Anda di halaman 1dari 11

Akhlak Madzmumah

ihuzaimah September 8, 2012 Tinggalkan Sebuah Komentar Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qatiurrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam. Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin ayat 4-6. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya. Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah, mencintai Allah, mencintai karena Allah, beramal karena allah, takut kepada Allah, tawadhu, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam. Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara lain: taat dan cinta kepda Rasulullah saw. Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah, kepada ibu, kepada anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada keponakan, dan seterusnya. Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya. Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang, merawat tumbuhan, dan lain-lain. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya: A.Hasud Hasud artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. 1. Hasud yang terlarang Adalah hasud terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain, sehingga menimbulkan kedengkian, dll Dalam kehidupan sehari-hari hal ini sering terjadi sehingga dengan ketidaksenangan tersebut dapat mengakibatkan timbulnya perbuatan tercela yang lainnya misalnya : Timbul kebencian, permusuhan, mencelakakan orang lain, merampok, menghancurkan hak milik orang lain dll. 2. Hasud yang diperbolehkan Adalah hasud kepada orang lain dalam hal : jika seseorang diberi harta benda kemudian dibelanjakan dijalan Allah Swt, dan jika seseorang diberi ilmu oleh Allah kemudian diamalkannya. 3. Penyebab pokok hasud adalah : a. Kalah bersaing dalam merebut simpati orang atau dalam usaha. b. Sifat kikir yang berlebihan c. Cinta dunia dan sejenisnya. d. Merasa sakit jika orang lain memiliki kelebihan e. Tidak beriman kepada qadha dan qadar. 4. Akibat hasud Nabi Muhammas saw bersabda :Waspadalah terhadap hasud sesungguhnya hasud mengikis pahala sebagaimana api memakan kayu Orang hasud telah menentang Allah s.w.t. dengan lima hal iaitu: Kerana ia membenci nikmat Allah s.w.t. terhadap orang lain Dia tidak suka pembahagian Allah s.w.t. untuk dirinya seolah-olah ia berkata: Mengapa Engkau membagi begini? Ia bakhil terhadap kurniaan Allah s.w.t. Dia membantu kepada iblis laknatullah 5. Cara menghindari hasud 1. a. Menumbuhkan kesadaran bahwa permusuhan dan kemarahan akan membawa petaka dan kesengsaraan baik lahir maupun bathin.

2. b. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. 3. c. Jadilah orang yang mempunyai pendirian tidak mudah di provokasi. 4. d. Mengamalkan ajaran agama. B. Sifat Riya Riya artinya memperlihatkan perbuatan (ibadah) kepada orang lain agar disanjung atau dipuji. Maksud lain adalah beribadah dengan niat karena ALLAH dan karena ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia. Hakikat riya sebenarnya ada dalam hati, dan tidak selamanya ditunjukkan dalam perbuatan, karena ada orang yang menunjukkan perbuatannya dengan niat memberi contoh. Oleh karena itu hanya Allah-lah yang dapat menilai apakah perbuatan tersebut mengandung riya atau tidak ? 1. Jenis Riya Riya dalam niat Riya ini muncul ketika mengawali suatu pekerjaan. Seseorang yang akan melakukan ibadah berkeinginan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan manusia Riya dalam perbuatan Yaitu riya orang yang selalu memperlihatkan ketekunan beribadah bukan karena sedang member contoh atau bukan diwaktu saat orang banyak melakukannya. 2. Bahaya Riya Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang sangat berbahaya karena bersifat lembut (samar-samar) tapi berdampak luar biasa. Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya, Bahaya Riya bagi Amal Perbuatan : 1. Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknya dan tujuan luhurnya. 2. Riya adalah syirik khafi. 3. Riya mewariskan kehinaan dan kekerdilan. 4. Riya menghalangi pahala akhirat. 5. Riya menambah kesesatan 3. Cara menghindari riya Sudah diketahui bahwa bahaya riya sangatlah besar, dan kita sebagai umat muslim sudah selayaknya untuk menghindari perbuatan riya tersebut, diantaranya adalah dengan cara : Mempersiapkan niat hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah kecuali untuk memberi contoh dan diwaktu orang banyak melakukannya.
Beberapa perbuatan yang tidak termasuk riya 1. Seseorang yang beramal dengan ikhlas, namun mendapatkan pujian dari manusia tanpa ia kehendaki. 2. Seseorang yang memperindah penampilan karena keindahan Islam. 3. Beramal karena memberikan teladan bagi orang lain. 4. Bukan termasuk riya pula bila ia semangat beramal ketika berada ditengah orang-orang yang lagi semangat beramal. (tak ke-gua)

