Anda di halaman 1dari 10

MATERI ILMU TAFSIR KELAS 11 BAB 6

Kalimat ‘Am dan Khash dalam Al-Qur’an

KOMPETENSI DASAR
1.6 Menghayati Am dan Khaṣ sebagai bagian dari ilmu tafsir yang digunakan untuk memahami Al-
Qur'an
2.6 Menunjukkan sikap disiplin dalam mempelajari Am dan Khaṣ dalam mempelajari tafsir al-
Qur'an
3.6 Menganalisis Am dan Khaṣ dalam memahami tafsir Al-Qur'an
4.6 Menyajikan hasil analisis tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang berbentuk Am dan Khaṣ ketika
memahami tafsir ayat-ayat Al-Qur'an

PETA KONSEP
Lafadz ‘Am dan Khaṣ
Pengertian ‘Am dan Khaṣ
‘Am dan Khaṣ
  Macam-macam ‘Am dan Khaṣ
Takhsis al-’Am

MARI MERENUNG
Ananda sekalian, renungkan pemaparan berikut ini!
Sebagai sumber hukum agama Islam, al-Qur’an memuat nash-nash yang menjadi dasar
pijakan dirumuskannya sebuah hukum. Sistem tasyri’ (penetapan perundang-undangan) dan hukum
agama mempunyai sasaran tertentu, kepada siapa hukum itu ditujukan. Terkadang suatu hukum
perundang-undangan mengandung sejumlah karakteristik yang menjadikannya bersifat umum dan
meliputi setiap individu serta cocok bagi semua keadaan. Terkadang pula sasaran itu terbatas dan
khusus. Keindahan retorika Bahasa Arab dan kemampuannya dalam memvariasikan seruan serta
menjelaskan sasaran dan tujuan merupakan salah satu manifestasi kekuatan bahasa tersebut dan
kekayaan khazanahnya. Apabila hal demikian dihubungkan dengan kemukjizatan kalam Allah maka
pengaruhnya dalam jiwa merupakan tanda kemukjizatan tersendiri, yakni kemukjizatan tasyri’ di
samping kemukjizatan dari segi bahasa.

MARI MENGAMATI
Perhatikan data berikut berikut dan kaitkan dengan tema kita!
َّ ‫اص ْو ۟ا ب‬
۞‫ٱلص ْب ِر‬ َ ‫ٱلصٰـل َحٰـت َو َت َو‬
َ ‫اص ْو ۟ا ب ْٱل َح ّق َو َت َو‬ ۟ ُ َ َ ۟ ُ َ َّ ‫اَّل‬ ُ َ َ َٰ َّ
ِ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ِإ ن ٱِإْل نسـن ل ِفى خ ْس ٍر۞ِإ ٱل ِذين َء َامنوا وع ِملوا‬
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.” [Surat Al-‘Asr (103) ayat 2-3]
Ayat kedua dan ketiga saling berkaitan. Ayat kedua menunjukkan sebuah pernyataan yang
umum bahwa “semua manusia dalam kerugian”. Ini berarti bahwa semua jenis manusia baik laki-laki
atau perempuan, tampan atau tidak, kaya atau miskin, menurut ayat ini berada dalam kerugian.
Kemudian datang ayat yang ketiga yang mengecualikan golongan manusia yang merugi tersebut
‫اَّل‬
dengan menggunakan lafadz illaa ( ‫“ )ِإ‬Yaitu orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”
‫اَّل‬
Keberadaan lafadz illaa ( ‫)ِإ‬ tentunya sangat penting, karena dapat merubah pemahaman
terhadap ayat tersbut. Dalam ulumul Qur’an ayat yang masih umum sebagaimana ayat yang
pertama di atas disebut ‘am. Adapun ayat yang kedua dinamakan Khaṣ.

MARI MENANYA
Setelah Ananda renungkan dan amati, ada beberapa pertanyaan yang perlu Ananda gali.
Buatlah pertanyaan, sebagaimana berikut!
1. Apa perbedaan ‘am dan Khaṣ?
2. Bagaimana implikasi hukum ‘am dan Khaṣ dalam al-Qur’an?

MARI MEMAHAMI
1. Pengertian ‘Am
Al-‘Am secara etimologi berarti merata, yang umum. Sedangkan secara istilah al-‘Am adalah
lafadz yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan pengertian tiap lafadz itu sendiri
tanpa dibatasi dengan jumlah tertentu.

Sementara itu pengertian al-‘am menurut ulama lainnya adalah sebagai berikut :

1|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6


a. Menurut Al Ghazali (w. 478 H) al-‘Am adalah suatu lafadz yang dari suatu segi menunjukkan dua
makna atau lebih.
b. Menurut Jalaludin As-Suyuthi (w. 911 H) lafadz al-’Am adalah lafadz yang mencakup seluruh
satuan-satuan yang pantas baginya dan tidak terbatas dalam jumlah tertentu.
c. Menurut Dr. Subhi Shalih (w. 1986 M) lafadz al-‘Am adalah suatu lafadz yang di dalamnya
menunjukkan pengertian umum menurut makna yang sebenarnya, tidak dibatasi oleh jumlah dan
tidak pula menunjukkan bilangan tertentu.
ً ْ
‫ض ٍع َو ِاح ٍد َدف َعة‬ ْ ‫ظ ْال ُـم ْس َت ْغر ُق ِل َجم ْيع َما َي‬
ْ ‫ص ُل ْو ُح ب َح ْسب َو‬ ُ ْ َّ
‫اللف‬
d. Menurut istilah ushul fiqih adalah : ِ ِ ِ ِ ِ
“Lafaz yang mencakup akan semua apa saja masuk padanya dengan satu ketetapan dan sekaligus”
Dari beberapa pengertian di atas, secara substansial tidak memiliki perbedaan makna.
Artinya, suatu lafadz bisa dikatakan ‘am apabila kandungan maknanya tidak memberikan batasan
ُ ‫ )ا ّلر ـج‬dalam lafaz tersebut َ َ
pada jumlah yang tertentu. Contoh lafaz al-’Am seperti lafaz “laki-laki” (‫ال‬ ِ
ُ ‫ )الن‬itu mencakaup semua manusia.
mencakup semua laki-laki atau lafaz “manusia” (‫اس‬
َّ

