Anda di halaman 1dari 23

USHUL FIQH:

LAFADZ ‘AMM

STAIPI JAKARTA
PAI SEMESTER 6

SITI NAZURATUL
PENDAHULUAN
 Ushul fikih merupakan suatu alat untuk memproduksi hukum syari’
dari dalil-dalil (Alquran dan Sunnah). Al-Quran diturunkan dengan
bahasa Arab dan Nabi SAW pun memahami dan me-ngamalkan
serta memberi penjelasan dengan menggunakan bahasa Arab.
Karena itu, salah satu alat ijtihad yang paling penting adalah
memahami al-qawâ‘id al-lugawiyah).
 Menurut al-Ghazalî,4 kerja pokok mujtahid adalah memahami teks
(nash). Baik memahami makna sebuah lafaz, wilayah (marmâ),
obyeknya (madlûl), dan ba-gaimana cara penunjukkan lafaz atas
makna (dilâlah) serta jenis dan derajat dilâlah.
 Sementara menurut Wahbah al-Zuhaylî, mema-hami teks hanya
dapat dilakukan dengan mengetahui uslûb-uslûb bayân bahasa Arab,
metode memahami dilâlah makna atas sebuah lafaz, dan dilâlah
sebuah lafaz atau lafaz yang tersusun.
 Persentasi kali ini akan menjabarkan tentang kaidah lughowi
berkaitan dengan lafdz ‘amm
LAFADZ ‘AMM
Lafadz ‘Am ( 0‫ام‬0‫لع‬00‫ ) ا‬menurut bahasa artinya
merata, umum, yang umum, yang
mencakup (‫لشامل‬00‫) ا‬. Dalam ungkapan lain,
bahwa‘Am , secara lughowi:
‫ شمول أمر لمتعدد سواء كان األمر لفظاأم غيره‬
Al-Amm adalah Ketercakupan sesuatu
karena berbilang baik sesuatu itu lafaz
atau yang lainnya. Atau lafaz yang
menunjukan meliputi semuanya dan
berlaku untuk semua satuan (ifrad) nya.
LAFADZ ‘AMM
 Abû Zahrah mendefinisi-kan al-‘âmm:
‫و وضع واحد‬-‫فظ الدال على كثرين الدستغرق فى داللتو لجميعما يصلو ل‬-‫ الل‬
 ‘Am ialah suatu lafaz yang mencakup keseluruhan makna yang
dikandungnya melalui satu ketetapan bahasa.
 Dari pengertian istilah tersebut, bahwa ‘am adalah lafaz yang memiliki
pengertian umum. Atau, ‘am adalah kata yang memberi pengertian
umum, meliputi segala sesuatu yang terkandung dalam kata itu dengan
tidak terbatas.
 Karena hal yang umum mencakup seluruh lafaz yang tidak terbatas,
tanpa ditujukan kepada suatu lafaz pun, sedangkan lafaz yang mutlak
ditujukan kepada suatu lafaz, baik makna tunggal maupun lafaz jamak.
Lafaz al-‘âmm
terbagi empat jenis

Lafaz jama‘ seperti: ‫لتجار‬00‫ل ا‬00‫رجا‬


، ‫ل‬00‫ ا‬،‫لمسلمون‬00‫ا‬
Lafaz jinis seperti:‫إلبل‬00‫ ا‬،‫لنساء‬00‫ ا‬،‫لناس‬00‫ا‬،
Kata ganti (al-fâz mubham) seperti: ،‫ ما‬،‫من‬
‫ متى‬،‫ين‬0‫ي أ‬، 0‫أ‬
Kata benda tunggal yang diawali
dengan kata sandang al seperti: ،‫إلنسان‬00‫ا‬
‫ق‬0‫لسار‬00‫ا‬
Bentuk (sighah) Lafadz ‘Am

 Lafadz‫ل‬--‫ ك‬,‫افة‬-‫ ك‬,،‫امة‬-‫ ع‬,‫( معشر‬setiap) dan-‫( جميع‬semua),


Misalnya firman Allah:
‫ت‬ِ ‫س َذاِئقَةُ ْال َم ْو‬
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬

 Jama‘ yang di-ma‘rifat-kan dengan al yang


bermakna istigraq (menyeluruh) atau yang di-
ma‘rifat-kan dengan idlâfah. Contoh:‫لمؤمنون‬--‫فلح ا‬-‫د أ‬--‫ق‬
‫ضع َْن َٔا ْواَل َدهُ َّن َح ْولَي ِْن َكا ِملَي ِْن‬ ُ ‫َو ْال َوالِ َد‬
ِ ْ‫ات يُر‬
Bentuk (sighah) Lafadz ‘Am
 Lafaz mufrâd yang di-ma‘rifat-kan dengan al-
istigraqiyah atau di-ma‘rifat-kan dengan idlâfah.
Contoh:
‫السارق والسارقة فاقطعوا أيديهما‬
 Nakirah dalam konteks negasi (larangan) atau
syarat. Contoh:‫لدين‬--‫يا‬---‫ ف‬-‫ه‬-‫كرا‬-‫ إ‬-‫ال‬

 Asma al-mawshûlah
‫وما من دابة في األرض إال على هللا رزقها‬
‫إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما إنما يأكلون فى بطونهم نارا‬
‫وسيصلون سعيرا‬
Bentuk (sighah) Lafadz ‘Am
 Lafaz mufrâd yang di-ma‘rifat-kan dengan al-
istigraqiyah atau di-ma‘rifat-kan dengan idlâfah.
Contoh:
‫السارق والسارقة فاقطعوا أيديهما‬
 Nakirah dalam konteks negasi (larangan) atau
syarat. Contoh:‫لدين‬--‫يا‬---‫ ف‬-‫ه‬-‫كرا‬-‫ إ‬-‫ال‬

 Asma al-mawshûlah
‫وما من دابة في األرض إال على هللا رزقها‬
‫إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما إنما يأكلون فى بطونهم نارا‬
‫وسيصلون سعيرا‬
‫‪Bentuk (sighah) Lafadz ‘Am‬‬

‫‪ Asma‬‬ ‫‪al-syart‬‬


‫فمن شهد منكم الشهر فليصمه‬
‫أينما تكونوا يدرككم الدوت‬

‫‪ Asma‬‬ ‫‪al-istifham‬‬


‫متى نصر هللا‬
MACAM-MACAM LAFADZ ‘AM
Dalalah Lafadz ‘Am
 Perbedaan pendapat antara dua golong-an ulama ini dalam dilâlah lafaz ‘âmm,
berlan-jut pada perbedaan pendapat mengenai ke-mungkinan men-takhshîsh
(membatasi) lafaz ‘âmm itu untuk pertama kali, apakah boleh men-takhshîsh
dengan dalil yang berkekuat-an zhanni?

 1. Ulama Syafi‘iyah dan Jumhur ulama yang mengatakan bahwa penunjukkan


lafaz ‘âmm itu adalah zhanni berpendapat boleh saja men-takh-shîsh lafaz ‘âmm
itu dengan kahbar ahad dan qiyas karena keduanya memang bersifat zhanni.
Dalil zhanni tidak ada halangan untuk men-takhshîsh yang zhanni.

 2. Ulama Hanafiyah yang berpendapat bah-wa penunjukan lafaz ‘âmm adalah


qath‘i berpendapat bahwa tidak boleh men-takhshîsh lafaz ‘âmm untuk pertama
kali dengan khabar ahad dan qiyas karena ke-duanya berkekuatan zhanni namun
bila lafaz ‘âmm itu sudah di-takhshîsh terlebih dahulu dengan dalil yang kuat,
maka selanjutnya boleh takhshîsh dengan kha-bar ahad dan qiyas, karena
sesudah ditakhshîsh dengan dalil yang kuat itu, lafaz umumnya menjadi zhanni.
Takhshish Lafadz ‘Amm
 Pengertian takhshîsh adalah sebagai berikut:
‫ بيان أن المراد بالعام بعض ما ينتظمه‬
 Menjelaskan bahwa yang dimaksud oleh lafaz umum adalah sebagai cakupan-
nya.
‫ قصر العام على بعض مسمياته‬
 Membatasi lafaz umum atas sebagian obyeknya.

