Oleh:
Agustus 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang harus kami kerjakan. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita semua.
Hormat kami,
[Penulis]
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
3. Tujuan........................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
PENUTUP ............................................................................................................. 16
1. Kesimpulan ................................................................................................ 16
3
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
PEMBAHASAN
Ushul Fiqh sebagai disiplin ilmu memiliki pengertian yaitu kata ushul
berarti pokok, fondasi atau dasar. Sedangkan kata fiqih berarti paham terhadap
sesuatu, berasal dari bahasa Arab yang penamaannya dipergunakan oleh ulama-
ulama usul fiqih. Sedangkan di dalam Al Qur’an terdapat lafadz fiqih yang
bermakna paham yaitu :
Artinya : Hendaklah setiap golongan dari mereka ada sekelompok orang yang
pergi untuk memamahmi ajaran agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya ketika kembali kepada mereka (QS At-Taubah : 122 ).
5
kehidupan umat, ditentukan hukum dan statusnya dengan memakai dalil-dalil
yang muttafaq1.
العلمَباَالقواعدَالتيَترسمَالمناهجَإلستنباطَاألحكامَالعمليةَمنَأدَلتهاَالتفصيلية
Al-‘Amidi mengatakan
َأصولَالفقهَهيَأدلةَالفقهَمنَجهاتَدللتهاَعلىَاألحكامَالشرعيةَوكيفيةَحالَالمستدلَبهاَمنَجهة
الجملةَلَمنَجهةَالتفصي َل
Artinya : Ushul fiqih adalah dalil-dalil fiqih dari segi penunjukannya kepada
hukum - hukum syara ' serta bagaimana orang - orang yang kompeten
menetapkan hukum dari dalil - dalil secara global , bukan secara spesifik
(Tafsili).
1
Hanafi, A. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1970
2
Abu Zahra, al-Imam. Ushul al-Fiqhi. al-Qahirah: Dar al Fikr al- Arabi: 2006.
6
sesuai mazhabnya seperti qiyas, ijmak, istihsan, urf, syar’u man qoblana dan
sebagainya untuk menghasilkan produk bernama hukum fiqih untuk diamalkan
oleh orang mukalaf dalam menjalani kehidupan di dunia.
Melihat dari berbagai macam pengertian dan definisi dari ushul fiqih
yang disampaikan oleh berbagai macam ulama. Dapat sebutkan bahwa objek
kajian Ushul fiqih ada tiga3:
1. Sumber hukum dengan semua sumber-sumbernya
2. Metode penetapan hukum dari sumbernya dan metode dalam pengelolaan
serta pengembangan sumber hukum.
3. Syarat seseorang dapat memiliki hak dan wewenang dalam pengambilan
kesimpulan hukum diberbagai kondisi masalah.
Objek kajian dalam ruang lingkup ushul fiqih diperinci lagi oleh
Muhammad al-Juhaili.4
1. Sumber hukum Islam seperti al-Qur’an dan Sunnah. Serta yang menjadi
ikhtilaf di kalangan ulama seperti istihsan dan maslahah mursalah
2. Ijtihad meliputi pembahasan tentang syarat dan sifat seseorang yang
memiliki hak dan dan wewenang melakukan ijtihad yang kredibel
3. Mencarikan solusi dengan cara pengompromian dari kedua dalil baik di
dalam al-Qur’an dengan al-Qur’an atau sunnah dengan sunnah yang
diketahui bertentangan serta berkaitan dengan nasakh
3
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia. 2010, hlm. 23.
4
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih. Hlm 23
7
4. Pembahasan hukum syariat serta macam-macamnya baik yang wajib,
tuntutan dan anjuran, larangan dan keringanan dan pelaku pengadilan
hukum seperti hakim serta yang dikenai hukum
5. Pembahasan tentang pondasi-pondasi terhadap ilmu fiqih yang akan dipakai
dalam menetapkan dan mengambil kesimpulan hukum dan cara
menggunakan produk hukum tersebut.
Menurut Al-Ghazali, ruang lingkup kajian ushul fiqh meliputi empat
hal utama, yaitu5:
1. Pengetahuan tentang dalil-dalil syariat: Ushul fiqh mempelajari dalil-dalil
syariat yang menjadi sumber hukum Islam, seperti Al-Quran, Hadis, Ijma'
(kesepakatan para ulama), dan Qiyas (analogi hukum).
2. Pengetahuan tentang metode penarikan hukum: Ushul fiqh mempelajari
metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam menarik hukum dari
dalil-dalil syariat. Hal ini meliputi pemahaman tentang istinbath (penarikan
hukum), istidlal (penalaran), dan istinbat (deduksi).
3. Pengetahuan tentang kaidah-kaidah hukum: Ushul fiqh mempelajari
kaidah-kaidah hukum yang digunakan dalam menafsirkan dan
mengaplikasikan hukum Islam. Kaidah-kaidah ini membantu dalam
memahami maksud dan tujuan hukum syariat serta memberikan pedoman
dalam menyelesaikan masalah-masalah hukum yang kompleks.
