YURIDIKA
DOI: 10.20473 / ydk.v31i1.1958
Sejarah artikel: Dikirim pada 5 November 2016; Diterima 5 Januari 2016; Tersedia Online 31 Januari 2016
Abstrak
Qawaid fiqhiyyah merupakan elemen yang sangat penting dalam penerapan hukum Islam
kontemporer karena nilai-nilai yang terkandung dalam fiqiyyah qowaid merupakan nadi
dalam setiap fiqh in-the-istinbath para ahli hukum Islam kontemporer. Tidak hanya qowaid
fiqiyyah yang menjadi parameter kemanfaatan diperlukan atau tidaknya hukum, tetapi juga
peran utamanya untuk memastikan bahwa fiqh dalam istinbathkan tidak bertentangan
dengan teks, yaitu Alquran dan Sunnah. Dengan menerapkan qowaid fiqiyyah dalam setiap
upaya pembuatan atau penafsiran suatu undang-undang maka dapat dipastikan bahwa
undang-undang memenuhi standar untuk diterapkan dalam masyarakat kontemporer,
sehingga tidak dikhawatirkan undang-undang tersebut akan menimbulkan masalah baru atau
konflik norma yang berlaku. . Hukum Islam dan qowaid fiqhiyyah memiliki keterkaitan satu
sama lain,
Kata kunci: Qowaid Fiqhiyyah; Fiqh; Hukum Islam.
Abstrak
Qowaid fiqiyyahmerupakanhal
yangsangatpentingdalampengaplikasianhukumIslamkontinian, hal ini dikarenakan
nilai-nilai yang terkandung dalam qowaid fiqhiyyah tersebut merupakan nadi dalam
setiap fiqh yang di-istinbath-kan oleh para ahli hukum Islam kontemporer. Tidak hanya
itu qowaid fiqhiyyah juga merupakan suatu parameter kemaslahatan perlu atau tidaknya
suatu hukum, disamping peran utama untuk memastikan bahwa setiap fiqh yang di
istinbathkan tidak bertentangan dengan nash yaitu Al-Quran dan Sunnah. Dengan
mengaplikasikan qowaid fiqhiyyah kedalam setiap upaya pembuatan atau penafsiran
suatu hukum, maka dapat dipastikan hukum tersebut telah memenuhi standar untuk
diaplikasikan kedalam masyarakat kontemporer, sehingga tidak dikahawatirkan hukum
tersebut akan menimbulkan masalah baru atau menimbulkan konflik norma dalam
pengaplikasiannya.
pengantar
Diskusi di qowaid fiqhiyyah (fiqh kaidah) merupakan hal terpenting dalam pembahasan
hukum Islam, hal ini dikarenakan ilmu fiqh akan menjadi benang merah untuk fiqh masalah
terkait yang disesuaikan dengan tempat, waktu dan kebiasaan yang berbeda
109 Yuridika: Volume 31 No 1, Januari 2016
dalam penerapan hukum Islam, yang akan menjadikan hukum Islam selalu fleksibel
Adapun definisi qowaid fiqhiyyah, itu dapat dijelaskan sebagai berikut, qowaid fiqhiyyah
adalah bentuk jamak dari qaidah. Jadi, itu didefinisikan sebagai makna dasar. 1
pengetahuan agama mereka… tafaqqahu ... dirujuk fiqh sebagai sebuah al-fahmu
atau pemahaman. Karena itu, fiqh dapat diartikan sebagai pengertian syariah atau ilmu yang
memahami syariah sebagai kaidah yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi umatnya. 2
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa qowaid fiqhiyyah memiliki arti sebagai
aturan umum dalam memahami syariah sebagai seperangkat aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi
umatnya. Dengan kata lain, qowaid fiqhiyyah dapat menjadi pedoman yang memungkinkan para ahli
hukum Muslim untuk menyimpulkan hukum terhadap masalah hukum. Jelas, masalah ini akan
memungkinkan qowaid fiqhiyyah sebagai garis besar dalam melakukan ijtihad untuk masalah hukum;
Mengakui fiqh tidak mungkin berdiri tanpa ada landasan dasar yang membuatnya fiqh
berdiri teguh dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa fiqh memiliki
sifat yang berbeda; sementara itu, qowaid fiqhiyyah memiliki ciri umum.
