Di Susun Oleh :
1. Naili Faizaturrohmah
2. Raihan Hisyam
3. Ikhwan Imam Saputra
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ijtihad ?
2. Apa saja macam-macam Ijtihad?
3. Sebutkan beberapa syarat-syarat mujtahid ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ijtihad
Tidak cukup sampai pola dari timbangan () َجهَ َد – يَجْ هَ ُد – َج ْهدًا, namun
perlu dikuatkan dengan mengalihkan atau merubah bentuk kata dasar ke
bentuk tsulatsi maziid atau kata dasar yang memiliki tambahan huruf
sehingga bertumpu pada kata ( ًاالAA ُل – ا ْفتِ َعAAل – بَ ْفتَ ِعAA
َ ) اِ ْفتَ َعdengan memiliki
1
Akbar Syamsul Arifin, Hafal 3000+ Kata Bahasa Arab (Yogyakarta: Diva Press, 2016), 51;
Warson Munawwir, Al Munawwir Kamu Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), hal 217.
2
Syekh Muhammad Ma’shum Ibnu A’liy, al- Amtsilatul at-Tashrifiyyah (Surabaya: Matbaah
Saalim Nabhan,t.t), 6-7.
beberapa arti seperti: Musyarakah (menunjukkan saling), Mubalagah
(menyatakan sangat atau penekanan), Mujarrad (Fi'il biasa)3.
Perubahan kata ( ) َجهَ َد – يَجْ هَ ُد – َج ْهدًاmenjadi ( ادًاAAَ اجْ تِه- ُدA َد – يَجْ تَ ِهAَ) اِجْ تَه
apabila mengandung makna seperti Musyarakah maka artinya menjadi
"saling bersungguh-sungguh", apabila mengandung Mubalagah maka
artinya menjadi " kesungguhan yang sangat dalam yang memiliki penekanan
pada arti ”, adapun bentuk mashdar di atas terdapat kandungan yang
memiliki arti “ kesungguhan atau kemampuan yang maksimum ”.4
استفراغ الجهد وبدل غاية الوسع اما في درك األحكام الشرعية و اما تطبقيها
3
Abu Hudzaifah Ahmad, Mudah Memahami Tashrif Istilahi (Sanggarahan: Adz-Dzahabi,
2017), 57-58.
4
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta: AMZAH, 2014), 339-340.
5
Moh. Baharudin, Ushul Fiqh (Bandar Lampung: AURA, 2019), 159.
6
Muhammad bin Ali bin Muhammd asy-Syaukani, Irsyad al-Fukhul ila Tahqiq al-Haqq Min
Ilmi al- Ushul (Beirut: Dar al-Fikri, t.t), 250.
“Pengerahan kemampuan seseorang ahli didalam istinbath (menggali dalil)
hukum syara’ yang bersifat amaliyah dari dalil-dalil yang terperinci”.7
2.Dasar Ijtihad
َ ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا اَطِ ْيعُوا هّٰللا َ َواَطِ ْيعُوا الرَّ س ُْو َل َواُولِى ااْل َمْ ِر ِم ْن ُك ۚ ْم َفاِنْ َت َن
ازعْ ُت ْم فِيْ َشيْ ٍء َف ُرد ُّْوهُ ِالَى
ࣖ هّٰللا ِ َوالرَّ س ُْو ِل اِنْ ُك ْن ُت ْم ُت ْؤ ِم ُن ْو َن ِباهّٰلل ِ َو ْال َي ْو ِم ااْل ٰ خ ۗ ِِر ٰذل َِك َخ ْي ٌر وَّ اَحْ َسنُ َتأْ ِو ْياًل
7
Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh (Qahiroh: Dar al-Fikri al-Arabi, t.t), 357.
8
An Nisaa : 59
kebenaran berarti telah mendapatkan dua pahala dan jika keliru maka dia
mendapatkan satu pahala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).9
Dari dalil-dalil di atas, bisa difahami bahwa adanya keleluasaan
yang diberikan oleh Allah dan Rasulnya kepada seseorang (mujtahid) untuk
mengeluarkan hukum atau memtus sebuah perkara melalui ketetapan hukum
dengan cara berusaha sekuat tenaga, akal dan pikiran menggali sumber-
sumber nash baik al-Qur’an maupun al-Hadist agar mencapai sebuah
kebenaran bersifat adil.
3. Macam-macam Ijtihad
Ijtihad ditinjau dari segi jumlah pelakunya, maka akan terbagi
menjadi dua keteogri yaitu ijtihad fardhi dan ijtihad jama’i. Menurut al-
Thayyibi Khuderi al-Sayyid, adapun yang di maksud dengan ijtihad fardhi
yaitu ijtihad yang dilakukan oleh perorangan atau hanya beberapa mujtahid.
Misalnya ijtihad yang dilakukan oleh para imam mujtahid besar : Imam Abu
Hanifa, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal.
Sedangkan ijtihad jama’i merupakan apa yang dikenal dengan ijma’ di
dalam kitab-kitab ushul fiqh, yaitu kesepakatan para mujtahid dari umat
Rasululllah setelah beliau wafat dalam menjawab masalah-masalah hukum
tertentu.
9
H.R Bukhari dan Muslim, , al-Hafizh ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Min
Adillatil Ahkam,trans. Ahmad Najieh (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2018), 391-392.
Nomor. 1411; at-Tarmidzi, Sunan at-Tarmidzi. “Babu ma Jaa fil Qadhi Yushibu wa Yuhktha”
(II, Baerut: Dar al-Fikri, 1794M/1394H), hal, 393. Nomor Hadist . 1341.
Macam-macam ijtihad ditinjau dari jenis mujtahid dapat di bagi
dalam:
4. Syarat-syarat Mujtahid
10
Mohd. Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam (Jakarta, Sinar Grafika, 1997), 148-149.
11
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm. 70.
Secara bahasa mujtahid adalah:
المجتهد هو الفقيه المستفرغ لوسعه لتحصيل ظن بحكم شرعى بطريق اإلستنباط منهما
Adapun Mujtahid secara etimologi adalah bentuk isim fa’il dari fi’il
madhi ijtahada yang artinya orang yang berijtihad. Merujuk kepada imam
as-Syaukani, secara terminologi mujtahid berarti orang yang bersungguh
sungguh mencurahkan segala kemampuannya untuk memperoleh hukum
syara’ dengan cara melakukan istinbath hukum.
g. Menguasai ilmu ushul fiqh baik dari ilmu qaidah maupun ushulnya.
5. Macam-macam Mujtahid
Dalam literatur ilmu ushul fiqh, secara teoretis, kriteria mujtahid dapat
diklasifikasikan menjadi empat tingkatan sebagai berikut :
12
Moh. Baharudin, Ushul Fiqh (Bandar Lampung: AURA, 2019), 162.
ketetapan hukum yang berbeda. Mereka ini adalah para ulama
pengikut mazhab tertentu, seperti pengikut Abu Hanifah, Malik, Al-
Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal. Di antara ulama yang termasuk
kategori ini adalah Abu Yusuf, Muhammad bin al-Hasan, dan Zufar
dari pengikut Abu Hanifah; al-Muzni dari pengikut Mazhab al-
Syafi’i; Abd ar-Rahman bin al-Qasim, Ibn ‘Abd al-Hakam, dan lain
sebagainya.
c. Mujtahid fi al-madzhab, yaitu para ulama yang mengikuti pendapat
para imam mujtahid mutlak, baik dalam hal matodologi (manhaj)
ijtihad yang digunakan maupun dalam produk pemikiran hukumnya.
Teknis pelaksanaannya, langkah pertama adalah mencermati kaidah-
kaidah ushul fiqh yang digunakan para imam mazhab sebelumnya dan
kaidah-kaidah fiqh, kemudian secara induktif kaidah-kaidah tersebut
diterapkan dalam kasus hukum yang terjadi di masyarakat dan belum
pernah ditemukan sebelumnya. Menurut ilmu ushul fiqh, praktik ijtihad
yang demikian dikenal dengan istilah tahqiq al-manath. i
PENUTUP
Simpulan
* Ditinjau dari segi etimologi (ta’riful al-llugha) atau yang dikenal dengan
pengertian secara bahasa, kata ( ) اِجْ تِهَا ًدbersumber dari akar kata ( َجهَ َد – يَجْ هَ ُد
دًاA " ) – َج ْهbersungguh-sungguh". Kata dasar tersebut mengikuti pola dari
timbangan (ً)فَ َع َل – يَ ْف َع ُل – فَ ْعال. Perubahan pola tersebut yang kemudian di tarik
ke kata masdar sehingga bermakna kesungguhan.
*Secara umum mujtahid itu diartikan sebagai para ulama yang mempunyai
kemampuan dalam mengistinbath hukum dari dalil-dalil syara’. Ada juga
yang memandang mujtahid sebagai ahlu ahli wal aqdi.
* Fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam adalah untuk menetapkan suatu
hukum di mana hal tersebut tidak dibahas dalam Al-quran dan hadits. Jadi, bisa
dikatakan, ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Al-Quran dan
Hadits.
Daftar pustaka
Akbar Syamsul Arifin, Hafal 3000+ Kata Bahasa Arab (Yogyakarta: Diva Press, 2016), 51;
Warson Munawwir, Al Munawwir Kamu Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), hal 217.
Syekh Muhammad Ma’shum Ibnu A’liy, al- Amtsilatul at-Tashrifiyyah (Surabaya: Matbaah
Saalim Nabhan,t.t), 6-7.
Abu Hudzaifah Ahmad, Mudah Memahami Tashrif Istilahi (Sanggarahan: Adz-Dzahabi,
2017), 57-58.
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta: AMZAH, 2014), 339-340.
Moh. Baharudin, Ushul Fiqh (Bandar Lampung: AURA, 2019), 159. Muhammad bin
Ali bin Muhammd asy-Syaukani, Irsyad al-Fukhul ila Tahqiq al-Haqq Min Ilmi al-
Ushul (Beirut: Dar al-Fikri, t.t), 250. Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh (Qahiroh:
Dar al-Fikri al-Arabi, t.t), 357.
An Nisaa : 59
H.R Bukhari dan Muslim, , al-Hafizh ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Min
Adillatil Ahkam,trans. Ahmad Najieh (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2018),
Nomor. 1411; at-Tarmidzi, Sunan at-Tarmidzi. “Babu ma Jaa fil Qadhi Yushibu wa
Yuhktha” (II, Baerut: Dar al-Fikri, 1794M/1394H), hal, 393. Nomor Hadist . 1341.
Mohd. Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam (Jakarta, Sinar Grafika, 1997), 148-
149.
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm. 70.
Moh. Baharudin, Ushul Fiqh (Bandar Lampung: AURA, 2019), 162.
i