Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UMUM DAN KHUSUS

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqih)

Dosen pengampu : Sudirman,M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 5

Kurnia Amaliana (021111016)

Maharani Intan Sya’ada Mahifa (0211111018)

Muhammad Adnan Romadhon (020111049)

Nur Rohim (021111025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) FATTAHUL MULUK


PAPUA KEMENTERIAN AGAMA ISLAM REPUBLIK INDONESIA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Ushul Fiqih, dengan judul : “Umum dan Khusus”

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat mendapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi penulis merasa bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca dengan kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Tidak bisa dipungkiri oleh kita bahwa Al-qur’an bukan sekedar kitab yang
hanya untuk dibaca saja, akan tetapi al-qur’an merupakan kitab yang perlu dikaji
secara mendalam dan terperinci, karena itu ia merupakan sumber hukum yang
pertama yang menjadi rujukan untuk kaum muslimin dalam menetapkan hukum.
Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam mengkaji
Alqur’an adalah Ilmu Ushul Fiqh, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah
yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum-hukum syari’at yang bersifat
amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalil yang rinci. Melalui kaidah-kaidah
Ushul Fiqh akan diketahui nash-nash syara’ dan hukum-hukum yang
ditunjukkannya.
Ada banyak qaidah-qaidah yang dipakai dalam mempelajari ataupun
mengetahui nash-nash dalam al-quran, maka tanpa qaidah-qaidah tersebut
seseorang tidak akan bisa menetapkan atau mengistinbatkan suatu hukum yang
terdapat didalamnya.
Maka dalam artikel ini penulis ingin memaparkan beberapa qaidah yang
sangat penting untuk diketahui diantara qaidah tersebut antara lain adalah lafdz
‘am dan Khas, lafadz Hakikat dan Majaz serta lafadz Zhahir dan Khafy.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ‘Am (Umum)


‘Am secara etimologi/lughat artinya merata, yang berarti umum; dan secara
terminologi/ menurut istilah adalah " Lafadz yang memiliki pengertian umum,
terhadap semua yang termasuk dalam pengertian lafadz itu.
Lafazh yang umum ('am) ialah yang menunjukan pada jumlah yang banyak
dan satuan yang termasuk dalam pengertiannya dalam satu makna yang berlaku.1
Menurut Abdul Wahhab Khalaf dalam bukunya “ Kaidah-kaidah Hukum
Islam” Al-‘Am secara bahasa ialah menunjukkan atas mencakup dan
menghabiskan semua-semua satuan yang dalam didalam lafaz itu dengan tanpa
menghitung ukuran tertentu dari satuan-satuan itu.2

Al-Am menurut istilah ushul fiqh adalah :3

“Lafaz yang mencakup akan semua apa saja masuk padanya dengan
satu ketetapan & sekaligus”

Contoh lafaz Am seperti lafaz "laki-laki” dalam lafaz tersebut mencakup


semua laki-laki. Atau lafaz "manusia" itu mencakup semua manusia.

Disamping pengertian ‘am diatas ada beberapa pengertian ‘am menurut


ulama’ lainnya antara lain:

1) Hanafiah yaitu “Setiap lafazh yang mencakup banyak, baik secara


lafazh maupun makna”. Artinya lafadz tersebut mencakup arti secara
keseluruhan;
2) Al-Ghazali yaitu “Suatu lafazh yang menunjukkan dari arah yang
sama kepada dua hal atau lebih”.4
3) Al-Bazdawi yaitu “Lafazh yang mencakup semua yang cocok untuk
lafazh tersebut dalam satu kata”.
4) Uddah ( dari kalangan ulama' Hanbali )" suatu lafadz yang
mengumumi dua hal atau lebih".

1
Zahra, Muhammad Abu, Ushul Al-fiqh, Kairo. Hal 236
2
Wahhab Khalaf “ Kaidah-kaidah Hukum Islam “ h 298
3
Prof. Dr. H. Satria Effendi, M.Zein, M. A. Ushul Fiqh hal 69
4
Amir Syaripuddin “ Ushul Fiqh” hal 49
Imam Abu Zahrah (guru besar usul fiqih di Universitas Al-Azhar,)
“Al-Am sebagai lafadz yang mencakup keseluruhan makna yang
dikandungnya melalui satu ketetapan bahasa” Dalam defenisi ini tidak
terkandung keumuman kandungan atau makna satu, defenisi juga
membedakan antara hal yang mutlak dengan hal yang umum.5
5) Prof Hasbi Ash shiddieqy dalam Pengantar Hukum Islamnya, ia
menyebutkan bahwa ‘Aam ialah suatu lafdz yang menunjukkan pada
seluruh afradnya yang dipahamkan.

