Anda di halaman 1dari 10

D

OLEH :

KELOMPOK 5

1. PIYA UMAINI
2. MITA
3. IRPAH
4. TIARA AGUSTIN
5. FAKIH FATHURRAHMAN
6. AHMAD MUZZAKI MIRZA ABDULLAH

MAN 1 LAHAT
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Pengertian Riya
Secara Etimologi, kata riya berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan.
Dikatakan arar-rajulu, berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia.
Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:

(٦) َ‫ٱلَّذِينَ ه ُۡم ي َُرآ ُءون‬

)٧( َ‫َو َي ۡمنَعُونَ ۡٱل َماعُون‬


“…Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.” (QS. Al-
Ma’un : 6-7)
Sedangkan pengertian riya secara istilah/ terminologi adalah sikap seorang muslim
yang menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara langsung agar dirinya
mendapatkan kedudukan/penghargaan dari mereka, dan atau mengharapkan keuntungan
materi.
Kata lain yang mempunyai arti serupa dengan riya ialah Sum`ah. Kata sum`ah berasal
dari bahasa Arab ُ‫ اَلسُ ْم َعة‬atau ‫ سُ ْم َعة‬yang berarti kemasyhuran nama, baik sebutannya. Orang
yang sum`ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap
kebaikan yang ia lakukan.dengan danya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya
dilingkungan masyarakat. Jadi, sum’ah mempunyai arti yang sama dengan riya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’
ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku
amalan itu”. Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan
memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. Sementara Imam Habib Abdullah
Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan atau meminta dihormati
dari pada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.
Pengertian riya secara bahasa yakni berasal dari kata Arriyaa'u yang memiliki arti
memperlihatkan atau pamer. Riya merupakan suatu perbuatan memperlihatkan sesuatu, baik
barang atau perbuatan baik. Namun dengan tujuan agar dilihat oleh orang lain untuk
mendapat pujian. Padahal sebenarnya tujuan utama dari beribadah atau beramal hanya
dilakukan demi mencari ridha Allah SWT.
Riya juga merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Karena perbuatan ini
dilakukan tidak berdasarkan dengan niat semata-mata hanya untuk Allah SWT. Riya adalah
bentuk dari syirik kecil di mana mampu merusak ibadah serta mengurangi pahala seseorang.

Tahukah kalian, kebaikan yang didasarkan dengan riya tidak bernilai di hadapan Allah SWT.
Perbuatan ini juga bisa diartikan sebagai sikap yang muncul akibat kurangnya pemahaman
akan tujuan amal serta ibadah yang dilakukan. Riya muncul karena kurangnya iman kepada
Allah, hari akhir dan ketidak jujuran kala menjalankan perintah agama. Orang riya adalah
seseorang yang beribadah hanya karena ingin dianggap sebagai sosok taat pada agama.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya adalah melakukan amal kebaikan
bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara
memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau
penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan padanya. Oleh
itu, Syeikh Ahmad Rifa’i berpesan bahwa riya’ merupakan perbuatan haram dan satu
diantara dosa besar yang harus dijauhi serta di tinggalkan.

Contoh Perilaku Riya


Memiliki sifat riya berarti tandanya iman seseorang sudah rusak, oleh sebab itu sifat ini
wajib dijauhi oleh seorang Muslim. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Akidah
Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas x oleh Drs.H. Thoyib Sah Saputra, M.Pd, menurut Ali
bin Abi Thalib r.a ada empat tanda orang riya, antara lain sebagai berikut:
1. Malas beramal atau beribadah jika sendirian.
2. Jika di depan orang lain rajin beramal atau beribadah.
3. Jika dipuji, semakin banyak amal yang dilakukannya.
4. Jika tidak ada yang memuji, maka ia malas dan makin berkurang beramalnya.

Adapun contoh perilaku riya dikutip dari buku yang sama, antara lain sebagai berikut:

1. Suka memamerkan amal


2. Memamerkan ibadah secara tersirat (halus)
3. Suka menonjolkan aib orang lain
4. Membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah yang dilakukannya.
5. Menuntut ilmu demi popularitas
6. Berpura-pura tawadhu.

