Anda di halaman 1dari 9

Memahami Pengertian, Perbedaan dan Kedudukan Qawaid Fiqhiyyah

(Understanding the Definition, Differences and Position of Qawaid Fiqhiyyah)

Dilla Ayu Meilany

Fakultas Syariah dan Hukum

05020220034@student.uinsby.ac.id

Mohammad Thoyyibi Pratama

Fakultas Syariah dan Hukum

05020220056@student.uinsby.ac.id

Zakaria Adjie Pangestu

Fakultas Syariah dan Hukum

05020220081@student.uinsby.ac.id

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abstract
This article tries to explain substantially and essentially about Qawaid
Fiqhiyyah. A scientific discipline which is a form of derivation from the science of
fiqh. As a derivation of the science of fiqh, of course this Qawaid Fiqhiyyah collects
various kinds of probematics-problems that develop in the midst of society. Especially
in contemporary times like this, various problems arise from aspects of worship,
mumalah, and other contemporary Islamic laws. On this occasion, the author tries to
parse and detail the definition of Qawaid Fiqhiyyah, its difference with qawaid
ushuliyyah and its position in Islamic law.
Keyword: Qawaid Fiqhiyyah, worship, position.
Abstrak
Artikel ini mencoba menjelaskan secara substansial dan esensial mengenai
Qawaid Fiqhiyyah. Sebuah disiplin ilmu yang merupakan bentuk derivasi dari ilmu
fiqih. Sebagai derivasi ilmu fiqih, sudah tentu Qawaid Fiqhiyyah ini menghimpun
berbagai macam probematika-problematikyang berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Terlebih di zaman kontemporer seperti ini, muncul berbagai
permasalahan dari aspek ibadah, mumalah, dan hukum-hukum islam kontemporer
lainnya. Pada kesempatan ini, penulis mencoba untuk mengurai dan mememrincikan
dari definisi Qawaid Fiqhiyyah, perbedaannya dengan qawaid ushuliyyah dan
kedudukannya di hukum Islam.
Katakunci: Qawaid Fiqhiyyah, ibadah, kedudukannya.
Pendahuluan
Hadirnya Islam di tengah-tengah masyarakat Jahiliyyah yang tengah terpuruk
akhlak dan peradabannya. Menjadi solusi atas degradasi moral dan kahlak yang
terjadi pada saat itu. Islam yang rahmatan lil ‘Alamin berusaha meluruskan aqidah
para ummat yang telah menyeleweng dari yang seharusnya. Selain itu, tujuan utama
diutusnya Nabi Muhammad ialah sebagai penyempurna akhlak karimah, akhlak yang
mulia.
Segala aspek dalam kehidupan ini bahkan telah diatur secara rinci dalam
agama Islam. Dimulai dari hal-hal sepele hingga hal-hal yang begitu signifikan. Pada
masa itu, Qawaid Fiqhiyyah merupakan produk dari disiplin ilmu yang esensinya
terdiri dari beberapa kajian dan tema di dalammnya. Pada dasarnya, Qaidah fiqhiyyah
terdiri dari kata Qawaid dan fiqhiyyah, berfungsi sebagai penentu hukum-hukum bagi
perbuatan mukallaf.
Qawaid Fiqhiyyah merupakan bentuk derivasi dari ilmu fiqih, dimana disiplin
ilmu ini dapat diimplementasikan kepada sseluruh golongan, baik itu adalah orang
awam, atau bahkan ulama-ulama fiqih dalam menyelesaikan problematika-
problematika yang muncul di masyarakat. Entah itu problematika yang muncul di
bidang ibadah, muamalah, dan sebagian besar adalah hukum islam kontemporer,
mengingat zaman yang sudah berkembang dan maju namun keadaan hukum dituntut
untuk mengikuti perkembangannya.
Disiplin ilmu ini menggeneralisasi dari himpunan hukum fiqih yang sudah
ada. Hal itu berarti menandakan bahwa Qawaid Fiqhiyyah disusun berdasarkan
metode induktif dan oleh karena itu produknya beragam dan bervariasi namun tetap
selaras dengan variasi hukum-hukum fiqih..
Dengan adanya kaidah fiqih ini, maka kaidah-kaidah yang terhimpun di
dalamnya berperan sebagai titik temu dari masalah-masalah fiqih. Mengingat terdapat
diferensiasi antara Qawaid Fiqhiyyah dan qawaid ushuliyyah (ushul fiqih) maka
penulis menegaskan tetang beberapa perbedaan di antara keduanya serta
kedudukannya di hukum islam. dengan demikian, harapan kami ialah dapat
menyajikan suatu kajian ilmiah yang mampu dipahami dengan mudah dan diterpakan
secara fundamental mengenai Qawaid Fiqhiyyah tersebut.
Pembahasan
A. Pengertian Qawaid Fiqhiyyah
Qawaid Fiqhiyyah adalah kata majemuk yang terbentuk dari dua kata, yakni
kata qawaid dan fiqhiyyah, kedua kata itu memiliki pengertian tersendiri. 1
Qawa`id fiqhiyyah berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua suku kata, yaitu
qawa`id dan fiqhiyyah.2 Menurut bahasa arti kaidah sebagaimana yang dijelaskan
oleh al-Zamaksyari dalam Tafsir al-Kasysyaf berarti asas dan asal kepada apa
yang diatasnya. Menurut al-Raghib al-Asfahaniy dalam al-mufradat fi Gharib al-
Qur’an kaidah berarti asas yang merupakan asas sesuatu dan asalnya. 3 Sedangkan
fiqhiyyah berasal dari kata fiqh yang ditambah ya nisbah, gunanya untuk
menunjukkan jenis.4 Menurut istilah (terminologi), fikih pada mulanya berarti
pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa
akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah), yakni sama dengan arti syariah
islamiyyah. Namun, pada perkembangan selanjutnya, fiqh diartikan sebagai
bagian dari syariah islamiyyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syariah
islamiyyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan
berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Dapat disimpulkan bahwa fiqh merupakan seperangkat aturan hukum atau tata
aturan yang menyangkut kegiatan dalam kehidupan manusia dalam berinteraksi,
bertingkah laku dan bersikap yang bersifat lahiriah dan amaliah, yang merupakan
hasil penalaran dan pemahaman yang mendalam terhadap syariah oleh para
mujtahid berdasarkan pada dalildalil yang terperinci. Menurut bahasa kaidah
fiqhiyyah ialah dasar-dasar yang berkaitan dengan masalah hukum. 5 Maka ulama
terbagi dua dalam memaknai qawa`id fiqhiyyah berkenaan dengan perbedaan
mereka dalam memandang keberlakuannya, apakah bersifat kulli
(menyeluruh/universal) atau aghlabi (kebanyakan).6