Deskripsi fiqh kekhasan dan qowaid fiqhiyyah Ciri umum dapat diuraikan sebagai
berikut, yaitu fiqh adalah pengertian umum tentang asas-asas Islam dan hukum-hukum
sesuai dengan kajian tentang masalah hukum tertentu. Misalnya, hukum perkawinan
yang diatur dalam fiqh munahakat, hukum waris yang diatur dalam fiqh faraidh, hukum
perdata yang diatur dalam fiqh muamalah, dan banyak bidang hukum lainnya yang
diatur secara berbeda fiqh. Setiap cabang fikih memiliki pembahasan tersendiri,
dan fiqh faraidh yang mengatur soal warisan saja. Ini fiqh berdiri sendiri-sendiri tanpa
saling mencampuri karena perbedaan kajian dan persoalan hukumnya. Melihat aspek ini,
Sedangkan qowaid fiqhiyyah dikatakan memiliki sifat yang umum, karena setiap fiqh
- baik itu fiqh muamalah, fiqh faraidh atau fiqh munakahat; semua berdiri di atas fondasi
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya qowaid fiqhiyyah harus menjadi fondasi dasar dari setiap
yang ada fiqh. Karena itu, meski pemahaman dan pembahasannya masing-masing fiqh
Berbeda, fiqh ini berdiri di atas fondasi dasar yang sama. Ini sebabnya qowaid fiqhiyyah dianggap
memiliki karakteristik umum. Selain itu, sebagai penghubung antara qowaid fiqhiyyah dan
fiqh adalah ushul fiqh. Misalnya, kapan qowaid fiqhiyyah merupakan yayasan untuk
mendirikan a fiqh, upaya untuk menciptakan fiqh harus menggunakan metode bernama
ushul fiqh. Antara qowaid fiqhiyyah, ushul fiqh dan fiqh, masing-masing memiliki urutan dan hubungan
yang jelas antara satu sama lain. Kesemuanya merupakan pemahaman hukum Islam untuk
diimplementasikan ke dalam segala aspek kehidupan yang tidak terkekang oleh waktu.
Hukum Islam dan qowaid fiqhiyyah memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain,
hal ini dilatarbelakangi oleh dinamika hukum Islam yang terkandung di dalamnya fiqh sangat
bergantung pada qowaid fiqhiyyah. Dalam hal ini, karakteristik generalitas dari aturan
memungkinkan hukum Islam diterapkan pada semua kondisi setiap saat. qowaid fiqhiyyah memungkinkan
fiqh sebagai ilmu yang bersifat khas, relatif, dan sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat dan
Perkembangan masyarakat, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi secara tidak langsung
mempengaruhi perkembangan hukum Islam. Syariah di sisi lain tidak dapat diubah karena sifatnya
yang abadi. Berubah syariah berarti mengubah ketentuan yang ada dalam Alquran dan Sunnah. Namun
demikian, interpretasi dari syariah sendiri dapat disesuaikan dengan perkembangan jaman melalui
pemanfaatan qowaid fiqhiyyah sebagai parameter untuk memahami makna yang terkandung
3 ibid. [ 23].
111 Yuridika: Volume 31 No 1, Januari 2016
Hukum Islam
Islam berasal dari dua sumber utama, yaitu Alquran dan Sunnah,
yang sering dikatakan sebagai dalil utama hukum Islam. Selain Alquran dan Sunnah,
Ada pula beberapa dalil pendukung dalam hukum Islam yaitu
ijma ', qiyas, istihsan, masalahah mursalah, urf dan syarún man qoblana; yang semuanya
merupakan alat untuk memahami makna esensial yang terkandung dalam Alquran dan Sunnah.
fiqh. Syariah adalah hukum dalam arti luas yang meliputi aspek aqidah, akhla,
dan amaliah, yang termasuk norma dalam Islam. Oleh karena itu, cakupan syariah lebih luas.
