Anda di halaman 1dari 21

MENGENAL ISTILAH-ISTILAH DALAM

USHUL FIQH
AM, KHAS, DAN TAKHSIS
MUTHLAQ DAN MUQAYYAD
MURADIF, MUSYTARAK, DZAHIR,
TA’WIL DAN MANTHUQ
MUJMAL, MUBAYYAN, NASAKH &
MANSUKH, MAFHUM

Kelompok 6
Fasha Baitul Hakim (1212090051)
Falahatuz Zulfa (1212090050)
Hilma Siti Alawiyah (1212090067)
AM, KHAS, DAN TAKHS IS

• Pengertian Am
Am menurut bahasa adalah cakupan sesuatu, baik lafaz atau selainnya. Sedangkan menurut istilah ialah
lafaz yang menunjukkan pada jumlah yang banyak dan satuan yang termasuk dalam pengertiannya dalam satu
makna yang berlaku. Contonya seperti lafaz‫ ِاْل ْن َس َان‬::‫ا‬
• Bentuk Lafaz Am
1. Lafaz jamak, seperti: kullu, jamî’ dll. Seperti dalam ayat: ‫ا‬:‫ألرضجميع‬::‫ مافىا‬:‫كم‬::‫خلق ل‬
2. lafaz mufrad yang dima’rifatkan dengan alif-lam jinsiyah. Seperti dalam ayat: ‫وا‬ ْ ُ ‫ َح َّلهّٰللا‬:َ‫َوا‬
ۗ ‫ل ِّر ٰب‬::‫ ا‬:‫ َو َح َّر َم‬:‫لبَ ْي َع‬::‫ا‬

(QS. Al-Baqarah: 275)


3. Lafaz jamak yang dima’rifatkan oleh alif lam yang menunjukkan jenis. Seperti dalam ayat:
‫ت يَتَ َربَّصْ َن بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلثَةَ قُر ۤ ُْو ۗ ٍء‬
ُ ‫َو ْال ُمطَلَّ ٰق‬
4. Lafaz mufrad atau jamak yang dima’rifatkan dengan idhofah. Seperti: :‫ ْٓياَ ْواَل ِد ُك ْم‬:::‫ هّٰللا ُ ِف‬:‫ص ْي ُك ُم‬ ِ ‫ ْو‬::‫ُي‬
5. Isim Maushul (kata sambung). Seperti:‫ص ٰن ِت‬ َ ْ‫ل ُمح‬::‫ا‬ ْ ‫رْ ُم ْو َن‬::‫ل ِذي َْن َي‬::‫ا‬
َّ ‫َو‬
• Pengertian Khas
Khas menurut bahasa ialah lawan daripada ‘âm. Sedangkan menurut istilah ialah suatu lafaz yang
menunjukkan arti tunggal yang menggunakan bentuk mufrad, baik pengertian itu menunjuk pada jenis (‫نسان‬:‫)إ‬,
atau menunjuk macam (‫)رجل‬, atau juga menunjuk arti perorangan (‫لد‬::‫ا‬:‫)خ‬, ataupun isim jumlah (‫الثة‬:::‫)ث‬.
• Bentuk Khas
o Lafaz khas berbentuk amr
Jika lafaz khas berbentuk amr/perintah, maka hukumnya wajib. Contoh: Hukuman bagi pencuri dalam QS.
Al-Maidah, 38: ِ ‫اًل ِّم َنهّٰللا‬::‫ َكا‬: َ‫سبَا ن‬
َ :‫ َما َك‬:::‫ َز ۤا ۢ ًء ِب‬:‫ ْي ِديَهُ َما َج‬:َ‫ُ ْٓوا ا‬:‫ا ْقطَع‬:::‫َّارقَ ُة َف‬
ِ ‫لس‬::‫َّار ُق َوا‬
ِ ‫لس‬::‫ۗ َوا‬
o Lafaz khas berbentuk nahi
Jika lafaz khas berbentuk nahi/larangan, maka hukumnya berarti haram. Contoh larangan menikah kepada
Wanita musyrik dalam QS. Al-Baqarah,122:‫ ْؤ ِم َّن‬::‫ر ٰك ِت َح ٰتّى ُي‬ ْ ‫ ْن ِكحُوا‬:::‫ۗ واَل َت‬
ِ ‫ل ُم ْش‬::‫ا‬ َ
• pengertian Takhsis
Takhshish adalah bentuk masdar dari Khossoso yang bermakna Khos yang secara etimologi adalah
menentukan atau mengkhususkan. Dan secara terminology adalah memperpendek makna atau hukum hukumnya
lafadz am pada sebagian satuannya. Bisa juga diartikan bahwa takhsis ini berfungsi menentukan makna lafaz am
ditetapkan menjadi hukum.
• Bentuk Takshis (Mukhasis)
o Mukhassis Muttasil yaitu lafaz yang tak dapat berdiri sendiri memberikan faedah dengan
sendirinya kecuali bersamaan dengan lafaz am.Contoh: ۙ‫ل َح ِّقە‬::‫ا‬ ْ :::‫ص ْوا ِب‬ ّ ٰ ‫ل‬::‫ َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ا‬:‫ل ِذي َْن ٰا‬::‫ا‬
َ :‫صلِ ٰح ِت َوتَ َوا‬ َّ ‫اَّل‬::‫ِا‬
ٍ ۙ ‫فِ ْي ُخس‬::‫ ِاْل ْن َس َان َل‬::‫ َّنا‬:ِ‫صب ِْر ا‬
‫ْر‬ َ ‫َوتَ َوا‬
َّ ‫ل‬::‫ا‬:::‫ص ْوا ِب‬:
Contoh diatas mengecualikan lafaz am dengan menggunakan adat/alat istisna.
o Mukhassis Munfashil Adalah lafaz yang dapat berdiri sendiri memberikan faedah dengan
sendirinya, baik lafaz nya itu sendirian atau bersamaan dengan yang lainnya.
• Pembagian Takhsis
1. Takhsis Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
2. Takhsis Al-Qur’an dengan As-Sunnah
3. Takshis As-Sunnah dengan Al-Qur’an
4. Takhsis As-Sunnah dengan As-Sunnah.
5. Takhsis Al-Qur’an dengan ‘Ijma
6. Takhsis Al-Qur’an dengan Qiyas
7. Takshis Al-Qur’an dengan Pendapat Sahabat
MUTHLAQ & MUQAYYAD

