Anda di halaman 1dari 15

PERILAKU SIFAT SIFAT TERPUJI, TAUBAT

A. TOBAT
Kata tobat berasal dari bahasa Arab At-Taubah yang berarti ruju; kembali. Menurut istilah yang
dikemukakan ulama, pengertian tobat adalah :
 Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dijalan yang jauh dari Allah kepada jalan
yang lebih dekat kepada Allah.
 Membersihkan hati dari segala dosa
 Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan, seperti yang pernah dilakukan karena
mengagungkan Allah SWT dan menjauhkan diri kemurkaannya.

Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka syarat tobat ada empat macam, yaitu :
1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat ( nadam )
2. meninggalkan maksiat itu
3. bertekad dan berjanji dengan sungguh – sungguh tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu.
4. Mengikutinya dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan menghapus keburukan.

Namun apabila dosanya terhadap sesama manusia, maka syarat tobatnya selain yang empat macam
tersebut ditambah dengan dua syarat, yaitu :
1. Meminta maaf terhadap orang yang dizalimi (dianiaya) atau dirugikan
2. Mengganti kerugian yang setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan perbuatan
zalim atau meminta kerelaan.

B. RAJA’
Kata raja’ berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan. Maksud raja’ pada pembahasan ini adalah
mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia dari Allah SWT
yang mendatangkan manfaat dan nikmat.
Raja’ termasuk akhlakul karomah terhadap allah SWT yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang muslim/muslimah yang mengharapkan ampunan Allah
berarti ia mengakui bahwa Allah itu maha pengampun.
Kebalikan dari sifat raja’ adalah berputus harapan terhadap ridha dan rahmat Allah SWT. Orang yang
berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka buruk kepada Allah SWT, yang hukumnya
haram dan merupakan ciri dari orang kafir.
Muslim/muslimat yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan bersikap optimis, dinamis, berfikir
kritis dan mengenal diri dalam mengharapkan keridhaan Allah SWT. Berikut adalah penjelasan
ringkasan tentang hal tersebut.

1. Optimis
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis adalah orang yang selalu
berpengharapan (berpandagan) baik dalam menghadap segala hal atau persoalan, misalnya :
- seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan
lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
- Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis, tentu dia akan berusaha
mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran diterima serta dapat bekerja di perusahaan tersebut.

Kebalikan dari sikap optimis adalah sifat pesimis. Sifat pesimis dapat diartikan berprasangka buruk
terhadap Allah SWT. Seseorang yang pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan,
kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencoba.

2. Dinamis
Kata dinamis berasal dari bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal
diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh untuk
meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju, misalnya :
- Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat
- Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya berkembang.

Kebalikan dari sifat dinamis ialah statis. Sifat statis harus dijauhi oleh setiap muslim/muslimat karena
termasuk akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan dan mendatangkan kerugian.

3. Berfikir kritis
Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berfikir kritis artinya tajam dalam menganalisa,
bersifat tidak lekas cepat percaya, dan sikap selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, atau
kekurangan. Orang yang ahli mmeberi kritik atau memberi pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau
salah, tepat atau keliru, sudah lengkap atau belum disebut kritikus.

Kritik ada dua macam yaitu yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Pertama , kritik yang
termasuk akhlak terpuji yaitu kritik yang sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT,
tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud untuk mmeberikan
pertolongan kepada orang yang dikritik agar menyadari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya,
disertai dengan memberikan petunjuk tentang jalan keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya
tersebut.

4. Mengenali diri dengan mengharapkan ridho Allah SWT


seorang muslim yang mnegenali dirinya tentu akan menyadari bahwa dirinya adlah makhluk Allah, yang
harus selalu tunduk pada ketentuan-ketentuan-Nya (sunnatullah). Iapun menyadari tujuan hidupnya
adalah memperoleh ridha Allah, sehingga hidupnya diabdikan untuk menghambakan diri hanya kepada-
Nya dengan cara melaksanakan perintah-perintahnya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
IKHLAS

Tentang pengertian ikhlas dalam ajaran islam terbagi dalam 2 sudut padang. Pengertian menurut bahasa
dan pengertian berdasarkan istilah. Menurut bahasa, pengertian ikhlas artinya tulus dan bersih.
Sedangkan menurut istilah, makna dan arti ikhlas adalah mengerjakan suatu kebaikan dengan semata-
mata mengharap rida Allah SWT. Bagi orang yang ikhlas, suatu perbuatan baik tidak harus dikaitkan
dengan imbalan atau balasan, apalagi hal itu diharapkannya dari manusia atau orang yang diberi
kebaikan oleh kita, melainkan hanya semata-mata ingin mendapatkan rida Allah SWT. Jadi meskipun
tidak mendapatkan imbalan apa pun, dan dari pihak mana pun, ia akan tetap melakukan perbuatan
baiknya itu.

