Anda di halaman 1dari 9

IKHLAS BERAMAL

SAEPUL ANWAR
UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
Kanganwar212@gmail.com

Abstract

In essence, humans living in the world are for charity, whether it's individual deeds or ritual

worship to God or social worship among humans. Worship deeds can get closer to Allah so that

they get love and pleasure, while social deeds can strengthen and familiarize social relationships

so that in turn they can bring positive changes or benefit to all people and the environment. But

pious deeds are not enough without being accompanied by sincerity.Sincerity is the key to

accepting someone's deeds of worship. But sometimes among people who do good deeds or

worship wrongly place their intentions, they wrongly determine the address, for whom and for

what is the actual worship that they struggle to do. those who have the right to receive worship

but to the wrong address. Such worship is not accepted by Allah and is only useless work.

because charity which is done with the wrong intention is like a fragile plant since it is a seed

sown in the ground.

Keywords: Intention, Sincerity, Charity

Abstrak
Pada hakikatnya manusia hidup didunia adalah untuk beramal,baik itu amal individual atau
ibadah ritual kepada Allah maupun ibadah sosial sesama manusia. Amal ibadah bisa
mendekatkan diri kepada Allah sehingga mendapatkan cinta dan ridhanya,sementara amal social
dapat menggeratkan dan mengakrabkan hubungan sosial sehingga pada giliranya dapat
membawa perubahan yang positif atau kemaslahatan bagi semua orang dan lingkungan.Namun
amal soleh belum cukup tanpa diiringi keikhlasan.
Ikhlas adalah kunci diterimanya amal ibadah seseorang.tapi terkadang diantara manusia yang
dalam beramal atau beribadah keliru dalam memasang niatnya.mereka salah menentukan
alamat,untuk siapa dan untuk apa sebenarnya ibadah yang susah payah mereka kerjakan Manusia
mengalamatkan ibadahnya itu tidak kepada Allah satu-satunya dzat yang berhak menerima
peribadatan tetapi kepada alamat yang salah.ibadah yang demikian tidak diterima oleh Allah dan
hanyalah merupakan kerja yang sia-sia belaka.sebab amal yang dikerjakan dengan niat yang
salah seumpama dengan tanaman yang rapuh sejak berupa benih yang ditaburkan ditanah.

Kata kunci: Niat, Ikhlas, Beramal

A.Pendahuluan

Niat letaknya dilubuk hati bukan dimulut dan bukan pula dibibir.dan arti niat ialah
bersengaja, yaitu bersengaja mengerjakan suatu perbuatan. Maka kalua klita berniat sholat
artinya kita bersengaja mengerjakan sholat. Perbuatan apa saja yang kita kerjakan dengan
sengaja berarti kita berniat mengerjakan sesuatu itu. Disini kita melihat adanya kaitan yang erat
antara niat dengan apa yang bernama ikhlas yang letanya dilubuk hati.karena itu niat dan ikhlas
adalah dua hal yang sangat erat hubunganya bahkan tidak bias dipisahkan satu dari yang
lain.dapat dikatakan dua hal itu tak ubahnya laksan bibit dan pohon. Yaitu niat dan ikhlas harus
mendasari setiap amal yang kita kerjakan.Artinya dalam beramal kita harus berniat dan sekaligus
juga harus ikhlas karena Allah SWT semata-mata.

Ikhlas dalam beramal merupakan sikap yang tiada mengharapkan tujuan lain selain dari
pada untuk mendekatkan diri  kepada Allah. Ikhlas dalam beramal tidak boleh diikuti dengan
niat riya, yaitu mengharapkan pujian atau kehormatan dari sesamanya. Karena amal yang akan
dibalas oleh Allah adalah amal  yang dilakukan karena mengharap kasih dan sayang-Nya, yaitu
dengan keikhlasan di dalam hatinya.

Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan judul diatas merupakan hal yang sangat
penting sekali. Karena banyak sekali orang yang berbuat tidak disertai dengan niat yang ikhlas.
Sehingga kita perlu tahu, apa  hal-hal yang  menjadi tolak ukur ikhlas atau tidaknya seseorang
dalam berbuat kebajikan. Dan apa jadinya suatu amalan yang dilakukan dengan niat bukan untuk
mendapatkan ridha Allah.
B.Pengertian Ikhlas Beramal
Secara bahasa ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa
menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak, atau
dapat juga diartikan sebagai menyengajakan perbuatan semata-mata mencari keridhaan Allah
dan memurnikan perbuatan dari segala bentuk kesenangan duniawi. Dengan demikian, perbuatan
seseorang benar-benar tidak dicampuri oleh keinginan yang bersifat sementara, seperti keinginan
terhadap kemewahan, kedudukan, harta, popularitas, simpati orang lain, pemuasan hawa nafsu,
dan penyakit hati lainnya. Para ulama sepakat bahwa niat dalam setiap amal itu merupakan satu
kemestian bagi diperolehnya pahala dari amal itu. Ikhlas karena Allah dalam berbuat merupakan
salah satu syarat diterimanya perbuatan itu. hal ini, karena Allah tidak akan menerima amal
perbuatan seseorang kecuali karena keikhlasan, hanya mengharap ridho-Nya1

Menurut para ulama ada dua macam “ikhlas beramal” dan “ikhlas mencari pahala”
“Ikhlas beramal” adalah melakukan kebaukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dan
ditunjukan untuk mengagungkan dan memenuhi seruanya.yang bias mendorong lahirnya ikhlas
semacam ini adalah aqidah (keyakinan) yang benar. Kebalikanya adalah kemunafikan yaitu
melakukan perbuatan dengan niat mendekatkan diri kepada selain Allah swt. Sedangkam “ikhlas
mencari pahala” adalah melakukan kebaikan dengan niat mendapatkan pahala.kebalikannya dari
ikhlas ini adalah riya yaitu melakukan kebaikan dengan niat mendapatkan keuntungan dunia.
Menurut Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi, ikhlas yaitu perbuatan hati yang di dalamnya tidak
memunculkan selainnya Allah. Suatu pendapat, ikhlas yaitu memurnikan amal dari semua
sesuatu yang mencampurinya2. Ikhlas beramal akan membuat kebaikan yang dilakukan menjadi
penghubung dengan Allah dan ikhlas mencari pahala akan membuat kebaikan yang dilakukan
diterima dan dibalas dengan pahala.sedangkan ruya akan membuat kebaikan yang dilakukan
ditolak dan tidak dibalas dengan pahala.3
Agar amal kita diterima oleh Allah maka kita harus menanamkan dalam lubuk hati yang yang
paling dalam rasa ikhlas.sebelum melangkah, kita harus mengetahui jalan mana yang dapat
menyelamatkan.jangan membuat diri kita sendiri lelah karena terlalu banyak bekerja.Tidak
sedikit orang yang bekerja namun tidak memberi manfaat baginya kecuali hanya rasa lelah
didunia dan siksa diakhirat. Ada dua hal yang harus terpenuhi dalam setiap perbuatan kita,bila
tidak memenuhi maka semua amal perbuatan kita tidak akan diterima oleh Allah SWT.
1) Melakukan amal perbuatan semata-mata karena ingin mendapatkan ridho Allah
SWT.

1
Yusuf Qardhawi, Ikhlas Sumber Kekuatan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Hal.13
2
An-nazaly, Al-Ma’had Al-Islami As-Salafi.(Malang,2009), hal.39
3
Raudhah at-tholibin,hlm,54.
2) Melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan syariat yang telah Allah tetapkan
dalam Al-Qur’an dan Sunah.
Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi, maka suatu perbuatan tidak akan menjadi perbuatan
yang baikdan diterima oleh Allah SWT. Sebagaimana ditunjukan oleh firman Allah :

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS Al-kahfi :110)

Untuk memperoleh kualitas ikhlas yang baik seorang muslim harus menumbuhkan keyakinan
terlebih dahulu.hal ini dikarenakan keyakinanlah yang menjadi kunci dari keikhlasan.sebab
orang yang yakin akan mampu menciptakan kekhusyuan dalam menjalankan segala
perbuatanya.orang yang yakin akan selalu kokoh berdiri diterjang ombakyang sangat
dahsyat.mereka akan selalu mempunyai anggapan bahwa Allah selalu memberinya nikmat.
segala permasalahan yabg terjadi selalu diserahkan kepada Allah karena sadar kita hanya
berusaha hanya orang yang memiliki keyakinan yang busa merasakan keikhlasan yang
sesungguhnya.