2. Karkteristik Lafadz Al-‘Am


Berdasarkan hasil penelitian para ulama terhadap kata-kata dan susunan kalimat bahasa arab
yang terkandung di dalam Al-Qur’an, lafadz-lafadz yang menunjukkan lafadz umum adalah sebagai
berikut :
ُ ْ َ
a. Lafadz kullu (‫ )ك ُّل‬dan jami’ (‫)ج ِميع‬. Seperti dalam QS. At Thur [52]: 21,
َ ُ َ ٰ َ ‫َأ‬ ُ ْ ‫ٰ َأ‬ ُ ۟ َ ‫َو َّٱلذ‬
‫ين َء َام ُـنـوا َو َّٱت َب َع ْت ُه ْم ذ ّ ِر َّي ُت ُهم بِِإ َيم ـ ٍن ل َح ْق َـنـا ِب ِه ْم ذ ّ ِر َّي َت ُه ْم َو َ ـم ٓا ل ْت َن ـ ُهم ِّم ْن َع َم ِل ِهم ِّمن ش ْى ٍۢء ۚ ـك ُّل ْ ـ‬
‫ٱم ِرٍۭئ ِب َ ـم ا ك َس ـ َب‬ ِ
ٌ
۞‫َر ِه ۭين‬
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” [Surat At-Tur (52) ayat 21]
b. Sighat jama’ yang disertai alif dan lam ( ‫ )ال‬di awalnya, seperti lafadz al-walidat dalam QS. Al
Baqarah [2]: 233.
ُ َ ُ ْ َ ‫َ ْ َٰ َٰ ُ ُ ْ ْ َ َأ ْ َ ٰ َ ُ َّ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َأ َ َ َأ ُ َّ َّ َ َ َ َ َ َ مْل‬
‫ـود ل ُهۥ ِر ْزق ُه َّن َو ِك ْسـ ـ َو ُت ُه َّن‬
ِ ‫ح ولي ِن ـكـ ِاملي ِن ۖ مِل ن راد ن ي ِتم ٱلرضـ ـاعة ۚ وعلى ٱ و ـلـ‬ ‫وٱلو ِـلـ دت ير ِضـ ـعن ول ـ ـدهن ـ ـ‬
ٰ َ ْ ْ َ َ َّ ُ ‫اَل‬ َ ۢ
ٌ ‫ض ـ َّٓار َٰو ـل َد ٌة ب َو ـلـد َها َو َم ْو ـل‬ ‫اَل‬
َ ‫س اَّل ُو ْس ـ َع َها ۚ ُت‬ ٌ ‫ف َن ْف‬ ُ َّ َ ُ ‫اَل‬ ُ ‫ـبـٱمْل َ ْع‬
ۗ ‫ـود ل ُهۥ ِب َو ـل ِـد ِهۦ ۚ َو َعلى ـٱل َـو ِار ِث ِم ـث ُـل ذ ِ ـل َك‬ ۭ ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ۚ ‫وف‬
ِ ‫ر‬ ِ
َ‫ـاح َع َل ْيه َ ـم ا ۗ َو ْن َأ َر ُّدت ْم َأ ن َت ْس َت ْرض ـ ُع ٓو ۟ا َأ ْو َلٰـ ـ َد ُك ْم َفاَل ُج َنــاح‬َ‫اض ّم ْن ُه َ ـم ا َو َت َش ـ ُاو ۢر َفاَل ُج َ ـن ـ‬ ۢ َ َ َ ‫َ ْ َأ َ َ َ اًل‬
ِ ‫ِ َأ ِإ‬ ٍ ِ ٍ ‫ـف ِإ ن رادا ِفص ـا عن ـتـر‬
ٌ ‫ون َب ِص‬
ۭ‫ير‬
َّ َّ ۟ ٓ ُ َ ْ َ َ َّ ۟ ُ َّ َ
َ ‫ٱلل َه ب َما َت ْع َم ُل‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ٱع‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ٱلل‬ ‫وا‬ ‫ق‬ ‫ٱت‬ ‫و‬ ۗ ‫وف‬ ‫ر‬ ُ ‫ع‬ْ َ ‫َع َل ْي ُك ْم َذا َس َّل ْم ُتم َّمٓا َء َات ْي ُتم بٱمْل‬
ِ ِ ِ ‫ِإ‬
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Surat Al-
Baqarah (2) ayat 233]
c. Kata benda tunggal yang di-ma’rifah-kan dengan alif lam ( ‫ )ال‬seperti lafadz al-insan dalam QS.

Al-‘Asr [103]: 2. ‫خس ٍر‬


ْ ُ ‫نسٰـ َن َلفى‬ َ ‫“ َّن ٱ‬Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,”
ِ ‫ِإ ِإْل‬
d. Isim syarat (kata benda untuk mensyaratkan), seperti kata man (‫ )من‬dalam QS. An-Nisa’ [4]: 92
َ
‫ٌ َّ ٌ َ ٓ َأ‬ ۢ ۢ َ َ َ َ َ َ َ ‫اَّل‬ ‫َأ‬ ُ َ َ ََ
ٓ‫ان مِل ـْؤ ِم ٍن ن َي ْق ُـت َـل ُمْؤ ِم ًـنـا ِإ خطًۭٔ ـا ۚ َو َمن ق َـت َـل ُمْؤ ِم ًـنـا خطًۭٔ ـا ف َت ْح ِريـ ُـر َرق َـب ٍـة ُّمْؤ ِم َـن ٍـة َو ِد َـي ۭـة ُّم َسـل َمة ِإ ل ٰى ْه ِل ِهۦ‬ ‫و ـم ا ـك‬
ُْ َ ْ َ ْ َ
‫ان ِمن ـقـ و ٍۭم بينكم‬
َ َ َ ُ َّ
َ ‫ان من ـقـ ْوم َـعـ ُد ّۢو لك ْم َو ُـ ـه َو ُـ ـم ْؤ م ٌن ف َت ْحري ـ ُـر َرق َبـ ۢـة ُّمْؤ م َنـ ۢـة ۖ َو ن ـكـ‬
ٍ ٍ
َ َ َ ۟
َ ‫صـ ـ َّدقوا ۚ ـفـ ن ـكـ‬ُ َّ ‫ٓاَّل َأ ن َي‬
‫ِإ‬ ِ ِ ۭ ِ ٍ ٍ ِ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
َ‫َو َب ْي َن ُهم ّم َيثٰ ـ ٌق َفد َـي ٌـة ُّم َس ـ َّل َم ٌة َل ٰٓى َأ ْهلهۦ َو َت ْحريـ ُـر َر َق َـب ۢـة ُّمْؤ م َـن ۢـة ۖ َف َمن َّل ْم َي ـج ْد َفص ـ َي ُام َش ـ ْه َر ْين ُم َت َـتـاب َع ْين َت ْو َـب ًـة ّمن‬
ِ ۭ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ٍ ِ ِِ ‫ِإ‬ ۭ ِ ۭ ِ
َ َ ُ َّ َ َ َ َّ
‫يما‬ ًۭ ‫ٱلل ِه ۗ وكان ٱلله ع ِل ًيما ح ِك‬
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah
(tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh
itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada
perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang
2|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa
yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [Surat An-
Nisa (4) ayat 92]
e. Isim nakiroh (indefinite noun) yang di-nafi-kan, seperti kata ( ‫جناح‬
َ َ ُ ‫ )اَل‬dalam QS. Al-Mumtahanah

‫َ َٰٓأ ُّ َ َّ َ َ َ ُ ٓ ۟ َ َ َ ُ ُ مْل ُْؤ َ ٰ ُ ُ َ ٰ َٰ ۢ َ ْ َ ُ ُ َّ َّ ُ َأ ْ َ ُ َ ٰ َّ َ ْ َ ْ ُ ُ ُ َّ ُ ْؤ َ ٰ ۢ َ اَل‬


[60]: 10
‫يـ يها ٱل ِذين ءامنوا ِإ ذا جٓاءكم ٱ ِمنـت مه ـ ِجر ٍت ـفٱمت ِحنوهن ۖ ٱلله علم بِِإ يم ـ ِن ِهن ۖ ـفِإ ن ع ِلمت ـم وهن م ِمن ـ ٍت ف‬
‫ٌّ َّ ُ ْ َ اَل ُ ْ َ ُّ َ َ ُ َّ َ َ ُ ُ َّ َأ َ ُ ۟ َ اَل ُ َ َ َ ُ َأ‬ ‫اَل‬ ُْ َ ُ ُ َْ
‫ـاح َعل ْيك ْم ن‬ ‫ـوه َّن ِإ لى ٱلك َّف ِار ۖ ُه َّن ِـ ـح ـ ـ ـ ۭل لهم و هم ي ِحلون لهن ۖ وء ـاتـ ـ ـ ــوهم مٓا نف ـقـ ـ ـ ـ وا ۚ و ج ـنـ ـ ـ ـ ـ‬‫تر ِج ـعـ ـ ـ ـ‬
ُْ َٰ ۟ ُ َ ‫َ ْ َٔ ُ ۟ َ َأ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َٔ ُ ۟ َ َأ‬ ََ ْ َ ۟ ُ ْ ُ ‫َ ُ ُ َّ َ َ َ ْ ُ ُ ُ َّ ُأ ُ َ ُ َّ َ اَل‬
‫نكحوهن ِإ ذٓا ءاتيت ـم وهن ـج ورهن ۚ و تم ِسـكوا ِب ِعصـ ِم ٱل ـك وا ِف ِر وس ـلوا ـمٓا نفقتم وليسـلوا ـمٓا نف ـق وا ۚ ذ ِلكم‬ ِ ‫ت‬
ٌ ‫ٱلل ُه َع ِل‬
ٌ ‫يم َح ِك‬ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َّ ُ ْ ُ
‫يم‬ۭ ‫حكم ٱلل ِه ۖ يحكم بينكم ۚ و‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman,
maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika
kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka
kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-
orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah
mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan
janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah
kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar.
Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” [Surat Al-Mumtahanah (60) ayat 10]
f. Isim maushul (kata ganti penghubung), misalnya kata al-ladzina dalam QS. An-Nisa [4]: 10
َ ْ َ َ َ ً َ ْ ُ ُ َ ُ ُ ‫َّ َّ َ َ ْأ ُ ُ َ َأ ْ َٰ َ ْ َ َ ٰ َ ٰ ُ ْ ً َّ َ َ ْأ‬
‫صل ْو َن َس ِع ً ۭيرا‬ ‫ون ِهم ن ۭارا ۖ وسي‬
ِ ‫ِإ ن ٱل ِذين ي كلون مول ٱليتـمى ظلما ِإ نما ي كلون ِفى بط‬
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan
api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” [Surat An-Nisa
(4) ayat 10]