Sebab Timbulnya Riya


Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berbuat riya secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Lingkungan keluarga
Terkadang seseorang tumbuh di lingkungan keluarga yang sifat dan perilakunya selalu
riya, sehingga anak-anaknya mengikuti dan meniru sifat-sifat tersebut. Semakin lama
sifat tersebut semakin melekat pada jiwa si anak hingga akhirnya menjadi bagian dari
kepribadiannya yang tidak dapat dipisahkan lagi hingga ia dewasa. Oleh sebab
itu, Islam menganjurkan kepada umatnya agar memperhatikan faktor agama dalam
memilih pasangan hidup. Rasulullah saw bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat
perkara: kecantikannya, keturunannya, hartanya, dan agamanya. Maka, pilihlah yang
memiliki agama, pasti kamu akan bahagia”. (HR. Abu Daud).
Jadi, dasar pendidikan pertama seseorang adalah keluarga. Di dalam keluarga terbentuk
kebiasaan, kecenderungan, dan pandangan hidup seseorang. Kebiasaan seseorang akan
dipengaruhi oleh kebiasaan yang ada di dalam keluarganya. Pengaruh di dalam
keluarga diantaranya ialah cara berpikir, komunikasi, pendidikan agama, tradisi dan
adat istiadat dan hal-hal tersebut akan nampak pada perilakunya.
2. Teman yang berakhlak tidak baik
Dalam hadits Rasulullah bersabda, yang artinya: “Seseorang akan hanyut dalam
kebiasaan teman bergaulnya. Untuk itu, hendaklah kamu memperhatikan siapa yang
menjadi teman dekatmu”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad yang shahih).
Jadi, jika teman bergaul seseorang baik, maka baiklah ia. Akan tetapi, jika tidak baik
akhlaknya, maka rusaklah ia.
3. Tidak mengenal Allah SWT dengan baik
4. Cinta kehormatan dan kedudukan
5. Tamak terhadap milik orang lain
6. Gila hormat dan sanjungan
Ia selalu mengharap setiap orang memujinya, dan menginginkan di setiap majelis
kebaikannnya disebut-sebut, kemudian ia akan tersanjung dengan hal itu.
7. Pengawasan ketat dari atasan
8. Kekaguman orang lain
Dalam sebuah hadits diceritakan, ada seseorang yang sedang memuji-muji saudaranya
di hadapan Rasulullah, lalu beliau bersabda, “Celakalah engkau, engkau telah
memotong leher saudaramu. Engkau telah memotong leher saudaramu”. Beliau
mengatakannya berulang-ulang. Kemudian melanjutkan ucapannya, “Apabila
seseorang harus memuji saudaranya, katakanlah, ‘Aku hanya mengira si fulan itu
begitu (kata pujian), tetapi Allah lah yang menguasai perbuatannya. Dan aku tidak
akan menganggap suci seseorang di hadapan Allah’”. (HR. Muslim). Jadi, dalam
menyampaikan rasa kagum kepada seseorang, harus dengan penuh hati-hati dan tidak
berlebihan, karena dapat berakibat tidak baik bagi orang tersebut, serta dapat merusak
kepribadiannya.
9. Takut mendapatkan hinaan.
10. Lalai terhadap bahaya riya.

Cara Menghindari Riya


Perbuatan riya sebagai salah satu penyakit hati dapat dihindari dengan cara mendekatkan
diri kepada Allah SWT atau muraqabah. Dalam buku Quran Hadits yang ditulis oleh
Muhaemin dikatakan bahwa mendekatkan diri kepada Allah dan mengingat nama-Nya setiap
saat akan menjadikan hati menjadi bersih.
 Niatkan Ibadah Hanya Kepada Allah SWT Semata
Riya bisa dihindari dengan memfokuskan niat ibadah hanya semata-mata karena Allah
SWT dan bukan karena ingin mendapat sanjungan dari manusia. Dalam sebuah hadits,
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap
orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim).
 Selalu Mengingat Allah
Manusia harus sering meminta perlindungan kepada Allah, salah satunya lewat dzikir.
Sebab dengan berzikir seorang muslim akan senantiasa teringat oleh Allah.
 Mengendalikan Hati
Berusaha mengendalikan hati agar tidak terbuai dengan pujian orang lain. Sebuah pujian
memang bisa memotivasi diri agar menjadi lebih baik. Namun, terkadang pujian juga
bisa menjadi racun hingga membuat seseorang menjadi riya. Maka dari itu, cobalah
untuk tidak berbangga diri dengan mengendalikan hati.
 Menyembunyikan Amal Kebaikan Seperti Menyembunyikan Aib
Cara menghindari riya selanjutnya adalah menyembunyikan amal kebaikan seperti
bersedekah seolah tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui. Namun, ibadah
umum yang tidak bisa disembunyikan, seperti sholat jamaah di masjid, membaca Al-
Qur’an atau puasa tak perlu ditutupi. Terpenting berusahalah ikhlas mengerjakan ibadah
karena Allah.
 Berdoa dan Memohon Pertolongan Kepada Allah
Sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk melibatkan Allah dalam segala
urusan. Termasuk berlindung dari sifat-sifat yang tercela seperti riya. Dengan berdoa,
keimanan akan diperkuat dan dilindungi dari godaan setan.

