Anda di halaman 1dari 10

‫العام و الخاص‬

‫س ْه اًل َو َم ْر َحباا‬ ‫و‬


َ َ ‫ا‬
‫ًل‬ ْ
‫ه‬ َ ‫أ‬
DIHYAT HANIFUL FAWAD
RIDLO REAN ABDULLAH
MUHAMMAD HISYAM FIRDAUS
MUHAMMAD CHUSNI FARID WAJDI
PENGERTIAN ‘AM

 ‘Am menurut bahasa adalah merata, yang umum. Menurut istilah


adalah lafadz yang memiliki pengertian umum, terhadap semua
yang termasuk dalam pengertian lafadz itu. Dengan pengertian
lain, ‘am adalah kata yang memberi pengertian umum, meliputi
segala sesuatu yang terkandung dalam kata itu dengan tidak
terbatas.
BENTUK LAFADZ ‘AM
 Lafadz ‫( كل‬setiap) dan ‫( جميع‬seluruh).
 Kata jama’ (plural) yang disertai alif dan lam di awalnya.
 Kata benda tunggal yang dima’rifatkan dengan alif-lam.
 Lafadz asma’ al-mausul, seperti ma, al-ladzina, al-ladzi, dsb.
 Lafadz asma’ al-syart (isim isyarat, kata benda untuk mensyaratkan),
seperti ma, man, dsb.
 Isim nakirah dalam susunan kalimat nafi (negatif), seperti ‫وال جناح‬.
 Isim mufrad yang dita’rifkan dengan alif-lam jinsiyah.
 Lafadz jama’ yang dita’rifkan dengan idhofah.
 Isim-isim mausul seperti al-ladzi, al-ladzina, al-lati, al-laa’i, dsb.
 Isim-isim syarat seperti man (barang siapa), maa (apa saja), ayyumaa (yang
mana saja).
DALALAH LAFADZ ‘AM
 Jumhur Ulama, di antaranya Syafi’iyah, berpendapat bahwa lafadh ‘am itu dzanniy
dalalahnya atas semua satuan-satuan di dalamnya. Demikian pula, lafadh ‘am
setelah di-takhshish, sisa satuan-satuannya juga dzanniy dalalahnya, sehingga
terkenal-lah di kalangan mereka suatu kaidah ushuliyah yang berbunyi:

‫ص‬ ِ ‫ع ٍام ِإالَّ ُخ‬


َ ‫ص‬ َ ‫َما ِم ْن‬
“Setiap dalil yang ‘am harus ditakhshish”.
 Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa lafadh ‘am itu qath’iy dalalahnya, selama
tidak ada dalil lain yang mentakhshishnya atas satuan-satuannya. Karena lafadh
‘am itu dimaksudkan oleh bahasa untuk menunjuk atas semua satuan yang ada di
dalamnya, tanpa kecuali.
 contoh di dalam al-Qur’an:
‫سق‬ ۡ ‫ه لَ ِف‬
‫ه وَإِنَّ ُۥ‬ ِ َّ ‫م‬
ِ ‫ٱَّلل َعلَ ۡي‬ ۡ ‫ما لَ ۡم ُي ۡذ َك ِر‬
ُ ‫ٱس‬ ْ ُ‫و ََال تَ ۡأ ُكل‬
َّ ‫وا ِم‬
“dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya.” (QS. Al An’am (6) : 121)
KAIDAH-KAIDAH LAFADZ ‘AM
 (Lafadh ‘Am yang dikehendaki keumumannya), karena ada dalil atau
indikasi yang menunjukkan tertutupnya kemungkinan ada takhshish
(pengkhususan).
 (Lafadh ‘Am tetapi yang dimaksud adalah makna khusus), karena ada
indikasi yang menunjukkan makna seperti itu.
 (Lafadh ‘Am yang menerima pengkhususan), ialah lafadh ‘am yang tidak
disertai karinah ia tidak mungkin dikhususkan dan tidak ada pula karinah
yang meniadakan tetapnya atau keumumannya. Tidak ada qarinah lafadh
atau akal atau ‘urf yang memastikannya umum atau khusus. Lafadh ‘am
seperti ini dzahirnya menunjukkan umum sampai ada dalil
pengkhususannya.
PEMBAGIAN ‘AM
Menurut Mustafa Sa’id al-Khin, ‘Am dibagi menjadi 3 bagian:
 Lafaz umum yang dikehendaki keumumannya karena ada dalil atau indikasi yang
menunjukan tertutupnya kemungkinan ada takhsis(pengkhususan).
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan temapat penyimpanannya.
Semua tertulis dalamkitab yang nyata (Lauh Mahfuz)”. (QS. Hud/11: 6)
 Lafaz umum pada hal yang dimaksud adalah makna khusus karena ada indikasi
yang menunjukan makna seperti itu.
“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Baduwi yang berdiam
disekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula)
bagi mereka lebih mencintai diri mereka dari pada mencintai diri Rasul”. (At-Taubah/9: 120)
 Lafaz umum yang terbebas dari indikasi baik menunjukkan bahwa yang di maksud
bahwa makna umumnya atau adalah sebagian cakupannya.
“Dan wanita – wanita yang di talak hendaklah menahan diri ( menunggu ) tiga kali quru”.
( QS.al-baqarah/2:228)
PENGERTIAN KHASH
Definisi lafadz khas dari para ulama adalah sebagai berikut:
 Menurut Manna al-Qaththan, lafadz khas adalah lafadz yang merupakan
kebalikan dari lafadz ‘am, yaitu yang tidak menghabiskan semua apa yang
pantas baginya tanpa ada pembatasan.
 Menurut Mushtafa Said al-Khin, lafadz khas adalah setiap lafadz yang
digunakan untuk menunjukkan makna satu atas beberapa satuan yang
diketahui.
 Sedangkan menurut Abdul Wahhab Khallaf, lafadz khas adalah lafadz yang
digunakan untuk menunjukkan satu orang tertentu.
Menurut Istilah, khas adalah lafadh yang diciptakan untuk menunjukkan pada
perseorangan tertentu, seperti Muhammad. Atau menunjukkan satu jenis,
seperti lelaki. Atau menunjukkan beberapa satuan terbatas, seperti tiga belas,
seratus, sebuah kaum, sebuah masyarakat, sekumpulan, sekelompok, dan
lafadz-lafadz lain yang menunjukkan bilangan beberapa satuan, tetapi tidak
mencakup semua satuan-satuan itu.
DALALAH KHAS
 Dalalah khas menunjuk kepada dalalah qath’iyyah terhadap makna khusus
yang dimaksud dan hukum yang ditunjukkannya adalah qath’iy, bukan
dzanniy, selama tidak ada dalil yang memalingkannya kepada makna yang
lain. Misalnya, firman Allah:
ْ َ ِ َ‫َام ثَ ََلث‬ ْ َ‫َن ل‬
ِ ‫م يَجِ ْد َف‬ ْ ‫َفم‬
ِ‫ة أيَّا ٍم فِي الحَج‬ ُ ‫صي‬
“Tetapi jika ia tidak menemukan binatang korban atau tidak mampu), maka
wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji..(Al-Baqarah :196)
 Apabila ada qarinah, maka lafadh khas harus ditakwilkan kepada maksud
makna yang lain. Sebagai contoh hadits Nabi yang berbunyi:
َ ‫شا ًة‬
‫شاة‬ َ َ‫ل أَ ْربَ ِع ْين‬ ُ ْ ِ‫ف‬
ِ ‫يك‬
“pada setiap empat puluh kambing, wajib zakatnya seekor kambing”.
TAKHSHISH
 Takhshish adalah penjelasan sebagian lafadz ‘am bukan seluruhnya
(Khudari Bik dalam bukunya Ushul al-Fiqh).
 Macam-macam takhshish:
1. Mentakhshish ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an.
2. Mentakhshish Al-Qur’an dengan As-Sunnah.
3. Mentakhshish As-Sunnah dengan Al-Qur’an.
4. Mentakhshish As-Sunnah dengan As-Sunnah.
5. Mentakhsish Al-Qur’an dengan Ijma’.
6. Mentakhshish Al-Qur’an dengan qiyas.
7. Mentakhshish dengan pendapat sahabat.
‫شكرا على حسن اهتمامكم‬
Bertanyalah, untuk memperkaya Ilmu

Tapi jangan susah-susah :D

Anda mungkin juga menyukai