NIM : 20211115010
Kelas : 4A
Pembahasan
Upaya meningkatkan iman dan taqwa yang diiringi dengan proses penguasaan ilmu pengetahuan
teknologi merupakan tantangan yang berat dalam dunia pendidikan dan pembelajaran dewasa ini,
terlebih menghadapi globalisasi yang sarat dengan kompleksitas dan heterogenitas permasalahan
kehidupan sangat diperlukan baik melalui proses pendidikan maupun proses pembelajaran.
Pendidikan lebih memfokuskan pada aspek spiritual (iman dan taqwa), moral, mental, etika,
sikap, dan budi pekerti, sedangkan pembelajaran memfokuskan pada aspek proses penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian, dan keterampilan. Keduanya akan selalu beriring dan
berlangsung harmonis apabila mampu memberikan manfaat yang sebesar-besdarnya bagi
kehidupan. Keduanya akan mampu membangun, bukan merusak; membersihkan, bukan
mengotori; mengangkat dan menjunjung tinggi harkat dan martabat, bukan menguburnya;
meluruskan, bukan membelokkan; jujur, ikhlas, mengabdi, peduli, dan taat, bukan munafik,
syirik, menghancurkan, dan menyekutukan.
Agama sebagai jalan kehidupan mengajarkan tuntunan dan nilai-nilai spiritual (iman dan taqwa)
menjadi landasan kehidupan vertical maupun horisontal telah, sedang, dan akan selalu menjadi
pusat perhatian, pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan refleksi manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Maka iman dan taqwa merupakan bagian yang paling
mendasar bagi umat manusia.
Komitmen iman kepada Allah dapat memberikan pengertian yang benar tentang hakekat
kehidupan manusia ke arah yang terbaik. Oleh karena itu memerlukan usaha manusia. Usaha
inilah yang wajib dilaksanakan, yaitu melalui kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Khususnya
bagi pemeluk agama Agama Islam itu harus ditanamkan sejak kecil. Mulai anak itu lahir harus
diperkenalkan dengan tuntunan agama Islam, lebih-lebih setelah ia baligh (Al Abrazy, M.
Athiyah. 1990). Dalam hal ini orang tua yang berperan penting dalam pendidikan anak sebelum
anak itu masuk sekolah, dengan menanamkan iman dan taqwa serta kebiasaan-kebiasaan
kehidupan dalam segala bentuk tingkah laku, sikap, perbuatan, pikiran, dan perasaan hendaklah
disesuaikan dengan tuntunan agama Islam, sehingga dapat mencegah hal-hal yang maksiat,
khianat, laknat, dan lain-lainnya yang pada intinya berdosa, berakibat masuk neraka. Seperti
firman Allah:
Untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagaai
perwujudan dari pendidikan agama, maka Iman dan taqwa tidak hanya sekadar dipahami dan
dipelajari sebagai pengetahuan, tetapi harus benar-benar menjadi bagian yang integral dalam
kehidupan pribadi, diyakini dan diamalkannya, menjadi pedoman dan tuntunan kehidupan,
sehingga terbentuklah kepribadian utuh dan bermartabat.
Usaha-usaha penanaman iman dan taqwa yang berlangsung di sekolah dapat dilaksanakan oleh
setiap guru mata pelajaran secara sadar, ikhlas, dan beriktikad baik, yang didukung dengan
materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini berdampak pada
konsekuensi kerjasama yang selaras, serasi, harmonis, dan terpadu di antara warga sekolah.
Lebih lanjut, terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kompetensi
dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta mebudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif
dan mandiri.
Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi
bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai
pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu
menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimism dan harapan yang
tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada
peserta didik (student centered activities), agar dapat memberikan inspirasi, membangkitkan
nafsu, gairah, dan semangat belajar (Depdiknas. 2004). Iklim belajar yang kondusif merupakan
tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses
belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan
rasa bosan (Mulyasa, 2009).
Pengertian taqwa
Taqwa adalah terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi segala larangan-Nya atau keinsafan yang diikuti kepatuhan dan ketaatan dalam
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1993: 999). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dipahami bahwa takut akan Allah
ialah mempunyai perasaan takut akan Allah lantaran sesuatu kesalahan yang telah kita lakukan,
atau boleh jadi telah kita lakukan, yakni takut akan mendapat azab-Nya dan siksa murka-Nya.