Macam-macam Bentuk Riya


Ketahuilah wahai kaum Muslimin hamba hamba Allah ! Riya’ mengalir pada diri setiap
manusia (keturunan Adam) melalui aliran darah. Tujuannya untuk mengusik dan
membuyarkan semua amal perbuatan mereka. Riya’ ini sangat banyak macamnya. Antara
lain :
1. Riya’ Badani (Fisik)
Para ahli agama (ahlu ad diin) biasanya menampakkan badan yang kurus dan pucat,
agar mereka dilihat oleh manusia bahwa merena adalah hamba yang rajin beribadah. Dan
memberikan asumsi umum bahwa mereka telah disibukkan oleh urusan akhirat.Para ahli
dunia (ahlu ad dunya) melakukan riya’ dengan menampakkan tubuh yang gemuk dan
sehat, warna kulit yang bersih, ketegapan berdiri, wajah yang ceria, kebersihan badan
dan memperindah perkataan, untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka
adalah orang yang pintar (fasih) dalam bertutur kata. Mereka ini adalah orang yang
dikatakan Allah seperti dalam FirmanNya :
“Dan Apabila kamu melihat mereka, tubuh tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan
jika mereka berkata kamu mendengarkan mereka. Mereka adalah seakan akan kayu
yang tersandar. Mereka mengira tiap tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka,
mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka, semoga
Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari
kebenaran).” (Al Munafiqun :4)
2. Riya’ dalam berpakaian
Para penganut agama, mereka memakai pakaian sufi yang terkesan sangat kumal
untuk menunjukkan kezuhudan mereka. Sebagian mereka juga memakai satu jenis
pakaian khusus agar orang menyebutnya sebagai ulama. Ketika ia memakai pakaian
tersebut orang pun menganggapnya sebagai ulama. Adapun para ahli dunia, riya’ mereka
ditunjukkan dengan pakaian yang indah, kendaraan yang bagus dan rumah rumah
mewah.
3. Riya’ dalam Perkataan
Para ahli agama, riya’ mereka terlihat pada hafalan hadist dan atsar, karena ingin
bergaul dan berdiskusi dengan para ulama dan mengibuli orang orang bodoh, sehingga
mereka merasa bahwa merekalah orang yang lebih tinggi kedudukannya di mata
manusia.
Merendahkan dan mengeraskan suara ketika membaca Al Qur’an untuk menunjukkan
ketakutan atau kekhawatiran dan kegelisahan dan lain sebagainya, juga merupakan
bagian dari riya’. Wallahu a’lam Para ahli dunia, riya’ mereka terlihat dengan menghafal
bait bait syair, kata mutiara, mendalami tata bahasa dan sastra dalam percakapan dan
terus menerus terlibat dalam pembicaraan.
4. Riya’ dalam Amal Perbuatan
Para ahli agama melakukan riya’ seperti orang shalat yang memperpanjang waktu
berdiri, memperpanjang ruku’ dan sujud, memperlihatkan ke khusu’an dan ketundukan,
dan memperindah shalatnya kalau mengetahui bahwa ada orang yang sedang
memperhatikannya.
Adapun ahli dunia melakukan riya’ dengan sikap arogansi, kesombongan,
mendekatkan langkah, memperindah pakaian untuk mendapatkan kehormatan yang
mereka dambakan.
5. Riya’ dengan Para Sahabat dan Kerabat
Para ahli agama melakukan riya’ seperti misalnya orang yang mempersiapkan sebuah
kunjungan seorang alim ulama, agar orang orang mengetahui bahwa si alim Fulan telah
mengunjungi kediamannya. Sebagian mereka melakukan riya’ dengan menunjukkan
bahwa guru mereka banyak sekali agar ada asumsi dari masyarakat bahwa mereka telah
bertemu dengan banyak guru, dan telah diberi ijazah oleh banyak guru.

Ciri-ciri Riya
1. Tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat orang.
2. Amal atau perbuatn baik yang telah ia lakukan sering diungkti-ungkit atau disebut sebut.
3. Beramal atau beribadah sekejar ikut-ikutan, itupun dilakukan apabila ia berada ditengah-
tengah orang ramai.
4. Amal (perbuatan baiknya) selalu ingin diingat,diperhatikan ingin mendapat pujian dan
ingin didengar orang lain.
5. Terlihat tekun dan bertambah motifasinya dalam beribadah apabila mendapat pujian dan
sanjungan, sebaliknya semangatnya akan menurun bahkan meyerah apabila dicela orang.
Menurut Ali bin Abi Thalib, ciri-ciri orang riya terdapat dalam jiwa seseorang. Di antara ciri-
ciri orang riya adalah malas jika seorang diri, giat jika di tengah-tengah orang banyak,
tambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, dan berkurang frekuensi amalannya jika
mendapat celaan.