1. Pengertian yang ditunjukkan oleh lafadz ‘Am


Para ulama berbeda pendapat, apakah pengertian yang ditunjukan oleh lafazh
'am itu bersifat qathi atau zhanny. Golongan Hanafiah berpendapat bahwa
penunjukan lafazh 'am itu terhadap satuan yang termasuk dalam pengertiannya itu
tergolong qathi. Mereka menyebut contoh , firman Allah :

‫ش ًرا‬ ْ َ‫س ِهنَّ اَ ْربَ َعةَ ا‬


ْ ‫ش ُه ٍر َّو َع‬ ِ ُ‫صنَ بِا َ ْنف‬ ً ‫ۚ َوالَّ ِذيْنَ يُتَ َوفَّ ْونَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذ ُر ْونَ اَ ْز َو‬
ْ َّ‫اجا يَّتَ َرب‬

Artinya :
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh
hari. (Q.S. Al-Baqarah:234)

Ayat tersebut meliputi seluruh perempuan yang ditinggal mati suaminya


hendaklah beribadah dalam waktu yang telah ditentukan kecuali bila ada yang
mengkhususkan,baik perempuan itu belum dicampuri suaminya atau sudah
dicampuri.

Demikian pula firman Allah yang berbunyi :


ٰۤ ٰۤ
ْ َ‫ارتَ ْبتُ ْم فَ ِع َّدتُ ُهنَّ ثَ ٰلثَةُ ا‬
ْ ‫ش ُه ۙ ٍر َّوالّـِٔ ْي لَ ْم يَ ِح‬
ۗ َ‫ضن‬ ْ ‫س ۤا ِٕى ُك ْم اِ ِن‬ ِ ‫ َوالّـِٔ ْي يَ ِٕىسْنَ ِمنَ ا ْل َم ِح ْي‬ 
َ ِّ‫ض ِمنْ ن‬

Artinya : Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara


perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka
masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan
yang tidak haid. (Ath-Thalaq : 4 )

Dari ayat tersebut dipahami bahwa yang dimaksud Iddah diatas ialah meliputi
seluruh iddahnya perempuan-perempuan yang tidak lagi haid baik berpisahnya itu
disebabkan talak/ karena Faskh setelah dicampuri.

5
(Prof. Dr. H. Abdul Aziz Dahlan, Dkk)
2. Pembagian ‘Aam
1) Umum Syumuliy6
Yaitu semua lafazh yang dipergunakan dan dihukumkan serta
berlaku bagi seluruh pribadi, seperti :

ٍ ‫ي َخلَقَ ُك ْم ِّمنْ نَّ ْف‬


ٍ‫س َّوا ِحدَة‬ ُ َّ‫ٰيٓاَيُّ َها الن‬
ْ ‫اس اتَّقُ ْوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذ‬

Artinya : Hai sekalian manusia, sertakwalah kepada Tuhan-mu yang


Telahmenciptakan kamu dari seorang diri, (Qs. A n-Ni.ssa’: 1)

Dalam Ayat ini seluruh manusia dituntut untuk sertakwa tanpa


kecuali, maka lafaz yang seperti ini dinamakan umun Syumuliy.

2) Umum Badaliy
Bagi suatu lafaz yang dipergunakan dan dihukumkan serta
berlaku seperti Afrad (pribadi) seperti :

ِّ ‫ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُكتِ َب َعلَ ْي ُك ُم ال‬


ۙ َ‫صيَا ُم َك َما ُكتِ َب َعلَى الَّ ِذيْنَ ِمنْ قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْون‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu sertakwa, (Q.S. Al-Baqarah 183).

B. Pengertian Khas
Khas adalah “Isim Fail” yang berasal dari kata kerja :

‫ خاص‬,‫ ىحصىصا‬,‫ ىحصص‬,‫حصص‬

Artinya :
“yang mengkhususkan atau menentukan”

Dalam istilah ushul fiqh, yang dimaksud dengan khas adalah sesuatu yang
tidak mencapai sekaligus dua/lebih tanpa batas.