Sementara itu, fiqh adalah hukum Islam praktis yang diturunkan dari tafshily atau aturan rinci yang
secara khusus mengatur bidang hukum saja, 4 Dengan kata lain, dapat dipahami bahwa file syariah adalah
aturan yang Allah sediakan bagi manusia untuk selalu berada di sisi yang benar dalam menjawab
Tuhan, manusia dan lingkungannya. Disebut ilmu yang membahas tentang syariah fiqh. 5 Karenanya,
fiqh dapat didefinisikan sebagai syariah dalam arti sempit. Adapun perbedaan antara syariah dan fiqh,
memiliki ruang lingkup yang luas meliputi segala perbuatan dan perbuatan manusia, sedangkan
fiqh hanya mengacu pada apa yang secara umum dipahami sebagai perbuatan manusia
berdasarkan sesuatu yang legal dan ilegal; 2) Syariah merupakan kajian yang terdiri dari berbagai
ketentuan yang terdapat dalam Alquran dan Sunnah yang meliputi tiga komponen utama yaitu
aqidah, akhlaq dan fiqh, sedangkan fiqh hanya salah satu komponen syariah; 3) Syariah memiliki
karakter yang sempurna dan tidak berubah, sedangkan fiqh memiliki karakter yang selalu berubah
seiring dengan perubahan waktu, ruang, dan tempat dimana fiqh diterapkan; 4) Syariah didasarkan
pada wahyu dan hanya berasal dari Alquran dan Sunnah, sementara fiqh merupakan hasil nalar
dan deduksi para ahli hukum berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan yang senantiasa
berubah seiring dengan perkembangan jaman; 5) Syariah memiliki beberapa tingkatan tindakan
yang dimulai dari sesuatu yang diperbolehkan hingga sesuatu yang dilarang, sedangkan fiqh hanya
menegaskan tiga perbedaan syariah dan fiqh yang mana: 7 1) Untuk beberapa hal, syariah
memiliki cakupan yang lebih luas dari fiqh, hal ini dikarenakan syariah mencakup semua ajaran
agama yaitu aqidah, ibadah, dan hukum, sementara fiqh hanya meliputi tindakan saja; 2) Dilihat
dari subjeknya, subjeknya syariah adalah Allah SWT atau al Shari, sementara fiqh subjek adalah
manusia atau al-faqih, oleh karena itu syariah sebagai ciptaan Allah SWT yang sempurna dan abadi
dan dapat disesuaikan dengan faktor sosial budaya dan sejarahnya; 3) Dari penggunaan
istilah tersebut, syariah Istilah tersebut telah digunakan sejak awal sejarah
perkembangan Islam itu sendiri, sedangkan penggunaan istilah tersebut fiqh lebih baru,
yaitu setelah lahirnya disiplin agama lain dalam Islam pada abad kedua Hijriyah.
tersebut secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan hukum Islam.
Faktor-faktor tersebut diperkuat oleh kekalahan negara-negara Arab dari Israel dalam perang
enam hari Juni 1967, yang menyebabkan penandatanganan perjanjian Camp David,
masing-masing hidup dengan caranya sendiri. Kondisi ini kemudian memunculkan urgensi
pembaruan hukum Islam, sehingga mematahkan pandangan skeptis bahwa hukum Islam
Berdasarkan Ashiddieqy, Hukum Islam memiliki tiga karakter yang langgeng, abadi dan
tidak berubah, yaitu: pertama, takamul yang artinya sempurna, kokoh dan lengkap. Dapat
dipahami bahwa hukum Islam merupakan ummah Dalam ketetapan yang bulat, meskipun
mereka berasal dari bangsa dan suku yang berbeda, tetapi mereka adalah satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Kedua, wasathiyat ( harmonis), ini berarti bahwa hukum Islam adalah jalan
tengah; jalan yang seimbang dan tidak sepihak, tidak berpihak pada
7 Renny Supriyatni, Pengantar Hukum Islam Dasar-Dasar Dan Aktualisasinya Dalam Hukum
Positif ( Widya Padjadjaran 2011). [12-14].
113 Yuridika: Volume 31 No 1, Januari 2016
kanan dengan penekanan psikiatri dan tidak memihak ke kiri dengan menekankan pada
perbedaan. Hukum Islam selalu menyelaraskan antara kenyataan dan fakta dengan cita-cita
kemauan. Ketiga, Harakah ( dinamis) artinya hukum Islam mempunyai kemampuan untuk bergerak
dan berkembang, mempunyai kekuatan untuk hidup dalam masyarakat dan dapat membentuk
dirinya sendiri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Hukum Islam tersebar dari
sumber yang luas dan dalam, yang memberikan manusia sejumlah hukum positif yang dapat
dengan sikap terhadap tradisi ( turats) di satu sisi, dan sikap terhadap
pembangunan itu sendiri, dalam hal ini konsep hukum Islam kontemporer
ini. Sejak abad ke-18, ketika iptek mulai berkembang di masyarakat, telah menjadikan
menyebabkan ditemukannya mesin uap oleh James Watt memberikan pengaruh yang
sangat signifikan terutama dari segi teknologi. Perkembangan yang pesat di zaman
modern ini melahirkan hal-hal personal yang membuat manusia memisahkan diri dari
memisahkan urusan pribadi dari urusan publik. Sekularisasi pada awalnya dipelopori
mengakibatkan hilangnya ruh sejatinya sebagai wahyu ketuhanan yang bersumber dari