 Al-mukhâsyishât adalah dalil yang men-jadi dasar pegangan untuk adanya


penge-luaran tersebut. Berdasarkan keterangan di atas, kiranya dapat
dipahami bahwa dalil ‘âmm itu tetap berlaku bagi satuan-satuan yang masih
ada sesudah dikeluarkan satuan tertentu yang ditunjuk oleh mukhâsyishât.
Kaidah ushûl untuk itu ialah:
‫ العام بعد التخصيص حجة فى الباقى‬
 Dalam hal mukhâsyishât nash al-syar‘ maka antara yang di-takhshîsh dengan
pen- takhshîsh harus sederajat, seperti Al-Quran dengan Al-Quran dengan Al-
Sunnah al-Muta-watir, Al-Sunnah Sahihat. Dan jumhur ulama membolehkan
men-takhshîsh dengan Al-Quran dengan Al-Sunnah sekali-pun ahad.
Takhshish Lafadz ‘Amm
 Men-takhshîsh al-kitab dengan al-kitab.
 Men-takhshîsh al-Quran dengan al-Sun-nah.
 Men-takhshîsh al-Sunnah dengan al-Quran.
 Men-takhshîsh al-Sunnah dengan al-Sun-nah.
 Takhshîsh Al-Quran dengan hadits ahad
 takhshîsh al-Quran dengan Ijma‘.
 takhshîsh al-Quran dengan al-Qiyas
 takhshîsh al-Sunnah dengan pendapat sahabat.
 takhshîsh al-Quran dengan indera.
 takhshîsh al-Quran dengan akal.
 Men-takhshîsh Nash dengan Adat Ke-biasaan.
 Lafaz al-‘âmm dengan sebab yang khusus.
Lafadz Jama’ Munakkar
 Jama’ munakkar ialah lafazh jama’ yang mencakup satuan-satuan yang
banyak, akan tetapi tidak sampai menghabiskan seluruh satuan yang
dapat dimasukkan ke dalamnya.
 Misalnya lafazh “Rijalun” dalam Firman Allah:
ۡ ۬ َ ‫ ۥ يُ َسبِّ ُح لَهُۥ فِيہَا بِ ۡٱل ُغ ُد ِّو َوٱَأۡل‬
ِ ‫) ِر َجا ٌل اَّل تُل ِه‬٣٦( ‫صا ِل‬
ٌ‫يہمۡ تِ َج ٰـ َرة‬
 ..........bertasbihlah untuk Allah didalam mesjid-mesjid pada waktu
pagi dan petang orang laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan ....... (QS. An-nur: 36-37)

 Lafazh “Rijalun” dalam ayat diatas adalah jama’ dalam bentuk


Nakirah. Dia mencakup satu-satuan yang banyak, akan tetapi tidak
mencakup seluruh orang laki-laki.
Lafadz Jama’ Munakkar
 jama’ mudzakkar itu bukan ‘amm, karena ia tidak
dapat menghabisi seluruh satuan yang dapat
dimasukkan ke dalamnya dan bukan pula khash,
karena ia dapat mencakup satuan-satuan yang
banyak yang tiada terbatas. Dengan demikian jama’
munakkar itu adalah tengah-tengah antara ‘amm
dan khash, dan ia sebagai hujjah yang qath’i bagi
satuan-satuan yang terkecil dari pengertian jama’
(jama’ qillah, yaitu yang terbatas dari 3 sampai
dengan 9), tidak bagi yang selebinya.
Contoh Lafadz Jama’ Munakkar
 jama’ mudzakkar didahului oleh shighat nafi (shighat yang memberi pengertian
negatif). Dalam hal ini jama’ mudzakkar menjadi umum yang menckup seluruh
satuan-satuannya.
 Contoh :
َ ‫ِين َءا َم ُنو ْا اَل َت ۡد ُخلُو ْا ُبيُو ًتا َغ ۡي َر ُبيُو ِتڪُمۡ َح َّت ٰى َت ۡس َت ۡأ ِنسُو ْا َو ُت َسلِّمُو ْا َعلَ ٰ ٓى َأ ۡهلِ َه ۚا‌ َذٲلِ ُكمۡ َخ ۡي ۬ ٌر لَّ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ َت َذ َّكر‬
‫ُون‬ َ ‫ َي ٰـَٓأ ُّي َہا ٱلَّذ‬
 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
(QS: An-nur : 27)