6
Drs. H. Nazar Bakry. Fiqh & Ushul Fiqh. Hal 198
1. Pembagian Khas
Mukhasis ada dua macam yaitu: (1). Mukhasis Mutasil (‫ )الغاية‬,(2).
Mukhasis Munfasil

1) Mukhasis Muttasil
Maksudnya yang bersambung adalah apabila makna satu dalil
yang mengkhususkan , berhubungan erat/bergantung pada kalimat
umum sebelumnya. Adapun beberapa macam Mukhasis muttasil antara
lain :
a) Pengecualian (AI- Istisna)
Contoh firman Allah Surat Al-Ashar ayat 2-3 :

ْ ‫سانَ لَفِي ُخ‬


‫س ٍر‬ َ ‫ِإنَّ اِإْل ْن‬

‫ص ْب ِر‬
َّ ‫اص ْوا بِال‬ ِّ ‫اص ْوا بِا ْل َح‬
َ ‫ق َوتَ َو‬ َ ‫ت َوتَ َو‬ َّ ‫ِإاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صالِ َحا‬

Artinya : “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam


kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al-Ashar:
2-3)

Jadi yang dikhususkan pada ayat tersebut adalah orang-


orang yang beriman dan yang beramal Soleh. Pengkhususan
pada ayat tersebut adalah dengan jalan mengecualian, yakni
dengan memakai huruf istisna .

b) Syarat
ْ ِ‫ق بِ َر ِّد ِهنَّ فِ ْي ٰذلِ َك اِنْ اَ َراد ُْٓوا ا‬
 ‫صاَل ًحا‬ ُّ ‫ۗ َوبُ ُع ْولَتُ ُهنَّ اَ َح‬

Artinya : “.........dan suami-suaminya berhak merujukinya


dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. “ (Qs Al- Baqarah228)

Dalam ayat tersebut dikatakan, lebih berhak kembali


pada istrinya. Maksudnya adalah dalam masa iddah, tetapi
dengan syarat bila kembalinya itu dengan maksud ialah
lafaz yang menujukakan pada ayat tersebut adalah “Jika”
c) Kesudahan
Contoh firman Allah :

َ‫َواَل تَ ْق َربُ ْوهُنَّ َح ٰتّى يَ ْط ُه ْرن‬

Artinya : "....dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum


mereka suci ... (Q.S Al- baqarah 222)

d) Sebagai Ganti Keseluruhan


Contoh firman Allah :

‫هّٰلِل‬
َ ‫ستَطَا َع اِلَ ْي ِه‬
  ‫سبِ ْياًل‬ ِ ‫س ِح ُّج ا ْلبَ ْي‬
ْ ‫ت َم ِن ا‬ ِ ‫ۗ َو ِ َعلَى النَّا‬

Artinya :
“...Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah...”(Ali-Imiran: 97)

Lafazd (‫ )من‬dan sesudahnya pada ayat tersebut ,


menghususkan keumuman sebelumnya, arti sebagian orang
yang "mampu' Mengganti, keumuman wajib nya manusia untuk
haji.

2) Mukhasis Munfasil.7
Mukhasis munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama
dengan dalil atau makna dalil yang mengkhususkannya, masing-
masing berdiri sendiri. Yakni tidak berkumpul tetapi terisah , Mukhasis
munfasil ada beberapa macam :
a) Kitab di- taksis dengan kitab
Contohnya finnan Allah :

ۗ‫س ِهنَّ ثَ ٰلثَةَ قُ ُر ۤ ْو ٍء‬ ْ َّ‫ َوا ْل ُمطَلَّ ٰقتُ يَتَ َرب‬ 
ِ ُ‫صنَ بِا َ ْنف‬

Artinya :Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri


(menunggu) tiga kali quru' (Q.S.A1-Baqarah : 228)

Ayat tersebut, umum : tercakup juga orang hamil makea


datang ayat, lain yang mengkhususkan bagi wanita hamil yang
berbunyi:

َّ‫ضعْنَ َح ْملَ ُه ۗن‬ ٰ ُ‫ َوا‬ 


َ َّ‫ولتُ ااْل َ ْح َما ِل اَ َجلُ ُهنَّ اَنْ ي‬

7
Ahmad Adhlan , Ushul Fiqh. Jakarta.2010 hal 89
Arinya : “ ....... dan begitu perempuan-perempuan yang tidak
haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah
mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.
(Q.S Al- Talaq: 4)

b) Kitab di- Takhsis dengan Sunnah


Contoh firman Allah :

َّ ِ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَ ْواَل ِد ُك ْم ل‬


‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَ ْي ِن‬ ِ ‫ۚ يُ ْو‬

Artinya : Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian


pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak
lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan
(Q.S :An- Nisaa: 11)

Ayat tersebut bersifat umum, yakni mencakup anak


yang kafir.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1) Lafaz ‘Am adalah lafaz yang bermakna umum/luas, terhadap semua
yang termasuk dalam pengertian lafadz itu, dan pengertianya tidak
terbatas. Sedangkan Lafaz Khas adalah lafaz yang menunjukkan arti
tertentu, tidak meliputi arti umum.

Anda mungkin juga menyukai