Dengan demikian, pengertian takut tersebut terdapat dua hal dipahami bahwa ada yang
menyangkut takut akan Allah yakni dapat dicapai oleh mereka yang mempunyai jiwa yang
sejahtera, iktikad yang khalisk bersih dan mempunyai penglihatan mata hati yang teguh,
menyelami rahasia-rahasia sifat Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa yang dengan demikian,
terpangpanglah kehebatan Allah dipenglihatannya dan hiduplah rasa takut kepada Allah. Kedua
dicapai oleh umat manusia. Tiap-tiap manusia dapat memperoleh derajat ini apabila ia telah
percaya benar akan adanya syurga dan negara, percaya benar kepada pembalasan akhirat. Oleh
karenanya, hendaklah kita menghidupkan dengan sehidup hidupnya rasa takut akan Allah, rasa
takut akan azab-Nya yang sangat pedih dan sangat keras, walaupun kita merasa bahwa kita tidak
merasa bersalah apa-apa. Terkait dari uraian itu, Suyuti (1994:20) mengatakan bahwa taqwa
adalah tingkat kualitas yang paling tinggi yang dicapai oleh manusia sehingga perbuatan taqwa
akan dapat menggambarkan kepribadian dan tingkah laku yang ideal dari seseorang di dalam
penghambaannya kepada Allah, juga dalam pergaulan sesama manusia.
Ciri-ciri Khusus Orang-orang yang Bertaqwa
Beriman kepada yang ghaib (Allah SWT, malaikat-malaikat dan hari akhir.
Mendirikan shalat, dan membelanjakan hartanya di jalan Allah.
Beriman kepada kitab-kitab Allah. Kemudian di dalam Al qur’an surat Ali Imran ayat
136 disebutkan bahwa ciri-ciri orang yang bertaqwa itu adalah:
a. Orang yang selalu menuju kepada ampunan Allah.
b. Suka menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadanya, baik di waktu lapang
ataupun di waktu sempit.
c. Sanggup menahan amarahnya.
d. Memaafkan kesalahan orang lain, berbuat baik, jujur.
e. Apabika berbuat kesalahan, keji dan menganiaya diri sendiri, segera bertaubat dan mengingat
Allah, dan tidak lagi meneruskan perbuatan keji ataupun kesalahan-kesalahan lainnya.
Realisasi Taqwa
1. Hubungan Dengan Allah
Menurut Tuntunan Agama Islam, tiap-tiap pribadi mausia mempunyai hubungan langsung
dengan Allah SWT, selaku pencipta segala makhluk, termasuk prbadi-pribadi manusia. Banyak
sekali ayat-ayat Alqur’an yang menjelaskan, bahwa kewajiban, kepantasan dan kewajaran taqwa
kita hadapkan kehadirat Allah SWT dzat yang menciptakan kita, yang menjadi tuhan kita, yang
memelihara kita disetiap saat sejak nutfah hingga sekarang dan selanjutnya, yang menyediakan
segala keperluan kita, yang sepantasnya kita tunduk kepada perintahnya, kita sebut namanya,
yang memiliki asmaul husna, kita puji karena karunianya yang tak terbatas, kita mohon
perlindungannya dari godaan syaithan penggoda serta segala bala bencana, kita mohon
pertolongannya. Taqwa kepada Allah kita realisir dengan semangat pengabdian dan
penghambaan, keikhlasan dan ketundukan, kepatuhan dan ketaatan, kehangatan cinta yang
membara di dalam hati sanubari kita sekalian. Berzikir mengingat Allah dengan penuh
kerinduan, menyembahnya dengan penuh tawadlu dan kekhusyuan, memelihara diri dari segala
sesuatu yang mendatangkan kemurkaan dan azab siksaan, memelihara diri agar selalu mendapat
ridla Tuhan.
2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hati nurani
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri taqwa direalisir dengan cara-cara yang disebutkan di
dalam ayat-ayat taqwa dan dicontohkan dengan keteladanan Nabi Muhammad SAW, diantaranya
dengan senantiasa berlaku: sabar, adil, pemaaf, mawas diri, berani memegang amanah,
mengembangkan semua sikap yang terkandung di dalam akhlak atau budi pekerti yang baik
(Muhammad Daud, 1998:370). Di dalam memelihara dan menjaga keselamatan diri pribadi juga
dianjurkan untuk mendapatkan rezeki yang halal, pakaian penutup aurat, tempat berlindung dari
kehujanan dan kepanasan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan diri sendiri. Dalam
memelihara hati nurani dengan menjauhi segala sifat-sifat yang tercela yang perlu dihindarkan
seperti: bohong, khianat takabbur, riya, bakhil, malas, pemarah egois yang berlebihan dan lain
sebagainya. Selanjutnya sifat-sifat yang terpuji perlu kita kembangkan dalam diri pribadi kita
dan perlu ditanamkan di dalam hati nurani, seperti: Adil, amanah, jujur sabar tawakal, tabah,
pemaaf, ikhlas tawadhu dan sifat-sifat terpuji lainnya.