• Pengertian Muthlaq
Muthlaq menurut bahasa ialah tidak terikat dengan ikatan atau syarat tertentu., sedangkan
menurut istilah:
‫ما دل على الماهية بال قيد من قيودها‬
Artinya: ialah mengambil pengertian dari lafadz yang menunjukkan hakikat dan tidak ada yang
mengikat (bebas). Contoh:‫رجل‬
• Pengertian Muqayyad
Muqayyad menurut bahasa adalah terikat, terikat terhadap suatu hal. Sedangkan menurut
istilah:
‫ على الماهية بقيد من قيودها‬:‫ما دل‬
Artinya: ialah mengambil pengertian dari lafadz yang menunjukkan hakikat dengan beberapa
ikatan. Contoh:‫رجلمؤمن‬
MURADIF & MUSYTARAK

• Pengertian Muradif
Muradif menurut bahasa ialah searti atau serupa, sedangkan
menurut istilah adalah lafadz yang bentuk lafadznya banyak akan
tetapi memiliki pengertian yang sama. Dalam bahasa indonesianya
sering disebut sinonim.
Contoh:
a.  ‫اْلَ َس ُد‬::‫ َا‬,‫لَّي ُْث‬::‫ا‬  :
َ singa
ْ َ ,:‫ل ُم َعلِّ ُم‬::‫ا‬
b.  ‫ َؤ ِّد ُب‬:‫ل ُم َع‬::‫ا‬ َْ ‫س‬ ْ َ ,‫اْل ُ ْستَ ُذ‬::‫ا‬ : pendidik,
, ُ ‫ل ُم َد ِّر‬::‫ا‬ َ (guru)
ْ َ , ُّ‫ر‬:‫ل ِه‬::‫ا‬ :
ٌّ ‫ل ِق‬::‫ا‬
c.  ‫ط‬ ْ َ kucing
• Hukum Muradif
Selain mepersoalkan tentang lafadz muradif para ulama juga mempersoalkan
dalam beberapa hal, misalnya dalam masalah dzikir. Dalam hal ini ada dua syarat
yang harus dipenuhi dalam permasalahan dzikir, menurut golongan yang
membenarkan muradif sebagai berikut :
a) Apabila tidak ada halangan agama baik secara jelas ataupun samar, jadi
lafadz muradifnya diperbolehkan
b) Apabila lafadz muradifnya diperbolehkan berasal dari bahasa yang sama,
semisal sama-sama menggunakan Bahasa arab. Jadi diperbolehkan juga
menggunakan lafadz muradifnya
• Pengertian Musytarak
Musytarak secara bahasa berserikat, berkumpul. Dalam ushul fiqih yang
dinamakan dengan musytarak adalah :
ُ ‫لَّفَظُ ْال َم ْوض ُْو‬
َ‫ع ِل َحقِ ْيقَتَي ِْن ُمحْ تَ ِلفَتَيْن اَ ْواَ ْكثَر‬
“Lafadz yang dibentuk untuk dua arti atau lebih yang berbeda-beda”.
Contoh dalam Al Qur’an yaitu : ‫ر ُْوء‬::‫اَل ثَ َة ُق‬:::‫أ َ ْنفُ ِس ِه َّن َث‬:::‫تَ َربَّصْ ن ِب‬::‫َ ُات َي‬:‫طلَّق‬ ْ ‫َو‬
َ ‫ل ُم‬::‫ا‬
“ Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
qurru.” (QS. Al-Baqarah, 228)
 lafadz AL QUR’U memiliki arti lebih dari satu, ada yang berarti suci ataupun
haid. Al Musykil dalam pembahasannya menjelaskan bahwa alasan yang
digunakan ialah sebagai petunjuk oleh sebagian mujtahid bahwa yang
dikehendaki itu adalah suci dan sebagian lainnya bahwa yang dikehendaki
adalah haid.
DZAHIR & TAKWIL
• Pengertian Dzahir
Dzahir menurut bahasa artinya jelas, tampak, terang. Sedangkan menurut istilah artinya berikut dalam ushul
fiqih adalah lafadz yang menunjukan makna dengan petunjuk yang kuat dan ada kemungkinan diarahkan ke makna