Allah SWT. Kemurnian hukum Islam yang bersumber dari agama Islam haruslah
8 Hasbi Ash-Shiddiqy, Filsafat Hukum Islam ( Pustaka Rizki Putra 2001). [105-108].
Prawitra Thalib: Aplikasi dari Qowaid 114
Mengekstrak makna kontemporer dari nilai-nilai di dalamnya nash ( Al-Quran dan Sunnah)
harus diakomodasi oleh qowaid fiqhiyyah agar hukum Islam tetap hidup dalam dimensi
Qowaid Fiqhiyyah
dari masalah yang sama, yang dapat dikelompokkan dalam satu kerangka yang sama
menghasilkan berbagai cabang fiqh. Qowaid fiqhiyyah telah ditetapkan oleh jumhur ulama sebagai
landasan yang tidak kalah pentingnya dengan asas dan aturan pendukung dalam hukum Islam, hal
ini karena qowaid fiqhiyyah dapat memfasilitasi a mujtahid untuk menafsirkan hukum Islam. Untuk
melakukan ijtihad, memahami aturan fiqh sangat diperlukan. Peran dari ijtihad
sangat penting dalam pembaruan hukum Islam. Pembaruan tidak mungkin dilakukan tanpa kualifikasi
mujtahid untuk melaksanakannya. Mendefinisikan pembaruan hukum Islam dan ijtihad dalam
hukum Islam ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan saling
melengkapi. Jika proses ijtihad dapat dilaksanakan dalam proses pembaharuan Islam dengan
benar, kemudian hukum-hukum yang dihasilkan dari proses tersebut ijtihad akan menjawab
Ruang lingkup fiqh sangat luas, itu karena fiqh mencakup berbagai cabang ( furu ') yang
menyebabkan perlunya landasan utama yang berfungsi sebagai akar yang menopang
menghasilkan daun yang rimbun, berbunga indah dan berbuah banyak. Selain itu,
adanya akar yang kokoh juga akan mengamankan pohon dan rantingnya dari angin
kencang. Begitu juga dengan hukum Islam, jika akarnya kuat maka fiqh cabang tidak
perlu khawatir tentang badai yang tumbuh di era dan teknologi, karena cabang berdiri di
atas akar yang kokoh, yaitu fiqh cabang juga akan kokoh; Sebaliknya, jika akarnya lemah,
betapa pun bagus dan indahnya cabang-cabang ini, pasti akan roboh setelah badai. Oleh
karena itu, memang benar bila al Faraidh al Bahiyah menegaskan bahwa "sebenarnya
oleh fiqh aturan. Jadi, menghafal aturan adalah fungsi yang sangat bagus ”. 9 Ungkapan di atas
menggambarkan hal itu dengan memahami aturan fiqh, Sebuah mujtahid dapat memahami
menampung syarak hukum dari berbagai masalah yang berbeda satu sama lain.
Nadawi lebih jauh menyatakan bahwa yang universal fiqh yayasan berisi syarak
hukum yang bersifat umum untuk semua peristiwa yang termasuk dalam ruang lingkup
qowaid fiqhiyyah. 10 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan hukum Islam, qowaid
fiqhiyyah memiliki fungsi sebagai berikut: 11 1) Pemahaman mendalam tentang aturan fiqh akan
memungkinkan seorang ahli hukum Islam untuk dapat memahami fiqh dan mampu menganalisis
digunakan untuk permasalahan baru yang muncul, dengan melihat adanya illat dan tidak
hukum Islam selalu fleksibel sejak saat itu qowaid fiqhiyyah berfungsi sebagai filter yang menjamin
kekinian fiqh Dibuat untuk mengatasi masalah kekinian, tidak bertentangan dengan ketentuan
Pentingnya pemahaman tentang qowaid fiqhiyyah disadari dengan sangat baik oleh para
Imam Empat Mazhab ( Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafi), ini karena aturan fiqh adalah salah satu
cabang terpenting dari syariah, ketika dipelajari oleh seseorang, itu akan memungkinkan orang itu
untuk menjadi faqih atau memahami fiqh aturan dengan baik. Bahkan menurut jurh ulama, rahasia fiqh
pada dasarnya terletak pada aturan di dalamnya. Selain itu, pengertian qowaid fiqhiyyah akan
mereda mujtahid untuk mengeluarkan a fatwa. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa
penyebab utama keterbelakangan hukum Islam adalah kurangnya perhatian terhadap hukum
Pada dasarnya, aturan fiqh didirikan dan disepakati oleh ulama banyak,
tetapi dalam praktiknya, file jumhur ulama tetap dibimbing oleh yayasan
12 ibid.
