Kata ushul fiqih terdiri dari dua kata yaitu ٌ ص ْول ُ ُ اdan اَ ْلفِ ْق ُه. yang pertama mudlaf dan yang kedua mudlaf ilaih, jadi artinya dasar-dasar fiqih atau pokok-pokok fiqih. 1. Pengertian ushul dan fiqih menurut Bahasa. ُ ُ اadalah bentuk jamak dari pada ٌ صل a. ٌ ص ْول ْ َا, artinya dasar, pokok, pondasi, atau sumber. kata aliman Asy- Syaukani ashal ialah : ُصل ُ َما َي ْب َتنِى َعلَ ْي ِه َغ ْي ُره ْ َ اَاْل Artinya " Sesuatu yang terdiri dia atasnya yang lain" Misalnya : Pondasi adalah tempat berdirinya rumah, akar tempat tegaknya pohon dan seterusnya. Jadi menurut pengertian diatas adalah pondasi dan akar adalah ashal, rumah dan pohon adalah cabang atau fur'un. b. Fiqih artinya: Faham/ mengerti. Pengertian ini terdapat pada Al-Quran dan Assunah atau dalam kata pepatah lainnya. Firman Allah SWT dalam surah Toha ayat 28. Artinya: " Berkata ( Nabi Musa As ) Ya Tuhanku lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku urusanku,dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka memahami perkataanku. Sabda Nabi Muhammad SAW. Dalam hadits Shahih. َمنْ ُي ِر ِدهَّللا ُ ِب ِه َخ ْي ًرا َي َف ِّق ُه ُه ف ِْي ال ِّد ْي ِن Artinya: "barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik maka dia diberi mengerti tentang agama". ِلى ال َّت َف ُّق ِه َ س ِب ْيل َ ا َ َس َفِأ َد َت ْرَأ ْستُ َفال َ َت َف َّق ُه َق ْبل َ اَنْ َت ْرَأ Artinya : " mengertilah engkau sebelum engkau menjadi pemimpin, jika engkau telah menjadi pimpinan maka tidak ada kesempatan untuk mengerti".
2. Pengertian Fiqih dan Ushul iqih menurut istilah.
a. Fiqih menurut istilah : ش ْر ِع َّي ِة ا ْل َع َملِ َي ِة مِنْ اَ ِدلَّتِ َها ال َّت َفصِ ْيلِ َّي ِة َّ اَ ْل ِع ْل ُم ِبااْل َ ْح َك ِام ال Artinya: "Mengetahui hukum-hukum syara' yang diamalkan yang diambil dari dalil- dalilnya yang terperinci". Misalnya kita mengetahui bahwa : 1) Shalat lima waktu menurut syara' hukumnya wajib. 2) Shalat setelah faridlah hukumnya sunnat. 3) Berzina , mencuri dan judi hukumnya haram. 4) Shalat setelah ashar dan shubuh hukumnya makruh tahrim. 5) Makan, minum hukumnya mubah/ boleh. Jadi mengetahui hukum-hukum tersebut diatas Namanya fiqih menurut istilah. b. Ushul Fiqih menurut istilah : ش ْر ِع َّي ِة مِنَ ااْل َ ِدلَّ ِة َّ استِ ْن َباطِ ااْل َ ْح َك ِام ال َّ ِع ْل ُم ِبا ْل َق َواعِ ُد الَّتِى َي َت َو ْ سل ُ ِب َها ِالَى Artinya: "suatu ilmu tentang qaidah-qaidah yang menjadi dasar perantaraan istinbath hukum-hukum syara dari dalil-dalilnya". Misalnya qaidah-qaidah dibawah ini. 1) " و َب6 ْ 6صل ُ ف ِْي ااْل َ ْم ِر َي ْق َتضِ ْي ا ْل ُو ُج ْ َ "اَاْلPada dasarnya/ asalnya setiap bentuk amar menunjukan kepada wajib. 2) ِر ْي َم6666 ْي ال َّت ْح6666ض ِ ل ُ ف ِْي ال َّن ْهيِ َي ْق َت6666صْ َ ""اَاْلPada dasarnya setiap bentuk Nahyi menunjukkan kepada haram. 3) اح ُة َ ""ااْل َ ْمر َب ْعدَ ال َّن ْهيِ َي ْف ِي ُد ااْل ِ َبSetiap amar terletak setelah nahyi menunjukkan kebolehan.
B. RUANG LINGKUP PEMBAHSAN USHUL FIQIH
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam ushul fiqih adalah cabang-cabang hukum syara dengan maksud untuk diselidikinya. 1. Perintah Allah SWT. Yang terdapat dalam Al-Quran, apakah menunjukan kepadda wajib, sunnat, atau mubah, karena baik wajib atau sunnat dan mubah masing menggunakan bentuk amar. 2. Larangan Allah SWT. Apakah menunjukan haram atau karohah, karena keduanya menggunakan bentuk larangan/ nahyi. 3. Mengenai sesuatu hukum setelah dihubungkan dengan illatnya, seperti kebolehn ziarah qubur, illatnya agar mengingat akhirat atau mati. Contoh lain : Meminum minuman keras adalah haram, karena terdapat illat memabukan dan jika khamar itu telah menjadi cuka maka hukumnya menjadi boleh, karena illatnya memabukan tidak terdapat padanya. Jadiharamnya khamar karena memabukkan dan halalnya khamar karena tidak memabukkan. Menurut qaidah Ushul Fiqih.
Artinya: "hukum itu mengikuti illatnya. Baik ada atau tidak adanya".
Artinya: "jika terdapat illat maka terdapatlah hukum dan jika tidak terdapat illat maka tidak ada hukum".
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN USHUL FIQIH
Diantara tujuan dan kegunaan mempelajari Ushul Fiqih : 1. Untuk mengetahui hukum-hukum syara' secara qot'I atau dzonni. 2. Untuk menghindari taqlid, yakni mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui alasannya. 3. Untuk dapat mengetahui hukum-hukum furu'iyyah dari asalnya, ini adalah pekerjaan orang-orang mujahid. 4. Untuk dapat menegmbalikan soal-soal furu'iyyah kepada pokok, ini merupakan pekerjaan orang Muttabi', yakni orang yang mengikuti pendapat orang lain disertai mengetahui dalilnya. 5. Agar mengetahui qaidah-qaidah yang dipergunakan ulama-ulama dalam mengistinbath hukum-hukum dari dalil-dalilnya. 6. Dengan mempelajari ushul fiqih dapat diketahui lafadz-lafadz 'amm dan khass, Mutlaq dan muqoyyad, mujmal dan mubayyan, murodif dan musytarok dan sebagainya.
D. HUBUNGAN USHUL FIQIH DENGAN ILMU-ILMU YANG LAIN
Ushul Fiqih sangat erat hubungannya dengan ilmu-ilmu: 1. Bahasa Arab Kita maklumi bahwa Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah berbahsa Arab, begitu pula sunnah yang menjadi penguat, penjelas dari kemujmalan Al-Quran adalah berbahasa arab. Dengan demikian tidak mungkin mempelajari ushul fiqih tanpa mengetahui dan mempelajari Bahasa arab termasuk di dalamnya terdapat ilmu qowaid ( nahwu dan sharof), ilmu balaghah (ma'ani bayan dan badi') dan ilmu lughah dan sebagainya. 2. Ilmu Tauhid Yakni ilmu yang menjelaskan aqidah-aqidah islam yang diperoleh dari dalil- dalilnya baik secara naqli atau 'aqli. Dengan mempelajari Ilmu Tauhid kita akan meyakini wujudnya Allah SWT. Yang menurunkan syari'at dan akan mengetahui Rasul-Rasul Allah sebagai penyampai syari'at tersebut.