yang lain.
Menurut Asy Syaukani dalam kitabnya Irsyad al-fukhul illa tahajai al-haqq min ibmi al-washul mendefinisikan
sebagai berikut : ‫ر‬:‫ظه‬:‫حدهما ا‬:‫يا‬:::‫مرينوهو ف‬:‫ينا‬:::‫لمتردد ب‬::‫لظا هر ا‬::‫ا‬
Artinya : Dzahir adalah lafal yang artinya berada diantara dua arti , namun salah satu di antaranya lebih dari jelas
atau tidak nampak.

Contohnya terdapat dalam Qs. Al Baqarah ayat 275 : ‫لربوا‬::‫ ا‬:‫ وحرم‬:‫لبيع‬::‫حلهللا ا‬:‫وأ‬

Pada ayat ini ditemukan lafadz yang menjelaskan hukum halalnya jual beli dan hukum haramnya riba. Arti
tersebut termasuk lafadz yang dzahir, sebab hanya pada arti seperti itu saja yang selama ini dapat dipahami dari sisi
dzahir ayat lantaran tidak ada (indikasi) lain yang dapat merubah pada arti asli dari lafadz dzahirnya.
• Hukum Musytarak
Dalam hal ini masih ada berbeda pendapat antara ulama yang memperbolehkan ada juga
yang tidak memperbolehkan. Adapun pendapat jumhur ‘ulama yaitu :
‫اِ ْستِ ْع َما ُل ال ُم ْشتَ َر ِك فِى َم ْعنَ ْي ِه يَج ُْو‬
“Menggunakan lafadz musytarak dalam dua makna atau beberapa makna dalah boleh”.
 Dalam memutuskan hukum lafadz musytarak harus melihat beberapa segi yaitu :
1. Makna Musytarak : makna musytarak mempunyai dua makna yaitu secara lughawi dan
secara syar’i, misalnya: thalaq dalam istilah lughawi artinya lepas, dan dalam istilah syar’i
artinya perceraian.
2. Qarinah Musytarak : jika dalam satu nash syar’i terkumpul lebih dari satu makna maka harus
memiliki satu makna saja dari beberapa makna tersebut.
3. Musytarak yang tidak memiliki qarinah
• Hukum Dzahir
Dari definisi lafadz dzahir beserta contohnya diatas dapat diambil
pemahaman bahwa semua ketentuan lafadz yang diambil dari dalil dzahir harus
diartikan sesuai dengan arti dzahirnya. Kecuali ditemukan argumentasi dari dalil
lain yang sangat kuat untuk dijadikan sebagai dasar mengartikannya kepada arti
yang lain atau merevisinya.
Lafadz dzahir apabila berbentuk general (umum) yang memungkinkan untuk
ditakhsis maka harus ditakhsis dan apabila berbentuk mutlak yang mungkin
dibatasi (muqayyad) maka harus di taqyid.
• Pengertian Takwil
Menurut bahasa ta’wil artinya penjelasan. Sedangkan menurut istilah para pakar ushul fiqih
berbeda pandangan dalam mengartikannya, salah satunya yaitu Imam Al Ghazali beliau
berpendapat :
‫ يعضده دليل يصير به اغلب على الظن من الم‬:‫التأويل هو عبرة عن احتمال‬
Artinya : ta’wil adalah sebuah ungkapan tentang pengambilan arti dari lafal yang bersifat
probabilitas (peluang atau kemungkinan) yang didukung oleh dalil dan menjadikannya sebagai
arti yang lebih kuat dari pada arti yang di tunjukkan oleh lafadz dzahir.
MANTHUQ