Ikhlas adalah sikap perbuatan yang timbul karena adanya keinginan sendiri, bukan karena perintah atau
paksaan orang lain. Jika mengerjakan sesuatu karena mengharap imbalan dari suatu pihak tertentu maka
belum termasuk ikhlas. Misalnya, mengerjakan salat karena ingin dipuji oleh orang tua, orang lain, atau
pacar dan mengharap pujian yang lain berarti ibadah salat tersebut tidak ikhlas, bahkan tidak
mendapatkan pahala karena termasuk perbuatan "riya".

Sikap ikhlas sangat penting dimiliki oleh setiap muslim, sebab hidup ini akan terasa berat bagi orang
yang tidak ikhlas. Namun sebaliknya akan terasa ringan bagi mereka yang berhati ikhlas dan tulus.
Selain itu, perilaku ikhlas juga dapat mendatangkan berbagai keuntungan bagi pelakunya.

berikut ini adalah manfaat dan keuntungan dari sikap dan perilaku ikhlas antara lain sebagai berikut.

 Pekerjaan terasa ringan dan menyenangkan, sebab dilakukan dengan senang hati dan sepenuh
hati.
 Bekerja tanpa beban dan paksaan karena yang memerintah hati nuraninya, bukan orang lain atau
hawa nafsunya.
 Semakin banyak berbuat kebaikan, semakin senang hatinya karena telah mampu menolong
banyak orang atau pihak.
 Mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.
 Bebas dari harapan untuk dipuji orang atau disanjung oleh pihak lain.
 Melakukannya dengan penuh pengabdian.
Allah SWT. menyeru kita untuk selalu ikhlas dalam beramal, khususnya dalam beribadah kepada Allah
SWT. Sebagaimana dalil alam firman-Nya:

‫ أ َ َل ِ َلِلِ ٱلدِين ۡٱلخَا ِلص‬. َ‫صا لَه ٱلدِين‬


ٗ ‫ٱلِلَ م ۡخ ِل‬ ِ ‫ب بِ ۡٱل َح‬
ۡ َ‫ق ف‬
َ ‫ٱعب ِد‬ َ َ‫إِنَا أَنزَ ۡلنَا إِلَ ۡيكَ ۡٱل ِك َٰت‬

Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan


(membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Ingatlah!
Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik) ...." (Q.S. Az-Zumar: 2-3)
Bentuk dan contoh perilaku ikhlas
Ikhlas artinya bersih dan tulus dalam melakukan sesuatu, tanpa adanya harapan untuk mendapatkan
imbalan dan balasan dari apa yang dikerjakannya itu, selain mengharapkan rida Allah SWT. semata.
Ikhlas atau tidaknya seseorang dalam melakukan suatu perbuatan sangat tergantung pada niatnya.
Adapun niat itu tempatnya di dalam hati, sehingga keikhlasan seseorang sukar untuk diketahui. Namun
demikian, dapat dilihat dari sikap perilaku, ucapan dan tindakannya. Bentuk perilaku ikhlas ada dua,
yaitu sebagai berikut.

 Ikhlas dalam ucapan


Maksudnya ucapan yang disampaikan dengan tulus, tidak mengandung unsur dusta, tidak bermaksud
membuat orang lain celaka, dan tidak karena terpaksa, melainkan atas dasar sukarela. Contoh orang
yang ikhlas dalam ucapan antara lain ucapan guru yang sedang mengajarkan ilmu kepada murid-
muridnya, ticapan orang tua ketika sedang menasihati anaknya, dan ucapan suami yang sedang
membimbing istrinya.

 Ikhlas dalam perbuatan


Maksudnya perbuatan yang dilakukan dengan tulus, tanpa pamrih dan sepenuh hati. Orang yang ikhlas
dalam beramal dan berbuat sesuatu, tidak akan merasa terbebani atau terpaksa atas perbuatannya itu.
Melainkan ia merasa senang dan gembira telah dapat beramal atau berbuat demikian. Contohnya,
memberikan bantuan berupa barang atau jasa pekerjaan kepada orang lain, meskipun terasa berat
waktu mengerjakannya, namun tetap dilaksanakannya dengan sukacita, karena senang melakukannya.
Selain itu juga, tidak membicarakan perihal bantuannya itu kepada orang lain, apalagi mengungkit-
ungkitnya di kemudian hari.

Contoh dan perumpamaan yang nyata bagi perilaku ikhlas dalam perbuatan, ialah ketika kita mau buang
air besar. Kita menjalankannya dengan senang hati. Mulai dari berangkat menuju WC, duduk
menungguinya sampai tuntas, membersihkannya dengan air, dan meninggalkan apa yang telah kita
buang itu tanpa ada rasa penyesalan, dan tidak mengungkit-ungkitnya di kemudian hari.

Demikian juga dengan perilaku ikhlas yang mesti dimiliki oleh setiap muslim. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur'an al karim.