 Lafazh “buyutan” dalam ayat tersebut adalah jama’mudzakkar yang


menurut pengertian semula tidak mencakup seluruh satuannya (rumah-
rumahnya). Hanya yang pasti, mencakup beberapa rumah. Akan tetapi, oleh
karena dalam ayat tersebut lafazh “buyut” itu berada dalam rangkaian kalimat
nafi, yaitu dengan adanya lafazh “la tadkhulu” (jangan kamu memasuki) yang
memberi pengertian larangan untuk memasuki rumah-rumah, maka lafazh buyut
tersebut menjadi umumlah pengertiannya.
 Dengan demikian ayat-ayat tersebut memberi pengertian tidak boleh memasuki
sembarang rumah, selain rumah sendiri, sebelum meminta izin terlebih dahulu.
Lafazh Musytarak
 Al Musytarak merupakan bentuk isim maf’ul dari ‫شترك‬--‫شتركي‬-‫ إ‬, yang mengandung
makna baur dan campur yang tidak diketahu batasan-batasannya.
 Al-Mahalli dari Syafi'iyah mendefinisikan
‫ اللفظ الواحد المتعدد المعنى الحقيقي‬
 Satu lafadz yang mempunyai beberapa makna hakiki".
 Muhammad Abu Zahrah ulama kontemporer dalam kitabnya Ushul fiqih
memberikan definisi :
‫ لفظ يدل علي معنيين اومعان على سبيل التبادل‬
 “ Satu lafadz yang menunjukkan lebih dari satu makna dengan jalan bergantian”.
 Kata bergantian itu adalah kata musytarak tidak dapat diartikan dengan semua
makna secara bersamaan, akan tetapi harus diartikan dengan salah satu artinya.
 Inilah yang membedakan antara arti lafadz Musytarak dan lafadz Am. Bila Am bisa
diartikan dengan semua makna yang terkandung secara bersamaan.
Sebab-sebab yang lafadz Musytarak
dalam al Quran
 Lafazh itu gunakan oleh suatu suku bangsa (qabilah) untuk makna tertentu
dan oleh suku bangsa yang lain digunakan makna yang lain lagi, kemudian
sampai kepada kita dengan kedua makna tersebut tanpa ada keterngan
dari hal perbedaan yang dimaksud oleh penciptanya.
 Lafazh itu diciptakan menurut hakikatnya untuk satu makna, kemudian
dipakai pula kepada makna laintetapi secara majazi (kiasan). Pemakaian
secara majazi ini masyhur pula, sehingga orang-orang menyangka bahwa
pemakaiannya dalam arti yang kedua itu adalah hakiki bukan majazi.
 Lafazh itu semula diciptakan untuk satu makna, kemudian dipindahkan
kepada istilah syar’i untuk arti yang lain.
 Lafazh musytarak itu adakalanya bersifat isem, fi’el, seperti fi’el amr, huruf,
Bentuk-bentuk lafadz Musytarak
dalam al Quran

