Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya pembahasan tentang riya adalah pembahasan yang sangat
penting yang berkaitan dengan agama Islam yang hanif (lurus) ini, hal dikarenakan
tauhid adalah inti dan poros dari agama dan Allah tidaklah menerima kecuali yang
murni diserahkan untukNya bahwasanya riya itu samar sehingga terkadang
menimpa seseorang padahal ia menyangka bahwa ia telah melakukan yang sebaikbaiknya. Dikisahkan bahwasanya ada seseorang yang selalu sholat berjamaah di
shaf yang pertama, namun pada suatu hari ia terlambat sehingga sholat di saf yang
kedua, ia pun merasa malu kepada jamaah yang lain yang melihatnya sholat di shaf
yang kedua. Maka tatkala itu ia sadar bahwasanya selama ini senangnya hatinya,
tenangnya hatinya tatkala sholat di shaf yang pertama adalah karena pandangan
manusia.
B. Penulisan
1. Agar tahu tentang hadits-hadits yang berkenaan dengan bahaya riya dalam
sebuah amal.
2. Agar dapat memahami tentang betapa pentingnya arti sebuah niat dalam
aspek kehidupan.
3. Agar dapat memahami tentang urgensi riya dalam sebuah amal dan dapat
memotivasi diri agar beramal dengan ikhlas.
4. Agar dapat mengetahui apa saja hal-hal yang dapat dilakukan agar
menjadikan amalannya ikhlas dan menghindar dari sifat riya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Penjelasan Perilaku Riya


Kata riya berasal

dari

kata ruyah,

yang

artinya

menampakkan.

Dikatakan arar-rajulu, berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh
manusia. Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:
)( )(
Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang
berguna. (QS. Al-Maauun : 6-7)



Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya
dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi
[orang] dari jalan Allah. Dan [ilmu] Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. (QS.
Al-Anfal : 47)
B. Definisi Riya secara Terminologi
Pengertian riya secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang
menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara langsung agar dirinya
mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan
keuntungan materi.
C. Pengertian Sumah secara Etimologi
Kata sumah berasal dari kata sammaa (memperdengarkan). Kalimat sammaan
naasa bi amalihidigunakan jika seseorang menampakkan amalnya kepada
manusia yang semula tidak mengetahuinya.
D. Definisi Sumah secara Terminologi
Pengertian sumah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang
membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang sebelumnya tidak

diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan


kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan
materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat
Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sumah. Bahwa riya
adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sumah adalah
sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan
hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela,
sedangkan sumah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk
memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan
manusia.
Dalam Al-Quran Allah telah memperingatkan tentang sumah dan riya ini:










)(
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti [perasaan si penerima], seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih [tidak bertanah]. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS.
Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
Siapa yang berlaku sumah maka akan diperlakukan dengan sumah oleh Allah dan
siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sumah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya
di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya,
namun tidak diberi pahala kepadanya. Naudzubillah min dzalik.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang kekhawatirannya atas umat
ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang tidak lain merupakan syirik
kecil.

Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para
sahabat bertanya, Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab, Riya. Allah akan berfirman pada hari kiamat nanti ketika
Ia memberi ganjaran amal perbuatan hamba-Nya, Pergilah kalian kepada orang yang
kalian berlaku riya terhadapnya. Lihat Apakah kalian memperoleh balasan dari
mereka? Kemudian Rasulullah mendengar seseorang membaca dan melantunkan
dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau bersabda, Sesungguhnya dia amat taat
kepada Allah. Orang tersebut ternyata Miqdad bin Aswad. (HR. Ahmad)
1. Hadis Perilaku Riya
Barangsiapa

melakukan

perbuatan

sumah

niscaya

Allah

akan

memperdengarkan aibnya dan barangsiapa melakukan perbuatan riya, niscaya Allah


akan memperlihatkan aibnya,( Hadits riwayat Muslim, 4/2289.)
Perbuatan riya adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan cara tertentu
supaya dilihat orang lain dan dipujinya. Misalnya, seseorang melakukan shalat, lalu
memperindah shalatnya, tatkala mengetahui ada orang yang melihat dan
memperhatikannya. Sedangkan perbuatan sumah adalah suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud agar didengar dan dipuji orang lain. Misalnya, seseorang
membaca Al-Quran, lalu memperindah suara dan lagunya tatkala mengetahui ada
orang yang mendengar dan memperhatikan-nya.
Barangsiapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena
mengharap pujian manusia di samping ridha Allah, maka amalannya menjadi sia-sia
belaka. Seperti disebutkan dalam hadits qudsi,Aku adalah Dzat yang paling tidak
membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri
perbuatan syirik kepadaku, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima) amal
syiriknya.( Hadits riwayat Muslim, hadits no. 2985.)
2. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Riya
Hal penting yang perlu kita ketahui dalam masalah riya adalah sebab-sebab
yang bisa menjatuhkan diri kita dalam penyakit ini. Di antara sebab-sebabnya adalah
sebagai berikut.

Lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan tempat di mana anggota-anggotanya berinteraksi secara
intens sehingga yang terjadi adalah saling mempengaruhi antara satu dengan yang
lain. Apabila seseorang hidup dalam sebuah keluarga yang kental dengan tampilantampilan riya, maka sulit untuk tidak jatuh pada penyakit ini, terlebih anak-anak yang
punya kecenderungan untuk mengikuti orang tua. Maka, langkah strategis yang harus
dilakukan orang tua adalah memperdalam ajaran Islam sehingga sang anak akan
mampu membentengi dan memproteksi dirinya dari riya.
Pengaruh teman.
Sebagaimana

keluarga

mempunyai

pengaruh

yang

kuat

dalam

mempengaruhi putih hitamnya perilaku kita, teman pun demikian, sehingga Allah
SWT senantiasa menganjurkan kepada kita agar kita mencari dan menjadikan orangorang yang saleh sebagai mitra kita atau teman dalam bergaul kita. Allah telah
menggambarkan sebuah penyesalan hambanya yang salah dalam berinteraksi. Allah
SWT berfirman, Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan
si Fulan itu teman akrab(ku). (al-Furqaan (25) : 28)
Tidak mengenal Allah SWT dengan baik.
Ketidaktahuan seseorang akan kedudukan keagungan Allah SWT dan
kebesaran-Nya akan menghantarkan pada tampilan sikap dalam beribadah kepada
Allah SWT. Maka, mengenal Allah merupakan hal yang urgen sekali oleh karena
dengan cara itulah kita akan terjaga dari kesalahan-kesalahan dalam beribadah
kepada Allah, termasuk munculnya penyakit riya.
Keinginan yang berlebihan untuk menjadi pemimpin atau meraih jabatan dan
kedudukan.
Ketamakan kepada harta.
Kekaguman yang berlebihan dari orang lain.
Kekaguman yang berlebihan dari orang lain manakala tidak dikelola dengan baik
bisa menjadikan orang yang dikagumi membusungkan dadanya dan lupa kepada
Allah SWT sehingga timbullah sikap riya. Penyebabnya, ia akan senantiasa mencari
celah agar sikap, perilaku, dan ibadahnya senantiasa mendapat sanjungan orang lain.

3.

Macam-macam Perilaku Riya

Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa riya ada 2 macam, sebagaimana ulama
menguraikannya:


: ,

riya dibagi kedalam dua tingkatan: riya kholish yaitu melakukan ibadah sematamata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia, riya syirik yaitu melakukan
perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena untuk
mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur.
Maka hal ini sesuai dengan perkataan ulama ahli sufi, bahwa kita kadang tidak bisa
membedakan antara riya jali (terang) dan khafi (samar), kecuali orang-orang yang
benar-benar selalu mensucikan dalam hatinya hanyalah beribadah kepada Allah
semata. Karena dengan kedekatan pada-Nya, dalam hatinya sudah dibersihkan
daripada penyakit-penyakit yang buruk (madzmumah):


Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 110:



Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu yang diwahyukan
kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa,
Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya.
Ayat diatas menerangkan kepada kita, sekiranya beramal tapi masih mengharapkan
pujian daripada selain Allah, maka sifat riya sudah masuk dalam diri kita, dan itu
sangat berbahaya karena kita beramal untuk menuai hasilnya nanti di akhirat.
Allah SWT berfirman dalam surat Asy-Syuura ayat 20:



Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah
keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia,

Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat.
Apapun jenis ibadah yang kita lakukan, hendaklah dengan satu tujuan menghadap
kepada sang Ilaah, seperti sholat yang kita kerjakan setiap hari lakukanlah hanya
untuk Allah, baik ketika sholat sendiri atau pun ada orang di sekitarnya, beribadahlah
hanya untuk Allah yang Maha Mulia. Allah berfirman dalam surat al-Maauun ayat
4-7:
, ,
,

Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang
berguna.
Beberapa Diantaranya yaitu :
1. Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain Allah. Dia

senang

orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia tidak menunjukkan


keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk jenis nifaq.
2. Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas karena Allah,
namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia bertambah giat dalam
beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini termasuk perbuatan syirik
tersembunyi.
3. Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah dan sampai selesai
keadaannya masih demikian, namun pada akhir ibadahnya dipuji oleh manusia
dan ia merasa bangga dengan pujian manusia tersebut serta ia mendapatkan apa
yang diinginkannya (dunia, missal: dengan memperoleh kedudukan di
masyarakat dll).
4. Riya badaniyah, yaitu perbuatan riya dengan menampakkan badan/jasadnya
kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut sebagai orang ABID (Ahli
Ibadah).
5. Riya dari sisi penampilan atau model. Seperti orang yang berpenampilan
compang-camping agar ia dilihat seperti orang yang berlaku/berbuat zuhud 1).
6. Riya pada ucapan, misal orang yang memberat-beratkan suaranya.
7. Riya dengan amalan.

8. Riya dengan teman dan orang-orang yang mengunjunginya. Misal: Temanteman/orang-orang yang mengunjunginya adalah para ustadz/ulama, maka ia
menjadi bangga dan mengharap pujian dari hal tersebut.
9. Riya dengan mencela dirinya dihadapan manusia.
10. Seorang beramal dengan amal ketaatan dan tidak seorangpun mengetahuinya, ia
tidak ingin tenar. Akan tetapi jika ia dilihat manusia, ia menginginkan
diawali/dihormati dengan pengucapan salam.
11. Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai wasilah terhadap apa yang dia
inginkan.
4.

Ciri-ciri Perilaku Riya

Pengetahuan kita tentang ciri-ciri orang yang mempunyai sifat riya merupakan hal
penting oleh karena kita akan melakukan penyikapan-penyikapan yang jelas terhadap
mereka yang terkena penyakit ini. Minimal ada tiga ciri dasar dari orang yang
mempunyai sifat riya:
a. Munculnya keseriusan dan giat dalam bekerja manakala mendapat pujian dan
sanjungan, dan akan malas manakala tidak ada pujian, bahkan meninggalkan
pekerjaannya manakala dicela oleh orang lain;
b. Tampilnya profesionalisme kerja manakala dia bekerja secara kolektif, dan
apabila bekerja secara individu yang muncul adalah kemalasan yang sangat;
c. Konsisten di dalam menjaga batasan-batasan Allah SWT apabila bersama
orang lain, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran manakala dia sendirian.
5.

Dampak Perilaku Riya


Karena sifat riya merupakan penyakit hati, sudah barang tentu dia mempunyai

efek negatif dalam kehidupan kaum Muslimin, baik secara pribadi maupun dalam
bentuk amal islami. Berikut ini adalah dampak negatif dari sifat riya.
E. Dampak riya terhadap pelakunya
a. Terhalangi dari petunjuk dan taufik Allah SWT.
b. Menimbulkan keguncangan jiwa dan kesempitan hidup.
c. Hilangnya karismatika dirinya pada orang lain.
d. Hilangnya profesionalisme dalam bekerja.

e. Terjerumus pada sikap ujub, terperdaya, dan sombong.


f. Batalnya amal ibadah yang dilakukan.
g. Akan mendapat azab pada hari akhir.