‫ام َعلَ َٰى ح ِبِۦه ِم ۡس ِك ٗينا َو َي ِت ٗيما‬ َ ‫ورا َوي ۡط ِعمونَ ٱل‬
َ ‫ط َع‬ َ ‫ ِإنَ َما ن ۡط ِعمك ۡم ِل َو ۡج ِه‬٨ ‫يرا‬
ً ‫ٱلِلِ َل ن ِريد ِمنك ۡم َجزَ ا ٗء َو َل شك‬ ً ‫َوأ َ ِس‬

Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan
orang yang ditawan (sambil berkata), Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah
karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu”. (Q.S.
Al-Insan: 8-9)

Nilai-nilai positif dari perilaku ikhlas


Ikhlas dan tulus atas apa yang dilakukan dan diucapkan merupakan sikap terpuji, dan mengandung nilai-
nilai yang sangat luhur dan mulia. Nilai-nilai luhur berakhlak ikhlas dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

 Tidak mengharapkan imbalan suatu apa pun, kecuali rida Allah SWT. semata.
 Mengerjakan sesuatu atas kesadaran sendiri, tidak karena adanya paksaan atau tekanan dari
pihak lain.
 Mengerjakan segala sesuatu dengan sepenuh hati, tanpa ada rasa sungkan dan malas apalagi
meremehkan atas pekerjaannya tersebut.
 Tidak girang ketika dipuji, dan tidak benci ketika dicela dan dicaci.
 Bersedia menerima masukan, saran, dan kritik dari orang/pihak lain dengan senang hati.
Cara membiasakan diri berperilaku terpuji ikhlas

Bersikap perilaku ikhlas merupakan suatu perbuatan yang amat terpuji dan harus dipegang teguh oleh
setiap muslim. Oleh sebab itu, hendaknya kita mulai membiasakan diri berperilaku ikhlas dalam setiap
ucapan dan perbuatan Berperilaku ikhlas sesungguhnya tidak sulit, jika terasa berat itu hanyalah bisikan
setan yang selalu menggoda manusia agar tidak melakukan perbuatan baik. Jadi hendaknya kita berlatih
sejak saat ini, agar kelak menjadi terbiasi berakhlak ikhlas.

Dalam upaya membiasakan diri berakhlak ikhlas, ada baiknya diperhatikan beberapa hal sebagai berikut
ini.
 Tanamkan kesadaran dalam hati bahwa apa pun yang kita miliki hakikatnya hanya titipan dari
Allah.
 Hendaknya meluruskan niat pada setiap melakukan suatu amal perbuatan, semata-mata hanya
ingin mendapatkan rida Allah SWT.
 Dalam beramal jangan pilih kasih, melainkan semua orang harus dipandang sama.
 Lupakan setiap amal kebaikan yang telah dilakukan, agar tidak memiliki rasa angkuh
dan sombong.
 Berdoalah kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan dalam berakhlak ikhlas.
AKHLAK TERPUJI TAAT

Pengertian taat
Kata taat berasal dari bahasa Arab taat yang memiliki makna menuruti atau mengikuti. Secara istilah
taat berarti mengikuti dan menuruti keinginan atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain, taat
artinya tunduk, patuh saat kita mendapat perintah atau larangan untuk dihindari.

B. Perilaku taat dalam keseharian


1. Ketaatan kepada Allah SWT
Ketaatan kepada Allah SWT menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang muslim, tidak ada
satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Menjalankan perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT.
2. Ketaatan kepada Rasulullah SAW
Allah SWT menempatkan Rasulullah SAW dalam posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang
muslim. Allah SWT menyatakan bahwa menaati rasulullah sama dengan menaati Allah SWT. Hal ini
karena perintah rasul berarti perintah Allah SWT.
3. Ketaatan kepada Ulil Amri
Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada ulil amri. Taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai taat
pada orang tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma yang berlaku, dan taat pada janji kita
kepada teman. Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu adalah tidak
boleh bertentangan dengan aturan Allah SWT dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah
dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus ditinggalkan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:“Tidak
boleh ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (H.R. Ahmad dari
Ali r.a.)

C. Contoh perilaku taat


Melaksanakan rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, qada dan qadar, serta
hari akhir.
Melaksanakan rukun islam, yaitu membaca kedua syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji bagi yang
mampu.
Menaati peraturan yang dibuat pemerintah dan pihak-pihak tertentu yang memiliki kuasa, seperti
tidak berbuat kekerasan, tidak melanggar peraturan lalu lintas, dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan
sosial.
PENGERTIAN TAUBAT DAN SYARAT-SYARAT BERTAUBAT KEPADA ALLAH

Manusia tidak luput dari salah dan dosa. Dosa-dosa itulah yang menjadi hijab atau pembatas antara
hamba dengan Allah SWT serta Allah memandang hamba-Nya itu dengan penuh benci dan murka
sehingga terhijab seluruh rahmat dan kasih sayang-Nya. Jika ini terjadi, segala amal ibadah serta
kebajikan yang kita lakukan tidak diterima dan tertolak. Bahkan bukan itu saja, di Akhirat besok, Allah
akan menghukum dengan Neraka yang maha dahsyat. Oleh itu wajib setiap hamba Allah itu bertaubat
dengan secepatnya jika sudah terlajur melakukan dosa dan kesalahan.