 1. Lafadz Musytarak dalam bentuk isim


 2. Lafadz Musytarak dalam bentuk fi’il
 3. Lafadz Musytarak dalam bentuk huruf
Hukum Lafazh Musytarak
 persekutuan arti lafaz musytarak pada suatu nash syar’i itu terjadi
karena makna lughawi dengan makna istislahi syar’i, maka
hendaklah diambil makna menurut istilah syar’i. Misalnya
lafazh “thalaq”, yang menurut bahasa berarti lepas dan menurut
syara’ berarti melepaskan ikatan perkawinan, maka hendaklah
diartikan dengan arti syar’i, yaitu melepaskan ikatan perkawinan.
 arti lafazh musytarak pada suatu nash syar’i itu terjadi
antara beberapa makna lughawi, maka seseorang
 wajiblah berijtihad untuk menentukan arti yang dimaksud. Misalnya
Lafadz Yad pada surat Al-Maidah: 38 dapat bermakna
antara hasta (dari ujung jari sampai bahu), lengan bawah (antara
ujung jari sampai siku) dan telapak tangan (dari ujung jari sampai
pergelangan tangan), baik yang kanan maupun yang kiri. Namun
Rasulullah saw. Menunjukkan bahwa tangan yang dimaksud dalam
ayat tersebut adalah menurut arti yang terakhir, yaitu telapak tangan
yang kanan. Amal Rasulullah itu merupakan qarinah (penghubung)
kepada makna yang dimaksud.
Hukum Lafazh Musytarak
 Jika tidak ada qarinah yang menunjukkan kepada arti yang
dimaksud maka para ulama berlainan pendapat dalam
menentukan arti yang dikehendaki. Diantaranya:
 Menurut ulama hanafiah disebagian ulama syafi’yah, lafaz
musytarak itu tidak dapat digunakan untuk seluruh
arti yang banyak itu dalam suatu pemakaian. Andai kata
dimaksud untuk arti keseluruhan, lafazh itu disebut ‘amm,
bukan musytarak lagi dan bukan pula majaz. Karena yang
demikian ini berarti lafazh itu digunakan untuk arti yang haqiqi
dan majasi dalam sekali pakai.
 Menurut jumhur ulama syafi’iyah; bila tidak ada qarinah yang
menunujukkan kepada arti yang dikehendaki, maka lafazh
musytarak itu hendaklah diartikan kepada seluruh
artinya selagi arti-arti itu dapat digabungkan.
Implementasi Lafadz ‘Amm dalam
Fikih Kontemporer
 Fatwa MUI Nomor 2/2010 tentang air daur ulang.
 Dalam konsideran fatwa tersebut digunakan dua hadits yang kontradiktif yang
kemudian diselesaikan dengan thariqah al-jam‘u (metode kompromi). Metode
kompromi yang digunakan adalah meto-de takhshîsh al-’âmm antara hadits yang
‘âmm dengan hadits yang khusus.
 Al pada kata (‫لماء‬--‫ ) ا‬dari hadits Umamah bersifat umum karena mencakup semua
air yang ada di dunia ‫ل‬--‫ا‬
( ‫قية‬-‫را‬-‫إلستغ‬--‫)ا‬. Ke-mudian di-takhshîsh mafhum hadits Umar
yang membatasi keumuman air tersebut dengan ketentuan dua kullah.
Kesimpulan
 Al- Amm adalah kata yang memberi pengertian umum, meliputi segala
sesuatu yang terkandung dalam kata itu dengan tidak terbatas. Hal ini
karena hal yang umum mencakup seluruh lafaz yang tidak terbatas,
tanpa ditujukan kepada suatu lafaz pun, sedangkan lafaz yang mutlak
ditujukan kepada suatu lafaz, baik makna tunggal maupun lafaz jamak.

 Jama’ munakkar ialah lafazh jama’ yang mencakup satuan-satuan yang


banyak, tetapi tidak sampai menghabiskan seluruh satuan yang dapat
dimasukkan ke dalamnya.

 Lafadz Musytarak ialah Satu lafadz yang menunjukkan lebih dari satu
makna. Lafadz musytarak tidak dapat diartikan dengan semua makna
secara bersamaan, akan tetapi harus diartikan dengan salah satu
artinya.

Anda mungkin juga menyukai