Anda di halaman 1dari 4

Riya’ dan Sum’ah

Anggota kelompok:

1. Calya Faustina K. (6)


2. Diffa Auliyah P.A (10)
3. Nur Lailatul R. (23)
4. Shabrina Wiradhita U.P (29)

A. Pengertian
Secara bahasa sum’ah berarti mendengarkan. Sedangkan secara istilah sum’ah yaitu
memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan kepada orang lain
agar dirinya mendapat pujian. Singkatnya sum’ah adalah perilaku yang menyombongkan
amal ibadah yang telah dilakukan untuk pujian semata.
Riya’ secara bahasa berarti menampakkan atau memperlihatkan. Secara istilah riya’
berarti melakukan ibadah dengan niat supaya mendapat pujian atau penghargaan dari
orang lain. Riya’ maupun sum’ah merupakan sifat tercela yang menyebabkan amal
ibadah kita menjadi sia-sia. Dua kebiadaan ini biasanya muncul pada diri seorang pada
saat melakukan ibadah maupun setelah melakukan ibadah. Rasulullah mengatakan bahwa
riya’ dan sum’ah termasuk dalam syirik khafi, yakni syitik yang samar, dikarenakan
berkaitan dengan hati yang isinya hanya bisa diketahui oleh Allah S.W.T.
Dalil naqli yang berkaitan dengan hal ini:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu


dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya
ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi.
Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.
Serta dalam Musnad Ahmad yang mengatakan hadits Rasulullah SAW melarang
beramal selain karena Allah dan perbuatan riya’ sebagai syirik kecil karena kelak syarat
amal kita diterima adalah:
1. Beramal dengan landasan ilmu
2. Berniat ikhlas karena Allah
3. Melakukan amal dengan sabar dan ikhlas

B. Jenis- Jenis
Riya’ dibgai menjadi dua tingkatan yaitu khalish dan syirik. Riya’ khalish adalah
melakukan ibadah hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia semata. Sedangkan
riya’ syirik adalah melakukan perbuatan karena nita menjalankan perintah Allah dan
sekaligus ingin mendapat sanjungan dari orang lain.
Dari bentuknya, riya’ dibagi menjadi dua yaitu dalam niat dan dalam perbuatan.
Contoh riya’ niat: Seorang berkata ia ikhlas dalam beribadah karena Allah padahal dalam
hatinya tidak demikian.
Contoh riya’ perbuatan: Seorang menunjukan wajah yang kurus dan pucat agar dikira
sedang berpuasa, seorang memakai baju muslim lengkap agar disangka seperti orang
shaleh, seorang yang memperlihatkan tanda hitam di dahi agar dikira sebagai ahli sujud.

C. Ciri-ciri
Riya’ maupun sum’ah merupakan penyakit hati yang dapat merusak amal dan
perbuatan kita sebagai manusia kepada Allah. Kedua sifat ini sulit terdeteksi namun
masih dapat dan dirasakan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Selalu menyebut dan mengungkit amal perbuatan yang dilakukannya.
2. Beramal hanya sekedar ikut-ikut trend atau orang lain
3. Malas beramal baik bila tidak ada yang melihat
4. Melakukan amal baik apabila di depan khalayak ramai saja
5. Amalannya selalu ingin dilihat, didengar, dan dipuji oleh orang lain
6. Ekspresi amal yang berbeda bila dilihat orang dan tidak dilihat orang lain
7. Semangat bila mendapat sanjungan dan semangatnya akan turun apabila tidak
dipuji orang lain.
D. Dampak Negatif
Kedua perbuatan ini tentunya memiliki banyak dampak negative baik bagi orang
yang melakukakannya maupun orang yang ada dilingkungannya, beberapa diantaranya
yakni:
1. Muncul rasa tidak puas atas amal yang telah dikerjakannya
2. Muncul rasa gelisah sat melakukan amal dan perbuatan
3. Merusak nilai ibadah dan pahala, bahkan bisa sampai tidak mendapat pahala sama
sekali
4. Mengurangi kepercayaan dan simpati dari orang lain
5. Menyesal bila amal tersebut tidak diperlihatkan pada orang lain
6. Menimbulkan sentiment pribadi dari orang lain karena adanya perasaan dengki
dan iri

E. Cara Menghindari
Melihat dari dampak negative yang telah disebabkan oleh riya’ dan sum’ah maka kita
sebagai umat muslim sudah sepantasnya menghindari perbuatan tersebut dengan cara
sebagai berikut:
1. Meluruskan niat
Semua amal tergantung pada niat, apabila berniat melakukan amal karena Allah
maka akan diterima amalnya, dan sebaliknya bila keinginan untuk dipuji orang
lain maka akan sia-sia.
2. Menyadari diri hamba Allah
Tidak beranggapan bahwa harta dan kedudukan yang diperoleh di dunia
merupakan hasil kerasnya saja, melainkan amanah dari Allah S.W.T.
3. Memohon pertolongan Allah
Kita tidak dapat menyelesaikan semua masalah tanpa bantuan, maka dari itu
sebagai makhluk yang lemah sudah sebaiknya kita untuk berdoa dan memohon
pada Allah S.W.T dan juga memohon kekuatan agar terhindar dari sifat riya’ dan
sum’ah
4. Memperbanyak syukur
Sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah, dengan ini kita tidak akan
mengharap pujian dari orang lain, karena pujian dari manusia sifatnya adalah
semu yang bersifat sementara dan ada maksud tertentu.
5. Memperbanyak ingat kematian
Dengan ini kita akan menganggap bahwa pujian dari manusia tidak akan meiliki
arti apapun, dan tidak mungkin menjadi sebab mendapat pahala dari Allah.
Pujian dari manusia justru akan membuat kita lalai.
6. Membiasakan hidup sederhana
Kesederhanaan akan membuat seseorang menjadi lebih ikhlas dalam melakukan
amal ibadah sehingga pujian dari manusia tidak akan berpengaruh terhadap
keikhlasannya.

Dalam hal ini telah dijelaskan bahwa benteng amal itu ada tiga, yakni:

1. Merasa bahwa hidayah itu datang dari Allah


2. Berniat meraih ridha Allah agar mengalahkan hawa nafsu
3. Berharap pahala dari Allah akan menghilangkan riya’ dan sum’ah kita.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa riya’ dan sum’ah keduanya adalah


perbuatan tercela yang dibenci oleh Allah dan dapat menghilangkan pahala dan nilai
ibadah dari perbuatan baik yang kita lakukan, sehingga hendaknya kita sebagai umat
muslim menghindari perbuatan tersebut dengan tetap mendekatkan diri kepada Allah
S.W.T dan memperbanyak amalan dan ibadah hanya karena-Nya seorang.

Anda mungkin juga menyukai