F. Dampak riya terhadap amal islami


Efek negatif riya yang paling dominan dalam amal islami adalah tertundanya
banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi biaya pekerjaan yang besar. Hal itu
dilatari karena setiap pekerjaan yang dilakukan menunggu sanjungan orang lain yang
pada waktu yang bersamaan akan berimbas pada pembiayaan pekerjaan. Betapa
banyaknya pekerjaan-pekerjaan besar yang terbengkalai manakala kaum Muslimin
terjangkit penyakit ini. Maka, manakala kita mengetahui dampak negatifnya yang
begitu besar, baik secara individu maupun kolektif, menjadi sebuah kewajiban bagi
kita untuk menghilangkan dan memusnahkan sifat ini dari diri kita.
1. Contoh Perilaku Riya
2. Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan meminta ketua yayasan
supaya orang yang bersedekah tadi disebutkan/di umumkan kepada orang
lain,ahwa dirinya telah bersedekah.
3. seseorang

yang

memiliki

kecerdasan

yang

luar

biasa

dan

memamerkannya/menonjolkannya kepada semua orang.


4. Orang yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan akan
menunaikan ibadah haji lagi di tahun ini.Dengan maksud agar mendapat gelar
haji da di puji oleh orang lain.Dan masih bayak lagi contoh-contoh yang
lainnya .
6.

Cara Mencegah Perilaku Riya

Diantara solusi agar kita terhindar dari perbuatan riya adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk dunia dan
mengetahui jenis-jenis riya serta factor-faktor pendorong perbuatan riya
b. Mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla.
c. Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah persiapkan untuk akhir
kehidupan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
a. Riya adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia,
adapun secara istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat dalam hati karena
demi manusia,dunia yang dikehendaki dan tidak berniat beribadah kepada
Allah SWT
b. riya adalah memperlihatkan (menampakkan) diri pada orang lain, supaya
diketahui kehebatan perbuatannya ,baik melalui dari pembicaraan, tulisan,
atau pun sikap dan perbuaan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan
dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah.
c. Riya itu bisa terjadi di dalam niat, yaitu ketika kita akan melakukan
pekerjaan dan bisa juga terjadi ketika malakukan pekerjaan atau setelah
selesai melakukan pekerjaan.
d. Riya berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain . Terhadap diri ssendiri ,
bahaya riya itu akan dirasakan oleh dirinya sendiri berupa ketidak puasanan,
rasa hampa sakit hati dan penyesalan
e. Dampak riya kepada orang lain yaitu ketika orang yang telah dibantu
kemudian diumpat dan dicaci itu pasti akan tersinggung dan akhirnya
terjadilah perselisihan antara keduanya.
f. Perbuatan riya itu sangat merugikan, kerena itu Allah tidak akan memberi
pahala atas perbuatannya.
g. hikmah dari dilarangnya perbuatan riya adalah mendapatkan ridho dari Allah
membuat, hati tenang dan tentram, mempermudah kita bergaul dengan
masyarakat
h. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Riya
Lingkungankeluarga. Tidak mengenal Allah SWT dengan baik. Keinginan
yang berlebihan untuk menjadi pemimpin atau meraih jabatan.Ketamakan
kepada harta. Kekaguman yang berlebihan dari orang lain Kekhawatiran
penilaian yang kurang menyenangkan dari orang lain.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disarankan agar
1. Orang-orang diharuskan menjauhi sifat RIYA karena sifat Riya sangat di
benci Allah SWT.

10

2. Sifat RIYA membuat seseorang menjadi tidak sadar apa yang telah dia
lakukan.
3. Banyaklah bertwakal kepada allah dan selalu mengingat Allah agar kita
terhindar dari sifat RIYA.

11

Anda mungkin juga menyukai