contoh:
َأُثَّم ِإَذ ا َم ا َو َقَع َآَم ْنُتْم ِبِه
3. Mad lazim mutsaqqal kilmi adalah huruf mad bertemu tasydid dalam satu kata
(ucapan). Cara membacanya dibaca panjang 3 alif atau 6 harakat. Contoh:
َو َبَّث ِفيَها ِم ْن ُك ِّل َداَّبٍة
4. Mad lazim mutsaqqal harfi adalah huruf mad yang bertemu sukun yang dibaca idgham
dalam huruf. Cara membacanya dibaca panjang 3 alif atau 6 harakat. Contoh: اۤل ّۤم ۤص
5. Mad lazim mukhaffaf harfi adalah huruf mad bertemu sukun dalam huruf. Cara
membacanya dibaca panjang 3 alif atau 6 harakat. Contoh: ٰي ۤس
6. Jujur merupakan suatu sifat yang sangat penting karena sebagai pondasi kepercayaan
seseorang kepada kita.
7. Jujur adalah akhlak para Nabi yang harus kita teladani karena akan membawa kepada
kebaikan di dunia dan di akhirat, kebaikan kepada diri kita, orang lain dan masyarakat.
8. Bentuk jujur beragam, ada jujur dalam niat, ucapan, tindakan, jujur dalam perjanjian,
jujur dalam muamalah, jujur dalam pengamalan agama.
5. Dalam QS. al-Muthaffifin (83): 1-17 Allah melarang keras dengan ancaman azab yang
sangat pedih bagi orang yang berlaku curang, terutama dalam jual beli. Orangorang ini
termasuk dalam golongan orang yang durhaka dan akan dicatat dalam “Sijjin” kelak
mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.
10. QS. al-An‟am (6): 152 memerintahkan kepada kita untuk berlaku dengan baik
terhadap anak yatim, menyempurnakan takaran, perintah untuk bersikap adil dengan
berkata jujur saat menjadi saksi, dan perintah untuk memenuhi janji kepada Allah, yaitu
dengan mentaati semua ketentuan Allah baik dalam hal ibadah, muamalah maupun yang
lainnya.
11. Hadis jujur dalam muamalah riwayat Baihaqi dari Ibnu Abbas Ra. Menjelaskan
tentang perintah untuk berlaku jujur dalam muamalah, khususnya pada saat menakar dan
menimbang saat melakukan transaksi jual beli, ancaman akan dibinasakan seperti umat
terdahulu jika melakukan ketidakjujuran.
12. Hadis jujur dalam muamalah riwayat Tirmidzi dari Hasan bin Ali Ra. menjelaskan
tentang perintah meninggalkan keraguan (ketidakjujuran) dan segera menuju kepada
ketenangan (kejujuran).
13. Jujur dalam muamalah diartikan sebagai kesesuaian antara pikiran, ucapan dan
tindakan dalam berinteraksi sosial dengan sesama manusia, sehingga keadilan dan
kebenaran dapat ditegakkan dan terwujud masyarakat yang aman, rukun, damai dan
sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muhammad Arwani K.H., Faidhul Barakat Fi Sab‟il Qira‟at jilid I, (Kudus:
Arwani, Ulin Nuha K.H., dkk., Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal al-Qur‟an YANBU‟A
Jilid 6-7, (Kudus: Yayasan Arwaniyyah Kudus (Pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an)
2010)
As-Suyuthi, Imam, Tahqiq: Syaikh Hafizh Syi‟isya, Asbabun Nuzul, Penerjemah Muh.
Burdah, Ibnu Dr.,M.A., dkk., Juz Amma Nahwu Sharf Aplikatif: At-Thalibun,
(Yogyakarta:Iqro Indonesia Global, 2017)
Lubis, Sobhan, Ragam Qirâ‟at dalam Surat al-Baqarah, (Padang: Baitul Hikmah, 2005)
Manna Khalil al Qattan, Mabahitsi fi Ulumil Qur‟an; Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, Penerjemah
Muhammad ibn „Isa Abu „Isa al-Tirmidhiy al-Salmiy, Sunan al-Tirmidhiy, (Beirut: Dar
Ihya‟al-Turath al-„Arabi, t.t.)
Muhammad ibn Yazid Abu „Abdullah al-Qazwiniy, Sunan ibnu Majah, (Beirut: Dar al-
Fikrt.t.)
Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Kemudahan dari Allah: Tafsir Ringkas Ibnu Katsir, (Jakarta:
Pamungkas, Imam M., Akhlak Muslim Modern; Membangun Karakter Generasi Muda,
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian
AgamaRI 2014Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, Penerjemah
Abdul Rasyad Shiddiq, Penyunting Tim Akbar, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2013)
Shaleh, Qamaruddin K.H., dkk., Asbabun Nuzul, (Bandung: c.v. Diponegoro, 1975)
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:
16.05 wib