Taubat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada Allah yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang. Menyerah diri pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang
sungguh-sungguh. Yakni kesal, sedih, ssah serta rasa tidak patut atas dosa-dosa yang pernah kita
dilakukan sehingga menangis. Hati terasa pecah-pecah bila mengingati dosa-dosa yang dilakukan itu.
Memohon agar Allah yang Maha Pengampun akan menerima tobat kita. Hati menyesal akan perbuatan
dosa yang kiata lakukan itu menjadikan anggota-anggota lahir (mata, telinga, kepala, kaki, tangan,
kemaluan) tunduk dan patuh dengan syariat yang Allah telah tetapkan dan berjanji tidak akan
mengulangi lagi perbuatan-perbuatan itu kembali.

Itulah pengertian taubat. tidak cukup dengan hanya mengucapkan istighfar di mulut, “ Astaghfirullahal
adzim.” Hati tidak merasa bersalah dan berdosa. Tidak semudah itu Allah SWT hendak menerima taubat
hamba-hamba-Nya kecuali setelah menempuh syarat-syarat (proses) yang telah ditetapkan-Nya.

Syarat-syarat taubat ada dua bahagian sebagaimana dosa dan pahala terbahagi kepada dua, yaitu:

1. Syarat taubat di atas dosa dan kesalahan dengan Allah


2. Syarat taubat di atas dosa dan kesalahan dengan sesama manusia

SYARAT TAUBAT DOSA DENGAN ALLAH

Antara syarat-syarat taubat yang berhubung kait dengan Allah ialah:

1. Menyesal sungguh di atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Yakni terasa kesal, sedih, dukacita, rasa
tidak patut kerana melanggar syariat Allah. Sekaligus datang perasaan menyerah diri kepada-Nya.
2. Berazam/bercita-cita bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perkara-perkara yang
menjadi larangan Allah itu.
3. Meninggalkan perkara-perkara yang mendatangkan dosa-dosa dengan Allah sama ada dosa besar
atau dosa kecil.

a. Antara contoh-contoh dosa besar ialah meninggalkan sembahyang, tidak puasa, mengadu nasib,
minum arak, zina, judi, riba, memfitnah, mengumpat, membunuh dan lain-lain lagi.

b. Di antara dosa-dosa kecil ialah mendedahkan aurat, bergaul bebas antara lelaki dan perempuan,
mendengar nyanyian yang menaikkan nafsu syahwat, bercakap perkaraperkara lucah, bergurau berlebih-
lebihan, berkelakar, membazir dan lain-lain lagi.

Oleh itu, kalaulah selama ini kita terlibat dengan perbuatan yang haram (seperti riba, mendedahkan
aurat, minum arak) maka kita tidak akan buat lagi atau terus tinggalkan perbuatan tersebut. Juga kalau
kita terlibat dengan dosa-dosa kerana meninggalkan perkara-perkara wajib (seperti meninggalkan
sembahyang dan tinggal puasa), maka kita tidak akan meninggalkannya lagi. Ertinya kita terus
melaksanakan perkara-perkara yang wajib dengan bersungguh-sungguh dan membayar (qadha) segala
perintah wajib yang tertinggal.

SYARAT TAUBAT DOSA DENGAN MANUSIA

Sekiranya seseorang itu berbuat dosa dan kesalahan yang ada hubungan sesama manusia, antara syarat-
syarat taubat yang mesti ditempuhi ialah:

1. Menyesal sungguh-sungguh di atas segala kesalahan yang dibuat terhadap orang lain itu. Benar-
benar terasa di hati perasaan sedih, dukacita dan rasa tidak patut berbuat begitu.
2. Meninggalkan terus perkara-perkara yang mendatangkan dosa dengan manusia.
3. Berazam bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perkara-perkara yang mendatangkan dosa
yang ada hubungan dengan manusia (mu’amaidh).
4. Meminta maaf atau meminta ridho (halal) kepada orang yang kita telah berbuat dosa terhadapnya
atau bayar semula ganti rugi atau pulangkan barang yang telah diambil.Dosadosa sesama manusia
ini kalau hendak disebutkan terlalu banyak.

Secara ringkasnya ia boleh dibagi menjadi empat kategori yaitu:

a. Dosa yang ada hubungan dengan harta.

Contohnya hutang yang tidak dibayar, harta yang dicuri, dirampas, ditipu, dibinasakan dan lain-lain lagi.
Ini semua mesti minta dihalalkan atau meminta maaf pada orang yang bersangkutan atau bayar hutang
atau dibayar ganti ruginya atau seumpamanya.

b. Dosa yang ada hubungan dengan peribadi.

Contohnya pukul, tempeleng, menyubit, menyiksa dengan barang-barang tajam atau binatang-binatang
bisa, mencacatkan anggotanya atau memotong anggotanya, mengurung atau memenjarakannya dan lain-
lain. Dosa-dosa ini semuanya mesti diminta maaf kepada orang berkenaan dan bersedia menerima
hukuman mengikut ketentuan syariat sekiranya dia meminta untuk mengenakan hukuman di atas
perbuatan kita itu.

c. Dosa yang ada hubungan dengan agamanya.

Misalnya memberi malu di depan khalayak ramai, mengumpat dirinya, menghinanya, menuduh dia
dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar, fitnah dan lain-lain kesalahan. Ini mesti diminta maaf atau
minta redha.

d. Dosa yang ada hubungan dengan keluarganya.

Contohnya kita pernah pegang-pegang, raba-raba, cium anak gadisnya atau zina terhadap anggota
keluarganya dan lain-lain. Maka hendaklah minta maaf dan minta ridho dari keluarganya. Kalau mereka
tidak ridho dan maafkan.

Di sini kita dapat lihat bahawa bertaubat terhadap dosa dengan sesama manusia lebih berat daripada
dosa dengan Allah. Ia mesti menempuh empat syarat tetapi dosa dengan Allah hanya tempuh tiga syarat.

Semua tuntutan syariat ini mesti dibuat mengikut kaedah di atas, barulah taubat itu diterima oleh Allah.
Sungguhpun begitu bukan mudah untuk menunaikan syarat-syarat tadi melainkan setelah memiliki hati
yang benar-benar ikhlas. Kalau tidak dapat menunaikan syarat-syarat ini, taubat itu tetap tidak akan
diterima. Orang yang egonya tinggi amat berat untuk bertaubat. Lebih-lebih lagi dosa yang dilakukan itu
terhadap sesama manusia.

Begitulah kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya kalau mereka membuat dosa-dosa. Masih ada
peluang bertaubat untuk mendapat keampunan dari Allah dengan menempuh syarat-syarat yang telah
disebutkan. Kecuali dosa syirik yang tidak mendapat keampunan dari Allah. Ini telah dinyatakan di
dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa-dosa syirik tetapi akan
mengampunkan selain itu.” (An Nisaa’: 48)

Maknanya selain syirik, orang-orang yang bertaubat daripada dosa-dosanya akan diampunkan oleh
Allah. Apabila diampunkan, maka samalah dia seperti orang yang tidak berdosa.

Sabda Rasulullah SAW: “Orang yang bertaubat daripada dosa sepertilah orang yang tidak
berdosa.”(Riwayat At Thobroni)

Sabdanya yang lain: “Sesungguhnya Allah menyukai seorang mukmin yang terjerumus berbuat dosa
tetapi bertaubat.” (Riwayat Ahmad)

Seterusnya Sabda Baginda lagi: “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa
belum sampai ke tenggorokan.” (Riwayat Ahmad)

“Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang
bertaubat.” (Riwayat Addarami)

“tidak ada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat.” (Riwayat Ad
Dailami)

Allah juga memberitahu kita dalam firman-Nya: “Maka barangsiapa yang bertaubat, sesudah
melakukan kejahatan itu dan membaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah: 39)

Firman Allah yang bermaksud: “Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Maidah: 40)

Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang mengerjakan ke-jahatan dan menganiaya dirinya
kemudian dia memohon ampun kepada Allah, nescaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (An Nisaa’: 110)

Berdasarkan Hadis-Hadis dan ayat-ayat Al Quran tadi, dapat difahami bahawa wajib setiap orang Islam
itu bertaubat daripada dosa-dosanya supaya tidak menjadi hijab antara dia dengan Allah SWT (huraian
lanjut dalam Bab 28: Rahsia Hati).

Setelah bersih daripada dosa, hijab pun terangkat. Terhubunglah kembali kasih Allah yang terputus
selama ini. Dia memandang hamba-Nya itu dengan pandangan penuh kasih sayang sehingga rahmat-
Nya melimpah ruah. Justeru itu, hiduplah si hamba yang bertaubat itu dengan penuh bahagia di dunia
dan mendapat balasan Syurga di Akhirat.
PENGERTIAN TAUBAT DAN SYARAT-SYARAT TAUBAT

Pengertian taubat menurut bahasa yaitu kembali. Sedangkan menurut istilah, taubat berarti kembali ke
jalan Allah Yang Maha Esa dan mengharap ampunan Nya. Taubat harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh. Taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh disebut taubat nasuha (taubat yang sebenar-
benarnya). Dengan melakukan taubat nasuha, seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang terlarang
yang pernah dilakukannya di masa lampau.
Taubat harus dilakukan dengan rasa ikhlas karena Allah SWT. Jika tidak dilakukan dengan ikhlas,
seseorang hanya mengharap ridha orang lain, berarti taubatnya belum diterima oleh Allah. Allah lah
yang menilai baik buruknya seseorang lewat amalannya. Kalau niatnya tidak benar, kemungkinan
melakukan dosa sekali lagi juga masih besar. Dia hanya akan berbuat baik di depan orang lain dan
melakukan keburukan di belakangnya. Maka dari itu, perlu diketahui syarat-syarat taubat kepada Allah
agar taubatnya diterima.

Syarat-Syarat Taubat kepada Allah


Taubat harus dilakukan dengan sebenar-benarnya. Taubat yang benar dan murni berarti kembali ke jalan
yang lurus dengan rasa ikhlas karena Allah dan tidak akan pernah mengulangi perbuatan yang dilarang
lagi. Perbuatan yang dilarang Allah itu diantaranya zina, meninggalkan shalat, minum minuman keras,
membunuh, mencuri, merampok, riba, memfitnah, dan lain sebagainya.

Perbuatan dosa yang berhubungan dengan manusia, langkah pertama yang harus dilakukan adalah minta
maaf dengan orang yang bersangkutan. Sedangkan perbuatan dosa yang berhubungan langsung kepada
Allah, berarti harus beristighfar dan mengharap ampun dari Allah SWT.

Taubat harus dilakukan dengan rasa penyesalan terhadap perbuatan dosa yang telah lampau. Itu adalah
salah satu syaratnya. Tanpa ada rasa penyesalan, seseorang merasa benar dengan apa yang dilakukannya
walaupun itu salah.

Syarat lainnya adalah niat dengan sungguh-sungguh bahwa dia akan kembali kepada Allah dengan
meninggalkan larangan-Nya dan terus beristighfar untuk mengharap ampunan-Nya. Syarat taubat
selanjutnya adalah berjanji untuk tidak melakukan perbuatan dosa yang pernah dia lakukan. Jika masih
melakukan perbuatan itu, berarti taubatnya belum serius atau belum disebut sebagai taubat nasuha.
Pengertian dan Contoh Perilaku Taat

Perilaku Taat (Patuh) harus dimiliki setiap diri manusia,jika kita tidak
memiliki perilaku taat mungkin kehidupan di Dunia tidak ada
peraturan.Perilaku taat ini mungkin sering kita langgar, contoh
sederhana apakah kita sudah melakukan shalat 5 fardhu?, apakah kita
sudah taat kepada Allah?, bahkan terkadang mungkin kita juga masih
belum taat terhadap diri sendiri.

Perhatikan hadis Nabi Muhammad saw. yang artinya: Dari Ibnu Umar
r.a. Nabi Muhammad saw. bersabda: “Wajib bagi seorang Muslim
mendengarkan dan taat sesuai dengan yang disukai dan apabila diperintah untuk menjalankan maksiat
jangan dengarkan dan jangan taati “.(H.R. Muslim).

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Pengertian Taat, Contoh dan Perilaku Taat, Taat Dalam
Kehidupan Sehari-Hari. Saya akan membagikan sedikit ilmu tentang pengetahuan Islami yang sudah
saya tuliskan dibawah ini.

1. Pengertian Taat dan Dalil Naqli-Nya (Al-Qur’an).


Taat dapat diartikan patuh. Dengan kata lain, taat adalah upaya untuk selalu mengikuti petunjuk Allah
dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketaatan seseorang kepada
Allah sangat bergantung kepada keimanannya. Semakin kuat imannya maka semakin taat kepada Allah.
Kalau taat kepada Allah swt., kita juga harus taat kepada Rasulullah.
Firman Allah swt.:

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-
Qur’an) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “. (Surah An-Nisa’ [4]:59).

Taat dibagi menjadi 3,yaitu:

1. Taat Kepada Allah S.W.T.

Taat kepada Allah S.W.T yaitu taat menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Berikut Firman Allah S.W.T :

Artinya :"Katakanlah: hendaklah kamu taat kepada Allah dan Rasul. Tetapi jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir." ( Q.S. Ali Imran [3] : 32 ).
Ada 3 makna taat kepada Allah swt., yaitu taat bermakna patuh, penurut dan tunduk.
a. Taat Bermakna Patuh
Taat bermakna patuh adalah mematuhi perintah Allah swt. dan menjauhi larangannya. Perintah Allah,
contohnya salat, puasa, dan menunaikan zakat. Sementaraitu, yangdilarangAllah,
sepertiminumminumanyangmemabukkan, meninggalkan salat fardu, berjudi, dan mengambil hak orang
lain.
b. Taat Bermakna Penurut
Taat bermakna penurut adalah menuruti semua aturan yang bersumber dari ajaran Islam. Contohnya,
yang tercantum dalam surah Al-Maidah ayat 6, yang menerangkan jika kita hendak melaksanakan salat
harus ada aturan, yaitu harus berwudhu atau bertayamum.
c. Taat Bermakna Tunduk
Taat bermakna tunduk adalah tunduk terhadap qada dan qadar yang datangnya dari Allah swt., seperti
kita tunduk bahwa Allah swt. menetapkan manusia hanya boleh beribadat kepada Allah.

