Anda di halaman 1dari 4

1.

Agama dan kebudayaan memiliki dua persamaan, yaitu keduanya adalah sistem nilai dan sistem
simbol. Agama dan kebudayaan memberikan wawasan dan cara pandang dalam menyikapi kehidupan
agar sesuai dengan kehendak Tuhan dan kemanusiaannya dimana pada prinsipnya kebudayaan dan
agama merupakan subjek dan objek, yaitu sama – sama terdapat pada diri seorang manusia. Hal ini
sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menghormati nilai-nilai budaya setempat
serta mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam kerangka ajaran agama.

Hal ini sesuai dengan kaidah Ushul Fiqih:

‫َاْلَع اَد ُة ُمَح َّك َم ٌة‬

"Adat itu bisa menjadi sumber hukum."

Contoh kaidah:

Seseorang menjual sesuatu dengan tanpa menyebutkan mata uang yang dikehendaki, maka berlaku
harga dan maat uang yang umum dipakai.

Batasan sedikit, banyak dan umumnya waktu haidh, nifas dan suci bergantung pada kebiasaan (adapt
perempuan sendiri).

Para ulama menjelaskan bahwa, dalil yang menunjukan kepada ke-hujjah–an ‘Urf (tradisi) sebagai
bagian dari hukum Islam adalah firman Allah s.w.t. yang berbunyi:

‫ُخ ِذ ا ْل َع ْف َو َو ْأ ُم ْر ِب ا ْل ُع ْر ِف َو َأ ْع ِر ْض َع ِن ا ْل َج ا ِهِل يَن‬

“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh.” (QS. al-A’raaf [7]: 199.)

Dalam menghargai dan mengintegrasikan budaya setempat, Islam mengajarkan prinsip kesetaraan
antara umat manusia tanpa memandang suku, ras, atau budaya, yang tidak hanya memungkinkan
penyebaran ajaran agama yang lebih luas, tetapi juga membantu memperkuat nilai-nilai kemanusiaan,
keadilan, dan harmoni sosial. Kalaupun ada lokal menyimpang,Islam mengajarkan kepada umatnya agar
mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara bertahap. Seperti firman Allah SWT :

‫اْدُع ِإ َل ٰى َس ِب ي ِل َر ِّب َك ِب ا ْل ِح ْك َم ِة َو ا ْل َم ْو ِع َظِة ا ْل َح َس َن ِة ۖ َو َج ا ِد ْل ُهْم ِب ا َّل ِت ي ِه َي َأ ْح َس ُن ۚ ِإ َّن َر َّب َك ُه َو‬


‫َأ ْع َل ُم ِب َم ْن َض َّل َع ْن َس ِب ي ِلِه ۖ َو ُه َو َأ ْع َل ُم ِب ا ْل ُم ْه َت ِد يَن‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. An-Nahl : 125.)
Praktik Islam di Nusantara sering kali mencerminkan adanya sintesis antara ajaran Islam dan budaya
lokal. Contohnya, tradisi keagamaan seperti tahlilan, selamatan, dan upacara adat lainnya sering
diadopsi oleh masyarakat Muslim di Nusantara, menunjukkan keselarasan antara ajaran agama dan
budaya lokal.

Kesimpulan : Islam sebagai agama universal sangat menghargai akan ada budaya yang ada pada suatu
masyarakat, sehingga kehadiran islam ditengah-tengah masyarakat tidak bertentangan, melainkan Islam
dekat dengan kehidupan masyarakat, disinilah sebenarnya, bagaimana Islam mampu membuktikan
dirinya sebagai ajaran yang flexsibel di dalam memahami kondisi kehidupan suatu masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka kebenaran dalam Islam yang dikatakan kebenaran yang mutlak itu
bersumber dari Allah, sedangkan kebenaran yang parsial itu hadir pada realitas sosial suatu masyarakat
yang kebenarannya akan relatif. Dengan demikian pula, bahwa Islam tetap menghargai keberagaman
kebenaran yang ada dalam masyarakat, termasuk keberagaman budaya yang dimiliki suatu masyarakat.

2. Ikhlas adalah salah satu akhlak mulia yang terlihat mudah diucapkan, namun banyak orang yang
kesulitan menerapkannya dalam kehidupan. Hal ini berkaitan dengan setiap manusia yang memiliki
penyakit hati yang menyulitkan untuk bersikap ikhlas.