Prawitra Thalib: Aplikasi dari Qowaid 116
aturan atau dikenal sebagai qawaid asasiyyah al khams. Kelima aturan dasar ini kemudian
menghasilkan berbagai macam kaidah bagian mana dari qowaid fiqhiyyah. Dalam
perkembangannya, kelima prinsip dasar tersebut dipadatkan menjadi prinsip dasar oleh Ibnu
Nujaim, dilafalkan sebagai qawaid al kubra, Namun, penggunaan lima prinsip dasar qawaid
asasiyyah al khams, lebih populer jika dibandingkan. Fungsi aturan tersebut adalah sebagai
pedoman dasar untuk memastikan bahwa fiqh yang diciptakan manusia tidak bertentangan
dengan aturan Tuhan. Nilai-nilai yang terkandung dalam aturan fiqh bersifat universal, yang dapat
disesuaikan dengan segala perkembangan zaman dan permasalahan yang menyertainya. Aturan
mengkristal di dalam fiqh terdiri dari: 13 1) Aturan pertama, “Semua hal tergantung pada maknanya”;
2) Aturan kedua, "Keyakinan tidak dapat dihapuskan atau dihilangkan dengan keraguan";
"bahaya atau bahaya harus dihilangkan"; 5) Aturan Kelima “adat istiadat diperkuat”. Kelima
poin di atas adalah aturan yang diundangkan qawaid asasiyyah al khams, Sedangkan aturan
tambahan yang sering disebut sebagai aturan keenam adalah “tidak ada pahala tanpa niat
Penerapan lima aturan fiqh dapat dijelaskan di bawah ini: 1) Aturan pertama, “Semua
hal tergantung pada maknanya” - aturan ini menekankan pentingnya niat dalam melakukan
segala hal, jika niatnya baik maka hasilnya juga akan baik. Namun bila niat tidak baik maka
hasilnya juga tidak baik. Untuk melakukan ijtihad Penting untuk dipahami bahwa usaha itu
harus dimulai dengan niat baik sehingga menghasilkan ijtihad akan mendapatkan hasil yang
baik, tetapi jika ijtihad yang dilakukan tanpa niat baik tentu dapat membawa dampak buruk. Ijtihad
dilakukan karena adanya kebutuhan akan pemecahan suatu masalah, bukan dimaksudkan
untuk memfasilitasi kepentingan suatu kelompok yang tidak membawa kemanfaatan bagi
sebagian besar orang. Dalam penerapan aturan ini, Penulis dilengkapi dengan contoh
istinbath, Qur'an dan Sunnah tidak mengatur hal tersebut secara rinci. Namun, ada dasar muamalah
yang bisa digunakan sebagai illat dalam membuat aturan baru ijtihad.