4. Pengetahuan tentang masalah-masalah hukum: Ushul fiqh juga mempelajari
berbagai masalah hukum yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari,
seperti masalah waris, nikah, jual beli, dan lain sebagainya. Tujuan dari
5
Repelita, “Ruang Fiqih Kajian Ushul fiqih”, Jurnal al-Qibthi, Vol. 6, No. 2, 2011, hlm. 33.
8
mempelajari masalah-masalah hukum ini adalah untuk dapat memberikan
fatwa atau pendapat hukum yang sesuai dengan prinsip-prinsip ushul fiqh.
Dengan demikian, ruang lingkup kajian ushul fiqh menurut Al-Ghazali
mencakup pengetahuan tentang dalil-dalil syariat, metode penarikan hukum,
kaidah-kaidah hukum, dan masalah-masalah hukum dalam Islam.
Menurut Asy-Syatibi, ruang lingkup kajian ushul fiqh mencakup lima
hal utama, yaitu6:
1. Muqaddimah: Bagian ini merupakan materi pra-wacana yang digunakan
untuk mempelajari ushul fiqh. Muqaddimah ini membahas tentang konsep
dasar dan prinsip-prinsip dalam ushul fiqh.
2. Masalah al-ahkam: Bagian ini membahas tentang masalah-masalah hukum
dalam Islam, seperti ibadah, muamalah, dan jinayah. Ushul fiqh
mempelajari metode penarikan hukum untuk memahami dan
mengaplikasikan hukum-hukum ini.
3. Maqashid al-syari'ah: Bagian ini membahas tentang tujuan dan maksud dari
hukum syariat. Ushul fiqh mempelajari prinsip-prinsip yang digunakan
untuk memahami maqashid al-syari'ah dan mengaplikasikannya dalam
penarikan hukum.
4. Masalah dalalah syar'iyyah: Bagian ini membahas tentang metode dan
prinsip-prinsip dalam menafsirkan dalil-dalil syariat. Ushul fiqh
mempelajari berbagai metode penafsiran dan prinsip-prinsip yang
digunakan dalam menentukan makna dan aplikasi hukum dari dalil-dalil
syariat.
6
Repelita, “Ruang Lingkup Kajian Ushul Fiqih”, hlm. 43.
9
5. Persoalan seputar ijtihad: Bagian ini membahas tentang konsep dan prinsip-
prinsip dalam melakukan ijtihad. Ushul fiqh mempelajari metode dan
prinsip-prinsip yang digunakan dalam melakukan ijtihad untuk
memecahkan masalah-masalah hukum yang kompleks.
Dengan demikian, ruang lingkup kajian ushul fiqh menurut Asy-Syatibi
mencakup muqaddimah, masalah al-ahkam, maqashid al-syari'ah, masalah
dalalah syar'iyyah, dan persoalan seputar ijtihad.
Secara jumhur ulama menetapkan bahwa fungsi dari ushul fiqih adalah
untuk menjadi jalan dalam menggapai kebenaran dalam hukum-hukum Allah
sesuai dengan kehendak-Nya dan Rasul-Nya. Hal ini dalam segala konsep
hukum baik yang berhubungan dengan Allah hingga hamba-Nya. Jadi adanya
ilmu ushul bukan sebagai tujuan akhir melainkan adalah cara dalam mencapai
tujuan akhir yaitu mendapatkan hukum-hukum Allah sesuai kehendak-Nya.
Setidaknya ada enam yang dapat diperinci dari fungsi ushul itu sendiri7:
1. Memberikan pengertian kaidah dan metodologi terhadap para ulama dalam
berijtihad menggali hukum syariat
2. Memberikan kriteria bagi para ulama mujtahid agar dapat menghasilkan
produk hukum secara kredibilitas dan bagi orang-orang awam agar lebih
tahu dan yakin dalam mengikuti para ulama mujtahid
3. Bekal para mujtahid di masa mendatang dalam menanggapi dan
menentukan hukum di permasalahan yang baru
7
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia. 2010, hlm. 25.
10
4. Memelihara agama Islam dari penyimpangan hukum karena tetap
berpegangan pada dalil yang diakui oleh syara’
5. Menyusun kaidah umum dalam menyelesaikan permasalahan di
Masyarakat yang terus berkembang dari sudut pandang fiqih
Memberi panduan para kaum awam dalam menilai ulama mujtahid
mana yang dapat diikuti dengan keyakinan penuh berdasar atas kekuatan dalil
yang digunakan.
• Ushul fiqih sebagai disiplin ilmu yang menerangkan kaidah - kaidah sebagai
metode bagaimana menetapkan hukum - hukum yang berasal dari dalil -
dalil yang muttafaq yang masih ijmal. Sedangkan fiqih tersudut kepada
hukum - hukum syariat berasal dari dalil - dalil yang sifatnya parsial atau
juz'i, seperti perbuatan manusia disertai dalil - dalil hukum yang tafshili
8
Ali, Mohammad Daud.. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Cet. XVI; Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2011.