1
Fathurrahman Azhari, QAWAID FIQHIYYAH MUAMALAH, ed. Abdul Hadi, 01 ed. (Banjarmasin: Lembaga
Pemberdayaan Kualitas, 2015), 01.
2
Toha Andiko, ILMU QAWA’ID FIQHIYYAH, ed. Zubaedi, cet. 1. (bengkulu: STAIN Bengkulu, 2011), 01.
3
Mif Rohim, Buku Ajar Qawa’id Fiqhyyah (Inspirasi Dan Dasar Penetapan Hukum), ed. Ahmad Ali Mashud,
cet. 1. (Jombang: LPPM Unhasy Tebuireng Jombang, 2019), 01.
4
Andiko, ILMU QAWA’ID FIQHIYYAH.
5
Rohim, Buku Ajar Qawa’id Fiqhyyah (Inspirasi Dan Dasar Penetapan Hukum).
6
Andiko, ILMU QAWA’ID FIQHIYYAH.
Perbedaan ini berangkat dari perbedaan persepsi yang berpendapat bahwa
Qawaid Fiqhiyyah bersifat universal berpijak kepada realita bahwa pengecualian
yang terdapat dalam Qawaid Fiqhiyyah relatif sedikit, disamping itu mereka
berpegang kepada qaidah-qaidah bahwa pengecualian tidak mempunyai hukum,
sehingga tidak mengurangi sifat universal Qawaid Fiqhiyyah. Ulama yang
berpendapat bahwa Qawaid Fiqhiyyah bersifat mayoritas karena secara realitas
bahwa seluruh Qawaid Fiqhiyyah mempunyai pengecualian, sehingga penyebutan
universal terhadap Qawaid Fiqhiyyah kurang tepat.7
Begitu pula para ulama menyebutkan istilah yang berbeda terhadap Qawaid
Fiqhiyyah. Ada yang menyebut dengan qadhiyah (proposisi), ada yang menyebut
dengan al-hukmu (Hukum), dan ada yang menyebut dengan alAshl (pokok) Para
ulama yang menyebutkan Qawaid Fiqhiyyah dengan qadhiyyah memandang
bahwa Qawaid Fiqhiyyah adalah aturan-aturan yang mengatur perbuatan-
perbuatan mukallaf. Karena itu Qawaid Fiqhiyyah merupakan aturan-aturan yang
berhubungan dengan perbuatan para mukallaf. Para ulama yang menyebutkan
Qawaid Fiqhiyyah dengan rumusan hukum beralasan bahwa; Qawaid Fiqhiyyah
merupakan aturan yang mengatur tentang hukum-hukum syara’ sehingga tepat
sekali apabila didefinisikan sebagai hukum, karena memang mengandung hukum-
hukum syara’.
Disamping itu, mayoritas hukum adalah qadhiyyah hukum merupakan bagian
penting dari sebuah qadhiyyah, karena menjadi parameter yang sangat penting dan
kebenaran sebuah qadhiyyah. Sedangkan para ulama yang mendefiniskan Qawaid
Fiqhiyyah dengan sebutan al-ashl, termasuk ulama kontemporer, terlebih dahulu
mengkompromikan definisi-definisi yang telah ada, kemudian mereka melihat
bahwa pada dasarnya Qawaid Fiqhiyyah adalah aturan-aturan pokok tentang
perbuatan mukallaf yang dapat menampung hukum-hukum syara’. Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan, bahwa pendapat para ulama yang memandang Qawaid
Fiqhiyyah disebutkan dengan al-hukm atau al-ashl itulah pendapat yang tepat,
karena dua istilah itu yang menjadi ciri utama dari Qawaid Fiqhiyyah.8
B. Perbedaan antara Qawaid Fiqhiyyah dan Ushul Fiqh
Dalam hal pengklasifikasian perbedaan antara ushul fiqih dan Qawaid
Fiqhiyyah, ada seorang ulama yang pertama kali membedakannya secara