Selain membina hubungan kita dengan Allah, dengan diri sendiri yang ketiga adalah membina
hubungan manusia dengan manusia, hal ini bisa direalisasikan dengan bermacam usaha
kerjasama dan gotong royong mewujudkan kesejahteraan lahir bathin, yang kuat melindungi
yang lemah, yang kaya menolong yang miskin, yang pandai mengajar yang bodoh, yang longgar
membantu yang kesempitan, saling memperhatikan kepentingan masyarakat berdasar tasamuh
dan sosial yang mendalam (Jahri Hamid 1969:64). Selain itu hubungan manusia dapat dibina dan
dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan
norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan negara yang sesuai dengan nilai dan
norma agama. Hubungan antar manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat dipelihara
antara lain dengan tolong menolong, Bantu membantu, suka memaafkan kesalahan orang lain,
menepati janji, lapang dada, menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Secara hukum Indonesia sebagai negara menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk
memeluk suatu agama, hal tersebut tercantum pada pasal 29 UUD 1945, yang menegaskan
bahwa :
Dari kedua ayat tersebut jelas bahwa setiap Warga Negara Indonesia wajib memeluk suatu
agama yang ia yakini, jadi Negara tidak membenarkan Warga Negaranya untuk tidak memiliki
agama dan keyakinan atau yang sering disebut dengan istilah “Atheis”. Selain itu dapat dimaknai
juga bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. hal tersebut dipertegas dalam kalimat pembukaan UUD 45, yang berbunyi “atas
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dirongkan oleh keinginan luhur....” menjadi bukti
bahwa untuk menjamin kehidupan yang baik dalam berbangsa dan bernegara setiap aspek
kehidupan harus berdasarkan nilai keimanan dan ketakwaan. Bangsa Indonesia yakin bahwa
setiap ajaran agama menjamin kehidupan dan perilaku yang baik bagi setiap umatnya. Karena
setiap agama selalu mengajarkan keimanan dan ketakwaan pada setiap umatnya. Keimanan
sendiri dapat diartikan sebagai kepercayaan secara penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa.
sedangkan menurut istilah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan) setiap ajaran agama. Sedangkan kata takwa berasal dari bahasa arab
yang berarti: hati-hati, takut, atau rasa malu untuk melaksanakan perbuatan yang dilarang tuhan.
Itu berarti seseorang yang bertakwa akan selalu melaksanakan perintah Tuhan dan berusaha
untuk menjauhi setiap hal yang dilarang Tuhan. Dengan bertakwa orang akan selalu berhati-hati
dalam setiap ucapan dan melakukan perbuatan dalam kehidupannya, hal tersebut dikarenakan
rasa keyakinan kepada kebenaran ajaran Tuhan yang ia yakini. Tidak ada agama samawi di
Dunia ini yang membenarkan untuk merugikan orang lain dalam berbagai bentuk perkataan dan
perbuatan. Justru semua agama didunia ini mengajarkan kedamaian dan menjanjikan
keselamatan bagi setiap umat yang taat kepada ajaran kebaikan yang diajarkan oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Contoh sikap dan perilaku orang yang bertakwa dalam kehidupan sehari-hari adalah:
Tuhan memerintahkan setiap umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, berbuat
kebaikan, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, serta mentaati setiap aturan yang bertujuan
untuk kebaikan. Sekolah diciptakan untuk membentuk pribadi yang mantap dari segi mental,
intelektual, dan sepiritual. Maka disetiap sekolah pasti memiliki aturan-aturan yang diciptakan
untuk mencapai tujuan dalam membentuk pribadi siswa yang mantap tersebut. Dan agama
apapun tentu tidak membenarkan setiap umatnya untuk melanggar aturan di dunia yang
bertujuan untuk kebaikan umat-Nya. Berikut ini adalah berbagai contoh sikap dan perilaku siswa
yang bertakwa dalam lingkungan sekolah :
Menghormati guru karena guru merupakan orang yang lebih tua serta seorang pendidik
yang diharapkan bisa membantu siswa dalam mengembangkan diri.
Menghormati teman dan tidak bersikap sombong apabila diberikan kelebihan. Setiap
siswa harus menyadari bahwa setiap orang tidak diciptakan sama dan setiap orang harus
menghargainya.
Berusaha untuk tidak melanggar tata tertib sekolah, karena tata tertib sekolah diciptakan
sebagai rambu-rambu untuk membentuk perilaku siswa yang baik. Sehingga diharapkan
akan terbiasa untuk berbuat baik pula dalam kehidupan sehari-hari.
Jujur, tidak suka berbohong dan tidak suka mengingkari janji.
Memelihara kebersihan dan kesehatan, dalam hal ini termasuk juga memelihara
lingkungan sekolah misal dengan tidak membuang sampah sembarangan. Karena
diyakini bahwa menjaga kebersihan merupakan sebagian dari iman.
Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar (menuntut ilmu), karena belajar merupakan
salah satu kewajiban agama baik belajar bidang agama maupun bidang umum.
Supriyadi, Tedi. "Model Pembelajaran Internalisasi Iman Dan Taqwa Dalam Pembelajaran Pai
Untuk Usia Sekolah Dasar." Mimbar Sekolah Dasar 3.2 (2016): 191-208.
Kartini, Ajeng. "Taqwa penyelamat ummat." AL'ULUM 52.2 (2012).
https://widyasari-press.com/implementasi-pembelajaran-keimanan-dan-ketaqwaan-peserta-didik-
dalam-pembelajaran/
http://instrumenbelajar.blogspot.com/2016/09/beriman-dan-bertakwa-bagi-siswa.html?m=1