3. Macam-macam 'Am
Lafadz ‘am apabila dilihat dari segi penggunaanya dapat dikategorikan menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Lafadz ‘am yang tetap pada keumumannya (al-baqiy ‘ala umumihi), yaitu ‘am yang disertai qarinah
yang tidak memungkinkan untuk ditakhshis. Contoh lafadz untuk kategori pertama ini biasanya
berkaitan dengan kalimat-kalimat yang menerangkan sunnatullah (hukum ilahi), seperti dalam QS.
Hud [11]: 6 berikut ini :
ٰ ُ َ َ ُ َّ َ ‫اَّل‬
‫ض ِإ َعلى ٱلل ِه ِر ْزق َهاـ َو َي ْعل ُم ُم ْس َتق َّر َها َو ُم ْس َت ْو َد َع َها ۚ ك ۭ ٌّل ِفى ِك َتـ ٍ ۢب ُّم ِب ٍ ۢين‬ ‫ر‬ْ ‫َو َما ِمن َد َّٓاب ٍ ۢة فى ٱَأْل‬
ِ ِ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab
yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [Surat Hud (11) ayat 6]
b. Lafadz ‘am tetapi maksudnya khusus (al-‘am al-muradu bihi al-khushush), yaitu ‘am yang disertai
qarinah yang menghilangkan arti umumnya dan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ‘am
itu adalah sebagian dari satuannya, seperti dalam QS. At-Taubah [9]: 120 :
‫َ ۟ َأ‬ ‫َّ اَل‬ ُ َّ َ ۟ ُ َّ َ َ َ ‫ان َأِل ْهل ٱمْل َد َينة َو َم ْن َح ْو َل ُهم ّم َن ٱَأْل ْـع َر َأ‬ َ ‫َما َك‬
ۚ ‫ول ٱلل ِه َو َي ْرغ ُبـوا ِب ُنف ِسـ ِه ْم َعن َّن ْف ِسـ ِهۦ‬ ِ ‫اب ن يتخل ـف وا عن رسـ‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ـظ ْٱل ُك َّف َار َواَل َي َـن ُـال‬
‫ون‬
ُ َ
‫ون َم ْو ِطًۭئ ا ي ِغيـ‬َ ‫ٱلله َواَل َي َطُٔ ـ‬
َّ
‫يل‬ ‫ب‬‫ـ‬ ‫س‬ َ ‫ص ـ ٌب َواَل َم ْخ َم‬
َ ‫ص ـ ٌة فى‬ َ ‫َٰذ ـل َك ـب َأ َّن ُه ْم اَل ُيص ـ ُيب ُه ْم َظ َ ـم ٌۭأ َواَل َن‬
ِ ِ ِ ِ ۭ ۭ ِ ِ ِ
َ‫ٱلل َه اَل ُيض ُيع َأ ْج َر ٱمْل ُ ْحسنين‬ َّ َّ ٌ ٰ َ ٌ َ َ ُ َ َ ُ ‫ْ َ ُ ّۢ َّ ْ اًل اَّل‬
‫ِمن عد ٍو ني ِإ ك ِتب لهم ِب ِهۦ عم ۭل صـ ِلح ۚ ِإ ن‬
ِ ِ ِ
“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar
mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai
diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan,
kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan
amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah
bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat baik,” [Surat At-Taubah (9) ayat 120]
Sepintas dipahami bahwa ayat tersebut menunjukkan ayat umum, yaitu penduduk Madinah
dan orang-orang arab disekitarnya, termasuk orang-orang sakit dan lemah. Namun yang
dikehendaki dari ayat tersebut bukanlah masyarakat pada umumnya, tetapi hanya masyarakat
yang mampu saja yang diwajibkan.
c. Lafadz ‘am yang dikhusushkan (al-‘am al-makhshush), yaitu ‘am yang tidak disertai qarinah, baik
itu qarinah yang tidak memungkinkan untuk ditakhshish, maupun qarinah yang menghilangkan

3|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6


keumumannya. Lafadz ‘am ini menunjukkan keumumannya selama tidak ada dalil yang
mengkhususkan, seperti dalam QS. Al-Baqarah [2]: 228 berikut ini :
َّ ُ ‫َ َ َّ َأ‬ ْ ‫َ َأ‬ ‫اَل‬ ُ َ َ َٰ َ ‫َ مْل ُ َ َّ َ ٰ ُ َ َ َ َّ ْ َأ‬
‫ص َن ِب ُنف ِس ِه َّن ثلـثة ـق ُر ٓو ٍۢء ۚ َو َي ِـح ُّل ل ُه َّن ن َيك ُت ْم َن َـم ا خل َـق ٱلل ُه ِف ٓى ْر َـح ِام ِه َّن ِإ ن ك َّن ُـيْؤ ِم َّن ِبٱلل ِه‬ ‫وٱ طلقـت يترب‬
َ ‫مْل‬ َّ َ َ َّ ْ َ
َّ َ ً ْ ٓ ُ ٰ َ ۟ ‫َأ‬ ْ َ ٰ َ ‫َأ‬
َّ ّ ُّ َ َّ ُ ُ ُ َ َ َٔ ْ ْ َ ْ َ
‫وف ۚ َو ِل ّ ِلر َـج ِال‬ ْ
ِ ‫وٱل ـيـو ِم ٱل ـ ِاخ ِر ۚ وب ـعـولت ُهن ـح ق ِـب َـر ِد ِهن ِفى ذ ِـل ك ِإ ن َرادوا ِإ صل ـ ۭحا ۚ ول ُهن ِم ـث ُـل ٱل ِذى عل ْي ِهن ِـبـٱ ع ُر‬
ٌ ‫ٱلل ُه َعز ٌيز َح ِك‬َّ َ ٌ َ َ َ َّ ْ َ َ
‫يم‬ ِ ‫علي ِهن درج ۭة ۗ و‬
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka
menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Surat Al-Baqarah (2) ayat 228]

