Anda di halaman 1dari 6

Keimanan dan Ketaqwaan

1. Pengertian Iman

Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan).

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya
tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.
Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.

2. Wujud Iman

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum
yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.

Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi hati dan
perbuatan disebut pandangan hidup. Sedangkan laku perbuatan yang mewujudkan gerak
berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap hidup. Sikap hidup seseorang bisa
bernilai haq bisa juga bernilai bathil, tergantung pada pandangannya. Jika pandangannya
adalah pandangan haq, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai haq. Demikian juga
sebaliknya, jika pandangan yang dimiiki pandangan bathil, maka sikap hidup atau
perilakunya bernilai bathil. Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan
wujud iman bathil.

3. Proses Terbentuknya Iman

Pada dasarnya, proses pembentukan iman, diawali dengan proses perkenalan, kemudian
meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam
mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang
tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses
pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang
yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan
Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur.
Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga
sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya ,
melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental
tersebut).

4. Tanda-tanda Orang yang Beriman

Adapun tanda- tanda yang menunjukkan bahwa seseorang beriman kepada Allah SWT yakni
sebagai berikut :

(a) Sangat mencintai Allah SWT


Ketahuilah bahwa jika kita sudah mencintai pastinya akan sangat cekatan
dan aktif dalam perbuatan sebagaii pengaplikasian dari rasa
cintanya.Sebagaimana firman Allah SWT di dalam al Qur’an surah al Baqarah
ayat 165 yang artinya :“dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan- tandingan selain Allah ; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang- orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Allah, dan jika seandainya orang- orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-
Nya (niscaya mereka menyesal).

(b) Menjadi kader perjuangan Islam


Lihatlah dalil al Qur’an berikut yakni surah Al Anfaal ayat 64-65 yang artinya :
(64)” maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan
orang- orang yang bersamanya dalam dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan
orang-orang yang mendustakan ayat- ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah
kaum yang buta (mata hatinya).” (65) “ dan (kami telah mengutus) kepada kaum
‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali- kali
tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa
kepada-Nya ?.”

(c) Selalu komitmen dalam syahadatnya.


Sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam firmannya yang terdapat
pada surah Al- Fath ayat 18 yang artinya :” sesungguhnya Allah telah ridha
terhadap orang- orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah
pohon, maka Allah mengetahui apa yang adadalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepda mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”

(d) Tiap pekerjaan yang dilakukan selalu didasari dengan ilmu yang telah Allah
terangkan dalam firmannya surah Al- Isar’ ayat 36 yang artinya :” dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggung jawabannya.

(e) Menaati aturan


(f) Hidup berjamaah
(g) Senatiasa bersyukur kepada Allah SWT

5. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan

Korelasi memiliki arti yakni “hubungan”. Antara keimanan dan ketaqwaan memiliki
korelasi yang begitu erat dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertaqwa
adalah orang yang beriman dengan pandangan dan sikap hidup yang senantiasa
melaksanakan apa yang telah Allah tetapkan. Dan juga menjauhkan diri dari segala
perbuatan yang Allah larang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang yang bertakwa.

Implementasi dan Taqwa dalam


Kehidupan Modern

1. Problematika, Tantangan, dan Risiko dalam Kehidupan Modern

Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya dampak negatif


(residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi yang berdampak terjadinya
pencemaran lingkungan, rusaknya habitat hewan maupun tumbuhan, munculnya
beberapa penyakit, sehingga belum lagi dalam peningkatan yang makro yaitu
berlobangnya lapisan ozon dan penasan global akibat akibat rumah kaca.
Manusia tidak mampu lari seperti kuda dan mengangkat benda-benda berat seperti
sekuat gajah, namun akal manusia telah menciptakan alat yang melebihi kecepatan kuda
dan sekuat gajah. Kelebihi manusia dengan mahkluk lain adalah dari Akalnya. Sedangkan
dalam bidang ekonomi kapitalisme-kapitalisme yang telah melahirkan manusia yang
konsumtif, meterialistik dan ekspoloitatif.

Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu
pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini
sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud
pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih
sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan
jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan
beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan
hidup manusia (ibadah).

• Problem dalam Hal Ekonomi


Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo
economicus, yaitu merupakan makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan
melupakan dirinya sebagai homo religious yang erat dengan kaidah – kaidah
moral.Ekonomi kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil –
kecilnya dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya telah membuat
manusia menjadi makhluk konsumtif yang egois dan serakah (saya sendiri
mengakuinya).

• Problem dalam Bidang Moral


Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi. Ini tidak lain
hanyalah kata lain dari penanaman nilai – nilai Barat yang menginginkan lepasnya ikatan
– ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkan manusia Indonesia pada khususnya
selalu “berkiblat” kepada dunia Barat dan menjadikannya sebagai suatu symbol dan
tolok ukur suatu kemajuan.

• Problem dalam Bidang Agama


Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan kepada faham
Sekulerisme yang menyatakan bahwa urusan dunia hendaknya dipisahkan dari urusan
agama. Hal yang demikian akan menimbulkan apa yang disebut dengan split personality
di mana seseorang bisa berkepribadian ganda. Misal pada saat yang sama seorang yang
rajin beribadah juga bisa menjadi seorang koruptor.

• Problem dalam Bidang Keilmuan


Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak kepemikirannya
yang pada kehidupan modern ini adalah menganut faham positivisme dimana tolok ukur
kebenaran yang rasional, empiris, eksperimental, dan terukur lebih ditekankan. Dengan
kata lain sesuatu dikatakan benar apabila telah memenuhi criteria ini. Tentu apabila
direnungkan kembali hal ini tidak seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran
agama yang kadang kala kita harus menerima kebenarannya dengan menggunakan
keimanan yang tidak begitu poluler di kalangan ilmuwan – ilmuwan karena keterbatasan
rasio manusia dalam memahaminya.

2. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problem dan Tantangan Kehidupan
Modern

Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia:

a.) Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.


Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.
Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu
kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan
demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian
benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-
jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah surat al-Fatihah
ayat 1-7.

b.) Iman menanamkan semangat berani menghadap maut.


Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak
diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian
di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati
adalah firman Allah dalam QS. An-Nisa/4:78.

c.) Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.


Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan
prinsip, menjual kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak
diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah
firman Allah dalam QS. Hud/11:6.

d.) Iman memberikan ketenteraman jiwa.


Acapkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan
dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya
tenteram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan
dalam firman Allah surat ar-Ra’d/13:28.
e.) Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu
menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini
dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. An-Nahl/16:97.

f.) Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.


Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan
ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman
senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan
lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman
Allah dalam QS. Al-An’am/6:162.

g.) Iman memberi keberuntungan


Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan
demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam
hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah/2:5.

h.) Iman mencegah penyakit


Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak
dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan,
seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak
dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan
pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses
biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam
hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang
terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar
hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia
semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman
mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku,
dan akhlak manusia.

Anda mungkin juga menyukai