• Pengertian Manthuq
Menurut bahasa manthuq artinya diucapkan secara tersurat atau teks. Manthuq menurut
istilah ushul fiqih artinya “sesuatu yang di tunjuk oleh lafadz sesuai dengan taks ucapan itu”.
Maka apabila suatu hukum diambil dari berdasarkan bunyi suatu dalil maka hal ini disebut
manthuq. Contohnya :
‫ب َعلَى الَّ ِذي َْن ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْو ۙ َن‬ َ ِ‫اَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا ُكت‬
َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.(Qs. Al Baqarah ayat 183). Dari ayat diatas, dikatakan
bahwa berpuasa dibulan Ramadhan itu hukumnya wajib dan hukumnya wwajib ini didasari oleh
manthuqnya.
• Syarat-syarat Takwil
o Lafadz yang di ta’wil harus benar-benar lafadz yang memiliki kriteria lafadz yang boleh di
ta’wil diantaranya yaitu :
1. Harus sesuai dengan ilmu tata bahas arab
2. Dapat dipakai sepanjang pengertian Bahasa
3. Sesuai dengan ketentuan syara’ dan istilah-istilah yang sudah ada
o Ta’wil harus berdasarkan dalil yang shahih dan bisa menguatkan pada hasil penta’wilannya
o Ta’wil tidak boleh bertentangan dengan nash qoth’iy
o Lafadz ta’wil harus mencakup arti yang telah di hasilkan melalui ta’wil bahasa
o Arti dari hasil penta’wilan harus lebih kuat dari pada lahiriahnya yang dikuatkan oleh dalil
o Seseorang yang menta’wil harus benar-benar orang yang ahli dalam menta’wil
• Macam-macam Manthuq
Ada 3 macam manthuq menurut ulama ushul fiqih yaitu :
1. Nash tidak memungkinkan ada unsur ta’wil atau ada pengalihan makna. Nash sendiri
terbagi menjadi dua : a. Sharih (jelas)
b. Gahairu sharih (tidak jelas)
2. Zhahir adalah suatu lafadz yang menunjukan arti yang dapat segera dipahami (marjuh).
3. Mu’awwal adalah suatu lafadz yang diartikan dengan arti marjuh atau lemah karena ada
sesuatu dalil yang menghalangi maksud arti rajah atau kuat.
MUJMAL & MUBAYYAN

• Pengertian Mujmal
Mujmal ialah Sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Seperti lafadz ‫روء‬::‫ ق‬pada al-Baqarah : 228
‫رُوء‬::‫اَل ثَ َة ُق‬:::‫أَنفُ ِس ِه َّن َث‬:::‫تَ َربَّصْ َن ِب‬::‫ل ُمطَلَّقَ ُات َي‬::‫ا‬
ْ
"Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.”
Maka sesungguhnya yang disebut ‫رُوء‬::‫ ُق‬itu mencakup haidh dan suci.
• Pengertian Mubayyan
Bayan adalah mengeluarkan sesuatu dari perkara yang sulit difahami ke perkara yang lebih jelas.
Sedangkan mubayyan adalah orangnya atau subjeknya yang mengeluarkan sesuatu perkara yang sulit
dipahami ke perkara yang lebih jelas.
• Pembagian Bayyan
 . Bayan dengan ucapan
 . Bayan dengan pekerjaan
 . Bayan dengan pekerjaan
 . Bayan dengan isyarat
NASAKH & MANSUKH
• Pengertian Nasakh
Nasakh menurut bahasa ‫لة‬::‫إلزا‬::‫( ا‬menghapus/menghilangkan), seperti ungkapan

َ ‫صيَا ُم ثَاَل ثَ ِة أَي ٍَّام فِي ْال َح ِّج َو َس ْب َع ٍة إِ َذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِ ْل‬
ٌ‫ك َع َش َرةٌ َكا ِملَة‬ ِ َ‫ف‬