C. Aniaya Aniaya artinya dzolim yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dengan demikian orang lain diperlakukan secara tidak sesuai dengan semestinya. Perbuatan aniaya dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu : Aniaya pada diri sendiri, yaitu berlaku zalim kepada diri sendiri, misalnya tidak mengurus diri dengan baik, atau tidak melakukan perbuatan yang seharusnya diperbuat oleh diri sendiri. Aniaya pada orang lain, yaitu berlaku zalim kepada orang lain baik dengan perkataan, perbuatan dll, baik terhadap manusia, binatang, maupun tetumbuhan. Cara menghindari aniaya Dalam upaya menghindari perbuatan aniaya ini hendaknya kita memperhatikan hak-hak diri sendiri, hak orang lain, hak binatang, alam, dsb. Selain itu pula kita hendaknya takut kepada dosa, karena Allah swt telah melarang kita berbuat aniaya, atau berbuat kerusakan di muka bumi ini. D. Diskriminasi Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan memperlakukannya pula secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak dan

kewajiban seseorang. Jika kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah dia memang berhak atau tidak, jika memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2118209-akhlak-al-mazmumah/#ixzz25qYjAr00
http://ihuzaimah.wordpress.com/2012/09/08/akhlak-madzmumah/

AKHLAK MADZMUMAH

I.

PENDAHULUAN Secara bahasa akhlak dapat diartikan dengan budi pekerti, watak, tabiat, dan dal;am bahasa sehari-hari ditemukan pula istilah etika maupun moral, yang diartikan sama dengan akhlak. menurut istilah akhlak bukanlah perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa yang tersembunyi. Oleh karenanya dapatlah disebut bahwa akhlak itu adalah nafsiah (bersifat kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya yang kelihatan dinamakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku), maka akhlak adalah sumber dan perilaku adalah bentuknya. Akhlak madzmumah adalah segala macam sifat dan tingkah laku yang tercela. Dalam makalah ini akan dibahas tentang apa yang termasuk akhlak madzmumah dan hadist-hadist yang berkenaan dengan akhlak madzmumah.

II. 1. 2. III. 1.

PERMASALAHAN Apa yang dimaksud dengan Akhlak? Apa Pengertian Akhlak Madzmumah dan Hadist tentang Akhlak Madzmumah? PEMBAHASAN Pengertian Akhlak Secara bahasa akhlak dapat diartikan dengan budi pekerti, watak, tabiat, dan dal;am bahasa sehari-hari ditemukan pula istilah etika maupun moral, yang diartikan sama dengan akhlak. 1[1] Untuk mengetahui pengertian akhlak dari segi istilah ini kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang akhlak, yaitu:

a.

Ibn Miskawih (w. 421 H/ 1030 M) Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

b.

Al-Ghozali (1059-1111 M) Akhlak adalah: Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 2[2] Jadi akhlak itu sendiri menurut istilah bukanlah perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa yang tersembunyi. Oleh karenanya dapatlah disebut bahwa akhlak itu adalah nafsiah 1[1] M. Zain Yusuf, Akhlak Tasawuf, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 1986, hal:6 2[2] H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Rajagrafindo, 2010, hal:3

(bersifat kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya yang kelihatan dinamakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku), maka akhlak adalah sumber dan perilaku adalah bentuknya. 3[3] 2. Pengertian akhlak madzmumah dan hadist tentang akhlak madzmumah Akhlak madzmumah adalah segala macam sifat dan tingkah laku yang tercela. Adapun yang termasuk akhlak madzmumah, antara lain: a. Dusta Sifat dan sikap dusta atau curang ini jelas termasuk sifat atau akhlak madzmumah atau akhlak tercela, dimana apabila sifat dusta ini akan membawa kepada bahaya, bencana, dan kerusakan, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Dusta dapat juga menghancurkan keimanan dan juga menjadi pusat segala kejahatan. Di dalam al-quran banyak ayat-ayat yang mencela sifat dusta, antara lain: Firman Allah dalam Q. S. An- Nahl:105

