Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI TAQWA DAN

AKHLAK BUDI PEKERTI

Dosen :
Dr. Suparno, SH.,MH.,MM

Nama : Muhamad Fahrizal


Nim : 4322130008
Fakultas Teknik
Pengertian Taqwa & Dimensinya
 Menurut bahasa, kata taqwa berarti "memelihara" atau
"menghindari". Dengan kata lain, pemeliharaan tersebut
berkaitan erat dengan diri atau keluarga. Sederhananya, taqwa
adalah melaksanakan perintah Allah dan menjahui segala
larangan-Nya.
 Seseorang yang bertaqwa kepada akan selalu mendapatkan
petunjuk serta hidayah dari Allah SWT. Sedangkan, bagi orang-
orang zalim, tidak akan mendapatkan apapun selain kerugian.
Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam salah satu surah
Alquran, yang artinya:
"Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS Al
Israa’ : 82)

Dimensi Taqwa
 Pertama, dimensi khaafa wa khasyiya. Khaafa adalah takut
kepada Allah akan kebesarannya, sedangkan khasyiya adalah
takut kepada Allah atas apa yang diciptakan oleh Allah.
 Kedua, adalah dimensi Aslaha wa ahsana yang menurut H Amin
Syukur dimaknai sebagai sebuah usaha untuk selalu menjadi
lebih baik dan lebih lagi.
 Ketiga, adalah dimensi Shona wa waqiya dalam dimensi yang
ketiga ini Pak Amin mengatakan bahwa sebagai orang yang
bertaqwa seharusnya bisa menjaga diri, artinya menjaga dari
perbuatan yang dapat merusak iman.
Taqwa kepada Allah SWT
 Takwa pada dasarnya merujuk pada sebuah sikap yang terdiri
dari cinta dan takut, yang lebih jelas lagi adalah adanya
kesadaran terhadap segala sesuatu atas dirinya dan bahkan
merasa hatinya yang paling dalam senantiasa diketahui oleh
Allah swt.
 Sehingga ia senantiasa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala larangannya. takwa adalah sikap mental yang
positif terhadapnya berupa waspada dan mawas diri
sedemikian rupa sehingga dapat melaksanakan segenap
perintahnya dan menjauhi segala larangannya, sebanyak 232
kata takwa dalam Al-Quran dengan berbagai macam
bentuknya.
Akhlak, Norma dan Etika
Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan
buruk, terpuji atau tercela menyangkut perilaku manusia yang
meliputi perkataan, pikiran, dan perbuatan manusia lahir batin.
Akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik bisa buruk yang
tercermin dalam perilaku.
Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang
harus atau tidak boleh dilakukan manusia dan bersifat mengikat. Hal
ini berarti manusia wajib mentaati norma yang ada. Norma adalah
kaidah atau ketentuan yang mengatur kehidupan dan hubungan
antarmanusia dalam arti luas. Norma merupakan petunjuk bagi
manusia dan pedoman perilaku sesorang yang berlaku di
masyarakat.
Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di
dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak
gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan
sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.
Akhlak kepada Allah SWT
Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya
baik secara syar’i maupun secara takdir. Ia menerima hal itu dengan
lapang dada dan tidak mengeluh. Jika Allah menakdirkan sesuatu
kepada seorang muslim yang tidak disukai oleh muslim itu, dia
merasa ridha, menerima, dan bersabar.
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk, kepada Allah sebagai khaliq. Sekurang-kurangnya ada
empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT.
 Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia.
Dia yang menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari
tulang punggung dan tulang rusuk
 Kedua, karena Allah SWT–lah yang telah memperlengkapkan
panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran
dan hati, serta anggota badan yang kokoh dan sempurna
kepada manusia
 Ketiga, karena Allah SWT–lah yang menyediakan berbagai
bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya.
 Keempat, Allah SWT–lah yang memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan daratan dan lautan.
Beberapa bentuk akhlak terhadap Allah SWT, diantaranya:
1. Menaati segala perintah-Nya
2. Beribadah kepada Allah
3. Berzikir kepada Allah
5. Tawakal
6. Tawaduk untuk Allah
7. Ridho terhadap ketentuan Allah SWT

Akhlak kepada Sesama dan Masyarakat


Akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan
aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak mulia merupakan
kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan
bangunannya dibangun dengan baik. Tidak mungkin akhlak mulia ini
akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki aqidah dan
syariah yang baik.
 Pertama, husnuzan. Diterangkan dalam Q.S Al Hujurat: 12 yang
terjemahannya artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman!Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara
kamu yang suka memakan daging saudaranya sendiri yang sudah
mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah,
sungguh,Allah Maha Penerima Taubat, MahaPenyayang.”
 Kedua, tasamu.Tasamu yang dalam artian tenggang rasa, pun
merupakan salah satu bentuk akhlak mulia yang harus
senantiasa dijaga dan diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Tasamu juga berarti toleransi yang mana
adanya penanaman sikap menghargai orang lain baik
pendapatnya, pemikirannya, pendiriannya atau pun hal yang
lain.
 Ketiga, tawadhu. Tawadhu yang tidak lain adalah rendah hati
kepada sesama manusia adalah salah satu bentuk akhlak
terpuji di mana seseorang merendahkan hatinya di hadapan
orang lain dan berinteraksi dengan rasa kasih sayang juga
kelembutan tanpa membedakan satu dengan yang lainnya.
Sifat tawadhu menghasilkan atau menimbulkan rasa
persamaan yang mana nantinya menuju pada keadilan juga
rasa saling menghargai.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda; “Sesungguhnya Allah
telah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendahkan diri
sehingga salah seorang dari kalian tidak saling membanggakan dan
tidak saling mendalami yang lain. (HR. Muslim).
 Keempat, ta’awun. Ta’awun adalah berbuat baik di mana
adanya tindakan saling tolong-menolong antar seseorang
kepada orang lain dengan ikhlas tanpa pamrih. Dengan ta’awun
itu bisa meningkatkan nilai sosial seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan. Di mana orang yang
melakukankebaikan itu akan diberikan balasannya, walau
sekecil apa pun bentuk kebaikan tersebut. Ta’awun
mengajarkan manusia untuk saling tolong-menolong dan
menguatkan rasa peduli serta tanggungjawab. Tidak ada
batasan untuk seseorang melakukan kebaikan dan saling
menolong asalkan dalam konteks kebaikan.
Akhlak kepada Makhluk & Alam Semesta
 Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi
beserta isinya, selain Allah (segala sesuatu yang berada di
sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda mati).
 (QS. Al Baqarah[2] : 30)
 [QS. al-An’am (6): 38
 (QS. al-Hasyr [59]: 5).
 (Q.S. alRum [30] : 41).
 (QS. Ali Imran [3] : 190)
 (QS. Al Baqarah [2] : 22 dan 29).

Implementasi Nilai-nilai Kemanusiaan


dalam Sila 2 Pancasila
 Sila kedua pancasila yakni Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab mengandung pengertian bahwa seluruh
manusia merupakan mahkluk yang beradab dan
memiliki keadilan yang setara di mata Tuhan. Dengan
kata lain, seluruh manusia sama derajatnya baik
perempuan atau laki-laki, miskin maupun kaya,
berpangkat maupun yang tidak. Di negara kita ini
sejatinya tidak diperbolehkan adanya diskriminasi
terhadap suku, agama, ras, antargolongan, maupun
politik.
 Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil
dan beradab” mengandung pengertian bahwa manusia
Indonesia seharusnya diakui dan diperlakukan sesuai
dengan harkat dan martabatnya selaku mahluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, yang memliki derajat yang sama,
mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tanpa
membeda-bedakan agama, suku, ras, dan keturunan.
 Sila kedua dibutuhkan guna menangkal berbagai
ancaman kemanusiaan serta untuk menegakkan nilai-
nilai universal kemanusiaan di negara ini. Selain itu sila
ini juga harus mampu menjamin hukum yang adil bagi
masyarakat secara keseluruhan, utamanya demi
penegakan HAM yang bermartabat

Anda mungkin juga menyukai