Kita bisa menerapkan sikap ikhlas dalam kehidupan dengan melakukan beberapa hal berikut:

a) Niat
Bagaimana pun menata niat dalam hati sebelum melakukan amal perbuatan adalah perlu. Hal
ini mengingat motivasi-motivasi hati itu bermacam-macam. Niat itu pun kadang berubah-ubah
dalam waktu yang sebentar. Kadang awalnya bisa ikhlas, namun di tengah-tengah beramal
keikhlasan terkikis habis. Menguatkan niat dalam hati untuk belajar ikhlas. Hal ini nantinya akan
membuat kamu lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan. Dengan niat yang kuat,
kamu akan sulit digoyahkan dengan berbagai godaan.
b) Memerangi Hawa Nafsu
Tidak mudah bagi seseorang untuk memerangi hawa nafsunya, namun sesulit apapun
peperangan itu harus kita lakukan, sebab hanya dengan hal tersebut kita bisa terbebas dari
belenggu keinginan-keinginan yang bisa menghambat tumbuhnya ikhlas dalam hati.
c) Tidak Terpengaruh Perkataan Orang Lain
Pujian atau celaan yang menyebabkan seseorang beramal shaleh, bukanlah termasuk perbuatan
ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan ketika
beramal shaleh. Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal shaleh, tidaklah
pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah
SWT.
d) Berpikiran Positif
Selalu berpikir positif dan hindari suuzon. Kamu harus menghindari prasangka atas segala
sesuatu yang terjadi pada dirimu, karena semuanya terjadi atas izin Allah SWT, dan pastinya ada
hikmah di setiap kejadian tersebut.
e) Melihat Permasalahan Dari Berbagai Sisi
Ikhlas dapat kita peroleh dengan melihat permasalahan dari berbagai sisi. Ketika kita melihat
permasalahan dari berbagai sisi maka akan mengurangi prasangka buruk dan menentramkan
hati. Dalam mencapai rasa ikhlas, menghormati perspektif dan nilai-nilai orang lain adalah
sangat penting. Kita harus memahami bahwa kita semua berbeda, mencari alasan untuk
menghormati perspektif dan nilai-nilai orang lain, dan bersedia mempertimbangkan dan
mengambil keputusan atas dasar pandangan dan nilai-nilai orang lain. Ini akan membantu kita
untuk mencapai rasa ikhlas yang kita cari.
f) Bersikap Rendah Diri
Bersikap rendah hati adalah salah satu cara yang dapat membantu kita untuk mencapai rasa
ikhlas. Ini adalah cara yang baik untuk menunjukkan bahwa kita menghargai jasa orang lain,
menghormati pendapat orang lain, dan menghargai berkat dan anugerah yang telah diberikan
Allah. Dengan demikian, kita dapat mencapai rasa ikhlas yang lebih mendalam.

Berdasarkan hal di atas untuk memahami makna ikhlas dalam hidup adalah menerapkan sikap ikhlas
seperti, selalu melakukan perbuatan terpuji, ikhlas dalam beribadah tidak mengeluh sekecil apapun,
tidak mengharapkan sanjungan dari orang lain, dan tidak menghitung atau memperlihatkan amal
kebaikan yang dilakukan. Besar maupun kecil hal yang dilakukannya selalu didasari demi mengejar
keridhaan Allah.

Berikut beberapa tantangan dalam ikhlas :

a) Tamak atau Serakah


Penyebab sulitnya berbuat ikhlas yang kedua, karena manusia pada tabiatnya itu serakah atau
tamak terhadap kehidupan dunia. Jika seseorang mengerjakan amal kebaikan dengan
mengharapkan dunia ataupun sebuah jabatan, maka akan merasa, susah untuk ikhlas dalam
mengerjakanya.
b) Kita Senang Dipuji (Riya)
Pujian merupakan salah satu perkara yang paling disenangi oleh setiap manusia. Namun, pada
dasarnya dibalik pujian itu sendiri dapat menjerumuskan seseorang kedalam suatu perbuatan
yang tercela. Manusia ketika berbuat amal kebaikan dan ia senang mendapat pujian-pujian dari
orang lain, maka untuk berbuat ikhlas akan terasa sulit baginya. Justru bahkan akan
mendekatkan ia pada perbuatan yang tercela yaitu riya.
c) Penerimaan dari Orang Lain
Tidak semua orang akan menghargai atau memahami keikhlasan kita. Beberapa orang mungkin
menyalahartikan niat baik kita atau bahkan memanfaatkannya.
d) Kesulitan dalam Menjaga Konsistensi
Menjaga keikhlasan dalam jangka waktu yang panjang bisa menjadi tantangan. Kita perlu
menghadapi rintangan dan godaan yang dapat menggoyahkan keikhlasan kita.

Referensi

MKDU4221, Modul 5 hal. 5.11-5.12


https://kumparan.com/revita-m/hubungan-islam-dan-budaya-1wXUrnP2iAM/full

https://warga.co.id/pengertian-ikhlas-kunci-keikhlasan-dalam-hidup

Anda mungkin juga menyukai