Artinya: sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan , hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta. (Q. S. An-nahl : 105)4[4] Sabda Nabi SAW: [ ] Artinya: Tinggalkanlah apa yang kau ragu-ragukan kepada apa yang tidak engkau raguragukan. Sesungguhnya kebenaran menimbulkan keragu-raguan. b. Dzalim Sifat dzalim adalah suatu sifat yang harus dijauhi dan ditinggalkan dari setiap manusia, karena sifat dzalim merupakan penganiayaan terhadap yang lain. Dalam Al-Quran dan al-Hadist banyak disebutkan peringatan dan ancaman terhadap orangorang yang dzalim, antara lain: Firman Allah Q. S. Al-mumin :18 Artinya:berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang dzalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak pula mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. Disamping itu ada juga sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim daei sahabat jabir bahwasanya Rosulullah SAW bersabda: 3[3] Opcit, M. Zain Yusuf, hal: 8 4[4] M. Zain Yusuf, Akhlak Tasawuf, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 1986, hal:97 membawa kepada ketenanangan, dan dusta itu

[ ] Artinya: Takutlah (peliharalah diri) kamu daripada berbuat dzalim, karena dzalim itu merupakan kegelapan dihari kiamat.5[5] c. Anjuran agar tidak menjadi Pemarah Marah itu mengakibatkan kemudaratan bagi orang yang dimarahi, orang yang kuat bukanlah yang kuat bergulat tetapi yang sebenarnya kuat itu adalah yang dapat menahan dirinya dari marah. 6[6] Hadist tentang anjuran agar tidak menjadi pemarah : : : [ ] :

Artinya: Dari Abu hurairah ra: bahwa seorang laki-laki telah berkata pada Nabi saw : Berilah aku nasehat. Nabi menjawab: Janganlah engkau menjadi pemarah. Laki-laki itu kembali beberapa kali, dan Nabi saw, bersabda: Janganlah engkau menjadi pemarah. 7[7] d. Riya Artinya: Riya menyia-nyiakan amal sebagaimana syirik menyia-nyiakannya. (HR. Arrabii) hadist lain antara lain: [ ] Artinya: Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil (HR. ahmad dan Al Hakim) 8[8] Artinya: Dari Jundub bin Abdillah bin Sufyan r.a, Dia berkata bahwa Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang memperdengarkan perbuataanya kepada orang lain niscaya Allah akan memperdengarkannya, demikian pula barang siapa yang berbuat riya niscaya Allah akan mengungkap rahasia hatinya. 9[9] 5[5] M. Zain Yusuf, Ibid, hal:97 6[6] Barmawie Umary, Materia Akhlak, Solo: CV. Ramadhani,1989, hal:59 7[7] Bukhari Muslim, Hadist Shahih, Surabaya: cv. Karya Utama, 2010, hal: 180 8[8] Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, hal: 288 9[9] Syaikh Salim biied Al Hilali, Syarah Riyadhush Sholihin, Surabaya: PT Pustaka Imam AsySyafiI, 2007, hal: 226

e.

Takabur Sifat takabur ini harus benar-benar dihilangkan, baik yang batin maupun yang lahir. Yang lahir itu dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun tingkah laku. Karena disamping itu takabur ini menjadi penghalang untuk masuk ke Surga, ternyata kesombongan, kecongkakan, merasa diri tinggi dan megah adalah termasuk hal-hal yang amat merusakkan, baik kepada jiwa, akhlak, dan agama. Dalam Al-quran dan al hadist banyak disebutkan ancaman dan celaan terhadap sifat takabur, antara lain: Firman Allah, dalam surat Al-Araf ayat 146:

Artinya: Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. f. Dengki Dengki ialah membenci nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain dengan keinginan agar nikmat orang lain terhapus. Maka tiadalah berguna amal baik orang yang dengki, sebab dengki merusakkan amal kebaikan, sama halnya seperti api memakan kayu.
11 10

[10]

[11] Hadist tentang dengki mendengki, benci membenci, dan sindir menyindir, dan tegur

sapa,yaitu : Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a Dia telah berkata: Sesungguhnya Rosulullah SAW telah bersabda: janganlah kamu saling benci membenci, dengki mendengki dan sindir menyindir. Jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim haram memutuskan (tidak bertegur sapa karena marah) saudaranya lebih dari 3 hari. 12[12] g. Kikir Kikir adalah satu sifat yang buruk, tertutup tangannya dari memberi padahal hartanya yang dimilikinya itu tiada kekal dan apabila dia meningggal dunia, tak satupun yang dibawanya, hanyalah kafan pembungkus badan saja. 13[13] Hadist tentang kekikiran 10[10] M. Zain Yusuf, Ibid, hal: 117 11[11] Opcit, Barmawie Umary, hal:61 12[12] Ahmad Mudjab Mahalli,dkk, Hadist-Hadist Muttafaq alaih, Jakarta: Kencana, 2004, hal: 552

[ ] Artinya: Jauhilah kekikiran. Sesungguhnya kekikiran itu telah membinasakan (umat-umat) sebelum kamu. (HR. Muslim)14[14] h. Kesombongan Hadist tentang kesombongan Artinya: [ ] Tiada masuk Surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan. (HR. Muslim)15[15] i. Ghibah Adalah menyebut atau memperkatakan seseorang dengan apa yang dibencinya, antara lain disebabkan karena dengki, mencari muka, berolok-olok, mengada-ngadakan. setiap muslim. Hal ini dengan tegas disebutkan didalam Al-Quran dan As-Sunnah. Allah berfirman dalam surat Al-hujurat : 12 Artinya: Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha penyayang. Pada ayat diatas, Allah melarang ghibah. Ghibah adalah membicarakan saudara Anda berkaitan dengan hal-hal yang tidak disukainya (jika diketahui orang lain). Hadist tentang ghibah Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. dari nabi SAW beliau bersabda: Barang siapa ynag beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (Muttafaq alaih) Hadist ini dengan jelas menerangkan bahwa seseorang seharusnya membatasi pembicaraan pada yang baik saja, yaitu hal-hal yang sudah jelas kemashlahatannya. Akan tetapi apabila ia masih meragukan kemaslahatannya tersebut, maka hendaklah ia mengambil sikap diam.17[17]
16

[16] Para

Ulama sepakat bahwa ghibah (menggunjing) merupakan perbuatan yang diharamkan bagi

13[13] Ibid, Barmawie Umary, hal:57 14[14] Opcit, Muhammad Faiz Almath, hal: 280 15[15] Ibid, Muhammad Faiz Almath, hal:294 16[16] Opcit, Barmawie Umary, hlm: 60 17[17] Opcit, Syaikh Salim biied Al Hilali, hal: 1

IV.

KESIMPULAN Secara bahasa akhlak dapat diartikan dengan budi pekerti, watak, tabiat, dan dal;am bahasa sehari-hari ditemukan pula istilah etika maupun moral, yang diartikan sama dengan akhlak. Akhlak menurut istilah bukanlah perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa yang tersembunyi. Oleh karenanya dapatlah disebut bahwa akhlak itu adalah nafsiah (bersifat kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya yang kelihatan dinamakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku), maka akhlak adalah sumber dan perilaku adalah bentuknya. Akhlak madzmumah adalah segala macam sifat dan tingkah laku yang tercela. Adapun yang termasuk akhlak madzmumah, antara lain:

Dusta Dzalim Pemarah Riya Takabur Dengki Kikir Sombong Ghibah

V.

PENUTUP Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh karena itu saran dan kritik guna memnperbaiki karya ini sangat kami harapkan. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA Al-Math, Muhammad Faiz, 1100 Hadis Terpilih sinar ajaran Muhammad, Jakarta: Gema Insani Press, 1994 Bahreisj, Hussein, Hadits Shahih, Surabaya: CV. Karya Utama, 1991 Mahalli, Akhmad Mudjab, dkk, Hadist-Hadist Muttafaq alaih, Jakarta: Kencana, 2004, hal: 552 Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Rajagrafindo, 2010 Syaikh Salim bi ied Al Hilali, Syarah Riyadhus Sholihin, Surabaya: PT Pustaka Imam 2007 Umary, Barmawie, Materia Akhlak, Solo: CV. Ramadani, 1989 Yusuf Muhammad Zain, Akhlak Tasawuf, Semarang: IAIN Walisongo, 1986 Asy-SyafiI,

http://selera-pissan.blogspot.com/2012/06/akhlak-madzmumah.html

Anda mungkin juga menyukai