“Matahari telah menghapus kegelapan ketika ia menghapus dan menghilangkannya dengan membentang
luas”, dan adapula yang memberi makna :‫لنقل‬::‫( ا ا‬menyalin) seperti ungkapan ulama :

‫نسخت ما فى هذا الكتاب اذا نقلت ما فيه الى اخر‬

“saya menyalin apa-apa yang ada didalam kitab ini, ketika saya menyalin apa-apa yang ada didalam kitab
ketempat yang lain”

Sedangkan menurut syara’ (istilah) Nasakh ialah : ‫رعىمتأخر‬::‫دليلش‬:::‫رعيب‬::‫ ش‬:‫ حكم‬:‫رفع‬

“Menghilangkan hukum syara‟ dengan dasar dalil syara‟ yang lebih akhir datangnya”
• Macam-macam Nasakh
o Menasakh tulisannya dan menetapkan hukumnya.

Seperti lafaz: ‫لبتة‬::‫ارجموهما ا‬:::‫لشيخة اذا زنيا ف‬::‫لشيخ وا‬::‫ا‬


“Orang tua laki-laki dan perempuan ketika berzina maka rajamlah mereka dengan pasti”
Keterangan itu diyakini dulunya ada seperti yang diungkapkan oleh Umar bin Khattab ra. : “Saya
sesungguhnya pernah membaca ayat itu” (HR. Imam Syafi‟i dan lainnya), dan hal itu tetap
dipertahankan secara hukum sesuai Hadits Nabi :
‫وقد رجم صلى هللا عليه وسلم المحصنين‬
“Dan sesungguhnya Nabi Saw telah merajam para pezina Muhshon.” (muttafaq „alaih) Dan
penjelasan tentang Pezina Muhshon adalah orang tua laki-laki dan perempuan

o Menasakh hukumnya dan menetapkan tulisannya

Firman Allah Swt dalam surat al-Baqarah : 240

ٍ ‫اج ِه ْم َمتَا ًعا إِلَى ْال َح ْو ِل َغي َْر إِ ْخ َر‬


‫اج‬ ِ ‫صيَّةً ألَ ْز َو‬
ِ ‫ُون أَ ْز َواجًا َو‬ َ ‫َوالَّ ِذ‬
َ ‫ين يُتَ َوفَّ ْو َن ِم ْن ُك ْم َويَ َذر‬
MAFHUM

• Pengertian Mafhum
‫ما دل عليه اللفظ ال فى محل النطق‬
Mafhum ialah mengambil pengertian dari lafadz yang tidak diucapkan (yang tidak dituliskan)

َ ُ‫أْ ُكل‬::‫نَّ َما َي‬:ِ‫ليَتَا َم ٰىظُ ْل ًما إ‬::‫ا‬


Dalam Al-qur’an surat An-Nisa ayat 10 : ‫ارًا‬: َ‫ ن‬:‫طُونِ ِه ْم‬:::‫ي ُب‬:::‫ون ِف‬ َ ُ‫أْ ُكل‬::‫ل ِذ َين َي‬::‫ا‬
ْ ‫ل‬::‫ ْم َو َا‬:َ‫ونأ‬ َّ ‫ َّن‬:ِ‫إ‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-
nyala (neraka).
Membakar atau setiap cara yang menghabiskan harta anak yatim sama hukumnya dengan
memakan harta anak tersebut yang berarti dilarang (haram).
•Pembagian Mafhum

Mafhum Muwafaqah yaitu :
‫وهو ما كان المسكوت عنه موافقا للمنتوق به‬
Yaitu Pemahaman yang diambil sesuai dengan yang diucapkan (ditulis)
Misalnya : tentang larangan memukul kedua orang tua, yang dapat dipahami dari surat al-Isra : 23
ّ ٖ ُ‫َفاَل تَقُل لَّهُ َمآ أ‬
‫ف َواَل تَ ۡنهَ ۡرهُ َما َوقُل لَّهُ َما قَ ۡواٗل َك ِر ٗيما‬
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.“
. Mafhum Mukhalafah yaitu :
‫وهو ما كان المسكوت عنه مخالفا للمنطوق به‬
Yaitu Pemahaman yang diambil berlawanan dengan yang diucapkan (ditulis).
Misalnya tentang tidak bolehnya melakukan ibadah haji selain bulan-bulan yang telah ditentukan, diambil dari mafhum mukhalafah
surat al-Baqarah : 197

ٌ ‫ْال َحجُّ أَ ْشهُ ٌر َّم ْعلُو َم‬


‫ات‬
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,..."
SLIDE TITE
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai