Anda di halaman 1dari 9

BAHAN AJAR 4

AKHLAK MAHMUDAH DAN AKHLAK TERCELA


CAPAIAN PEMBELAJARAN (LEARNING OUTCOME)

Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa dapat menganalisis dan menjelaskan


pengertian, berbagai macam dan contoh akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah dalam
kehidupan sehari-hari.

INDIKATOR KETERCAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa dapat menganalisis dan menjelaskan berbagai hal yang berkaitan


dengan akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengaplikasikan dasar-dasar teori akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah
3. Mahasiswa dapat menganalisis dan menjelaskan tantangan aktivitas perekonomian
modern berlandaskan kacamata akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.

STRATEGI PEMBELAJARAN

Pembelajaran dilakukan dengan Blended learning yakni proses belajar yang


mengkombinasikan pembelajaran secara tatap muka dan pembelajaran berbasis
komputer, baik online ataupun offline, dengan kegiatan, antara lain : Presentasi dan
diskusi (Sinkron Tatap muka), Chat reguler (Sinkron virtual : daring online-ecampus),
Menyimak secara kritis video pembelajaran kemudian mengerjakan tugas individu dan
quiz (Asinkron virtual- independen), Menganalisis materi dalam forum/group diskusi
kemudian mengerjakan tugas kelompok (Asinkron virtual- kolaboratif ), dengan strategi

1. Dosen menyampaikan masalah autentik dengan berbagai macam cara, seperti cerita,
menyajikan fenomona atau mendemonstarsikan kejadian yang dapat menghadirkan
permasalahan baru dan pertanyaan.
2. Setelah itu, mahasiswa diharuskan menyelesaikan problem yang disajikan melalui
penyelidikan autentik. Adapun metode atau cara penyelidikan untuk mengatasi
problem yang diajukan bergantung pada masalahnya. Melalui prosedur tersebut
mahasiswa mampu menganalisa dan memberikan solusi permasalahan.
3. Penyelesaian masalah dalam bentuk produk dilakukan dengan kerjasama tim
dalam bentuk kelompok sehingga terjadi pertukaran pendapat dalam melakukan
analisis yang nantinya mampu menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang
disajikan.

1|Page
MATERI PEMBELAJARAN

PEMBAHASAN
AKHLAK MAHMUDAH DAN AKHLAK TERCELA
A. Pengertian Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah
Akhlak adalah sesuatu yang erat dengan perbuatan manusia. Mempersoalkan
baik dan buruk perbuatan manusia memang dinamis dan sulit dipecahkan. Dalam
kehidupan sehari-hari akhlak atau perbuatan manusia terbagi menjadi dua, yaitu akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah.
Akhlak mahmudah disebut juga sebagai akhlak terpuji. Akhlak terpuji erat
kaitannya dengan kebaikan atau perbuatan baik. Menurut Ali bin Abi Thalib sesuatu
yang baik memiliki pengertian menjauhkan diri dari larangan, mencari sesuatu yang
halal dan memberikan kelonggaran pada keluarga.
Akhlak madzmumah disebut juga akhlak tercela. Akhlak ini erat kaitannya
dengan keburukan atau perbuatan buruk. Keburukan adalah sesuatu yang rendah, hina,
menyusahkan dan dibenci manusia. Sesuatu yang memperlambat suatu kebaikan.
B. Macam-Macam Akhlak Terpuji
1. Amanah
Amanah secara bahasa berarti kejujuran, kesetiaan, dan kepercayaan, menurut
istilah amanah adalah sifat, sikap, dan perbuatan seseorang yang terpercaya atau jujur
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan di atas pudaknya. “al-
Amin”adalah sebutan bagi orang yang dapat dipercaya, orang yang jujur atau setia.

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang


berhak, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil.(QS. An-Nisa: 58).
Sifat amanah erat sekali hubungannya dengan iman. Seorang yang beriman pasti
dapat memegang teguh amanah. Bentuk-bentuk amanah yang harus dijaga dan
dipertanggung jawabkan oleh setiap muslim, antara lain jabatan/pekerjaan, harta
kekayaan, istri, anak, keluarga, dan lain sebagainya.
2. Ikhlas
Ikhlas menurut bahasa berati suci, bersih, murni, atau tidak tercampur dengan
apapun. Sedangkan menurut istilah ikhlas adalah mengerjakan suatu perbuatan (amal
atau ibadah) semata-mata hanya mengharap keridhoan Allah SWT. Amal ibadah tanpa
keikhlasan menjadi tidak bermakna.dalam surat An-Nisa: 146 menyatakan:

2|Page
Artinya: Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh kepada agama Allah dan tulus ikhlas mengerjakan agama mereka karena
Allah (QS. An-Nisa: 146).
Ikhlas berkedudukan sebagai inti dari suatu ibadah. Artinya tanpa keikhlasan,
maka amal ibadah yang dikerjakan oleh seseorang akan menjadi sia-sia, sebab tidak
bermakna di hadapan Allah.
3. Sabar
Sabar dapat didefinisikan dengan tahan menderita dan menerima cobaan dengan
hati ridha serta menyerahkan diri kepada Allah SWT setelah berusaha. Menurut Al-
Muhasibi, ciri utama sabar adalah tidak mengadu kepada siapa pun ketika mendapat
musibah dari Allah.
Sabar terbagi tiga macam yaitu sebagai berikut.
a. Sabar dari maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang
agama.
b. Sabar karena taat kepada Allah artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya dengan senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada-Nya.
c. Sabar karena musibah, artinya sabar ketika ditimpa kemalangan dan ujian, serta cobaan
dari Allah.
4. Tawakal
Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah ‘Azza wa
Jallamembersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki kawasan-kawasan
hukum dan ketentuan. Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam
menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT. Al-Ghazali mengaitkan tawakal dengan
tauhid, dengan penekanan bahwa tauhid sangat berfungsi sebagai landasan tawakal.
Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT untuk
mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudaratan, baik menyangkut urusan
dunia maupun akhirat. Allah berfirman:
..
Artinya: Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad maka bertawakallah
kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang-prang yang bertawakal. (Ali Imran: 159)
5. Pemaaf
Istilah pemaaf berasal dari bahasa Arab “al-afwu” yang berarti memberi maaf,
berlapang dada terhadap kesalahan atau kekeliruan orang lain dan tidak memiliki atau
menyimpan rasa dendam dan sakit hati kepada orang yang berbuat kesalahan
kepadanya. Memberi maaf merupakan perbuatan yang sangat berat, tetapi sangat mulia.
Memberi maaf harus dilakukan dengan cara yang ikhlas, bersifat lahir batin dan bukan

3|Page
karena terpaksa. Memberi maaf harus dilakukan oleh setiap muslim pasa setiap
kesempatan, baik dalam lingkungan keluarga, antar keluarga, linkungan kerja maupun
dalam kehidupan masyarakat yang yang lebih luas (bertetangga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara) tanpa menunggu permintaan maaf dari pihak lainnya.
6. Kasih sayang
Kasih sayang (ramah) merupakan salah satu sifat asli (fitrah) yang dibawa oleh
manusia sejak lahir ke dunia, perlu dijaga, dipelihara, dan dikembangkan dengan
sebaik-baiknya. Hal-hal yang dapat menghilangkan kasih sayang dalam diri seseorang
antara lain: kebencian, kemarahan, iri hati, dengki, dendam, permusuhan, dan lain
sebagainya.
Kasih sayang adalah perasaan belas kasih yang tumbuh dalam hati seseorang
yang mendorong orang tersebut untuk memakukan sesuatu yang baik. Kasih sayang
terhadap makhluk Allah yang lain, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, dan alam yang
ada disekitarnya. Kasih sayang dapat juga muncul karena ia melihat kesalahan atau
kesesatan yang dilakukan oleh seseorang, sehungga ia tergerak untuk menolong dengan
mengingatkan atau paling tidak mendoakan agar orang tersebut diberi petunjuk oleh
Allah sehingga dapat sadar dan insaf atas kesalahannya.
Kasih sayang yang tertanam dalam jiwa seseorang akan melahirkan sifat-sifat
terpuji lai, seperti ramah, pemaaf, terbuka, toleran, pemurah, senagng menolong, senang
kepada perdamaian, senagn kepada persaudaraan, selalu berusaha menyambung tali
silaturahim dan lain sebagainya.
7. Adil
Adil berasal dari bahasa Arab “al-‘Adl” mempunyai pengertian meletakkan
sesuatu pada tempatnya. Keadilan akan menjaga kedamaian, ketentraman,
keharmonisan hubungan, dan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya ketidakadilan akan
menimbulkan ketidak percayaan, ketidak senangan, kebencian, dendam, permusuhan,
peperangan dan lain sebagainya.
‫اّن هللا يأمركم بالعدل واالحسا ن‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan. (QS. Al-Nahl: 90).
Sifat adil dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:
a. Berlaku adil dalam menetapkan hukum.
b. Berlaku adil terhadap istri.
c. Berlaku adil pada anak-anaknya.
d. Berlaku adil dalam kesaksian, baik dalam bentuk kata-kata atau tulisan.
e. Berlaku adil dalam mendamaikan orang-orang yang sedang berselisih.

4|Page
Keadilan akan menciptakan ketenangan, ketentraman, dan kedamaian dalam kehidupan
dirinya, keluarganya, dan masyarakat di sekitarnya.
8. Taubat
Taubat secara bahasa berarti kembali. Secara istilah berarti kembai kepada
kesucian atau kebenaran setelah seseorang melakukan perbuatan dosa atau maksiat.
Jadi, taubat adalah tekad yang sunguh-sungguh untuk meninggalkan perbuatan dosa
dan kemudian berketetapan hati untuk tidak lagi melakukan perbuatan perbuatan
tersebut.
Agar taubat yang dilakukan oleh seseorang dapat berhasil, maka diperlukan
persyaratan:
a. Menyadari kesalahan yang telah dilakukan.
b. Menghentikan kesalahan tersebut setelah sadar.
c. Memohon ampun kepada Allah atas kesalahan tersebut.
d. Memohon perlindungan Alla agar tidak mengulang kesalahan tersebut.
e. Segera mengganti kesalahan yang dilakukan dengan melakukan kebaikan.
Agar taubat seseorang diterima oleh Allah, maka ia harus mengikuti taubat itu
dengan melakukan perbuatan baik.
9. Raja’
Raja’ secara bahasa berarti harapan. Secara istilah raja’ dapat diartikan denga
sikap yang penuh keyakinan (optimisme) bahwa Allah adalah tempat segala harapan
dan Allah akan memberikan rahmat dan karunia yang paling baik untuk dirinya. Sifat
raja’ akan membangkitkan sikap optimisme dan sikap tidak kenal putus asa dalam
menghadapi dan memecahkan setiap masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari. Sifat raja’ akan mendorosetiap muslim untukberserah diri sepenuhnya hanya
kepada Allah dan kemudian mengaharap pertolongan, perlindungan, rahmat dan ridho-
Nya.
C. Akhlak Madzmumah
1. Kufur
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur merupakan kata sifat dari kafir.
Jadi, kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara’, kufur
adalah tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakan atau
tidak mendustakan.
Kufur ada dua jenis, yaitu kufur besar dan kufur kecil. Kufur besar adalah
perbuatan yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam dan abadi dalam
neraka. Kufur besar ada lima macam, yaitu berikut di bawah ini.
a. Kufur karena mendustakan para rasul. Dalilnya adalah Q.S. Al-Ankabut: 68

5|Page
b. Kufur karena enggan dan sombong, padahal tahu kebenaran risalah para rasul. Dalinya
adalah Q.S. Al-Baqarah: 34
c. Kufur karena ragu, yaitu ragu-ragu terhadap kebenaran para rasul. Dalilnya adalah Q.S.
Al-Kahf: 35-38
d. Kufur karena berpaling, yaitu berpaling secara menyeluruh dari agama dan apa yang
dibawa para rasul. Dalilnya adalah Q.S. Al-Ahqaf: 3
e. Kufur karena nifak, yakni nifak i’tikad, menampakkan keimanan dan
menyembunyikan kekufuran. Dalilnya adalah Q.S. Al-Munafiqun: 3
2. Nifak dan Fasik
Secara bahasa, nifak berarti lubang tempat keluarnya yarbu (binatang sejenis
tikus) dari sarangnya.
Nifak menurut syara’, artinya menampakkan Islam dan kebaikan, tetapi
menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dengan kata lain, nifak adalah
menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terkandung di dalam hati.
Atas dasar itu, Allah SWT mengingatkan bahwa orang-orang munafik itu adalah orang-
orang fasik (Q.S. At-Taubah: 67), yaitu mereka yang keluar dari syara’.
Nifak terbagi menjadi dua macam, yaitu nifak I’tiqadi dan nifak ‘amali. Nifak
i’tiqadi adalah nifak besar yang pelakunya menampakkan keislaman, tetapi
menyembunyikan kekufuran dalam hatinya. Jenis nifak ini menyebabkan pelakunya
keluar dari agama Islam dan abadi dalam neraka. Allah SWT menyifati pelakunya
dengan sifat-sifat buruk: kafir, tidak memiliki iman, mengolok-olok Islam dan
pemeluknya, dan cenderung kepada musuh Allah SWT.
Nifak i’tiqadi ini ada enam macam, yaitu sebagai berikut.
a. Mendustakan Rasulullah SAW.
b. Mendustakan sebagian apa yang dibawa Rasulullah SAW.
c. Membenci Rasulullah SAW.
d. Membenci sebagian apa yang dibawa Rasulullah SAW.
e. Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah SAW.
f. Membenci kemenangan agama Rasulullah.
Nifak ‘amali, yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang
munafik, tetapi dalam hatinya masih terdapat iman. Nifak ini tidak mengeluarkan
pelakunya dari agama Islam, tetapi merupakan washilah (perantara) kepada yang
demikian. Pelakunya berada dalam keadaan iman-nifak. Jika perbuatan nifaknya lebih
banyak, hal itu bisa menjerumuskan ke dalam nifak yang sesungguhnya.
Perbedaan antara nifak besar dan nifak kecil dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Nifak besar menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam, sedangkan nifak kecil
tidak demikian.

6|Page
b. Nifak besar berarti bertolak belakang antara apa yang disembunyikan dan apa yang
ditampakkan mengenai keyakinan, sedangkan nifak kecil bertolak belakang antara apa
yang disembunyikan dan apa yang ditampakkan mengenai perbuatan semata, bukan
keyakinan.
c. Nifak besar tidak akan keluar dari seorang mukmin, sedangkan nifak kecil terkadang
keluar darinya.
d. Pelaku nifak besar umumnya tidak bertobat kepada Allah SWT, sedangkan pelaku nifak
kecil terkadang bertobat kepadanya.
3. Takabur dan Ujub
Allah SWT mencela perbuatan takabur dalam beberapa firman-Nya, di
antaranya:
Q.S. Al-A’raf: 146
Q.S. Al-Mu’minun: 60
Takabur terbagi dalam dua bagian, yaitu batin dan lahir. Takbur batin adalah
perilaku dan akhlak diri, sedangkan takabur lahir adalah perbuatan-perbuatan buruk
yang muncul dari takabur batin. Perbuatan-perbuatan buruk yang muncul dari takabur
batin sangat banyak sehingga tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dilihat dari subjeknya, takabur terbagi menjadi tiga bagian.
Pertama,takabur kepada Allah SWT. Inilah takabur yang paling berat dan keji.
Ini seperti yang Fir’aun lakukan, ia mengaku sebagai Tuhan dan merasa dirinya dapat
memerangi Tuhan langit.
Kedua,takabur kepada rasul, yaitu tidak mau mengamalkan ajaran Nabi
Muhammad SAW serta menghina dan menyepelekan ajarannya. Ini seperti perilaku
orang-orang kafir Quraisy yang menentang dakwah Nabi Muhammad SAW.
Ketiga, takabur terhadap sesama manusia, yaitu menganggap orang lain remeh
dan hina. Meskipun tingkatannya lebih rendah dari yang pertama dan kedua,
kesombingan jenis ketiga ini tetap saja merupakan perilaku yang sangat dicela karena
kesombongan, keagungan, dan kemuliaan tidak layak, kecuali bagi Allah, Tuhan
semesta alam. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman:
“Kesombongan adalah selendang-Ku dan kemuliaan adalah pakaian-Ku. Siapa yang
mengambil salah satunya dari-Ku maka akan Aku campakkan dia ke dalam neraka.”
Al-Ghazali menuturksn bahwa seseorang tidak takabur atau ujub kecuali ketika ia
merasa memiliki kesempurnaan, baik berkaitan dengan agama atau dunia. Berkaitan
dengan agama, misalnya, ia takabur karena merasa paling dekat dengan Allah SWT
dibandingkan dengan lainnya. Adapun berkaitan dengan dunia, ia merasa dirinya,
misalnya, lebih kaya atau terhormat daripada yang lainnya.
4. Dengki

7|Page
Dalam bahasa Arab, dengki disebut hasad,yaitu perasaan yang timbul dalam diri
seseorang setelah memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi dimiliki oleh
orang lain, kemudian dia menyebarkan berita bahwa yang dimiliki orang tersebut
diperoleh dengan tidak sewajarnya. Adapun menurut Imam Al-Ghazali, dengki adalah
membenci kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada orang lain dan ingin agar
orang tersebut kehilangan kenikmatan itu.
Di antara beberapa dalil yang mencela perbuatan dengki adalah sebagai berikut.
a. Allah SWT berfirman dalam Q.S. An-Nisa’: 54
b. Sabda Rasulullah SAW.
1) “Jauhilah sifat dengki karena dengki itu melalap kebaikan sebagaimana api memakan
kayu.”
2) “Janganlah kamu saling mendengki, saling membenci, dan saling merugikan. Jadilah
kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
Al-Ghazali membagi dengki pada empat tingkat. Pertama, menginginkan
lenyapnya kenikmatan dari orang lain, meskipun kenikmatan itu tidak berpindah kepada
dirinya. Kedua, menginginkan lenyapnya kenikmatan dari orang lain karena dia sendiri
menginginkannya. Ketiga, tidak menginginkan kenikmatan itu sendiri, tetapi
menginginkan kenikmatan serupa. Jika gagal memperolehnya, dia berusaha merusak
kenikmatan orang lain. Keempat,menginginkan kenikmatan serupa. Jika gagal
memperolehnya, dia tidak ingin lenyapnya keinginan itu dari orang lain. Sikap keempat
ini diperbolehkan dalam urusan agama.
Oleh karena itu, apabila penyakit dengki ini mulai bersarang di dalam hati, maka
perlu kita obati. Adapun cara mengobatinya adalah dengan cara berikut.
a. Minta maaf kepada orang yang didengki (dihasadi), walaupun terasa berat.
b. Menyadari dan mengingat bahwa semua nikmat yang diberikan Allah SWT kepada
umat Islam yang dikehendaki-Nya, sudah pasti tidak merugikan orang lain.
5. Gibah (Mengumpat)
Gibah atau mengumpat memiliki beberapa definisi.
a. Menurut Raghib Al-Ashfahani, gibah adalah membicarakan aib orang lain dan tidak
ada keperluan dalam penyebutannya.
b. Menurut Al-Ghazali, gibah adalah menuturkan sesuatu yang berkaitan dengan orang
lain, yang apabila penuturan itu sampai padayang bersangkutan, ia tidak menyukainya.
c. Menurut Ibnu Atsir, gibah adalah membicarakan keburukan orang lain yang tidak pada
tempatnya walaupun keburukan itu memang ada padanya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dan kesepakatan para ulama, maka gibah
hukumnya haram. Adapun dasar larangan berbuat gibah adalah sebagai berikut.
a. Firman Allah SWT Q.S. Al-Hujurat: 12

8|Page
b. Q.S. Al-Humazah: 1
c. Q.S. Al-Qalam: 11
Al-Qathani menuturkan beberapa sebab kemunculan perbuatan gibah.
a. Melampiaskan kebencian.
b. Dengki kepada seseorang.
c. Keinginan meninggikan status sendiri dan merendahkan status orang lain.
d. Bergaul dengan orang-orang tidak baik.
e. Bangga menjadi ahli maksiat.
f. Menganggap remeh orang lain.
6. Riya’
Kata riya’ diambil dari dasar ar-ru’yah, yang artinya memancing perhatian
orang lain agar dinilai sebagai orang baik. Riya’ adalah memperlihatkan diri kepada
orang lain. Maksudnya beramal bukan karena Allah SWT, tetapi karena manusia. Riya’
erat hubungannya dengan takabur.
Sifat riya’ dapat muncul dalam beberapa bentuk kegiatan seperti berikut ini.
a. Riya’ dalam beribadah
Riya’ dalam beribadah maksudnya memperlihatkan kekhusukan apabila di tengah-
tengah jamaah karena ada orang yang melihatnya.
b. Riya’ dalam berbagi kegiatan atau pekerjaan
Firman Allah Q.S. Al-Anfal: 47
c. Riya’ dalam berderma atau bersedekah.
Firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 264
d. Riya’ dalam berpakaian.
D. Kesimpulan
Akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak terpuji (akhlak mahmudah) dan Akhlak
tercela (Akhlak madzmumah). Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) merupakan tingkah
laku atau perbuatan yang mengarah pada kebaikan. Akhlak terpuji cenderung dan selalu
membawa pada kebaikan dan mendatangkan manfaat, entah bagi diri sendiri ataupun
orang lain.
Berbeda dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah), akhlak madzmumah (akhlak
tercela) merupakan tingkah laku atau perbuatan yang cenderung membawa pada
keburukan. Bahkan akhlak ini mendatangkan kerugian,baik bagi diri sendiri maupun
bagi orang lain.

9|Page

Anda mungkin juga menyukai