4. Men-takhsis yang Umum (‫ام‬


َ ْ ‫ص‬
ُ ‫) َت ْخص ْي‬
ِ ‫الع‬ ِ
Lafazh 'Am itu terbagi atas dua macam, yaitu 'Am yang dapat dimasuki takhshiyah dan 'Am
yang tidak dimasuki takhshyiah. Karena itu harus ada dalil yang menunjukkan bahwa ia benar-benar
di-takhsis. Golongan Hanafi berpendapat bahwa yang bisa mentakhsis ‘am adalah lafazh yang
berdiri sendiri bersama dalam suatu zaman serta mempunyai kekuatan yang sama dilihat dari segi
qath'i/zhanni-nya. Sebagaimana contoh adalah firman Allah:
ُ ‫َٰ ُ َأ َ ُ ۟ َأ‬ َُ ‫َّ َ ُ ُأ‬ ٰ ُ ٰ ‫َ َ َأ‬ ‫اَّل‬ ّ َ ُ ٰ َ َ ْ ُ ‫َ مْل‬
‫ٱلن َسـ ـ ِٓاء ِإ َـمـ ا َملك ْت ْي َم ـ ـ ُنك ْم ۖ ِك َت ـ ـ َب ٱلل ِه َعل ْيك ْم ۚ َو ِـ ـح َّل لكم َّما َو َر َٓاء ذ ِلك ْم ن ت ْب َت ـغــوا ِـب ـ ْم َٰو ِلكم‬
ِ ‫وٱ حصن ـ ـت ِمن‬
َ ُ َ َ ‫اَل‬ ً َ ‫ُأ‬ ُ ‫ُّم ْحص ـن َين َغ ْيـ َـر ُم َسٰـ ـفحين ۚ ف َ ـم ا ٱ ْس ـت ْمت ْع ُتم بهۦ م ْن ُه َّن فـ ـات‬
ُ َٔ َ َ َ َ َ
‫ض ـ ْي ُتم‬
َ ‫يم ا ت َٰر‬
‫ـاح َعل ْيك ْم ِف َ ـ‬
َ ‫ض ـة ۚ َو ُج ـن‬ َ
ۭ ‫ورهن ف ِري‬
َّ ُ َ ‫وه َّن ُ ـج‬
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ َ َّ َّ َ َ ْ َ
ْ ۢ
ًۭ ‫ِب ِهۦ ِمن بع ِد ٱلف ِريض ِة ۚ ِإ ن ٱلله كان ع ِل ًيما ح ِك‬
‫يما‬
“dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah
telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang
demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri
yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna),
sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling
merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
[Surat An-Nisa (4) ayat 24]
Lafadz 'Am ini telah ditakhsis dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
َ َ َ ْ َ ُ ْ ‫ُأ‬ ‫اَل‬ ‫َأ‬ َ ‫اَل‬ َ َ َ ‫اَل‬ َ ُ ‫ْ َأ‬ َ ‫اَل‬
‫ت ْن ِك ُح ال ـ ـ ـ َـم ْر ة َعلى َع َّم ِت َ ـه ـ ـ ا َو َعلى خال ِت َ ـه ـ ـ ا َو َعلى ِإ ْب َـن ـ ـ ِـة ِخ ْي َ ـه ـ ـ ا َو ِإ ْب َـن ـ ـ ِـة خ ِت َ ـه ـ ـ ا ِإ َّنك ْم ِإ ْن ف َعل ُت ْم ذ ِ ـال ـ ـ َك قط ْع ُت ْم‬
ُ ‫َأ‬
‫ْر َح َامك ْم‬
“Seorang wanita tidak bisa dikawini bibi dari Ayahnya/bibi dari lbunya. Dan tidak pula dengan keponakan dari
saudaranya/keponakan dari saudaranya. Sebab jika kamu berbuat itu berarti kamu telah memutuskan
keluargamu”.
Hadits ini tergolong hadis masyhur, yang dalam konteks ini ia sebagai contoh yang mentakhsis
keumuman lafadz Al-Quran yang qath'i.
Syarat-Syarat yang mentakhsis yang 'Am ada 3 yaitu :
a) harus berdiri sendiri
b) harus bersamaan dalam satu masa
c) harus sama derajatnya dengan ‘am, apakah zhanni atau qath’i.
Adapun contoh ‘am yang ditakhsis dalam firman Allah tentang waris :
َ َ َ َُُ ََ َْ َ ُ َ َ ‫ّ ُأْل‬ ْ َ َّ ُ ٰ َ ‫ُ َّ َأ‬
‫ُيو ِص ـيك ُم ٱلل ُه ِف ٓى ْولـ ـ ِدك ْم ۖ ِلل ــذك ِر ِم ـث ُـل َ ـح ِظ ٱ نث َي ْي ِن ۚ ـف ِإ ن ك َّن ِن َس ـ ًۭٓاء ـف ْو َق ٱثن َت ْي ِن فل ُه َّن ثل ـثـا َ ـم ا ـت َـر َك ۖ َوِإ ن ـك ان ْت‬
‫َ َأ‬ َ َّ ُ َّ َ َ َ َ َ َ ُّ ‫ف ۚ َوَأِل َب َو ْي ِه ِل ُك ّل َٰو ِح ٍۢد ّم ْن ُه َما‬ ُ ْ ّ َ َ َ ً َ َٰ
‫ان ل ُهۥ َو ـل ٌۭـد ۚ ـف ِإ ن ل ْم َيكن ل ُهۥ َول ٌۭـد َو َو ِرث ُ ۥٓه َب َـو ُاه‬ ‫س ِم َّما ت َر َك ِإ ن ك‬ ُ ‫ٱلس ُد‬ ِ ِ ‫ٱلنص‬ ِ ‫و ِحد ۭة فلها‬
‫اَل‬ ُ ‫َأ‬ ُ ‫َأ‬ ۢ
َ ‫س ۚ م ۢن َب ْـعـد َوصـ َّية ُيوص ى ب َـه ٓا ْو َد ْين ۗ َء َـابـٓاُؤ ك ْم َو ْب َـنـٓاُؤ ك ْم َـت ْـد ُر‬ ‫ُأِل‬ َ
ُ ‫ان ل ُ ۥٓه ْـخ َو ٌۭة ف ِّـم ِه ٱل ُّسـ ُد‬ َ َ ‫ٱلث ُل ُث ۚ ـف ن ـك‬
َ َ ُّ ّ ‫َ ُأِل‬
‫ون‬ ٍ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ف ِـم ِه‬
‫يما‬ ًۭ ‫َأ ُّي ُه ْم َأ ق َر ُب لك ْم نف ًۭعا ۚ فريض ۭة ِّمن ٱلل ِه ۗ ن ٱلله كان َع ِل ًيما َح ِك‬
َ َ َ َّ َّ َّ َ ً َ َ ْ َ ُ َ ْ
‫ِإ‬ ِ
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak
lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia
memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan
ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini

4|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6


adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Surat An-Nisa (4)
ayat 11]
Ayat ini memakai lafaz ‘am, di-takhsis dengan dalil lafazh yang berdiri sendiri dan bersamaan dalam
َ َ ‫اَل‬
masa yaitu sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: ‫“ ِم ْـي ـ َـراث ِلقا ِـت ـ ٍـل‬si pembunuh itu tidak berhak
mendapatkan harta warisan”. Kemudian ditakhsis lagi dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :
َ ‫اَل ُ َأ‬
‫“ ُي ِرث ْه ُل ِمل َت ْي ِن‬orang yang berlainan agama tidak berhak sedikitpun memperoleh harta warisan.”
Meskipun para ulama fiqih berbeda pendapat tentang banyaknya takhsis serta kekuatannya,
namun mereka sepakat dalam menetapkan bahwa takhsis bukan berarti mengeluarkan sebagian
satuan yang ‘am (umum) setelah berada di dalamnya dari segi hukum.