C.Tanda-Tanda Ikhlas Beramal


Diriwayatkan dari seorang ahli hikmah: Sesungguhnya perumpamaan orang yang beramal karena
riya dan sum’ah adalah seperti orang yang pergi ke pasar namun memenuhi saku bajunya dengan
kerikil.orang-orang mengatakan,kerikil itu tidak dapat memenuhi kebutuhan orang itu,ia tidak
mendapatkan apa-apa selain ocehan dari orang lain.jika ia ingin membeli sesuatu,maka ia tidak
bias membelinya dengan kerikil.Demikian halnya dengan amalan yang dilakukan karena riya dan
sum’ah tidak manfaat amalnya,kecuali sanjungan dari manusia dan tidak ada pahala sedikitpun
baginya diakhirat nanti.ini ditegaskan dalam firman Allah:

‫ِن َع َم ٍل َف َج َعلْ نٰ ُه َه َبا ۤ ًء َّم ْنثُ ْو ًرا‬


ْ ‫َو َق ِد ْمنَٓا اِ ٰلى َما َعمِلُ ْوا م‬

“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan,lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan)debu yang berterbangan.” (AL-Furqon: 23)

Tanda-tanda orang yang ikhlas dalam beramal yaitu :


1. Tidak mencari popularitas dan tidak menonjolkan diri.karena sehebat apapun ketenara
disisi manusia tidak berarti dihadapan Allah andaikata tidak memiliki keikhlasan.
2. Tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian. Baginya pujian hanyalah sangkaan orang
kepada kita, padahal kita tau keadaan diri kita yang sebenarnya.
3. Tidak diperbudak imbalan dan balas budi. Seorang hamba ahli ikhlas sangat yakin
kepada janji dan jaminan Allah, baginya mustahil Allah mengingkari janjinya.
4. Tidak Membedakan Amal Besar dan Amal Kecil. Seorang hamba yang ikhlas tidak
peduli amal itu kecil dalam pandangan manusia atau tidak, ada yang menyaksikan atau
tidak. Karena dihadapan Allah tidak ada satupun amal yang remeh andaikata dilakukan
dengan tulus sepenuh hati karena Allah semata.
5. Tidak Membeda-bedakan dalam pergaulan. Seorang yang ikhlas tidak akan
membedabedakan teman. Tegur sapanya tidak akan terbatas pada orang tertentu,
senyumnya tidak akan terbatas pada yang dikenalnya, dan pintunya selalu terbuka untuk
siapa saja.

D. Menjauhi Perbuatan Riya’/Syirik Kecil

‫َر‬
ُ ‫صغ‬ َ  ‫الش ْر ُك‬
ْ ‫األ‬ ِّ ‫اف َعلَ ْي ُك ُم‬ ُ ‫ف َما أَ َخ‬ َ ‫ إِ َّن أَ ْخ َو‬: ‫ال‬َ ‫ َق‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ِ‫ول اهَّلل‬ َ ‫ْن لَِبي ٍد أَ َّن َر ُس‬ ِ ‫َع ْن َم ْح ُمو ِد ب‬
‫ول اهَّللُ َع َّز َو َج َّل لَ ُه ْم َي ْو َم الْ ِق َيا َم ِة إِ َذا‬
ُ ‫الر َيا ُء َي ُق‬ َ ‫ول اهَّللِ َق‬
ِّ  : ‫ال‬ َ ‫َر َيا َر ُس‬ ُ ‫صغ‬ َ ‫الش ْر ُك‬
ْ ‫األ‬ ِّ ‫ َقالُوا َو َما‬ 
ُ ‫ُون ِع ْند‬
.‫َه ْم َج َزا ًء ؟‬ َ ‫الد ْن َيا َفا ْن ُظ ُروا َه ْل َت ِجد‬ ُّ ‫ون فِى‬ َ ‫اس ِبأَ ْع َمالِ ِه ْم ْاذ َهبُوا إِلَى الَّذ‬
َ ‫ِين ُك ْنتُ ْم تُ َرا ُء‬ ُ َّ‫ ُج ِز َى الن‬ 

“Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor.” Para
sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik ashgor
adalah) riya’. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika
manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian
tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari
mereka?“.4

Riya menurut bahasa adalah memperlihatkan kepada orang lain sesuatu yang bukan
sebenarnya. Sedangkan riya’ menurut pengertian syar’i (istilah), adalah perbuatan ta’at dan
meninggalkan kemaksiatan disertai harapan perhatian selain Allah (tidak iklas), atau
memberitahukan keta’atannya atau senang memamerkannya dengan tujuan untuk mencapai

4
 H.R. Ahmad (Ahmad bin Hanbal lahir 20 Rabiul awal 164 H (27 November 780) wafat 12
Rabiul Awal 241 H (4 Agustus  855) Dia lahir di Marw di kota Baghdad, irak , dia tumbuh besar di
bawah asuhan ibunya karena ayahnya meninggal saat dia berumur tiga tahun. dia seorang  ahli
hadits dan teologi islam. Beliau hafal al-Qur’an ketika berumur 15 tahun. Nama lengkapnya Ahmad
bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal. Atau di kenal juga dengan Imam hambali. Toto Haryanto dan Uswatun Hasanah, Haditss,
(Palembang: IAIN Raden Fatah Press,2006), Hal. 23
pujian dari orang lain. Allah Swt, telah mencela sifat riya’ itu di dalam al-Qur’an dan
menjadikannya sebagai salah satu dari sifat-sifat orang-orang munafiq (Q.S. an-Nisaa’ : 142, al-
Kahfi : 110, al-Ma’un : 4-6).

Riya’ dapat terjadi pada niat, ucapan maupun berbuatan, Riya’ pada niat misalnya apabila
seseorang mengerjakan sesuatu agar dilihat dan dipuji orang. Riya’ pada ucapan misalnya terjadi
dalam kata-kata yang berisi nasihat tentang sikap mulia, berita tentang orang-orang shahih agar
dia dikatakan sebagai ulama yang berwawasan luas dan bertaqwa. Atau riya pada ucapan terjadi
dengan jalan pura-pura menyesali orang-orang yang berbuat maksiat dan zalim seolah-olah ia
seorang yang istiqomah dalam beramar ma’ruf nahi munkar. Adapun riya’ pada perbuatan
misalnya orang yang shalat zhuhur dengan maksud menjalankan kewajiban yang Allah
perintahkan kepadanya, namun kemudian dia memperpanjang rukun-rukun dan bacaannya, juga
memperbaguskan gerakan-gerakannya agar dilihat manusia, maka pokok atau inti amalan shalat
tersebut diterima, sedangkan gerakan-gerakan yang dia panjang-panjangkan dan dia bagus-
baguskan agar dipuji manusia tidak diterima. sebab penyekutuannya terjadi pada inti
perbuatannya. Riya’ pada hakikatnya dapat terjadi dalam semua bentuk  perbuatan. Baik terjadi
pada sebelum melakukan perbuatan yaitu pada niat atau tujuan maupun sesudah melakukan
perbuatan yaitu dengan menceritakannya pada orang lain. 5

Ketahuilah, keiklasan kadang bisa dirusak oleh penyakit ujub (bangga terhadap diri
sendiri). Siapa yang kagum dengan amalan yang dia lakukan, maka pahalanya terhapus. Begitu
juga dengan orang yang sombong, pahala amalannya juga terhapus. 6

Fudhail bin Iyadh berkata, “Meninggalkan ibadah karena manusia adalah riya’,
sedangkan mengerjakan ibadah karena manusia adalah syirik. Yang disebut iklas adalah apabila
Allah menyelamatkanmu dari keduanya”. Maksud dari perkataan Al-Fudhail tersebut adalah
bahwa barang siapa yang berkeinginan untuk mengerjakan suatu ibadah, kemudian dia
meninggalkannya karena khawatir dilihat oleh manusia, maka dia telah melakukan riya’. Sebab
dia meninggalkan ibadah karena manusia. Adapun jika dia meninggalkan ibadah itu, misalnya
shalat, untuk mengerjakannya saat sendirian tidak ada yang mengawasinya, maka hal tersebut
sangat dianjurkan. Kecuali jika itu shalat fardhu, zakat wajib, sedangkan yang bersangkutan
merupakan ulama yang menjadi panutan umat, maka mengerjakannya secara terang-terangan itu
jauh lebih utama.7