2. Taat Kepada Rasul-Nya

Taat kepada Rasul yaitu setiap muslimin harus melaksanakan ajaran - ajaran yang terdapat dalam hadist
Nabi Muhammad SAW.

Artinya :

Adverti ser
Dan ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya
kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. ( Q.S. At - Tagabun [64]
: 12 ).

3. Taat Kepada Ulil Amri ( Pemimpin )

Taat kepada Ulil Amri berarti setiap umat muslim harus taat terhadap setiap pemimpinnya masing -
masing selama masih dalam jalur kebenaran dan diridhai Allah SWT dan tidak menyimpang dari ajaran
Islam.

2. Contoh Taat dan Meneladaninya


Contoh taat kepada Allah swt., yaitu:
a) melaksanakan salat fardu lima waktu dengan ikhlas dalam hati;
b) menunaikan zakat atau sebagian hartanya di jalan Allah;
c) berpuasa di bulan Ramadan;
d) melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu melaksanakannya;
e) berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua;
f) menjaga sopan santun ketika berbicara;
g) jujur memegang amanah yang diberikan;
h) sabar ketika tertimpa musibah, dan bersyukur ketika mendapat rezeki;
i) selalu berkalimah thayyibah, tidak berkata-kata kotor;
j) selalu berbuat dan beramal saleh;
k) saling menasihati dengan haq dan kesabaran.
3. Perilaku Taat dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketaatan terhadap Allah, rasul, dan ulil amri merupakan hal yang baik untuk amal ibadah kita. Ketaatan
kepada Allah tidak hanya asal taat. Dalam pelaksanaannya, ketaatan kepada Allah harus sungguh-
sungguh sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tanpa alasan apapun.
Sebagai utusan Allah swt, Nabi Muhammad saw, mempunyai tugas menyampaikan amanat kepada umat
manusia tanpa memandang status, jabatan, suku, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi setiap Muslim
yang taat kepada Allah swt, harus melengkapinya dengan menaati segala perintah Rasulullah saw,
sebagai utusan-Nya.
Firman Allah swt.:

Artinya:
“ Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
kewajiban rasul kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang “.(Surah At-Tagabun
[64]:12).

Jenis ketaatan seperti yang disebutkan di atas akan lebih sempurna kalau diiringi dengan ketaatan dan
kepatuhan kepada ulil amri atau pemimpin. Ketaatan tersebut artinya harus selalu taat dan patuh
terhadap peraturan yang telah ditentukan bersama. Hal ini dilakukan selama peraturan itu masih di atas
nilai-nilai kemanusiaan dan tidak menyimpang dari aturan agama Islam.Ketaatan itu tidak hanya pada
pemimpin secara luas, dalam arti sempit pun harus menjadi keseharian kita. Contohnya, seorang anak
harus taat dan patuh pada kedua orang tuanya, murid kepada gurunya, atau istri kepada suaminya.
Hadis Nabi Muhammad saw.:

Artinya :
“Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi Muhammad saw.: Beliau bersabda, “Seorang Muslim wajib patuh dan
setia terhadap pemimpinnya, dalam hal yang disukai maupun tidak disukai, kecuali dia diperintah untuk
melakukan maksiat, dia tidak boleh patuh dan taat kepadanya”. (H.R. Muslim ).

Cukup segitu saja materi Islami yang dapat saya sampaikan.Semoga dapat bermanfaat dan dapat
menambah ilmu pengetahuan anda semua dengan adanya materi Pengertian Taat, Contoh dan Perilaku
Taat, Taat Dalam Kehidupan Sehari-Hari ini,kurang lebihnya saya minta maaf jika ada tulisan yang
kurang baik.Terimakasih
PENGERTIAN KHAUF

Menumbuhkan Khauf Kepada ALLAH SWT

MutiaraPublic.com – Siapapun diantara kita yang ingin meraih kebahagiaan dan kesalamatan hidup di
Dunia dan Akhirat, hendaknya ia mulai menerapkan rasa takut kepada Allah SWT dalam setiap gerak
langkahnya. Karena hanya dengan takut kepada-Nya kita dapat selamat dari kelalaian dan dari segala
macam perbuatan dosa.
Khauf sendiri secara bahasa berasal dari kata “khaafa, yakhaafu, khaufan” yang artinya takut.
Sedangkan menurut istilah, khauf artinya perasaan takut yang muncul terhadap sesuatu yang
mencelakakan, berbahaya, atau mengganggu. Adapun khauf yang di maksud disini adalah takut kepada
Allah SWT dengan mempunyai perasaan khawatir akan adzab Allah SWT yang akan di timpakan
kepada kita.
Ada banyak dalil yang memerintahkan kepada kita untuk merasa takut kepada Allah SWT, antara
lainfirman Allah SWT sebagaimana berikut :