5. Pengertian Khaṣ
Khaṣ adalah “Isim Fail” yang berasal dari kata kerja khashshasha-yukhashshishu-takhsishan-
ّ َ ً ْ ْ َ ُ ّ َ ُ َ َّ َ
khassin ( ‫اص‬
‫خ ـ ٍـ‬-‫ا‬
‫تخ ِصيص ـ ـ ـ‬-‫يخ ِص ـ ـص‬-‫“ )خص ـ ـص‬yang mengkhususkan atau menentukan”. Lafadz Khaṣ
merupakan lawan dari lafadz ‘am. Jika lafadz ‘am memberikan arti umum, yaitu suatu lafadz yang
mencakup berbagai satuan-satuan yang banyak, maka lafadz khaṣ adalah suatau lafadz yang
menunjukan makna khusus.
Ulama berbeda pendapat mengenai pengertian khas. Menurut Mannā’ al-Qaṭṭān (w. 1999 M)
lafadz khaṣ adalah lafadz yang merupakan kebalikan dari lafadz ‘am, yaitu yang tidak menghabiskan
semua apa yang pantas baginya tanpa ada pembatasan. Sedangkan menurut Abdul Wahhab Khallaf
(w. 1956 M), lafadz khaṣ adalah lafadz yang digunakan untuk menunjukkan satu orang tertentu.
Adapun dalam istilah ushul fiqh, yang dimaksud dengan khaṣ adalah :
‫ص‬ّ ‫اع ًدا ِم ْن َغ ْيــر َخ‬ َ ‫ـاو ُل َد ْف َعـ ًـة َسـ ـ ْيَئ ْين َف‬
َ ‫صـ ـ‬ َ ‫“ َـ ـم ا اَل َي َت َنـ‬sesuatu yang tidak mencapai sekaligus dua/lebih tanpa
ٍ ِ ِ
batas.” Seperti contoh “rajulun” (‫ج ٌل‬ ‫ ) َر ُـ‬artinya seorang laki- laki, dalam hal ini terbatas pada seorang
‫َ ُ اَل‬
saja. “rajulani” (‫ )رج ِن‬artinya dua orang laki- laki dalam hal ini terbatas pada dua orang saja.
Adapun yang dimaksudkan dengan Takhsis dalam istilah ushul fiqh adalah :
‫ص‬ ّ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ‫اج َب ْع َ َ َ اًل‬ُ ‫ْخ َر‬
ِ ‫ض كان د ِاخ تحت العمو ِم على تق ِدي ِر عد ِم الـمخ ِص‬
ٍ ‫ِإ‬
“mengeluarkan sebagian apa-apa yang termasuk dalam yang umum itu menurut ukuran ketika tidak terdapat
Mukhaṣṣiṣ”

6. Karakteristik Lafadz Khaṣ


Berdasarkan definisi lafadz Khaṣ sebagaimana yang telah diebutkan sebelumnya, maka lafadz
khaṣ dapat diketahui dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Lafadz tersebut menyebutkan tentang nama seseorang, jenis, golongan, atau nama sesuatu, seperti
dalam QS. Al-Fath [48]: 29.
َّ
‫ض ـاًۭل ِّم َن ٱلل ِه‬ َ ‫ين َم َع ُهۥٓ َأ ش ـ َّد ُٓاء َع َلى ْٱل ُك َّفار ُر َح َ ـم ُٓاء َب ْي َن ُه ْم ۖ َـت َـر ٰى ُه ْم ُر َّك ًعۭا ُس ـ َّج ًدا َي ْب َت ُـغ‬
ْ ‫ـون َف‬ َ ‫ٱلله ۚ َو َّٱلذ‬
َّ ُ ُ َّ ٌ َّ َ ُّ
ۭ ِ ِ ِ ِ ‫ول‬ ‫محم ۭد رس ـ‬
ْ ‫َأ‬ َ َُ ٰ ‫َأ‬
َّ ‫ض ـ َٰو ًنا ۖ س ـ َيم ُاه ْم فى ُو ُ ـج وههم ّم ْن َثــر ٱل ُّسـ ـ ُجود ۚ َذ ـلـ َك َم َث ُل ُه ْم فى‬ ْ َ
‫ٱلت ْو َر ٰىـ ِـة ۚ َو َمثل ُه ْم ِفى ٱِإْل ِنجي ـ ِـل ـ ـك َز ْر ٍع ـخ َر َج‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ۭ ‫و ِر‬
۟ َ ‫ٱلل ُه َّٱلذ‬َّ َ َ َ َ َّ ُ ْ ُ َ َ َ َّ ُّ ُ ْ ُ َ َ َ َْ َ َٔ َ َٔ ْ َ
‫ين َء َام ُـنــوا‬ ِ ‫شط ـ ـ ُهۥ ف ـ ـ َاز َر ُهۥ فٱ ْسـ ـ َتغلظ فٱ ْسـ ـ َت َو ٰى َعل ٰى ُسـ ـو ِق ِهۦ يع ِجب ٱلـ ــزراع ِلي ِغيـ ــظ ِب ِهم ٱلكفار ۗ و ـعـ د‬
ۢ ‫ْ ً َأ‬ ٰ ٰ َّ ۟ ُ َ َ
‫ٱلصـ ِل َحـ ِت ِم ْن ُهم َّمغ ِف َر ۭة َو ْج ًرا َع ِظ ًيما‬ ‫وع ِملوا‬
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak
lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.” [Surat Al-Fath (48) ayat 29]
Lafadz Muhammad pada ayat tersebut adalah lafadz Khaṣ, karena hanya menunjukkan satu
pengertian, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa Sallam.
b. Lafadz tersebut menyebutkan jumlah atau bilangan tertentu dalam satu kalimat. Seperti dalam
ُ َ َ َٰ َ ‫َ مْل ُ َ َّ َ ٰ ُ َ َ َ َّ ْ َأ‬
firman Allah : ‫ص ـ ـ َن ِب ُنف ِس ـ ـ ِه َّن ثل ـ ـثة ـق ـ ُر ٓو ٍۢء‬‫ وٱ طلق ـ ـت يترب‬..... “Wanita-wanita yang ditalak handaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru' .....” [Surat Al-Baqarah (2) ayat 228]
Ayat di atas menjelaskan bahwa iddah seorang wanita yang ditalak suaminya adalah tiga kali
quru’. Lafadz tsalatsah pada ayat tersebut merupakan lafadz khaṣ, karena secara eksplisit
menyebutkan tentang jumlah atau bilangan tertentu.
5|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6
c. Lafadz tersebut dibatasi dengan suatu sifat tertentu atau diidhafahkan.
ۢ ۢ َ َ َ َ َ َ َ ‫اَّل‬ ‫َأ‬ ُ َ َ ََ
‫ان مِل ْؤ ِم ٍن ن َي ْق ُت َل ُمْؤ ِم ًنا ِإ خطًۭٔـا ۚ َو َمن ق َت َل ُمْؤ ِم ًنا خطًۭٔـا ف َت ْح ِر ُير َرق َب ٍة ُّمْؤ ِم َن ٍة‬‫وما ك‬
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah
(tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman .....” [Surat An-Nisa (4) ayat 92]
Lafadz raqabah mu’minah (hamba sahaya yang beriman) dalam ayat tersebut merupakan lafadz
khaṣ, karena menunjukkan pada satu jenis tertentu, yaitu hamba sahaya yang beriman.