E. KEDUDUKAN USHUL FIQIH
Ushul Fiqih mempunyai kedudukan yang sangat penting terutama dikalangan para mujtahidin, karena seorang mujtahidin tidak mungkin dapat mengistinbath hukum-hukum syara dari dalil-dalilnya (AL-Quran dan Assunnah) tanpa mempelajari ushil fiqih, lebih-lebih jika dalilnya bersifat pokok-poko tau (global). Dengan demikian
II. SEJARAH USHUL FIQIH
A. SEJARAH TIMBULNYA USHUL FIQIH
Pada zaman Nabi Muhammad Saw. Ushul fiqih itu brlum dapat diukukan karean segala sesuatu atau masalah-masalah langsung dapat ditanyakan kepada Rasulullah Saw dan dijawab oleh wahyu atau dengan penetapan sendiri melalui sunnahnya. Demikian pula ilmu-ilmu yang lainnya seperti ilmu Tauhid, ilmu Akhlak, ilmu Hadits dan ilmu-ilmu lainnya belum dibukukan dan belum menjadi disiplin ilmu. Hanya dalam praktek atau secara teoritis memang pada masa itu sudah penuh dengna disiplin ilmu, yang selanjutnya dilanjutkan dan dikembangkan oleh ulama- ulama pada periode berikutnya. B. PROSES PERKEMBANGAN USHUL FIQIH Sebagaimana diterangkan diatas bahwa ushul fiqih dizaman Nabi Muhammad Saw. Belum dibukukan karena segala sesuatu dapat langsung ditanyakan kepada Beliau. Begitu pula dizaman para sahabat khulafaur Rasyidin dan sahabat-sahabat lainnya, karena jika mereka mendapatkan sesuatu masalah langsung mencarinya dalam Al-Quran dan Assunnah. Dan jika tidak menemukannya baru mereka berijtihad dan tidak mempergunakan ushul fiqih. Karena masih dekat dengan masanya kepada Rasulullah Saw. Dan mereka mengetahui sebab nuzul dan sebab wurudnya Al-Quran dan Assunnah. Sebetulnya para sahabat dalam praktenya penuh dengan pengetahuan ushul fiqih yang menjadi teladan bagi umat islam sesudahnya. Ushul fiqih baru dibukukan pada abad hijrah. Adapaun yang mendorong para ulama membukukan ushul fiqih antara lain : 1. Setelah meluasnya islam ke luat Jazirah Arab dan bangsa Arab sudah banyak bergaul dengan bangsa-bangsa di dunia, dengan demikian dbuatlah pertauran- peraturan bahsa arab agar dapat dimengerti dan difahami oleh bangsa-bangsa lain. Dengan cara mengetahui peraturan-peraturan bahsa arab mereka dapat menggali isi Al-Quran dan Assunnah. 2. Banyaknya masalah yang timbul dikalangan umat islam yang mendrong ulama- ulama mennetukan hukum-hukumnya. Dengan demikian timbul pemikiran- pemikiran membuat peraturan-peraturan agar memperoleh pendapat-pendapat yang sesuai dengan kehendak Al-Quran dan Assunnah.
C. ULAMA-ULAMA YANG MENYUSUN USHUL FIQIH
Diantara ulama-ulama yang mula-mula Menyusun ushul fiqih adalah sebagai berikut : 1. Abu Hanifah (80-150 H) beliau adalah diantara para ulama madhab yang sangat banyak ijtihadnya dan banyak mengeluarkan fatwa-fatwanya melalui r'oyu (pendapat). Abu Yusf seorang murid beliau pernah mencatat anggaran-anggran ushul fiqih dari padanya. Namau catatan itu hilang. Dengan demikian maka Abu Hanifah tidak tercatat dalam sejarh ulama yang pertama Menyusun ushul fiqih. 2. Al-iman Asy-Syafi'I nama lengkapnya Muhammad bin Idris Asy-Syafi'I (150-204 H). didalam sejarah beliau termasuk peletak atau pertama yang Menyusun ushul fiqih yang terkenal dengan kitabnya Arrisalah yang berisi kedudukan AL-Quran dan Assunnah, ijma dan qiyas dan dasar-dasar peraturan istinbath hukum islam. D.