Anda di halaman 1dari 9

AKHLAK TERCELA RIYA’ DAN NIFAK

ABSTRAK

Artikel ini membahas tentang sifat tercela riya' dan nifaq, beserta contoh dan cara
pencegahannya. Kita sebagai umat Islam tentu wajib mengetahui tentang hal-hal tersebut. Di
sisi lain, kita mengetahui nilai-nilai negatif dari sifat tercela ini. Dan juga dapat memahami
makna aqidah akhlaq. Tujuan penulisan jurnal ini adalah agar sesama muslim mengingatkan
dan merenungkan sifat ini. Memahami kedua sifat ini sangat penting karena kita dapat
mengetahui arti dari sifat-sifat tersebut dan kita dapat menghindarinya dengan cara yang akan
kami uraikan nanti.

Keyword: Riya’ dan Nifaq

PENDAHULUAN

Salah satu fenomena yang muncul dalam sejarah perkembangan dakwah Islam adalah
munculnya sifat riya' dan nifaq di kalangan masyarakat yang telah memeluk agama Islam.
riya' dan nifaq adalah penyakit spiritual abstrak yang sulit diketahui secara lahiriah. Secara
berkala, riya' dan nifaq muncul ketika dakwah Islam mengalami kemajuan yang signifikan di
Madinah al-Munawwarah. Oleh karena itu, istilah riya' dan nifaq merupakan istilah baru yang
diperkenalkan oleh al-Qur'an, khususnya dalam ayat-ayat Madaniyah.

Pada hakekatnya, Riya' dan Nifaq muncul bersamaan dengan kehadiran Rasulullah
SAW menyebarkan dakwah Islam di Mekkah. Menurut Ulama Salafus Sholeh, riya' dan nifaq
sudah muncul ketika Nabi masih berada di Mekkah. Fenomena kemurtadan di kalangan
sebagian umat Islam akibat penindasan dan penganiayaan yang dilakukan kaum kafir Quraisy
menunjukkan bahwa kemurtadan adalah bagian dari kemunafikan. Hal ini disebabkan
lemahnya keimanan mereka yang mengaku masuk Islam saat itu. Meskipun gejala riya' dan
nifaq di Mekkah sudah ada, namun belum kuat dan nyata, karena jumlah umat Islam saat itu
masih sedikit, serta dakwah Islam masih dalam kondisi lemah dan terbatas.

Setelah Nabi hijrah ke Madinah, dakwah Islam mengalami kemajuan dan


perkembangan yang sangat signifikan. Semakin kuat pondasi Islam, semakin kuat pula
tantangan yang dihadapi umat Islam di Madinah dalam menyebarkan dakwah. Jika di
Mekkah umat Islam hanya berurusan dengan orang kafir Quraisy, maka di Madinah umat
Islam tidak hanya berurusan dengan orang kafir yang terdiri dari orang Quraisy Mekkah dan
Ahl al-Kitab, tetapi juga berurusan dengan orang-orang yang menyatakan dirinya masuk
Islam tetapi tetap menjaga fitrah. dari riya' dan Nifaq. yang akan merusak dakwah Islam dari
dalam. Dengan demikian, dakwah Islam akan menghadapi dua tantangan, yaitu dari luar dan
dari dalam.

Menyikapi semakin kuat dan bahayanya riya' dan nifaq (kemunafikan) untuk
kemuliaan dakwah, al-Qur'an melalui ayat-ayat Madaniyyah menjelaskan apa ciri-cirinya,
betapa besar bahayanya bagi umat Islam dan bagaimana kehidupan nantinya. dihadapi oleh
mereka baik di dunia maupun di akhirat. Pada awal surat al-Baqarah misalnya, Al-Qur'an
menjelaskan tiga tipologi manusia, yaitu muttaqin, kafir dan munafiqin. Dua kelompok
terakhir merupakan dinamika yang selalu mengiringi dan mengikuti perjalanan dakwah
Islam. Penyakit ini seperti bayangan yang selalu mengiringi setiap langkah perjalanan
dakwah.

Dengan demikian, fenomena riya' dan nifaq dalam dakwah Islam merupakan
sunnatullah yang harus dihadapi umat Islam. Tulisan ini akan menjelaskan pengertian riya'
dan nifaq dalam perspektif Alquran melalui kajian tematik. Tematik adalah metode penyajian
pesan-pesan al-Qur'an yang ditawarkan oleh para mufassir kontemporer. Penerapan metode
ini dalam memahami al-qur an adalah dengan mencari jawaban al-qur an secara keseluruhan
mengenai topik yang dibahas. Dalam tulisan ini, selain mencari pandangan al-Qur'an tentang
riya' dan nifaq, juga faktor-faktor yang menimbulkan riya' dan nifaq, bahaya riya' dan nifaq
dalam kehidupan dunia dan ancaman Allah terhadap orang-orang munafik di dunia.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Tercela


Akhlak tercela dalam bahasa Arab disebut juga dengan Akhlak Madzmumah.
Akhlak tercela adalah perilaku yang dapat meruntuhkan keimanan seseorang dan
menurunkan statusnya sebagai manusia.
B. Riya’
Kata riya' diambil dari kata dasar ar-ru'yah, yang berarti menarik perhatian
orang lain agar dinilai sebagai orang baik. Arti asli dari kata riya' adalah
mengharapkan orang lain untuk melihat kedudukannya di antara mereka, yang
dilakukan dengan amalan yang tidak termasuk dalam ibadah atau amalan yang
termasuk dalam ibadah. Riya' adalah salah satu sifat tercela karena dapat
menggugurkan ibadah. Riya' adalah menunjukkan diri kepada orang lain, artinya
kamu beramal bukan karena Allah SWT, melainkan karena manusia. Riya' berkaitan
dengan kesombongan.
Menurut Ahlul Kasyaf, sikap riya' adalah sikap yang menggiring seseorang
untuk tidak ikhlas. Padahal Allah SWT telah memberikan batasan, bahwa setiap
hamba hanya boleh melakukan sesuatu semata-mata untuk menjaga citra dirinya di
hadapan Allah SWT. Karena sebagai hamba Allas SWT, sudah sepantasnya jika
berusaha memberikan kesan yang baik di hadapan Sang Pencipta dan Penguasa
seluruh alam.

Ketahuilah bahwa hukum riya’ adalah haram dan pelakunya dikutuk oleh
Allah SWT sebagaimana tersirat dalam fieman-Nya QS. Al-Ma’un [107]: 4-6 yang
berbunyi:

)6( ‫) اَّلِذ يَن ُهْم ُيَر اُءوَن‬5( ‫) اَّلِذ يَن ُهْم َع ْن َص اَل ِتِهْم َس اُهوَن‬4( ‫َفَو ْيٌل ِلْلُمَص ِّليَن‬

Arinya: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, (4) (yaitu)


orang-orang yang lalai terhadap sholatnya, (5) orang-orang yang berbuat riya’, (6).
(QS. Al-Ma’un [107]: 4-6).

C. Macam dan Bentuk Riya’


Ada dua macam riya', yaitu riya' jali (jelas), dan riya' khafi (samar). Dimana
riya' jali adalah riya' yang menjadi motif dan penggerak seseorang yang melakukan
ibadah, meskipun mengharapkan pahala. Sedangkan riya' khafi adalah riya' yang
bukan menjadi motif dan pendorong seseorang untuk beribadah secara penuh, hanya
saja riya' ini mempermudah ibadah dilaksanakan karena Allah SWT.
Ada beberapa bentuk riya' yang sering dijumpai pada umat Islam seperti riya'
dalam ibadah dan riya' di luar konteks ibadah, adapun penjelasan bentuk riya' adalah
sebagai berikut:
1. Riya’ dalam beribadah
Umumnya, orang menunjukkan kekhidmatan ketika berada di tengah-tengah
jamaah atau karena ada yang menonton.
2. Riya’ dalam berbagai kegiatan
Orang itu rajin dan rajin bekerja selama masih ada orang yang mengawasi. Dia
bekerja seolah-olah dia penuh semangat, padahal jauh di lubuk hati dia tidak.
Dia bekerja dengan rajin ketika ada pujian, tetapi ketika tidak ada yang
memujinya, semangatnya berkurang.
3. Riya’ dalam berderma atau bersedekah.
Dalam bersedekah, maksud orang riya' bukan karena ingin membantu dengan
ikhlas, tetapi karena ingin dikatakan dermawan dan dermawan. Orang yang
bersedekah karena riya' tidak akan mendapat pahala dan amalnya sia-sia.
4. Riya’ dalam berpakaian.
Orang Riya umumnya memakai pakaian yang bagus, mahal dan berbagai
macam perhiasan dengan harapan agar disebut kaya, cakap, dan pandai
berbisnis sehingga melebihi orang lain. Tujuannya hanya untuk pamer dan
mendapat pujian.
5. Riya’ ucapan.
Merupakan sikap riya' yang dilakukan oleh para ahli agama ketika memberi
nasihat, menghafal riwayat ketika berbicara, menunjukkan luasnya ilmu,
menggerakkan dua bibir di depan orang lain, menunjukkan keburukan ketika
mengingkari keburukan di depan orang lain dan menjaga suara. rendah dan
lembut ketika membaca Al-Qur'an. sehingga “mengejutkan ketakutan,
kesedihan dan kekhidmatannya.
D. Nilai Negatif Riya’
Menurut Imam Ali bin Abi Tholib k.w., ada 4 tanda riya'. Yakni, pertama,
malas beramal atau beribadah saat sendirian. Kedua, sebaliknya, jika di depan orang
lain atau orang banyak ia rajin beramal atau beribadah. Kemudian yang ketiga, jika
dipuji maka amalnya semakin banyak. Keempat, jika tidak ada yang memujinya,
maka amalnya akan berkurang alias tidak mau bersedekah lagi.
Banyak orang yang tidak sadar telah tergelincir dalam tindakan riya'. Pahala
amal kebaikan yang telah dilakukan oleh seseorang akan hilang karena terhapus oleh
perbuatan riya' ini.
Para pelaku riya' jika tidak mendapat balasan atas kebaikan yang telah
dilakukannya, akan merasa kecewa dan mengungkit-ungkit pemberiannya bahkan
dibarengi dengan kata-kata hinaan dan hinaan terhadap orang yang telah menerima
pemberiannya. Disitulah letak bahaya riya', oleh karena itu Allah tidak menyukai
hambanya yang melakukan itu dan di hari kiamat Allah telah menyiapkan pahala bagi
orang yang melakukan riya'.
Riya' juga akan menjadikan dunia sebagai tujuan utama dalam hidup
seseorang, dan manusia akan berkeinginan untuk hidup di dunia selamanya. Padahal
Rasulullah SAW dengan tegas mengatakan yang artinya “Cinta dunia akar
kesalahan”. (HR. At-Tarmidzi).
E. Cara Menghindari Riya’
Cara menghindari riya' dan terapinya yaitu harus disadari terlebih dahulu
bahwa sumber riya' adalah cinta harta, kehormatan dan pujian. Kemudian, berpikir
dan menyadari bahwa Allah SWT melihat isi setiap manusia, sehingga jika manusia
menyadari konsekuensi riya' mereka akan berkata kepada Allah SWT, "Aku adalah
orang yang paling hina di sisi-Mu." Menyadari bahwa segala perbuatan dan
akhlaknya semata-mata ditujukan untuk mengharap ridha Allah SWT. Walaupun
untuk menghilangkan sifat riya' harus ditempuh dengan kematian, manusia akan
merenung dan akan mengetahui bahwa selain sifat riya' lebih utama.
F. Definisi Nifaq dan Hukumnya
Nifaq, menurut bahasa, menyembunyikan sesuatu. Sedangkan menurut istilah,
menunjukkan keimanan kepada Allah para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
Rasul, dan Hari Akhir tetapi hatinya menentang semua itu.
Ini terjadi ketika seseorang mengaku sebagai seorang Muslim dan
menunjukkan kepada mereka bahwa dia adalah seorang Muslim. Terkadang dia
melakukan ibadah di depan mereka, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi
hatinya-wal Iyadzu billah- tidak percaya pada keesaan Allah. Uluhiyah dan
Rububiyah-nya. Tidak beriman kepada risalah Nabi SAW, atau membencinya, tidak
beriman kepada kitab-kitab wahyu-Nya, tidak beriman kepada siksa kubur, tidak
beriman kepada Hari Akhir. Percaya bahwa Kristen, Yudaisme dan orang kafir
lainnya adalah benar atau lebih baik dari Islam.
Meyakini bahwa agama Islam tidak sempurna atau tidak cocok diterapkan saat
ini. Meyakini bahwa ajarannya mengandung tirani terhadap perempuan. Meyakini
sebagian syariat mengandung kezaliman atau tidak mampu mewujudkan
kemaslahatan, dan berbagai keyakinan lain yang mengecualikan pelakunya dari
agama Islam, sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan Syirik Akbar dan Kufur
Akbar.
Hal ini karena pelakunya masuk Islam melalui pintu itu, atas dasar itu Allah
mengingatkan bahwa orang munafik adalah orang munafik yang fasiq (Q.S At-
Taubah 9:67).
Nifaq terbagi menjadi dua jenis yaitu nifaq i'tiqadi dan nifaq amali. nifaq
i'tiqadi adalah nifaq utama yang pelakunya memperlihatkan keislaman tetapi
menyembunyikan kekafirannya di dalam hati. Nifaq i'tiqadi meliputi:
 Menyangkal Rasulullah SAW.
 Mengingkari barang-barang yang dibawa Nabi Muhammad.
 Membenci Rasulullah SAW.
 Merasa senang dengan kemunduran agama Nabi.

Nifaq amali adalah melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan munafik


tetapi di dalam hatinya masih ada iman. Jenis nifaq ini tidak mengecualikan agama
tetapi merupakan wasilah (perantara) untuk hal semacam itu. Pelakunya dalam
keadaan nifaq iman. Jika ada lebih banyak tindakan nifaq, itu bisa menjadi alasan
untuk jatuh ke dalam nifaq.

Adapun hukum orang munafik adalah sama dengan hukum orang yang
melakukan syirik besar dan orang yang melakukan kekufuran Akbar, dan seterusnya
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Karena orang munafik pada dasarnya
adalah orang kafir, padahal benar mereka lebih buruk dari orang kafir lainnya, karena,
orang kafir juga pendusta dan penipu. Mereka lebih berbahaya bagi kaum muslimin
karena mereka masuk di kalangan kaum muslimin dan menunjukkan diri bahwa
mereka termasuk kaum muslimin, mereka memerangi Islam atas nama perbaikan.
karena itu, hukuman mereka lebih berat daripada orang-orang kafir pada akhirnya.

G. Sifat-sifat Nifaq dan Contohnya.


 Berbohong dengan sengaja, dan mereka yang mendengarkan apa yang dia
katakan akan mempercayainya.
 Berniat untuk tidak menepati janji, ketika dia berjanji, maka dia benar-benar
tidak menepatinya.
 Melebihi batas dalam berdebat dengan orang lain, dengan sengaja
menyimpang dari yang benar ke yang salah. Dia berdebat dan berdebat dengan
kebatilan dan kebohongan, untuk membuat keputusan yang tidak berhak dia
buat.
 Membuat perjanjian dengan orang lain, sementara dia berniat untuk
menepatinya maka dia benar-benar menepatinya.
 Menghianati amanah yaitu dengan mengambil amanat dari orang lain
sementara dalam hati ada niat untuk mengingkarinya dan tidak menunaikan
amanat itu kepada mereka, dalam hadis Nabi Bersabda, yang artinya: “Tanda
oarng munafiq itu ada tiga, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia tidak
menepatinya dan jika diberi amanat ia berkhianat.” (H.R Bukhari Muslim)
 Riya’ dalam melakukan amal shalih. Diriwayatkan dari Nabi berdabda, yang
artinya: “Kebanyakan munafiq dari umatku adalah para qari’nya.” Yang
dimaksud dengan nifaqnya para qari’anya adalah riya.
 Seorang muslim menghina dari jihad dan sama sekali tidak ada niat dalam
hatinya umtuk melakukan jihad. Dalam hadis Nabi pernah kehilangan, yang
artinya: “Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak pernah marah, dan tidak
pernah pula meniatkannya dalam hatinya, maka ia mati di atas salah satu
cabang kemunafikan”. (HR Muslim)
 Menampakkan kecintaan kepada yang lain dan mendekatkan diri kepadanya
dengan melakukan apa yang disukainya, tetapi menyembunyikan kebencian
terhadap atau mengunjingnya dengan apa yang tidak disukainya. Imam
Bukhari meriwayatkan dari Muhammad bin Zaid bin Abdillah bin Umar ia
berkata: . Kami menganggap bahwa itu termasuk dalam nifaq.”
 Membenci kaum anshar. Diriwayatkan oleh bukhari dan Muslim: “Tanda
orang yang munafiq adalah kebencian terhadap kaum anshar sedangkan tanda
orang yang beriman adalah cinta kepada kaum anshar.(H.R Bukhari dan
Muslim)
 Benci kepada khalifah Ali bin Abi Thalib dalam hadis Nabi kehilangan, yang
artinya: “Demi Dzat yang telah menciptakan biji dan jiwa sesungguhnya Nabi
yang ummi mengatakan bahwa yang menciptakan hanyalah orang Mukmin
dan yang membenciku hanyalah orang munafiq. (HR Muslim).
H. Cara Menghindari Sifat Nifaq
Menghindarkan diri dari sifat nifaq harus menjadi watak setiap umat muslim.
Adapun upaya dalam menghindarkan diri dari sifat nifaq antara lain yang pertama,
harus selalu menyadari bahwa nifaq merupakan larangan agama yang harus dijauhi
dalam kehidupan sehari-hari. Yang kedua, nifaq akan merugikan diri sendiri dan
orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan bermasyarakat. Dan sifat nifaq biasanya
tidak sesuai dengan hati nurani manusia (termasuk hati munafiq sendiri) Kejujuran
menentramkan hati dan selalu disukai dalam pergaulan.
I. Metode Pengajaran
Beberapa bentuk metode mengajar yang kita kenal adalah ceramah dan
diskusi, ceramah merupakan cara yang umum sesuai untuk menyampaikan informasi.
Diskusi merupakan cara yang umum sesuai untuk menggali berbagai gagasan atau ide
dari berbagai gagasan atau ide dari berbagai pihak.
Metode pembelajaran ceramah dalam ragam yang khas dalam penerapannya di ruang
lingkup sekolah atau madrasah sesuai dengan latar belakang kemiskinan, kesiapan
siswa dan lain-lain. Misalnya ketika menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran, apakah guru akan menyampaikan informasi atau ceramah kepada siswa
dari awal hingga akhir kegiatan, atau diselingi dengan tanya jawab, atau
menggunakan alat peraga, dan sebagainya. Contoh lain, jika kita akan menggunakan
metode ceramah yang dilakukan dalam bentuk kelompok. Informasi atau tugas yang
harus didiskusikan melalui penjelasan guru atau diberikan dalam bentuk LKS.

Dalam metode ceramah mempunyai dasar dari al-qur’an Hal ini juga
berkenaan dengan firman Allah SWT :
‫ِاَّنآ َاْنَز ْلنُه ُقْر َاٽًنا َع َر ِبًّيا َّلَع َّلُك ْم َتْع ِقُلْو َن ۞ َنْح ُن َنُقُّض َع َلْيَك َاْح َس َن اْلَقَص ِص ِبَم آ َاْو َح ْيَنآ َاَلْيَك هَذ ااْلُقْر اٽَن َو ِاْن ُكْنُت ِم ْن‬
‫َقْبِله َلِم َن اْلغِفِلْيَن‬

Artinya :“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa


Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling
baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum
(kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”.
(Q.S. Yusuf/12:2-3)[23].

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an dengan bahasa


Arab kepada Nabi Muhammad SAW. Dan Nabi menyampaikan kepada para
sahabatnya dengan cerita dan ceramah. Metode ceramah masih menjadi metode
pengajaran yang dominan digunakan, terutama di sekolah-sekolah tradisional.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode ceramah adalah


sebagai berikut:

1) Langkah Persiapan
Persiapan yang dimaksud disini adalah enjelaskan kepada siswa tentang tujuan
pelajaran dan pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran
tersebut. Selain itu, guru memperbanyak bahan apersepsi untuk membantu
mereka memahami pelajaran yang akan disajikan.
2) Langkah Penyajian
Pada tahap ini guru menyajikan materi yang berkaitan dengan pokok
permasalahan.
3) Langkah Generalisasi
Dalam hal ini unsur yang sama dan berbeda dikumpulkan untuk mendapatkan
kesimpulan tentang pokok permasalahan.
4) Langkah Aplikasi Penggunaan
Pada langkah ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi
agar makna dari kesimpulan itu nyata.

Anda mungkin juga menyukai