7. Macam-Macam Mukhaṣṣiṣ
Takhshish adalah memalingkan lafadz ‘am dari makna umumnya dan membatasinya dengan
sebagian satuan-satuan yang tercakup di dalamnya, karena ada dalil yang menunjukkan mengenai
hal itu. Takhshish al-‘am biasa disebut juga dengan qashar al-‘am, yaitu mempersempit makna yang
masih umum. Alat atau sarana yang digunakan untuk melakukan takhshish al-‘am biasa disebut
dengan mukhaṣṣiṣ. Mukhaṣṣiṣ dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu mukhaṣṣiṣ muttashil dan
mukhaṣṣiṣ munfashil .
a. Mukhaṣṣiṣ Muttaṣil
(Mukhaṣṣiṣ yang bersambung) adalah apabila makna satu dalil yang mengkhususkan
berhubungan erat/bergantung pada kalimat umum sebelumnya. Adapun beberapa macam
mukhaṣṣiṣ muttasil antara lain :
1. Pengecualian (al-istisna) contoh firman Allah QS. Al-‘Ashr ayat 2-3 :
َّ ‫اص ْو ۟ا ب‬
۞‫ٱلص ْب ِر‬ َ ‫ٱلصٰـل َحٰـت َو َت َو‬
َ ‫اص ْو ۟ا ب ْٱل َح ّق َو َت َو‬ ۟ ُ َ َ ۟ ُ َ َّ ‫اَّل‬ ُ َ َ َٰ َّ
ِ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ِإ ن ٱِإْل نسـن ل ِفى خ ْس ٍر۞ِإ ٱل ِذين َء َامنوا وع ِملوا‬
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.” [Surat Al-‘Asr (103) ayat 2-3]
Jadi, yang dikhususkan pada ayat tersebut adalah orang-orang yang beriman dan yang
beramal Soleh. Pengkususan pada ayat tersebut adalah dengan jalan mengecualian, yakni dengan
memakai huruf istisna.
ُ ُّ ٰ َ ْ ۟ ٓ ُ َ ‫َ ُ ُ َ ُ ُ َّ َأ َ ُّ َ ّ َّ َٰ َ ْ َأ‬
2. Syarat (‫ )الش ـ ْرط‬contohnya: ..... ‫صل ـ ۭ ًحا‬ ‫ وب ـعـولتهن ـح ق ِـبـر ِد ِهن ِفى ذ ِ ـل ك ِإ ن رادوا ِإ‬..... Artinya: “..... Dan
suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki
ishlah .....” [Surat Al-Baqarah (2) ayat 228]
Dalam ayat tersebut dikatakan, lebih berhak kembali pada istrinya. Maksudnya adalah dalam
masa iddah, tetapi dengan syarat bila kembalinya itu dengan maksud ialah lafaz yang menujukakan
pada ayat tersebut adalah “jika” (‫)ِإ ن‬
ْ
ُ َ ّ ۢ ۢ َ َ َ َ َ
3. Sifat (‫ص ـ ـفة‬
ِ ‫ )ال‬contohnya: ..... ‫ َو َمن ق َـت ـ َـل ُمْؤ ِم ًـن ــا خطًۭٔ ـ ـا ف َت ْح ِريـ ـ ُـر َرق َـب ـ ٍـة ُّمْؤ ِم َـن ـ ٍـة‬..... Artinya: “..... dan
barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman .....” [Surat An-Nisa (4) ayat 92]
Sifat yang mengkhususkan dalam ayat tersebut adalah sifat mukmin yakni yang diremehkan
itu harus/dikhususkan pada hamba yang muknim.
َُ َ
4. Kesudahan (‫ )الغاية‬contohnya:
ّ ُ ْ ‫ُأ‬ ٌ َ ‫اَل‬ َ َ َ ََ َ
‫ض ـ َّل فِإ َّن َ ـم ا َي ِض ـ ُّل َعل ْي َ ـه ا ۚ َو ـت ِـز ُر َو ِاز َر ۭة ِو ْز َر ـخ َر ٰى ۗ َو َ ـم ا ك َّنا ُم َـع ِـذ ِب َين َح َّت ٰى‬ ‫ٱه َـت َـد ٰى فِإ َّن َ ـم ا َي ْه َـت ِـدى ِل َن ْف ِس ـ ِهۦ ۖ ومن‬
ْ ‫َّمن‬
ِ
ُ َ َ َ َْ
‫نبعث رسواًۭل‬
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab
sebelum Kami mengutus seorang rasul.” [Surat Al-Isra (17) ayat 15]
Lafadz wa ma kunna mu’adzibiina (Kami tidak akan mengazab) pada ayat di atas bersifat
umum. Akan tetapi keumumannya dipersempit pengertiannya dengan adanya ghayah (pembatasan),
yaitu lafadz hatta nab’atsa rasuulan (sampai Kami mengutus seorang rasul).
ُْ َ ْ َْ ُ ََ
5. Sebagai ganti keseluruhan (‫الك ِ ّل‬ ‫ )بدل البع ِد ِمن‬contohnya:
َ َ َ ْ
َ ‫ٱلناس ح ُّج ٱل َب ْيت َمن ٱ ْسـتط‬
‫اع ِإ ل ْـي ِـه َسـ ِبياًۭل ۚ َو َمن‬ ِ
َّ ‫ان َءام ًنۭا ۗ َول َّله َع َلى‬ َ ‫فيــه َء َايٰ ـ ٌۢت َب ّي َنٰ ـ ۭ ٌت َّم َـق ُام ْـب َٰـره‬
َ ‫يم ۖ َو َمن َد َخ َل ُهۥ َـك‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ
َ‫ٱلل َه َغن ٌّى َعن ْٱل َعٰـ َلمين‬ َّ َّ َ َ َ َ
‫كفر فِإ ن‬
ِ ِ ِ
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Surat Ali-Imran (3) ayat
97]
6|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6
َ
Lafazh man (‫ )من‬dan sesudahnya pada ayat tersebut, mengkhususkan keumuman
sebelumnya, arti sebagian orang yang “mampu” mengganti keumuman wajibnya manusia untuk
haji.
b. Mukhaṣṣiṣ Munfasil
Mukhaṣṣiṣ munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama dengan dalil atau makna
dalil yang mengkhususkannya, masing-masing berdiri sendiri. Yakni tidak berkumpul tetapi terisah.
Mukhaṣṣiṣ munfaṣil ada beberapa macam :
1. Al-Qur’an di-takhsis dengan Al-Qur’an contohnya firman Allah :
ُ َ َ َٰ َ ‫َ مْل ُ َ َّ َ ٰ ُ َ َ َ َّ ْ َأ‬
..... ‫ص َن ِب ُنف ِس ِه َّن ثلـثة ق ُر ٓو ٍۢء‬‫وٱ طلقـت يترب‬
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' .....” [Surat Al-Baqarah (2)
ayat 228]
Ayat tersebut, umum : tercakup juga orang hamil maka datang ayat lain yang
mengkhususkan bagi wanita hamil yang
‫َأ ُ َأ‬ ٓ berbunyi:
‫ْ َ ْ ُ ْ َ َّ ُ ُ َّ َ َ ٰ َ ُ َأ ْ ُ َ َّ ٰ َ ْ َ ْ ُأ َ ٰ َأْل‬ ٓ ُ ّ َ ‫َ َّ ٰ َ ْ َ َ مْل‬
‫ضـ َن ۚ َو ۟ول ـ ُت ٱ ْح َـم ِال َجل ُه َّن ن‬‫يض ِمن ِن َسٓاِئ ك ْم ِإ ِن ٱرتبتم ف ِعـدتهن ثل ـثة شـه ٍرۢ وٱل ِٔـى لم ي ِح‬ ِ ِ ‫وٱل ِٔـى يِئ سن ِمن ٱ‬
‫ح‬
‫َأ‬ َّ َّ َ
‫ض ْع َن َح ْمل ُه َّن ۚ َو َمن َي َّت ِق ٱلل َه َي ْج َعل ل ُهۥ ِم ْن ْم ِر ِهۦ ُي ْس ً ۭرا‬
َ ‫َي‬
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu
ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-
perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai
mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.” [Surat At-Talaq (65) ayat 4]
2. Al-Qur’an di-takhsis dengan sunnah, contohnya firman Allah :
َ ‫ّ ُأْل‬ ْ َ َّ ُ ٰ َ ‫ُ َّ َأ‬
..... ‫وصيك ُم ٱلل ُه ِف ٓى ْولـ ِدك ْم ۖ ِللذك ِر ِمث ُل َح ِظ ٱ نث َي ْي ِن‬ ُ
ِ ‫ي‬
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak
lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan .....” [Surat An-Nisa (4) ayat 11]
Ayat tersebut bersifat umum, yakni mencakup anak yang kafir, kemudian datang hadis yang
ْ َْ َْ ْ ُ ‫اَل‬
mengkhususkannya berbunyi: ‫“ ُـي ِـرث ال ـ ُـم ْس ِل ُم ال ـك ا ِف ِر َوال ال ـك ا ِف ُر ال ـ ُـم ْس ِل ِم‬Tidak boleh mewarisi seseorang
musulim pada seorang kafir, dan tidak boleh (juga) kafir pada muslim.” (HR. Bukhari)
3. Sunnah di-takhsis dengan Al-Qur’an, sebagai contoh adalah hadits Nabi yang berbunyi :
‫اَل َ َ َّ َ ُ َ اَل َ َأ َ ُ ْ َ َأ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ ُأ‬
‫تقبل هللا ص ة ح ِدكم ِإ ذا حدث حتى يتوض‬
“Allah tidak menerima shalat seorang diantara kamu bila masih berhadas hingga berwudhu.” (HR. Bukhari-
Muslim). Hadits tersebut adalah umum, yakni termasuk dalam keadaan tidak dapat memperoleh air,
kemudian dikhususkan oleh ayat yang berbunyi :
ُ َ ‫ُ َأ‬ ۟ ٓ
َ ‫َّ َ ٰ َ ْ ُ ۟ ُ ُ َ ُ َأ ُ َ مْل‬ َ ُ َ ۟ َ ‫َيٰـَأ ُّي َها َّٱلذ‬
‫وهك ْم َو ْـي ِـد َيك ْم ِإ لى ٱ َرا ِف ِـق َو ْٱم َسـ ُحوا ِب ُر ُءو ِسـك ْم َو ْر ُجلك ْم‬ ‫ين َء َام ُـن ٓـوا ِإ ذا ق ْم ُت ْم ِإ لى ٱلصـلو ِة فٱغ ِسـلوا و ـج‬ ِ
ُ‫نكم ّم َن ْٱل َغٓاِئ ِط َأ ْو َلٰ ـ َم ْس ُتم‬ ُ ّ ٌ َ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ ُ ُ ً َ َّ َّ ُ ۟ َ ُ ُ َّ ْ َ ٰٓ َأ ْ َ َ ٰ َ َ َأ ْ َ َ َأ‬
‫ِإ لى ٱلكعبي ِن ۚ وِإ ن كنتم جنبۭا ـف ٱطهروا ۚ وِإ ن كنتم مرض ى و على س ـف ٍر و ـج ٓاء ـح ۭد ِم‬
ِ
ُ َ َّ ُ ‫ّ َ َ َ َ ْ َ ُ ۟ َ ً َ َ َ َّ ُ ۟ َ ً َ ّ ً َ ْ َ ُ ۟ ُ ُ ُ َأ‬
‫وهك ْم َو ْي ِديكم ِّم ْن ُه ۚ َـم ا ُي ِري ُـد ٱلل ُه ِل َي ْج َـع َـل َعل ْيكم ِّم ْن‬
ِ ‫يدا ط ِي ۭبا فٱمسحوا ِبوج‬ ۭ ‫ٱلنسٓاء فلم ت ِجدوا م ۭٓاء فتيمموا ص ِع‬ ِ
َ‫َح َر ۢج َو َلٰـكن ُير ُيد ل ُي َط ّه َر ُك ْم َول ُيت َّم ن ْع َم َت ُهۥ َع َل ْي ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت ْش ُك ُرون‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
[Surat Al-Ma'idah (5) ayat 6]
4. Sunnah di-takhsis dengan sunnah, sebagai contoh adalah hadits Nabi yang berbunyi :
ْ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ َّ َ
)‫لعش ُر َ(ر َو ُاه ال ُبخ ِار ُّي َوال ُـم ْس ِل ُم‬ ‫ِف ْي َما َسق ِت السماء ا‬
“Tanaman yang dengan siraman hujan, (zakatnya) adalah seper sepuluh (l0%)” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits tersebut di-takhsis dengan hadits yang berbunyi :
ٌَ َ ‫َأ‬ َ َ ‫َل ْي‬
‫ص َدقة‬ ‫س ِف ْي َما ُد ْو َن خ ْم َس ٍة ْو ُس ٍق‬
“Tidak wajib zakat (tanaman) yang kurang lima wasaq” (HR. Bukhari dan Muslim)
‫ض ـ ُه َو ُع ُق ْو َب َ ـت ُـه‬
َ ‫اج د ُي ـح ُّل ع ْر‬ َ ْ َ
5. Men-takhis dengan qiyas, contohnya: ِ ِ ِ ‫“ ل ُّي الو ِ ـ‬Menunda-nunda pembayaran
bagi orang yang mampu, halal dilanggar kehormatannya dan boleh dihukum.” (HR. Ahmad)
Hadis tersebut ialah umum, yakni siapa saja yang menunda-nunda pembayaran hutang,
padahal ia mampu untuk membayar, termasuk ibu atau bapak. Kemudian dikhususkan, yakni bukan
termasuk ibu dan bapak dengan jalan meng-qiyas firman Allah yang berbunyi :
7|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6
ّۢ ‫َ اَل َ َّ ُأ‬ ‫َأ اَل‬ ‫ْ َأ‬ َُ ٰ ْ ‫َ َ َ ٰ َ ُّ َ َأ اَّل َ ْ ُ ُ ٓ ۟ ٓاَّل‬
‫ِإ َّي ُاه َو ِبٱل َٰو ِ ـل َد ْي ِن ِإ ْح َس ـ ًنا ۚ ِإ َّما َي ْبلغ َّن ِعنـ َـد َك ٱل ِك َـب َـر َ ـح ُد ُه َمٓا ْو ِك ُه َ ـم ا ف ت ُ ـق ل ل ُه َ ـم ٓا ٍف‬ ‫وقض ى ربك تع ـبـدوا ِإ‬
َ َ َّ ُ َ ُ ْ َ ‫َ اَل‬
۞‫ك ِر ًۭيما‬ ‫و تن َه ْره َماـ وقل ل ُه َما ق ْواًۭل‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
[Surat Al-Isra (17) ayat 23]
Tidak boleh memukul melanggar kehormatan kedua orang tua adalah hasil Qiyas dari
larangan mencakup "ah" terhadap mereka. Karena memukul atau melanggar kehormatan, lebih
tinggi kadar menyakitkannya dari pada mengucap "ah". Qiyas yang demikian dinamakan Qiyas
Aulawi. Sebagian ulama berpandangan bahwa yang demkian bukan dinamakan Qiyas Aulawi, tetapi
disebut Mafhum Muwafaqah.