7
Azhari, QAWAID FIQHIYYAH MUAMALAH.
8
Ibid.
terperinci. Belaiu adalah Syihab al-Din al-Qarafi, ia menegaskan bahwa syariat
yang begitu mulia merupakan anugerah dari Allah diberikan melalui ushul dan
furu’. Yang dimaksud dengan ushul adalah pokok, ushul dari syariat terdapat dua
macam, yaitu Ushul Fiqh dan Qawaid Fiqhiyyah.
Ushul Fiqh mencakup kaidah-kaidah dalam menetapkan hukum-hukum syara’
yang diambil dari lafazh-lafazh bahasa Arab.dalam lafazh-lafazh tersebut, ada
lafazh amr yang berfungis sebagai perintah kewajiban, dan lafazh nahy sebagai
penunjuk apa-apa yang dilarang dan diharamkan. Sedangkan lafazh shigat yang
berfungsi sebagai maksud umum.
Adapun Qawaid Fiqhiyyah mencakup kaidah-kaidah yang bersifat kully,
artinya Qawaid Fiqhiyyah ini bersifat umum. Kaidah-kaidah yang dimuaat dalam
Qawaid Fiqhiyyah cukup banyak dan cakupannya cukup luas. Bahkan tidak
sedikit mengandung sirr (rahasia) dan hikmah-hikmah. Qaidah-qaidah yang
dicantumkan tersebut didaparkan dari syariat yang tidak terbatas jumlahnya.9
Athiyyah Adlan menegaskan antara perbedaan Qawaid Fiqhiyyah dan qawaid
ushuliyyah. Ia berpendapat bahwa Qawaid Fiqhiyyah itu merupakan himpunan
hukum-hukum umum.di dalamnya berisi tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui
hukum-hukum, memeliharanya dan mengumpulkan hukum-hukum yang serupa
serta menghimpun masalah-masalah yang berserakan dan mengoleksi maknanya.
Dan qawaid ushuliyyah atau yang biasa disebut Ushul Fiqh merupakan
himpunan dalil-dalil umum. Di dalamnya berisi tentang kaidah-kaidah untuk
menetapkan hukum (mengistinbathkan) hukum dari dalil-dalil yang terperinci.10
Pada dasarnya, yang menjadi perbedaan mendasar dalam dua hal ini adalah
Qawaid Fiqhiyyah mencakup kaidah-kaidah fiqih yang pembahasannya tentang
hukum yang bersifat umum. Sedangkan Ushul Fiqh mencakup tentang dalil-dalil
syar’iyyah yang sifatnya umum.
Maka, berdasarkan pemaparan-pemaparan mengenai perbedaan antara Qawaid
Fiqhiyyah dan Ushul Fiqh, dijelaskan sebagai berikut:
1. Ushul Fiqih sifatnya adalah umum dan dapat diterapkan ke dalam semua
bagian-bagian objeknya. Sedangkan pada Qawaid Fiqhiyyah, himpunan
hukum-hukumnya dapat diterapkan di mayoritas bagian-bagiannya. Akan

9
Al-Qarafi, al-Furuq, Beirut, Dar al-Ma’rifah, Jilid 1, hal 2-10
10
Adlan, Athiyyah, Maushu’ah al-Qawaid al-Fiqhiyyah, Al-Iskandariyyaimmah, Dar al-Iman. Hal 20
tetapi biasanya terdapat pengecualian-pengecualian dari kebiasaan yang
berlaku umum tersebut.
2. Ushul Fiqh dapat diartikan sebagai merode untuk menghukumi atau
istilahnya meng-Istinbath-kan hukum dengan tepat dan benar. Jika
diibaratkan ke dalam ilmu bahasa, maka ushul fiqih ini mempunyai fungs
yang sama persis dengan ilmu nahwu, yaitu untuk mengatur dan menata
agar tulisan dan pembicaraan tersebut benar sesuai dengan kaidah. Akan
tetapi, qawaiad fiqhiyyah merupakan ketentuan-ketentuan yang bersifat
umum atau sebagian besar bagian-bagiannya masuk ke dalam
problematikan fiqh. Serta yang menjadi sasaran utamanya adalah
perbuatan-perbuatan mukallaf.
3. Ushul Fiqh merupakan ilmu metode untuk menggali, menemukan dan
merumuskan hukum-hukum syara’ yang sifatnya adalah alamiah. Dan
Qawaid Fiqhiyyah adalah sekumpulan hukum-hukum fiqh yang serupa
denga nada satu ‘illat (sifat) untuk menghimpunnya dalam memahami
fiqih.
4. Jika dilihat dari sisi histori, maka Ushul Fiqh ini sudah lebih ada terlebih
dahulu daripada Qawaid Fiqhiyyah. Karena Ushul Fiqh merupakan suatu
meode yang digunakan untuk menemukan hukum-hukum fiqh. Sedanglan,
Qawaid Fiqhiyyah muncul setelah adanya ilmu fiqh. Qawaid Fiqhiyyah
adalah himupunan problematika fiqih yang mempunyai hubungan dan
sama dalam substansi.
5. Ushul Fiqh atau qawaid ushuliyyah berisi tentang beberapa problematika
yang mencakup tentang dalil-dalil yang dapat dipakai dalam menetapkan
hukum-hukum syara’. Sedang Qawaid Fiqhiyyah berisi beberapa
problematika yang mencakup tentang hukum-hukum fiqh yang berada di
bawah cakupannya semata.11
C. Kedudukan Qawaid Fiqhiyyah (Kaidah fiqh)
Menurut Jiah Mubarok membedakan kedudukan kaidah fiqh menjadi 2
macam, yaitu:

11
Azhari, Fathurrahman. Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, Lembaga Pemberdayaan Kualitas Ummat Banjarmasin,
Banjarmasin 2015. Hal 11-15.
1. Kaidah fiqh sebagai dalil pelengkap adalah bahwa kaidah fiqh digunakan
sebagai dalil setelah menggunakan dua dalil pokok, yaitu: alquran dan as-
sunnah.
2. Kaidah fiqh sebagai dalil mandiri adalah bahwa kaidah fiqh digunakan
sebagai dalil hukum yang berdiri sendiri tanpa menggunakan dua dalil
(alquran dan as-sunnah).12
Kedudukan kaidah fiqh dalam konteks studi fiqh merupakan simpul
penyerderhana dari masalah-masalah fiqih. Meneurut Abd Al-Wahab Khallaf
dalam kitab Usul Fiqhnya menjelaskan bahwa nash-nash tasyri’ telah
mensyariatkan hukum terhadap berbagai macam undang-undang (pidana, perdata,
ekonomi dan undang-undang yang telah sempurna ysng menetapkan prinsip-
prinsip umum dan aturan tasryi’yang kulli). Pripsip tersebut bertujuan untuk
petunjuk bagi mujtahid dalam menetapkan hukum yang adil serta kemaslahatan
umat.13
Oleh karena itu, bahwa fiqh itu sangatlah luas, karena mencangkup berbagai
hukum furu’, sehingga perlu adanya kristalisasi berupa kaidah-kaidah kulli yang
mempunyai fungsi sebagai klasifikasi masalah-masalah furu’ menjadi beberapa
kelompok, dan setiap kelompok itu merupakan kumpulan dari masalah yang
serupa. Dengan adanya kaidah fiqh para ulama mujtahid akan dipermudah dalam
meng-istinbat-kan hukum bagi suatu masalah, yaitu dengan menggolongkan
masalah serupa dibawah lingkup satu kaidah.14
D. Manfaat kaidah fiqh
Kaidah-kaidah fiqh ini sangatlah penting untuk ilmu fiqh. Ada beberapa
manfaat dari kaidah fiqh, yaitu:
1. Jika mengetahui kaidah fiqh maka akan lebih mudah untuk mengetahui hukum
bagi suatu masalah-masalah yang ada.
2. Meskipun kaidah fiqh itu merupakan pendapat dari para ulama dan
mancangkup dari alquran dan as-sunnah, maka secara tidak langsung maka
sebenarnya mengikuti alquran dan as-sunnah.

12
Ahmad Samsul Bachri, “Pengaruh Al-Qawaid Al-Usuliyyah Dan Fiqhiyyah Terhadap Perbedaan Pendapat
Dalam Fikih,” Et-Tijarie Volume 5, (2018): 69–70, file:///C:/Users/User/Downloads/4586-10943-1-SM.pdf.
13
Muhammad Zak, “Kedudukan Fikih, Ushul Fiqh Dan Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah Dalam Sistem Ekonomi
Syari‘Ah,” ISTIKHLAF Vol 1 No 1 (2019): 44, file:///C:/Users/User/Downloads/289-Article Text-500-1-10-
20210822 (1).pdf.
14
Ibid., 44–45.
3. Dengan kaidah fikih dapat mengetahui benang merah yang mewarnai fikih dan
menjadi titik temu dari masalah-masalah fikih, karena kaidah fiqh menjadi
titik temu dari masalah-masalah fiqh.15