Dalam hal ini, ijtihad digunakan untuk mengakomodasi kepentingan umat Islam
transaksi keuangan dengan menggunakan kartu elektronik, seiring dengan perkembangan pesat saat ini
yang memungkinkan pembayaran dengan menggunakan kartu elektronik. Ini ijtihad dilakukan
semata-mata untuk kepentingan umat Islam, bukan untuk kepentingan pihak lain; seperti bank, sponsor,
atau lainnya. Karenanya, melihat kemauan untuk memudahkan transaksi umat Islam dan tidak ada yang
serupa illat dalam Alquran dan Sunnah dan itu dilakukan sesuai dengan dua sumber utama ini, fiqh
dalam transaksi elektronik tidak bertentangan dengan Islam syariah; 2) Prinsip kedua, “Keyakinan tidak dapat
dihapuskan atau dihilangkan dengan keraguan”, aturan ini ditegaskan dengan syarat bahwa segala sesuatu yang telah
ditetapkan tidak akan berubah, aturan ini kemudian menghasilkan cabang “ al aslu makana la makana ”Yang bisa
diartikan bahwa segala sesuatu yang sudah ada pada asalnya tidak akan berubah. 14 3) Aturan ketiga, “Setiap kesulitan
akan mendatangkan kemudahan” - aturan ini adalah bukti nyata bahwa Islam tidak bertujuan untuk mempersulit umat
manusia, sebaliknya, Islam sebagai rahmatan lil alamin dimaksudkan untuk membawa umat manusia ke keuntungan
maksimal. Hukum yang ada tidak rumit dan memberatkan, melainkan ditingkatkan dan disesuaikan dengan
kemampuan manusia. Pernyataan supra seperti yang diumumkan dalam QSAl Baqarah ayat 286. Aturan ini digunakan
oleh fuqaha untuk memecahkan berbagai masalah dan menentukan hukum yang digunakan untuk menyelesaikannya.
Oleh karena itu, tepat kapan Asqolani menegaskan bahwa Islam tidak serumit sebelumnya samawi
agama; 15 4) Aturan keempat “bahaya atau bahaya harus dihilangkan” - aturan ini menekankan
pada larangan seseorang untuk menyakiti orang lain. Aturan tersebut mengkristal di QS Al
A'Rof ayat 56 dan QS Al Qashash ayat 77. Kedua ayat tersebut mengandung kata " wala tufsidu
fil ardh ”Yang artinya larangan melakukan kerusakan di muka bumi. Dari uraian tersebut dapat
dipahami bahwa umat manusia harus merusak bumi dalam bentuk apapun. Pada posisi yang
Sunnah, kami tidak akan menyebabkan kerusakan; apakah itu kerusakan fisik atau
kerusakan moral; 5) Aturan kelima “adat istiadat diperkuat” - adat dalam pengertian
ini diartikan sebagai kebiasaan atau urf yang dapat diterima masyarakat dan
dilakukan berulang kali. Dalam hal ini, adat istiadat tidak bertentangan dengan
nash dalam Alquran dan Sunnah, Kebiasaan itu bisa dilakukan dan tidak perlu dipersoalkan
lebih lanjut. Dalam contoh ini, parameter adat istiadat adalah konsistensi dan
Sunnah otomatis membuat adat tidak bisa dipraktekkan dan tidak bisa dijadikan pedoman
dalam menafsirkan hukum. Penetapan adat menjadi hukum yang hidup dalam masyarakat
menekankan pada dua hal pokok: Pertama, ketaatan pada Alquran dan Sunnah
dan yang kedua, menciptakan manfaat bagi umat manusia. Oleh karena itu, jika suatu perbuatan tidak
dilarang dalam Alquran dan Sunnah, akan tetapi tidak menimbulkan manfaat bagi umat manusia, maka
perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan, karena hanya akan menimbulkan pemborosan dan kesia-siaan
saja. Di sisi lain, hal itu juga dapat mengarah pada perbuatan syubhat, yaitu perilaku ambigu yang tidak
jelas apakah diperbolehkan atau dilarang. Disarankan bahwa dalam acara seseorang menghadapi syubhat,
orang tersebut kemudian harus menghindari perilaku tersebut. Ini seperti yang diucapkan oleh Nabi
SAW, “ siapa yang terjerat kasus syubhat, nyatanya dia terjerat perkara yang haram ".