Dampak Buruk Riya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Maukah kamu kuberitahu


tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada (fitnah) Al
masih Ad Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik khafi (yang
tersembunyi), yaitu ketika sesorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya
karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya .“ (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa riya’ termasuk syirik
khafi yang samar dan tersembunyi. Hal ini karena riya’ terkait dengan niat dan termasuk
amalan hati, yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala. Tidak ada seseorang pun yang
mengetahui niat dan maksud seseorang kecuali Allah semata.
Hadist di atas menunjukkan tentang bahaya riya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam khawatir riya’ menimpa para sahabat yang merupakan umat terbaik, apalagi terhadap
selain mereka. Kekhawatiran beliau lebih besar daripada kekhawatiran terhadap ancaman
fitnah Dajjal karena hanya sedikit yang dapat selamat dari bahaya riya’ ini. Fitnah Dajjal
yang begitu berbahaya, hanya menimpa pada orang yag hidup pada zaman tertentu,
sedangkan bahaya riya’ menimpa seluruh manusia di setiap zaman dan setiap saat.
Berikut ini dampak berbahaya dari riya, diantaranya.

1. Terhalang dari Hidayah dan Taufiq Allah


Hidayah Allah SWT adalah anugerah Allah yang dikaruniakan-Nya kepada orang-
orang yang dikehendaki-Nya. Ini hak prerogatif Allah. Ia tidak bisa dipaksa untuk
menghampiri kita atau orang-orang tertentu. Kita bisa berdoa agar mendapat hidayah,
namun terserah Allah apakah menurunkan hidayah-Nya atau tidak. Namun demikian,
Allah telah membuat ketetapan di dalam Al-Qur’an bahwa hidayah itu akan diberikan
kepada orang-orang yang ikhlas.
… dan Ia memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada-Nya) (QS.
As-Syura : 13)
…dan Ia menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya (QS. Ar-Ra’d : 27)
Seseorang yang riya dan sum’ah pada dasarnya telah merobek keikhlasan dan
menyimpang dari kebenaran. Karenanya prasyarat untuk mendapatkan hidayah dan
taufiq dari Allah telah hilang darinya. Meskipun tahu banyak ilmu, orang seperti ini akan
sulit mengamalkannya. Ini dampak buruk riya’ dan sum’ah.
…Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka;
dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. As-Shaf : 5)
2. Batal Amalnya
Dampak dari riya yang berbahaya selanjutnya adalah batal setiap
amalannya.Sesungguhnya salah satu dari syarat diterimanya amal adalah ikhlas. Seperti
firman-Nya dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5. Jika seseorang melakukan ibadah atau amal
shalih namun dilandasi dengan riya’ atau sum’ah maka amal itu akan menjadi sia-sia.
Tidak diterima Allah SWT.
Lalu Kami hadapkan amal yang mereka kerjakan, kemudian Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan. (QS. Al-Furqan : 23). Dalam hadits qudsi Allah
berfirman:
Aku adalah yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang beramal
untuk-Ku dengan menyekutukan selain-Ku, maka Aku bebas dari dia dan dia Aku
serahkan kepada sekutunya itu. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
3. Mendapat Azab di Akhirat
Amal-amal yang banyak disangka membuat masuk surga, justru menyeret manusia ke
neraka ketika amal-amal itu dibangun di atas riya. Seperti hadits shahih yang
diriwayatkan Imam Muslim bahwa di pengadilan akhirat nanti ada 3 orang yang diadili
pertama kali; orang yang mati syahid, orang alim yang mengajarkan ilmunya, dan orang
kaya yang dermawan. Ketiganya menyangka akan masuk surga. Ini tercermin dari
jawabannya saat ditanya tentang apa yang dilakukan dengan nikmat-nikmat itu. Tapi
rupanya, Allah menilai berbeda dari persangkaan ketiga orang itu sebab mereka
melakukannya karena riya’ dan sum’ah. Lalu Allah memerintahkan malaikat untuk
menyeret mereka ke neraka.
4. Aibnya akan terbuka baik di dunia maupun di akhirat
Orang yang riya ingin mendapatkan pujian, penghormatan, atau kedudukan dari orang
lain. Namun seringkali Allah justru membuka aib orang seperti itu di dunia sehingga
terbongkarlah kebusukannya. Adapun di akhirat nanti, tidak ada rahasia yang bisa
disembunyikan saat yaumul hisab, saat pengadilan Allah SWT. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang berlaku sum’ah, maka ia akan dibalas Allah dengan sum’ah (dibuka
aibnya) pula.”
5. Menderita Kesempitan dan Kegelisahan
Orang yang riya’ atau sum’ah akan dilanda kegelisahan dalam hidupnya. Ia berada
dalam dua kesempitan. Merasa sempit karena khawatir niatnya terbongkar, dan merasa
sempit saat niatnya tidak tercapai. Berbeda dengan orang ikhlas yang sejak awal
melakukan amal telah mendapatkan ketenangan karena Allah-lah yang melihat dan akan
membalas amalnya meskipun tidak ada orang lain yang tahu.

Anda mungkin juga menyukai