UNIVERSITAS TERBUKA 1. Taqwa pada dasarnya merujuk pada sebuah sikap dari cinta dan takut. Bertaqwa menjadikan engkau tidak menganggap dirimu lebih baik daripada orang lain. Sehingga taqwa kepada Allah berarti menjadikan antara hamba dan Allah suatu benteng yang dapat menghalangi dari kemarahan, murka dan siksa Allah. Kata Ibnu Rajab Al-Hambali “ taqwa yang sempurna adalah dengan mengerjakan kewajiban , meninggalkan keharaman dan perkara syubhat, juga mengerjakan perkara sunnah dan meninggalkan yang makruh ”. Inilah derajat taqwa yang paling tinggi. Lain halnya dengan pendapat H A Salim, menurutnya “ Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan terhadap orang lain, diri sendiri dan lingkungannya”. Sedangkan secara etimologi kata iman berasal dari bahasa Arab: Aamana – yu’minu – iimaanan yang berarti percaya atau yakin. Secara terminologi Iman adalah hati membenarkan, lisan mengucapkan dan anggota badan mengerjakan. Oleh karena itu, iman dan taqwa adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan, karena taqwa adalah manifestasi rill dari iman bersemayam dalam hati, abstrak dan tak dapat diukur oleh manusia. Itulah alasan mengapa kita sebagai orang muslim diharuskan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT agar kita senantiasa dilindungi oleh Allah dari perbuatan maksiat, tersesat di jalan yang salah, serta dijauhkan dari hal negatif lainnya. 2. Hakikat manusia adalah sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi yang terdiri dari tiga unsur, yaitu : unsur jasmani ( fisik, nafsu ), unsur akal dan unsur rohani ( psikis, roh ). Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia daripada malaikat juga termasuk makhluk yang satu-satunya mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an. Akal sebagai alat sarana memahami kebenaran mutlak dari Allah Dengan adanya akal yang dianugerahkan kepada manusia dibanding makhluk lain agar mempermudah urusan mereka di dunia. Dan tujuannya semata-mata agar mereka beribadah kepada Allah SWT untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat.
ۗ َر ْح َم َة َر ِّب ٖۗه ُقْل َه ْل َي ْس َت ِو ى اَّلِذ ْي َن َي ْع َلُمْو َن َو اَّل ِذ ْي َن اَل َي ْع َلُم ْو َن ِاَّن َم ا َي َت َذ َّك ُر ُاوُلوا اَاْلْلَباِب Artinya : ( Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada ( azab ) akhirat dan mengharapkan rahmat tuhannya ? Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui ? Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran. Q.S Az- Zumar [39] : 9
3. Beberapa negara, termasuk Indonesia telah berusaha
mewujudkan konsep masyarakat madani. Kata madani berasal dari Bahasa Inggris yang berarti beradab atau berbudaya. Masyarakat madani bisa diartikan sebagai masyarakat yang beradab dalam memaknai kehidupan. Sistem sosial yang subur dan diasaskan pada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dan kestabilan masyarakat. Dengan adanya pembangunan masyarakat yang berlandaskan keadilan dan taqwa kepada Allah SWT menciptakan proses peradaban yang mengacu pada nilai – nilai kebijakan bersama. Corak kehidupan masyarakat yang terorganisir, mempunyai sifat kesukarelaan, keswadayaan, kemandirian, demokratis, partisipatoris, keadilan sosial, mempunyai kesadaran hukum yang tinggi, yang pastinya sangat-sangat menjunjung tinggi etika dan moralitas. Pada intinya, masyarakat madani selalu menjunjung tinggi nilai dan norma serta hukum berdasarkan aturan yang sudah berlaku. Semua itu mereka pegang dengan ilmu, iman juga tentunya dengan teknologi.