5
Toto Haryanto dan Uswatun Hasanah, Haditss, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press,2006), Hal. 24
6
Abu Abdillah Said bin Ibrahim, Hadits Abrain Imam An-Nawawi, (Solo: Al-Wafi, 2016), Hal. 39
7
Abu Abdillah Said bin Ibrahim, Hadits Abrain Imam An-Nawawi, (Solo: Al-Wafi, 2016), Hal.37
Apabila seimbang antara kekuatan riya’ dan iklas karena Alah, kemudian menyesalinya
pada pertengahan perbuatan, maka sebagian ulama mewajibkannya mengulang kembali
amalannya. Akan tetapi sebagian ulama lainnya mengatakan amalan itu syah, karena yang
menjadi perhatian adalah akhir suatu perbuatan. Dalam al-Qur’an Allah swt menjelaskan arti
kata iklas dalam sebagai berikut:
‫ين‬
َ ‫ار ِب‬ َّ ‫ِصا َسا ِئ ًغا ل‬
ِ ‫ِلش‬ ً ‫َم لََب ًنا َخال‬
ٍ ‫ْن َف ْر ٍث َود‬ ْ ‫ُطو ِن ِه م‬
ِ ‫ِن َبي‬ َّ ‫ْر ًة ۖ نُ ْسقِي ُك ْم م‬
ُ ‫ِما فِي ب‬ َ ‫ام لَ ِعب‬ َ ‫أْل‬ َُ
ِ ‫ َوإِ َّن لك ْم فِي ا ْن َع‬           
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang
bersih (murni) antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya”8.

Dari ayat diatas, kata ‘Khalisa’ berari bersih, murni dan tidak bercampur dengan kotoran.
Begitupula hendaknya dengan amal perbuatan yang dilakukan dengan iklas itu. Bersih dan murni
semata-mata hanya karena mengharap ridha Allah swt.9

PENUTUP

8
Qs : an-Nahl: 66
9
Toto Haryanto dan Uswatun Hasanah, Haditss, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press,2006), Hal. 25
A.    Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa iklas beramal adalah niat


mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain,
atau dapat juga diartikan menyengajakan perbuatan semata-mata mencari keridhaan
Allah dan memurnikan perbuatan dari segala bentuk kesenangan duniawi. Iklas harus
cdisertai dengan niat, niat adalah adalah menyengajakan untuk berbuat sesuatu disertai
dengan perbuatan-perbuatannya.  Adapun cara agar kita bisa ikhlas dalam beribadah.
Yaitu, p, menyembunyikan amal, memperhatikan amalan mereka yang terbaik,
memandang remeh apa yang telah diamalkan, merasa khawatir jika amalannya tidak
diterimah, tidak terpengaruh dengan ucapan orang, senantiasa ingat bahwa surga dan
neraka bukan milik  manusia, ingat bahwa kita akan berada dalam kubur
sendirian. Dalam beramal kita tidak diperbolehkan memiliki sifat riya’, karena perbutan
riya’ termasuk ke dalam syirik kecil, dan itu bisa mengakibatkan kepada sipelaku
terjerumus kedalam api neraka, dan perbuatan yang telah ia lakukan itu hanyalah sia-sia
belaka.

DAFTAR FUSTAKA
1. Qardhawi, Yusuf. , 1996. Ikhlas Sumber Kekuatan Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
2. Ibrahim, Abu Abdillah Said bin. 2016. Hadits Abrain Imam An-Nawawi. Solo: Al-Wafi.
3.Haryanto, Toto dan Uswatun Hasanah. Hadits. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.
4. Hasbi Fuad. 2005 Mutiara Hadits. Semarang: Pustaka Rizki Putra

fybfmmmmmfb
guotttt

Anda mungkin juga menyukai