LATIHAN SOAL
Pilihan Ganda
1. Al-‘Am adalah suatu lafadz yang di dalamnya menunjukkan pengertian umum menurut makna
yang sebenarnya, tidak dibatasi oleh jumlah dan tidak pula menunjukkan bilangan tertentu.
Definisi di atas dikemukakan oleh .....
A. Jalaludin As-Suyuthi
B. Ushuliyyin
C. Al Ghazali
D. Subhi Shalih
E. M. Khudori Beik

2. Perhatikan pernyataan berikut ini!


ُ
1) Lafadz kullu (‫ )ك ُّل‬dan jami’ (‫)جميع‬
2) Isim Nakirah
3) Kata benda tunggal yang di-ma’rifah-kan dengan alif lam (‫)ال‬
4) Isim syarat (kata benda untuk mensyaratkan)Isim nakiroh (indefinite noun) yang di-nafi-kan
5) Huruf Istisna’
6) Isim maushul (kata ganti penghubung), misalnya kata al-ladzina.
Yang menunjukkan ‘Am adalah .....
A. 3, 2, 4, 5
B. 3, 6, 1, 4
C. 3, 5, 1, 2
D. 4, 6, 3, 2
E. 4, 5, 1, 6

3. Perhatikan potongan ayat dari QS. At-Taubah [9]: 120 berikut!


‫َ ۟ َأ‬ ‫َّ اَل‬ ُ َّ َ ۟ ُ َّ َ َ َ ‫ان َأِل ْهل ٱمْل َد َينة َو َم ْن َح ْو َل ُهم ّم َن ٱَأْل ْع َر َأ‬
َ ‫َما َك‬
ۚ ‫ول ٱلل ِه َو َي ْرغ ُبوا ِب ُنف ِس ِه ْم َعن َّن ْف ِس ِهۦ‬
ِ ‫اب ن يتخلفوا عن رس‬ ِ ِ ِ ِ ِ
Sepintas dipahami bahwa ayat tersebut menunjukkan ayat umum, yaitu penduduk madinah dan
orang-orang arab disekitarnya, termasuk orang-orang sakit dan lemah. Namun yang
dikehendaki dari ayat tersebut bukanlah masyarakat pada umumnya, tetapi hanya masyarakat
yang mampu saja yang diwajibkan. Oleh karena itu, dari segi penggunaanya, ayat di atas
merupakan contoh kategori
A. Lafadz ‘am yang dikhusushkan (al-am al-makhshush)
B. Lafadz ‘am tetapi maksudnya khusus (al-am al-muradu bihi al-khushush)
C. Lafadz Khaṣ tetapi maksudnya ‘am (al-Khaṣ al-muradu bihi al-am)
D. Lafadz Khaṣ yang tetap pada kekhususannya (al-baqiy ‘ala khususihi)
E. Lafadz ‘am yang tetap pada keumumannya (al-baqiy ‘ala umumihi)