11
yaitu tentang diterapkannya hukum halal dan haram, wajib dan sunnah.
Sehingga orang yang Faqih ( ahli fiqih) menggunakan kaidah - kaidah ushul
untuk digunakan pada penetapan hukum - hukum syariat yang juz'i.
• Umpamanya bahwa ushul fiqih adalah kaidah dasar sebagai penunjuk bagi
ahli fiqih, ahli fiqih berkomitmen dan konsisten untuk mempergunakannya
menemukan hukum - hukum syar'i yang muttawaq seperti Al Qur'an, hadis,
ijmak' dan qiyas. Menggunakannya sesuai konteks dan urutannya.
Sedangkan fiqih adalah tsamroh ( buah ) dari penelusuran Ushul fiqih yang
sistematis.
• Sasaran akhir dari ushul fiqih yaitu cakap menerapkan dalil - dalil syar'i
kepada hukum yang juz'i, terampil mengaplikasikan metode dalam proses
penerapan hukum syariat kepada manusia sebagai objek pengaplikasian
hukum fiqih berlandaskan dalil - dalil dan menjadi kaidah untuk didasarkan
sebagai asas dari sebuah hukum, instrumen perbandingan berbagai qoul
ijtihadiyah dan klasifikasi untuk mengevaluasi berbagai pendapat.
• Objek kajian ushul fiqih mencakup bahasa Arab beserta uslub, dalalah
lafdziyah tentang haqiqat wal majaz, am dan khos, muqoyyad dan mujmal,
musytarak dan mutasabbih. Sedangkan fiqh adalah dalil - dalil syar'i seperti
Al Qur'an, hadist, ijma', qiyas dan dalil muttawaq lainya dipergunakan oleh
mujtahid dari segi penetapan kasus parsial9.
9
Bak, Ahmad Ibrahim. Ilmu Ushul al-Fiqh wa Yalihi Tarikh al-Tasyri al-Islami alQahirah:Dar al-
Ansahar, 1862
12
Demikian lahirnya hukum - hukum fiqh yang di aktualisasikan oleh
mukallaf, disebabkan karena adanya Ushul fiqh sebagai pabrik membuat
produk - produk hukum yang bisa dipertanggungjawabkan. Sebagai contoh
dalam kehidupan sehari - hari, berikut dipaparkan contoh fiqh dan ushul fiqh
yaitu :
Kalangan ulama ahli fiqh pasti menjawab berdasarkan ayat Al Baqarah 278 :
َيأيهاَالذينَءامنواَاتقواَهللاَوذرواَماَبقةَمنَالربواَإنَكنتمَمؤمنين
Lalu muncul pertanyaan " dari ayat diatas, kenapa bisa disimpulan bahwa riba
itu haram ?. Maka, ahli fiqh akan menjawab dengan kaidah ushul fiqh yaitu :
األصلَفيَاألمرَللوجوب
Dengan kaidah ushul ini akan digunakan kaidah umum sebagai penggali
hukum dari dalil-dalil yang sifatnya terperinci. Fungsinya dipergunakan
sebagai ketetapan umum untuk di implementasikan kepada hal-hal yang
sifatnya juz'i di dalam mengetahui hukum. Seperti kaidah lainya :
األصلَفيَالنهيَللتحريم
Ditetapkan kaidah ini kepada setiap sighat perintah wajib atau larangan
yang ada di dalil naqli. Keduanya kaidah kulli di pergunakan menetapkan status
hukum dari ayat-ayat Al Qur'an maupun hadits yang juz'i sebagai contoh :
َيأيهاَالذينَءامنواَإذَاَتداينتمَبدينَإلىَأجلَمسمىَفاَكتبوه
13
Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah melakukan pencatatan setiap
transaksi non tunai, ada lafadz di akhir ayat yang berbentuk perintah di mana
sebagai representasi dari kaidah di atas.
10
Nurhayanti dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2019),
hlm 1
14
yang sudah pasti, patokan, atau dasar-dasar untuk memutuskan perkara-perkara
yang belum terdapat nashnya baik dalam Al-qur’an maupun hadist, termasuk
pada ibarat nash yang masih umum atau lafadh ammiyah.11
11
Nurhayanti dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2019),
hlm 67
15
PENUTUP
1. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, A. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1970
Abu Zahra, al-Imam. Ushul al-Fiqhi. al-Qahirah: Dar al Fikr al- Arabi: 2006.
Repelita, “Ruang Fiqih Kajian Ushul fiqih”, Jurnal al-Qibthi, Vol. 6, No. 2, 2011
Ali, Mohammad Daud.. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia. Cet. XVI; Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2011.
Bak, Ahmad Ibrahim. Ilmu Ushul al-Fiqh wa Yalihi Tarikh al-Tasyri al-Islami
alQahirah:Dar al-Ansahar, 1862
Nurhayanti dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2019)
17