Penulis meyakini bahwa kelima aturan dasar tersebut sangat dibutuhkan dalam proses
Alquran dan Sunnah. Diperlukan sebagai alat untuk menganalisis dan menemukan
makna sebenarnya dari dua sumber utama hukum Islam. Selain itu, dengan
qowaid fiqhiyyah, Hukum Islam dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan
jaman melalui sebuah instrumen bernama fiqh. Kendati demikian, fleksibilitas hukum Islam hanya
terhadap permasalahan di dunia saja, karena permasalahan yang menjadi perhatian aqidah
dan ibadah tidak bisa diinterpretasikan lebih jauh karena akan menimbulkan bid'ah dan fitnah
Kesimpulan
Pada dasarnya qowaid fiqhiyyah atau aturan fiqh berfungsi sebagai parameter dari fiqh
pembentukan hukum Islam kontemporer, agar memiliki kekuatan hukum dan diselenggarakan sebagaimana
mestinya nash, demikianlah fiqh bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Secara terperinci,
qowaid fiqiyyah merupakan kumpulan pedoman yang memuat nilai-nilai yang harus
menjadi landasan dasar pembentukan hukum Islam. Karena itu, qowaid fiqiyyah
119 Yuridika: Volume 31 No 1, Januari 2016
dapat dikelompokkan menjadi lima aturan pokok hukum Islam atau yang dikenal dengan qowaid
asassiyyah al khams. Kelima aturan dasar ini mengatur hal-hal dasar yang harus dipatuhi dalam upaya
Secara praktis dapat disimpulkan bahwa hukum Islam tidak lain adalah fiqh
itulah upaya dari fuqaha dalam menegakkan Islam syariah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat saat ini. Dalam hal penyesuaian dengan masa hukum
Islam memiliki ciri khas. Ciri khas hukum Islam adalah takamul ( sempurna),
wasathiyah ( harmonis), dan harakah ( dinamis). Karena fanatisme di masa lalu mazhab, Hal
itu sendiri dimaksudkan untuk menyesuaikan hukum Islam agar sesuai dengan situasi
dan kondisi saat ini. Belakangan ini, seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat
dan kesadaran ulama, munculah reformasi hukum Islam dengan berbagai pemikiran.
Untuk pembaruan hukum Islam ini, peran ijtihad dan kesadaran publik sangat
dibutuhkan.
Upaya memahami makna hakiki dan Alquran Sunnah dapat dilakukan melalui qowaid
fiqhiyyah; Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang terdapat dalam aturan fiqh merupakan garis besar
yang harus diikuti saat merumuskan fiqh. Pada catatan itu ushul fiqh adalah metode untuk
merumuskan fiqh, qowaid fiqhiyyah adalah pendekatan yang digunakan dalam metode ini. Dengan
demikian, fiqh yang dihasilkan dapat dipastikan sejalan dengan Alquran dan Sunnah dan dapat
digunakan untuk menjawab semua permasalahan yang muncul di setiap aspek kehidupan
masyarakat.
Qowaid fiqiyyah harus dijadikan pedoman dalam membuat a fiqh dalam hukum Islam. Ini
bukan semata-mata karena qowaid fiqiyyah dimaksudkan untuk memastikan bahwa file
fiqh tidak bertentangan dengan nash dan sejalan dengan Alquran dan Sunnah. Lebih dari itu,
qowaid fiqiyyah juga menetapkan illat di setiap fiqh untuk membedakan satu sama lain fiqh
kepada yang lain. Illat muncul sebagai akibat dari penjatahan hukum yang menghasilkan regulasi
dalam hukum Islam. Hal tersebut sangat penting mengingat kebutuhan setiap undang-undang
untuk memilikinya illat karena, tanpa illat, hukum tidak sempurna. Apalagi dengan adanya illat, itu
memungkinkan hukum di nash fleksibel dan dinamis, sehingga dapat menjawab dan
fiqhiyyah di ushul fiqh. Sebagai aturan standar yang ditetapkan, hal tersebut harus menjadi
perhatian utama ketika membahas masalah hukum Islam kontemporer. Ini juga bertujuan
untuk mematahkan prasangka tentang Alquran dan Sunnah yang dikatakan ketinggalan
zaman. Karena Alquran dan Sunnah disediakan oleh Allah SWT untuk menjawab setiap
masalah setiap saat sebagai wahyu nabi terakhir yaitu Nabi Rasulullah SAW dan tidak akan
pernah ketinggalan zaman. Masalahnya terletak pada pemikiran manusia yang terkadang
tidak mampu memahami makna tersembunyi Alquran dan Sunnah yang menyebabkan stigma
negatif terhadapnya. Karena itu, qowaid fiqhiyyah hadir sebagai hubungan antara
kesempurnaan ketuhanan dan pemikiran moral manusia dalam memahami maksud pencipta
Bibliografi
Buku
Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah DalamHukum Indonesia
(Grup Media Kencana Prenada 2010).
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fath Al Bary Syarh Shahih Al Bukhari ( Dar al Fikr 2010). Ibnu
Nujaim, Al Asyabah Wa Al Nazhaír ( Dar al Fikr 2010). Prawitra Thalib, Syariah: Konsep