Oleh karena itu, kaidah fiqh itu sangat penting untuk dikaji atau dipelajari
karena sangat membantu untuk menentukan hukum pada suatu permasalahan yang
ada. Karena, pada dasarnya kaidah fiqh ini akan mengikuti perubahan waktu,
sehingga kaidah fiqh akan semakin berkembang.16

Penutupan

Pada dasarnya, Qawaid Fiqhiyyah muncul sebagai bentuk perkembangan dari


ilmu fiqih. Kehadirannya menjadi landasan umum dalam berpikir dan berperilaku
sosial memberikan pedoman bagi siapa saja yang membutuhkannya. Pedoman yang
memberikan petunjuk di di berbagai asperk, mulai dari aspek hukum, ekonomi,
muamalah, sosial, politik, budaya, dan sebagainya sampai kepada masalah-masalah
pernikahan.

Sesuai dengan pemaparan sebelumnya apabila seseorang telah memahami dan


mengetahui dari esensi kaidah fiqhiyyah, maka diharapkan dapat mengetahui hukum
lebih mudah tentang problematika-problematika yang sudah ada. Serta mengetahui
benang merah yang mewarnai fikih dan menjadi titik temu dari masalah-masalah
fikih, karena kaidah fiqh menjadi titik temu dari masalah-masalah fiqh.

Daftar Pustaka

Andiko, Toha. ILMU QAWA’ID FIQHIYYAH. Edited by Zubaedi. Cet. 1. bengkulu:


STAIN Bengkulu, 2011.

Azhari, Fathurrahman. QAWAID FIQHIYYAH MUAMALAH. Edited by Abdul Hadi.


01 ed. Banjarmasin: Lembaga Pemberdayaan Kualitas, 2015.

Bachri, Ahmad Samsul. “PENGARUH AL-QAWAID AL-USULIYYAH DAN


FIQHIYYAH TERHADAP PERBEDAAN PENDAPAT DALAM FIKIH.” Et-
Tijarie Volume 5, (2018): 66–89. file:///C:/Users/User/Downloads/4586-10943-

15
Dzazuli, “Pengendalian,Perkembangan, Dan Penerapan Hukum Islam,” in Ilmu Fiqh (KENCANA, 2005).
16
Nur Lailatul Musyafaah, “KEDUDUKAN DAN FUNGSI KAIDAH FIKIH DALAM HUKUM PIDANA
ISLAM,” al-Jinâyah: Jurnal Hukum Pidana Islam Volume 4, (2018): 144,
file:///C:/Users/User/Downloads/inung,+9.+ila-kaidah.pdf.
1-SM.pdf.

Dzazuli. “Pengendalian,Perkembangan, Dan Penerapan Hukum Islam.” In Ilmu Fiqh.


KENCANA, 2005.

Musyafaah, Nur Lailatul. “KEDUDUKAN DAN FUNGSI KAIDAH FIKIH DALAM


HUKUM PIDANA ISLAM.” al-Jinâyah: Jurnal Hukum Pidana Islam Volume
4, (2018): 132–147. file:///C:/Users/User/Downloads/inung,+9.+ila-kaidah.pdf.

Rohim, Mif. Buku Ajar Qawa’id Fiqhyyah (Inspirasi Dan Dasar Penetapan Hukum).
Edited by Ahmad Ali Mashud. Cet. 1. Jombang: LPPM Unhasy Tebuireng
Jombang, 2019.

Zak, Muhammad. “Kedudukan Fikih, Ushul Fiqh Dan Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah


Dalam Sistem Ekonomi Syari‘Ah.” ISTIKHLAF Vol 1 No 1 (2019): 33–47.
file:///C:/Users/User/Downloads/289-Article Text-500-1-10-20210822 (1).pdf.

Anda mungkin juga menyukai