Anda di halaman 1dari 3

Agar Terhindar dari Riya

Oleh : Anis Yunus

(Alumnus Ma`had Al-Imarat Bandung)

Sesungguhnya nafsu itu ada yang nampak dan ada juga yang tersembunyi. Banyak orang

yang terperdaya oleh nafsu yang nampak, namun lebih banyak lagi orang yang tidak bisa

menghindari nafsu yang tesembunyi. Ibnul Atsir pernah berkata, “Sesungguhnya diantara bagian

hawa nafsu yang tersembunyi adalah merasa senang apabila amalan yang kita perbuat dilihat oleh

orang lain.”

Riya adalah bagian dari nafsu tersembunyi yang terkadang kita dan banyak dari para ahli

ibadah terperdaya oleh nafsu ini karena saking sulitnya bagi kita dalam mendeteksinya. Diantara

syarat diterimanya amal ibadah kita adalah ikhlas. Ketika seseorang berbuat riya dalam ibadahnya

maka otomatis ibadahnya akan ditolak oleh Allah Swt. karena itu menjadi bukti ketidak ikhlasannya

dalam beribadah.

Riya termasuk kedalam syirkul ashghar atau syirik kecil yang akan mendatangkan kerugian

bagi pelakunya di akhirat kelak. Rasulullah Saw berabda, “Sesungguhnya yang paling kutakutkan

dari apa yang ku takutkan atas kalian adalah syirik kecil”. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah,

apakah syirik kecil itu?” Beliau menjawab, “Riya.” Alah Swt berfirman kepada mereka pada hari

kiamat, tatkala memberikan balasan amal-amal manusia, “Pergilah kepada orang-orang yang kalian

berbuat riya di dunia, apakah kalian mendapatkan kebaikan di sisi mereka?”. (HR Ahmad).

Ibnu Qudamah dalam kitabnya Minhajul Qashidin (267-269) menyatakan bahwa riya dalam

masalah agama ada lima macam. Pertama, riya yang berasal dari badan, seperti memperlihatkan

bentuk tubuhnya yang kurus pucat, agar orang lain bisa melihat bahwa dia telah berusaha
sedemikian rupa dalam beribadah, atau dia memperlihatkan suara yang parau, mata yang cekung

dan bibir yang layu agar orang lain menganggapnya terus menerus berpuasa.

Kedua, riya yang berasal dari perhiasan, yaitu dengan mengenakan pakaian yang lusuh dan

membiarkan bekas sujud. Hal ini dilakukan agar orang lain menganggap dia sebagai orang yang

zuhud.

Ketiga, riya dengan perkataan. Riya nya para pemeluk agama adalah dengan nasihat,

peringatan, menjaga pengabaran dan atsar dengan maksud untuk berdebat, memperlihatkan

kedalaman ilmunya dan perhatiannya terhadap orang-orang salaf, menggerakan bibir denga dzikir

di hadapan orang banyak, memperlihatkan amarah saat melihat kemungkaran di hadapan orang

banyak, membaca Al-quran dengan suara pelan, sedangkan didalam hatinya tersimpan maksud agar

dirinya dikira takut kepada Allah dan sebagainya.

Keempat, riya dengan perbuatan. Seperti riyanya orang yang memanjangkan bacaan saat

shalat, memanjangkan ruku dan sujud, menampakan kekhusyuan dan lainnya. Begitu pula riya

dalam puasa, haji, sedekah, dan lainnya.

Kelima, riya dengan teman dan orang-orang yang berkunjung kepadanya. Seperti

memamerkan kedatangan ulama atau ahli ibadah ke rumahnya, agar dikatakan, “Dia telah

dikunjungi Fulan”, sehingga orang-orang datang kerumahnya dan meminta barakah kepadanya.

Begitu pula orang yang memamerkan sekian banyak syaikhnya atau gurunya, agar orang-orang

berkomentar tentang dirinya, “Dia sudah bertemu dengan sekian banyak syaikh dan menimba ilmu

dari mereka”. Dia berbuat seperti itu untuk membanggakan diri. Begitulah yang biasa dilakukan

orang-orang yang riya untuk mencari ketenaran dan kedudukan di hati manusia.

Menurut Ibnu Qudamah (Minhajul qashidin :276-277), supaya kita bisa terhindar dari sifat

riya ini paling tidak ada dua cara. Pertama, dengan membiasaka diri menyembunyikan ibadah dan

menutup pintu agar tidak diketahui orang lain, tidak ada obat penawar riya yang paling mujarab

daripada menyembunyikan amal. Memang pada mulanya akan terasa berat. Tetapi jika bersabar
untuk beberapa saat dengan sedikit memaksakan diri, tentu tidakakan terasa berat lagi, dan Allah

pasti akan memberinya pertolongan.

Kedua, dengan belajar. Siapa yang mau berusaha mengenyahkan sumber-sumber riya dari

hatinya dengan sukarela, menganggap dirinya hina di mata manusia, tidak mempedulikan pujian

dan celaan mereka, tentu riyanya akan hilang. Jika muncul keinginan untuk dipuji, harus diingatkan

dengan bencana riya yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah. sehingga keinginan itu bisa

dilawan dengan ketidak sukaan terhadap kemurkaan.

Semoga kita semua senantias diberi taufik oleh Allah Swt agar terhindar dari riya ini. Amin.

Anda mungkin juga menyukai