{” (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan
mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai
Pembuat Perhitungan.”} (QS. AL-Ahzab:39)

Khauf akan membakar syahwat dan kenginan terhadap perkara-perkara yang haram. Sehingga,
kemaksiatan demi kemaksiatan yang dia cintai akan berubah menjadi sesuatu yang paling dia benci,
sebagaimana madu menjadi sesuatu yang di benci oleh seorang yang menginginkannya, jika dia tahu di
dalamnya terdapat racun.
Syahwat akan terbakar oleh rasa khauf, anggota-anggota tubuhnya mempunyai tatakrama dan adab, di
hatinya akan lahir kekhusyu’an, rasa hina, dan rendah, dia akan ditinggalkan oleh kesombongan,
dendam, iri, dan dengki. Bahkan, dia semakin fokus dan konsentrasi karena khaufnya dan perhatian
kepada akibat dan sangsinya. Sehingga, dia tidak lagi konsentrasi terhadap yang lain dan tidak punya
kesibukan selain murqabah (merasa di awasi Allah SWT), muhasabah, mujahadah (sungguh-sungguh
mengubah batin), menghemat nafas dan pandangan, mengekang nafsu, langkah kaki, dan perkatan lisan.

Keadaannya seperti orang yang berada dalam cengkraman kuku-kuku binatang buas. Dia tidak tahu,
beberapa detik saja dia lalai, binatang buas itu akan memangsanya. Atau, jika dia mencoba untuk
mengalahkannya, dia pasti akan binasa diterkam binatang tersebut. Lahir dan batinnya selalu sibuk
dengan apa yang dikhawatirkannya, dan tidak ada tempat dalam dirinya untuk melakukan yang lain.
Inilah keadaan orang yang dikuasi oleh rasa Khauf.
Berikut Ini Adalah Tips Menumbuhkan Khauf Kepada Allah SWT
Ilmu
Rasa takut seorang hamba tergantung pada kesempurnaan ilmunya tentang Allah SWT dan
pengetahuannya tentang Dzat-Nya. Setiap kali pengenalan tehadap seseorang kepada Allah SWT
bertambah, maka bertambahlah juga kadar ketakutannya kepada-Nya hingga ia slalu wara’ dan menjaga
dirinya dari perbuatan dosa dan maksiat.
Memelihara Hati dengan Siraman Rohani atau Nasehat
Nasehat sendiri ada yang berbentuk perbuatan dan ada juga yang berupa perkataan. Nasehat yang
berbentuk perkataan dapat direalisasikan dengan mendengarkan khutbah atau ceramah yang dapat
meluluhkan hati. Adapun nasehat yang berbentuk perbuatan, bisa diupayakan dalam bentuk ziarah
kubur, memandikan mayat, menjenguk orang sakit, merenung tentang surga dan neraka serta perbuatan-
perbuatan lainnya (yang dapat meluluhkan hati).

Merenung Ayat-Ayat Allah SWT


Kalau kita perhatikan dan renungkan, sungguh batapa Allah SWT mengungkapkan di dalam ayat-ayat
suci Al-Qur’an perihal keadaan dan kisah orang-orang yang disiksa. Hal ini yang bertujuan agar dapat
menanamkan rasa takut kepada hamba-hamba-Nya agar merasa takut untuk melakukan
dosa. Sebagaimana Firman Allah SWT :
{“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan ”} (QS. At-Tahrim:6)

Menghindari Banyak Tertawa


Sebuah petunjuk dari baginda Nabi Muhammad SAW yang sangat mulia telah menerangkan tentang hal
ini. Abu Hurairah meriwayatkannya dari Baginda Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau bersabda :
{“Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati. “} (HR, At-
Tirmidzi no. 2227, Ibnu Majah no’ 4183, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam shahih Al-
Jami’ no. 7435)

Tidak Menyibukkan Diri dengan Dunia


Jika hati ini telah dipenuhi dengan kecintaan terhadap dunia dan hati ini dipenuhi akan ketergantungan
kepadanya maka tidak akan tersisa padanya bagian untuk akhirat. Maka, terjadilah kelalalian terhadap
perkara yang akan menjadi kesuksesannya dan keselamatannya yang abadi

Mengingatkan Kematian
Dengan Mengkaji dan Mengingatkan maut/ mati (Sakaratul Maut) maka akan mendorong kita untuk
bersiap-siap menghadapinya sebelum kedatangannya dengan memperbanyak amal dan menjauhi segala
macam dosa/maksiat. Juga agar kita memendekkan angan-angan untuk tinggal di dunia yang fana ini.
Karena, panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian dan menunda-nunda
ibadah.

Demikian pembahasan perihal pengertian khauf dan tips menumbuhkan khauf kepada Allah SWT,
Semoga kita dijadikan hamba yang tertolong dan di golongkan hamba yang Khauf. Aamiin Ya Rabb !

Anda mungkin juga menyukai