َ َ ‫اَل‬
4. Perhatikan hadis berikut: ‫ ِم ْي َراث ِلقا ِت ٍل‬Hadis tersebut menurut Ulama mentakhsis QS. An-Nisa’
[4]: 10. Apa saja syarat-syarat takhsis?
A. Harus munfashil, Harus bersamaan dalam satu masa, Harus sama derajatnya dengan 'Am,
apakah zanny atau qath’i.
B. Harus berdiri sendiri, Harus berbeda masa, Harus sama derajatnya dengan 'Am, apakah
zanny atau qath’i.
C. Harus berdiri sendiri, Harus bersamaan dalam satu masa, Harus sama derajatnya dengan
'Am, apakah zanny atau qath’i.

8|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6


D. Harus munfashil, Harus berbeda masa, Harus sama derajatnya dengan 'Am, apakah zanny
atau qath’i.
E. Harus berdiri sendiri, Harus berbeda masa, Harus berbeda derajatnya dengan 'Am,

5. “Lafadz khaṣ adalah lafadz yang merupakan kebalikan dari lafadz ‘am, yaitu yang tidak menghabiskan
semua apa yang pantas baginya tanpa ada pembatasan.” Definisi khaṣ tersebut diungkapkan oleh .....
A. Jalaludin As-Suyuthi
B. Ushuliyyin
C. Manna’ Al-Qaṭṭan
D. Subhi Shalih
E. Khudori Beik

6. Perhatikan potongan ayat dari QS. An-Nisa’ [4]: 92 berikut!


ۢ ۢ َ َ َ َ َ َ َ ‫اَّل‬ ‫َأ‬ ُ َ َ ََ
‫ان مِل ْؤ ِم ٍن ن َي ْق ُت َل ُمْؤ ِم ًنا ِإ خطًۭٔـا ۚ َو َمن ق َت َل ُمْؤ ِم ًنا خطًۭٔـا ف َت ْح ِر ُير َرق َب ٍـة ُّمْؤ ِم َن ٍة‬‫وما ك‬
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin karena tersalah, maka (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman.” Ayat tersebut termasuk kategori Khaṣ. Adapun lafadz yang
menunjukkan kekhususan dalam ayat ini adalah .....
A. ‫ِم ٍن‬
‫ان ُْؤ‬َ َ ََ
‫وما ك مِل‬
ۢ َ ‫َ َ َ ۢ ْؤ‬
B. ‫رقب ٍـة ُّم ِمن ٍة‬
ََ َ َ
C. ‫ومن قت َل‬
َ َ ً ‫ُ ْؤ‬
D. ‫م ِمنا خطًۭٔـا‬
ً ‫َأ َ ْ ُ ُ ْؤ‬
E. ‫ن يقت َل م ِمنا‬

7. Perhatikan pernyataan berikut ini!


1. Lafadz tersebut menyebutkan tentang nama seseorang, jenis, golongan, atau nama sesuatu.
2. Lafadz tersbut tidak dibatasi oleh apapun
3. Lafadz tersebut menyebutkan jumlah atau bilangan tertentu dalam satu kalimat.
4. Lafadz tersebut menyebutkan tentang obyek yang holistik.
5. Lafadz tersebut dibatasi dengan suatu sifat tertentu atau diidhafahkan.
Yang termasuk karakteristik lafadz khaṣ adalah .....
A. 1, 3
B. 1, 4
C. 2, 3
D. 2, 4
E. 1, 2
َ َ َ َّ َ َ ّ َ َّ ُ َ
8. Perhatikan potongan ayat berikut ini! ‫“ و َ ـم ا كنا ُم ـع ِـذ ِبين حت ٰى ن ْبعث َر ُس ـواًۭل‬..... dan Kami tidak akan
mengazab, sampai Kami mengutus seorang rasul.” Lafadz wa ma kunna mu’adzibiina (Kami tidak akan
mengazab) pada ayat di atas bersifat umum. Akan tetapi keumumannya dipersempit
pengertiannya dengan ….
ُْ َ ْ َْ ُ ََ
A. Ganti Keseluruhan (‫الك ِ ّل‬ ‫)بدل البع ِد ِمن‬
ُ
B. Sifat (‫فة‬
َ ِّ‫)الص‬
C. Kesudahan (ُ‫اية‬
َ ‫الغ‬
َ )
D. Syarat (‫ط‬
ُ ‫الشْر‬
ُّ )
E. Pengecualian (al-istisna)

9. Mukhaṣṣiṣ Munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama dengan dalil atau makna dalil
yang mengkhususkannya, masing- masing berdiri sendiri. Yakni tidak berkumpul tetapi
terpisah. Berikut ini yang bukan merupakan Mukhaṣṣiṣ Munfasil adalah .....
A. Al-Qur’an di-takhsis dengan Al-Qur’an
B. Sunnah di-Takhsis dengan Sunnah
C. Al-Qur’an di-Takhsis dengan Sunnah
D. Al-Qur’an di-takhsis dengan Ijma
E. Sunnah di-Takhsis dengan Al-Qur’an

9|Materi Ilmu Tafsir Kelas XI Bab 6


10. Mukhaṣṣiṣ Muttaṣil adalah apabila makna satu dalil yang mengkhususkan berhubungan
erat/bergantung pada kalimat umum sebelumnya. Berikut ini yang merupakan Mukhaṣṣiṣ
muttasil dengan menggunakan syarat adalah .....
ً ٰ َ ْ ‫ول ُت ُه َّن َأ َح ُّق ب َر ّده َّن فى َٰذل َك ْن َأ َر ُاد ٓو ۟ا‬
A. ‫ِإ صلـ ۭحا‬
َ َُُ
‫وبع‬
‫ِ ِ ِ ِ ِ ِإ‬
ُ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ّ َ ُ َّ ُ َ َ
B. ‫وما كنا مع ِذ ِبين حت ٰى نبعث رسواًۭل‬
َ ْ َ َ َ َ ْ َ ‫ٱلناس ح ُّج ْٱل َب ْي‬
C. ‫ت م ِن ٱستطاع ِإ لي ِه س ِبياًۭل‬
َّ ‫َول َّله َع َلى‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ٰ َ ٰ َّ ۟ ُ َ َ ۟ ُ َ َ َ َّ ‫َ ٰ َ َ ُ ْ اَّل‬ َّ
D. ‫ت‬ِ ‫ِإ ن ٱِإْل نسـن ل ِفى خس ٍر ِإ ٱل ِذين ءامنوا وع ِملوا ٱلصـ ِلحـ‬
ً ‫َ َ َ َ ُ ْؤ‬
E. ‫ومن قت َل م ِمنا‬

Esay
1. Apa perbedaan ‘Am dan Khaṣ?
2. Bagaimana cara menidentifikasi lafadz ‘am dan lafadz Khaṣ?
3. Jelaskan perbedaan antara Mukhaṣṣiṣ Muttasil dan Mukhaṣṣiṣ Munfasil!
4. Jelaskan macam-macam ‘am dari segi penggunaannya!
5. Sebutkan contoh takhsis al-Qur’an dengan al-Qur’an dan al-Qur’an dengan Sunnah!

10 | M a t e r i I l m u T a f s i r K e l a s X I B a b 6

Anda mungkin juga menyukai